• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Renungan Harian/Saat Teduh.

Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, ... yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan
Yeremia 29:11

Bacaan: Yeremia 29:1-23
Setahun: Ayub 35-37

Apakah Anda pernah melihat tukang obat yang “praktik” di pasar-pasar dengan tenda lebar dan gelegar musik serta loudspeaker-nya? Waktu kecil, saya senang melihat tukang obat semacam ini. Terutama karena di mata saya waktu itu, si tukang obat begitu hebat dan meyakinkan. Ada macam-macam obat; dari obat sakit gigi sampai rematik. Di mulut si tukang obat, semua tampak sangat ampuh!

Tampaknya begitu juga suara nabi-nabi palsu yang ikut dibuang ke Babel. Mereka bernubuat; umat akan segera pulang ke tanah perjanjian, umat Yehuda akan kembali berjaya (Yeremia 28:2-4,11). Siapa yang tidak senang mendengar penghiburan bahagia atas nama Tuhan? Wajar bila umat terhibur. Namun, nubuatan mereka palsu. Yeremia, nabi Tuhan, meradang melihat kepalsuan ini. Jadi, ia menulis surat kenabian bagi saudara sebangsa yang terbuai kepalsuan itu: “Dirikanlah rumah ... menikahlah ... usahakanlah kesejahteraan kota ... masih 70 tahun lagi waktu bagi Babel ... jangan teperdaya ucapan nabi palsu” (Yeremia 29:4-10).

Ya, Yeremia menyampaikan berita yang berbeda, “Sebab Aku tahu rancangan-Ku tentang kamu ... yakni rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan ...” (ayat 11). Namun itu tidak berarti umat bisa pulang sekarang. Tidak, umat masih harus menjalani masa pembuangan. Ini kehendak Tuhan. Berat. Betul, tetapi melaluinya Tuhan sedang merancang kebaikan di masa depan.

Jalan menuju masa depan kerap kali adalah jalan masa kini yang terjal. Siapa yang berani bertahan dan maju bersama Tuhan meski “dalam ketidakpastian hidup”, akan melihat karya Tuhan yang pada akhirnya akan dilihat sebagai kebaikan —DKL

Tuhan ada di depan; dia memimpin kita
juga selalu ada di sisi; dia menemani kita

Yeremia 29:1-23

29:1. Beginilah bunyi surat yang dikirim oleh nabi Yeremia dari Yerusalem kepada tua-tua di antara orang buangan, kepada imam-imam, kepada nabi-nabi dan kepada seluruh rakyat yang telah diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebukadnezar dari Yerusalem ke Babel.
29:2 Itu terjadi sesudah raja Yekhonya beserta ibu suri, pegawai-pegawai istana, pemuka-pemuka Yehuda dan Yerusalem, tukang dan pandai besi telah keluar dari Yerusalem.
29:3 Surat itu dikirim dengan perantaraan Elasa bin Safan dan Gemarya bin Hilkia yang diutus oleh Zedekia, raja Yehuda, ke Babel, kepada Nebukadnezar, raja Babel. Bunyinya:
29:4 "Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel, kepada semua orang buangan yang diangkut ke dalam pembuangan dari Yerusalem ke Babel:
29:5 Dirikanlah rumah untuk kamu diami; buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya;
29:6 ambillah isteri untuk memperanakkan anak laki-laki dan perempuan; ambilkanlah isteri bagi anakmu laki-laki dan carikanlah suami bagi anakmu perempuan, supaya mereka melahirkan anak laki-laki dan perempuan, agar di sana kamu bertambah banyak dan jangan berkurang!
29:7 Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.

29:8. Sungguh, beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Janganlah kamu diperdayakan oleh nabi-nabimu yang ada di tengah-tengahmu dan oleh juru-juru tenungmu, dan janganlah kamu dengarkan mimpi-mimpi yang mereka mimpikan!
29:9 Sebab mereka bernubuat palsu kepadamu demi nama-Ku. Aku tidak mengutus mereka, demikianlah firman TUHAN.
29:10 Sebab beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini.
29:11 Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
29:12 Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu;
29:13 apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati,
29:14 Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan memulihkan keadaanmu dan akan mengumpulkan kamu dari antara segala bangsa dan dari segala tempat ke mana kamu telah Kuceraiberaikan, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan mengembalikan kamu ke tempat yang dari mana Aku telah membuang kamu. --

29:15. Memang kamu berkata: TUHAN telah membangkitkan nabi-nabi bagi kami di Babel. --
29:16 Sungguh, beginilah firman TUHAN tentang raja yang duduk di atas takhta Daud dan tentang seluruh rakyat yang diam di kota ini, yakni saudara-saudaramu yang tidak keluar beserta kamu ke dalam pembuangan:
29:17 Beginilah firman TUHAN semesta alam: Sesungguhnya, Aku akan mengirim pedang, kelaparan dan penyakit sampar ke antara mereka, dan Aku akan membuat mereka seperti buah ara yang busuk dan demikian jeleknya, sehingga tidak dapat dimakan.
29:18 Aku akan mengejar mereka dengan pedang, kelaparan dan penyakit sampar, dan Aku akan membuat mereka menjadi kengerian bagi segala kerajaan di bumi, menjadi kutuk, kedahsyatan, suitan dan aib di antara segala bangsa ke mana mereka Kuceraiberaikan,
29:19 sebagai ganjaran bahwa mereka tidak mendengarkan perkataan-Ku, demikianlah firman TUHAN, yang telah Kusampaikan kepada mereka terus-menerus dengan perantaraan hamba-hamba-Ku, yakni para nabi; tetapi kamu tidak mendengarkannya, demikianlah firman TUHAN.
29:20 Tetapi dengarkanlah firman TUHAN, hai kamu semua orang buangan, yang telah Kukirim dari Yerusalem ke Babel!
29:21 Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel, tentang Ahab bin Kolaya dan tentang Zedekia bin Maaseya, orang-orang yang bernubuat palsu kepadamu demi nama-Ku: Sesungguhnya Aku akan menyerahkan mereka ke dalam tangan Nebukadnezar, raja Babel, yang akan memarang mereka mati di depan matamu sendiri,
29:22 sehingga dari keadaan mereka akan dijadikan suatu kutuk oleh semua orang buangan dari Yehuda yang ada di Babel, demikian: Biarlah TUHAN memperlakukan kamu seperti Zedekia dan Ahab yang telah dipanggang oleh raja negeri Babel di dalam api!,
29:23 oleh karena mereka telah melakukan kebebalan di Israel, telah berzinah dengan isteri sesama mereka dan telah mengucapkan demi nama-Ku perkataan dusta yang tidak Kupesankan kepada mereka. Aku sendirilah yang mengetahui dan menyaksikannya, demikianlah firman TUHAN."
 
Hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku”
Yohanes 21:19

Bacaan:
Yohanes 21:15-19
Setahun: Ayub 38-40

Seperti apakah masa depan kita nanti? Para pengamat lingkungan meramalkan hidup akan semakin sulit. Meningkatnya pemanasan global akan membuat kota-kota di pesisir terendam air. Jumlah ikan di laut berkurang, bahkan akan habis karena terlalu banyak dikeruk. Bensin, solar, dan minyak tanah tidak ada lagi. Kalaupun ada, pasti mahal sekali. Persaingan hidup semakin tajam. Belum lagi munculnya krisis pangan, karena pertambahan penduduk tak seimbang dengan pertambahan produksi pangan. Jaringan televisi CNN pernah menayangkan gambaran suram masa depan bumi dalam tayangan berjudul Planet in Peril (Dunia dalam Ancaman Bahaya). Sungguh mengerikan!

Ketika Yesus menjelaskan masa depan Petrus kepadanya, Petrus juga merasa ngeri. Bayangkan, Yesus mengatakan bagaimana ia akan diikat dan dibawa ke tempat yang tidak ia kehendaki (ayat 18). Penganiayaan terbayang di depan. Ibarat film, hidupnya tak akan berakhir dengan happy ending. Di ujung jalan, salib menanti. Lalu, apakah Petrus lantas tak bersemangat hidup? Tampaknya tidak, karena sesudah memberitahukan semuanya Yesus berkata, “Ikutlah Aku” (ayat 19). Artinya, asal Petrus terus melangkah bersama Yesus, ia akan dimampukan untuk bertahan sampai akhir. Kenyataan membuktikan bahwa akhirnya Petrus mati disalib, namun ia tidak menyesal. Dengan tegar ia menghadapinya, malahan minta disalib terbalik.

Seperti apakah masa depan kita? Tak ada jaminan bahwa hidup akan semakin baik atau bumi semakin ramah. Namun, kita memiliki jaminan penyertaan Tuhan. Siapa saja yang mengikut Yesus akan dimampukan untuk tegar menghadapi situasi, seburuk apa pun —JTI

Yang penting bukanlah tahu masa depan seperti apa
melainkan tahu kita berjalan dengan siapa

Yohanes 21:15-19
21:15 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
21:16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
21:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."
21:19 Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."
 
Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia;
engkau telah setia dalam hal kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam hal yang besar

Matius 25:21

Bacaan: Matius 25:14-30
Setahun: Ayub 41-42; Mazmur 1-3

Setiap orang pasti ingin dipercaya, apalagi untuk melakukan tanggung jawab yang besar. Namun, bagaimana seseorang dapat dipercaya jika sikapnya tak seperti yang diharapkan? Kalau uang lima puluh ribu rupiah bisa hilang di kamar hotel, berarti ada orang yang tidak dapat dipercaya di hotel itu. Kalau karyawan kerap terlambat datang ke kantor dan pulang lebih cepat dari jam kerja, maka integritasnya sukar dipercaya. Kalau seorang guru Sekolah Minggu biasa membolos mengajar, tidak mungkin ia dapat dipercaya untuk tugas yang lebih besar.

Perumpamaan Yesus tentang talenta mengingatkan kita bahwa yang penting bukan seberapa besar tanggung jawab yang diberikan kepada kita, melainkan seberapa besar tanggung jawab kita dalam mengerjakan pelayanan. Hamba yang menerima satu talenta berpikir tuannya kejam karena hanya memberinya satu talenta. Ia mengira sang tuan akan merampas keuntungannya, sebab itu ia tidak mengerjakan bagiannya. Ia malah menyembunyikan talenta itu di dalam tanah, lalu mengembalikan talenta itu kepada tuannya (ayat 24,25). Jika demikian, bagaimana sang tuan dapat memercayai dan memberi tanggung jawab lebih besar?

Integritas kita diuji ketika tidak ada orang lain yang melihat dan memerhatikan kita. Masih dapatkah kita mengerjakan tanggung jawab kita dengan sepenuh hati sekalipun tidak ada yang mengawasi? Tuhan akan senang bila kita mengerjakan dengan sungguh-sungguh setiap tanggung jawab yang Dia percayakan. Dengan demikian, suatu hari kelak Dia berkata, “Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (ayat 21) —CC

MASA DEPAN KITA AKAN LEBIH BAIK
Bila kita JUJUR DAN DAPAT DIPERCAYA

Matius 25:14-30
25:14 "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.
25:15 Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.
25:16 Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta.
25:17 Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.
25:18 Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.
25:19 Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.
25:20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.
25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
25:22 Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.
25:23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
25:24 Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.
25:25 Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!
25:26 Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?
25:27 Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya.
25:28 Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu.
25:29 Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
25:30 Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."
 
TUHAN, karena kuasa-Mulah raja bersukacita; betapa besar kegirangannya karena kemenangan yang dari pada-Mu!
Mazmur 21:2

Bacaan: Mazmur 21
Setahun: Mazmur 4-7

Semua orang ingin sukses. Ironisnya, banyak orang tidak bahagia justru setelah mereka meraih sukses. Sebut saja Kurt Cobain, penyanyi dari grup Nirvana yang bunuh diri ketika sedang tenar-tenarnya di tahun 1990-an. Atau, para rohaniwan yang citranya runtuh karena keblinger oleh kesuksesan mereka. Belum lagi para pengusaha yang setelah sukses, justru keluarganya berantakan. Dan, masih banyak kisah tragis lain tentang kesuksesan. Ini menunjukkan pentingnya menjaga sikap hati saat meraih kesuksesan.

Bacaan hari ini berbicara tentang kemenangan Raja Daud. Berbagai kejayaan dan kesuksesan ia peroleh, sehingga ia menjadi raja yang besar dalam sejarah bangsa Israel. Namun, ia sangat sadar bahwa kemenangannya datang dari Tuhan (ayat 2). Oleh karena itu, ia mengembalikan semua kemuliaan hanya bagi Tuhan. Hasilnya, ia bersukacita. Bukan karena kemenangannya, melainkan karena kesadaran yang ia miliki tentang siapa yang memberi kesuksesan tersebut, yakni Tuhan.

Dari mazmur ini kita belajar tentang cara menyikapi kesuksesan. Pertama, kita harus selalu menyadari bahwa kita sukses bukan melulu karena kita hebat, tetapi lebih utama karena anugerah Tuhan. Dalam rencana-Nya, Allah memercayakan berkat yang lebih kepada kita. Karena itu kita tidak boleh menjadi sombong. Kedua, kesuksesan bukan untuk dinikmati sendiri, melainkan untuk disalurkan kepada sesama. Sama seperti segala berkat yang lain, Tuhan ingin kesuksesan kita dipakai untuk memberkati orang lain dan memuliakan nama-Nya. Dengan demikian, kita akan menjadi orang sukses yang bahagia —ALS

KITA SUKSES KARENA ALLAH MEMERCAYAKAN
BERKAT YANG LEBIH KEPADA KITA

Mazmur 21
21:1. Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud.
21:2 TUHAN, karena kuasa-Mulah raja bersukacita; betapa besar kegirangannya karena kemenangan yang dari pada-Mu!
21:3 Apa yang menjadi keinginan hatinya telah Kaukaruniakan kepadanya, dan permintaan bibirnya tidak Kautolak. Sela
21:4 Sebab Engkau menyambut dia dengan berkat melimpah; Engkau menaruh mahkota dari emas tua di atas kepalanya.
21:5 Hidup dimintanya dari pada-Mu; Engkau memberikannya kepadanya, dan umur panjang untuk seterusnya dan selama-lamanya.
21:6 Besar kemuliaannya karena kemenangan yang dari pada-Mu; keagungan dan semarak telah Kaukaruniakan kepadanya.
21:7 Ya, Engkau membuat dia menjadi berkat untuk seterusnya; Engkau memenuhi dia dengan sukacita di hadapan-Mu.
21:8 Sebab raja percaya kepada TUHAN, dan karena kasih setia Yang Mahatinggi ia tidak goyang.
21:9 Tangan-Mu akan menjangkau semua musuh-Mu; tangan kanan-Mu akan menjangkau orang-orang yang membenci Engkau.
21:10 Engkau akan membuat mereka seperti perapian yang menyala-nyala, pada waktu Engkau menampakkan Diri, ya TUHAN. Murka TUHAN akan menelan mereka, dan api akan memakan mereka.
21:11 Keturunan mereka akan Kaubinasakan dari muka bumi, dan anak cucu mereka dari antara anak-anak manusia.
21:12 Apabila mereka hendak mendatangkan malapetaka atasmu, merancangkan tipu muslihat, mereka tidak berdaya.
21:13 Ya, Engkau akan membuat mereka melarikan diri, dengan tali busur-Mu Engkau membidik muka mereka.
21:14 Bangkitlah, ya TUHAN, di dalam kuasa-Mu! Kami mau menyanyikan dan memazmurkan keperkasaan-Mu.
 
Mereka akan makan tetapi tidak menjadi kenyang, mereka akan bersundal tetapi tidak menjadi banyak, sebab mereka telah meninggalkan TUHAN
Hosea 4:10

Bacaan: Hosea 4
Setahun: Mazmur 8-11

Kalau kita berjalan-jalan di mal, menonton TV, atau membaca majalah, maka kita akan melihat banyaknya barang atau jasa yang ditawarkan. Secara tidak langsung kita dibuat untuk selalu tidak puas dengan apa yang kita miliki sekarang. Selalu ada barang yang lebih baru, lebih baik, lebih canggih, dan berbagai lebih lainnya. Kebohongan terbesar yang ditawarkan adalah kalau Anda punya ini, Anda akan bahagia.

Bacaan hari ini berkisah mengenai imam dan bangsa Israel yang tidak setia. Ketika membaca daftar “dosa” yang dipampangkan, mungkin kita berpikir bahwa itu “kasus” bangsa Israel (ayat 2), bukan saya. Saya tidak berzina; saya setia kepada pasangan saya. Ya, mungkin kita setia kepada pasangan, tetapi baiklah kita bertanya pada diri sendiri, apakah kita setia kepada Tuhan?

Tuhan berjanji memberkati orang yang takut dan setia kepada-Nya. Salah satu berkat Tuhan yang mungkin sangat jarang dibahas adalah, “karunia untuk menikmati apa yang Allah berikan” (Pengkhotbah 4:17,18). Ada orang-orang yang luar biasa kaya, tetapi tidak bisa menikmati kekayaannya karena Tuhan tidak mengaruniakan kuasa untuk menikmatinya (Pengkhotbah 6:2). Dalam bacaan kita, Tuhan berfirman bahwa umat yang meninggalkan-Nya akan makan tetapi tidak menjadi kenyang. Melakukan banyak hal, tetapi tidak membuahkan hasil. Itu terjadi karena mereka meninggalkan Tuhan.

Mari kita memeriksa hidup kita sejenak. Apakah kita tidak merasa puas? Apakah kita sedang merasa kurang? Apakah kita tidak bisa menikmati hal-hal yang Tuhan berikan? Jika ya, ini saatnya berbalik kepada Tuhan. Dia menanti Anda. Sekarang —GS

KITA TIDAK BUTUH LEBIH BANYAK BARANG LAGI UNTUK BAHAGIA
KITA BUTUH TUHAN LEBIH DALAM LAGI UNTUK BAHAGIA

Hosea 4
4:1. Dengarlah firman TUHAN, hai orang Israel, sebab TUHAN mempunyai perkara dengan penduduk negeri ini, sebab tidak ada kesetiaan dan tidak ada kasih, dan tidak ada pengenalan akan Allah di negeri ini.
4:2 Hanya mengutuk, berbohong, membunuh, mencuri, berzinah, melakukan kekerasan dan penumpahan darah menyusul penumpahan darah.
4:3 Sebab itu negeri ini akan berkabung, dan seluruh penduduknya akan merana; juga binatang-binatang di padang dan burung-burung di udara, bahkan ikan-ikan di laut akan mati lenyap.
4:4 Hanya janganlah ada orang mengadu, dan janganlah ada orang menegor, sebab terhadap engkaulah pengaduan-Ku itu, hai imam!
4:5 Engkau akan tergelincir jatuh pada siang hari, juga nabi akan tergelincir jatuh bersama-sama engkau pada malam hari; dan Aku akan membinasakan ibumu.

4:6. Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu.
4:7 Makin bertambah banyak mereka, makin berdosa mereka kepada-Ku, kemuliaan mereka akan Kutukar dengan kehinaan.
4:8 Mereka mendapat rezeki dari dosa umat-Ku dan mengharapkan umat-Ku itu berbuat salah.
4:9 Maka seperti nasib rakyat demikianlah nasib imam: Aku akan menghukum dia karena tindakan-tindakannya dan Aku akan membalaskan perbuatan-perbuatannya kepadanya.
4:10 Mereka akan makan, tetapi tidak menjadi kenyang, mereka akan bersundal, tetapi tidak menjadi banyak, sebab mereka telah meninggalkan TUHAN untuk berpegang kepada sundal.
4:11 Anggur dan air anggur menghilangkan daya pikir.

4:12. Umat-Ku bertanya kepada pohonnya, dan tongkatnya akan memberitahu kepadanya, sebab roh perzinahan menyesatkan mereka, dan mereka berzinah meninggalkan Allah mereka.
4:13 Mereka mempersembahkan korban di puncak gunung-gunung dan membakar korban di atas bukit-bukit, di bawah pohon besar dan pohon hawar dan pohon rimbun, sebab naungannya baik. Itulah sebabnya anak-anakmu perempuan berzinah dan menantu-menantumu perempuan bersundal.
4:14 Aku tidak akan menghukum anak-anak perempuanmu sekalipun mereka berzinah, atau menantu-menantumu perempuan, sekalipun mereka bersundal; sebab mereka sendiri mengasingkan diri bersama-sama dengan perempuan-perempuan sundal dan mempersembahkan korban bersama-sama dengan sundal-sundal bakti, dan umat yang tidak berpengertian akan runtuh.
4:15 Jika engkau ini berzinah, hai Israel, janganlah Yehuda turut bersalah! Janganlah pergi ke Gilgal, dan janganlah naik ke Bet-Awen, dan janganlah bersumpah: "Demi TUHAN yang hidup!"
4:16 Sebab Israel degil seperti lembu yang degil, masakan sekarang TUHAN menggembalakan mereka, seperti domba di tanah lapang?
4:17 Efraim bersekutu dengan berhala-berhala, biarkanlah dia!
4:18 Persepakatan para pemabuk! mereka menyerahkan diri habis-habisan kepada persundalan; mereka lebih mencintai kehinaan dari pada kemasyhuran mereka.
4:19 Angin melingkupi mereka dalam sayap-sayapnya, dan mereka akan mendapat malu karena korban-korban mereka.
 
Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia
Kolose 3:23
Bacaan: Kolose 3:22-25
Setahun: Mazmur 16-19

Kualitas sebuah pekerjaan tidak ditentukan oleh “nilai rohani” yang terkandung dalam pekerjaan itu—misalnya pendeta atau orang yang bekerja di lembaga keagamaan, tetapi oleh motivasi yang mendasarinya. Seorang petani yang bekerja dengan motivasi “bekerja buat Tuhan”, akan lebih bernilai karyanya, daripada pendeta yang berkhotbah sekadar untuk mendapatkan honorarium atau pujian.

Pekerjaan apa pun—selain tentunya baik dan benar—yang penting sungguh-sungguh dilakukan untuk Tuhan. Ada sebuah sajak yang dikutip oleh Pdt. Eka Darmaputera dalam salah satu bukunya, Tuhan dari Poci dan Panci. Konon sajak itu ditulis oleh seorang pekerja rumah tangga berumur 19 tahun:

Tuhan dari setiap poci dan panci,
aku tak punya cukup waktu, bukan pula seorang ahli,
untuk menjadi anak-Mu dengan mengerjakan yang suci-suci.
Tapi jadikanlah aku anak-Mu melalui makanan yang kusaji.
Jadikanlah aku anak-Mu melalui piring-piring yang kucuci.
Hangatilah dapur ini dengan kasih-Mu.
Terangi dapur ini dengan sinar-Mu.
Sama seperti ketika Engkau menyajikan makanan di tepi danau,
atau ketika perjamuan malam.
Dan terimalah pekerjaanku yang sehari-hari ini,
yang kukerjakan bagi Engkau sendiri.

Nasihat Paulus memang ditujukan bagi para hamba dalam hal ketaatan kepada tuannya. Namun juga berlaku bagi semua orang dalam setiap profesi. Bukankah setiap profesi sangat berarti, jika dikerjakan sebagai bagian dari persembahan kepada Tuhan? —AYA

Bila pekerjaanmu menyapu jalan
lakukan seperti Beethoven menGgubah lagu—M. Luther King

Kolose 3:22-25

3:22 Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan.
3:23 Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
3:24 Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.
3:25 Barangsiapa berbuat kesalahan, ia akan menanggung kesalahannya itu, karena Tuhan tidak memandang orang.
 
Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan kasih karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengelola yang baik dari anugerah Allah
1 Petrus 4:10

Bacaan: 1 Petrus 4:7-11
Setahun: Mazmur 12-15

Sekelompok pemangkas rambut kristiani ingin melayani Tuhan sesuai talenta mereka. Lalu muncullah ide unik. Sebulan sekali mereka mendatangi kawasan kumuh, panti wreda, dan tempat perawatan orang cacat. Dan dibukalah layanan perawatan kecantikan gratis. Setiap orang dilayani layaknya pelanggan eksklusif. Dihormati. Dicintai. Hasilnya? Banyak yang tersentuh. “Orang-orang ini memberi saya harga diri,” ujar seorang ibu miskin. “Saya dan kedua putri saya tak mampu pergi ke salon. Kini, tiap bulan saya bisa menatap diri di cermin dengan bangga. Mereka membuat saya merasa berharga, cantik, dan layak untuk hidup.”

Petrus menyerukan agar di akhir zaman ini kita bersungguh-sungguh mengasihi sesama. Kasih yang sungguh itu nyata, bukan hanya kata. Kasih yang sungguh itu polos, bukan hanya polesan. Petrus memberi contoh. Jika memberi tumpangan pada orang asing, lakukan dengan sepenuh hati. Pelayanan setengah hati menghasilkan sungut-sungut. Orang tak merasa dikasihi jika kita melakukan tindakan kasih tanpa kasih. Kasih yang sungguh juga harus kreatif. Ia mendorong kita menemukan dan memakai segala karunia yang Tuhan berikan untuk melayani sesama. Dengan cara itulah Allah dimuliakan.

Karunia Tuhan bagi setiap orang berbeda, tetapi pasti ada. Banyak orang menganggap diri tak bisa apa-apa, hanya karena tidak bisa bernyanyi atau bermain musik di gereja. Padahal apa pun kemampuan kita, bisa dipakai untuk melayani. Para pemangkas rambut bisa melayani dengan sisir, gunting, dan senyuman. Seorang sopir bisa mengantar lansia ke gereja. Anda pun pasti bisa berbuat sesuatu —JTI

Orang yang hatinya dipenuhi kasih Tuhan
tidak pernah kekurangan ladang pelayanan

1 Petrus 4:7-11
4:7. Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.
4:8 Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.
4:9 Berilah tumpangan seorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut.
4:10 Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.
4:11 Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya! Amin.
 
Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai
Mazmur 126:5

Bacaan: Mazmur 126
Setahun: Mazmur 20-23

Beberapa waktu lalu, harian Kompas pernah memuat kisah tentang Mak Tino, seorang perempuan tua berusia 63 tahun asal Cilacap. Sehari-hari ia bekerja sebagai pengumpul beras sisa yang jatuh dari truk pengangkut beras di pasar induk Cipinang. Rata-rata per hari ia bisa mengumpulkan 5 kilogram beras, yang dijualnya untuk makanan ayam seharga lima ribu rupiah. Dengan pendapatan seadanya itu, ia mampu menyekolahkan tiga anaknya sampai lulus SMP di kampungnya. Mak Tino tidak pernah menyesali jalan hidupnya. Ia sadar betul, itulah “bagian perjuangan” yang harus ia jalani.

Pada dasarnya, hidup adalah perjuangan; yakni perjuangan untuk meraih cita-cita, perjuangan untuk mewujudkan harapan. Selain itu kita juga harus berjuang untuk memenuhi panggilan hidup beriman; yakni menjadi berkat bagi dunia ini, serta membuat dunia di mana kita berada menjadi tempat yang lebih baik (Kisah Para Rasul 13:47). Sebagaimana dalam sebuah perjuangan pada umumnya, berlaku pula pepatah ini: “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian; bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.”

Jangan berkecil hati kalau karena mengejar cita-cita kita harus berlelah-lelah. Jangan patah hati kalau karena menanti-nanti harapan kita harus berpayah-payah. Dan jangan tawar hati kalau karena memperjuangkan iman kita harus bersusah-susah. Menaburlah terus dengan tekun dan teguh. Jerih lelah kita tidak akan sia-sia. Inilah yang dinyatakan oleh pemazmur dalam bacaan kita. Bahwa akan ada saatnya, kita menuai buah hasil kita “menabur benih” (ayat 6) —AYA

Jerih lelah kita selama menabur benih
tidak akan sia-sia

Mazmur 126
126:1 Nyanyian ziarah. Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi.
126:2 Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!"
126:3 TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.
126:4 Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!
126:5 Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.
126:6 Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.
 
Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai
Yakobus 3:18

Bacaan: Yakobus 3:13-18
Setahun: Mazmur 24-27

Ketegangan antara Amerika Serikat dengan Korea Utara sejak perang Korea lebih dari setengah abad lalu, tidak pernah reda. Bahkan, isu nuklir Korea Utara dalam beberapa tahun terakhir membuat hubungan mereka semakin kritis. Upaya diplomasi melalui perundingan berjalan sangat alot.

Atas prakarsa bersama, rombongan musik New York Philharmonic dari Amerika, menggelar konser musik di Teater Agung Pyongyang, ibukota Korea Utara, pada tanggal 26 Februari 2008. Konser yang diusung oleh tim berjumlah 350 orang itu mendapat sambutan luar biasa. Banyak orang yang menyaksikan langsung atau melalui siaran televisi, terharu dan meneteskan air mata. Konser itu berhasil merengkuh hati warga Korea. Rupanya cara ini telah menjadi sapaan damai yang lebih ampuh ketimbang gunboat diplomacy (diplomasi ancaman perang) dan ancaman embargo.

Di dunia ini, sebuah dalil berkata, “Untuk menegakkan perdamaian, kita harus siap berperang.” Namun kiranya dalil ini tak dianut oleh anak-anak Tuhan yang memiliki hikmat “dari atas”. Firman Tuhan mengajak kita untuk menegakkan perdamaian dengan cara yang berkebalikan dengan dalil dunia; kita harus menunjukkan kelemahlembutan (ayat 13)! Kita juga harus rela menghilangkan segala keirihatian, egoisme, dan sifat memegahkan diri—yang kerap kali menjadi pemicu ketidakdamaian (ayat 16). Selanjutnya kita diminta untuk memiliki hati yang murni, pendamai, peramah ... (ayat 17). Melalui jalan inilah kita akan menuai damai (ayat 18). Inilah tantangan kita hari ini; menjadi pembawa damai di mana pun kita berada —NDA

KEKERASAN LEBIH SERING MENIMBULKAN MASALAH BARU
Yakobus 3:13-18
3:13 Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan.
3:14 Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran!
3:15 Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan.
3:16 Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
3:17 Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.
3:18 Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.
 
Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya
1 Raja-raja 17:15

Bacaan: 1 Raja-raja 17:7-24
Setahun: Mazmur 28-31

Suatu malam, seorang wanita kulit hitam setengah baya bertahan di tepi jalan tol Alabama dalam guyuran hujan. Mobilnya mogok. Ia berusaha mencari tumpangan. Beruntung seorang pemuda bule berhenti dan membawanya ke pangkalan taksi. Walau tergesa, wanita tadi tak lupa menanyakan alamat si pemuda.

Tujuh hari kemudian, si pemuda mendapat kiriman televisi berwarna besar yang sangat mahal, dengan catatan: “Terima kasih telah menolong saya di jalan tol malam itu. Hujan tak hanya membasahi baju saya, tetapi juga jiwa saya. Untung Anda datang. Jadi, saya masih sempat hadir di sisi suami saya yang sekarat ... hingga wafat. Tuhan memberkati Anda karena tidak mementingkan diri sendiri”—Tertanda: Ny. Nat King Cole (istri penyanyi jaz terkenal tahun 1960-an).

Walaupun kecil, karya kemanusiaan tetaplah menggetarkan hati. Sang janda Sarfat hidup hanya bersama anak perempuannya, di zaman yang sulit karena kemarau panjang dan bencana kelaparan. Ia hanya memiliki sedikit minyak dan segenggam tepung yang tinggal sekali dimasak (ayat 12). Namun karena memercayai Allah, ia mau menolong Elia yang kesulitan. Allah pun memberkati tepung dan minyaknya hingga bencana kelaparan berlalu. Dan bukan cuma berkat jasmani! Ketika putri tunggalnya mati, Tuhan, melalui Elia, membangkitkannya (ayat 22).

Tuhan dapat memakai siapa pun untuk memberkati —seperti janda miskin di Sarfat yang menjadi saluran berkat bagi Elia. Dan, Tuhan menyediakan berkat tersembunyi bagi setiap hati yang tersentuh akan derita sesamanya. Anda rindu dipakai menjadi jalan berkat-Nya bagi sesama yang membutuhkan? Bertindaklah! —SST

TUHAN TIDAK MEMAKAI ORANG YANG MERASA MAMPU
TUHAN MEMAKAI ORANG YANG TAK MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI

1 Raja-raja 17:7-24
17:7 Tetapi sesudah beberapa waktu, sungai itu menjadi kering, sebab hujan tiada turun di negeri itu.
17:8 Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia:
17:9 "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan."
17:10 Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum."
17:11 Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: "Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti."
17:12 Perempuan itu menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati."
17:13 Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.
17:14 Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi."
17:15 Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.
17:16 Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.
17:17 Sesudah itu anak dari perempuan pemilik rumah itu jatuh sakit dan sakitnya itu sangat keras sampai tidak ada nafasnya lagi.
17:18 Kata perempuan itu kepada Elia: "Apakah maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku mati?"
17:19 Kata Elia kepadanya: "Berikanlah anakmu itu kepadaku." Elia mengambilnya dari pangkuan perempuan itu dan membawanya naik ke kamarnya di atas, dan membaringkan anak itu di tempat tidurnya.
17:20 Sesudah itu ia berseru kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, Allahku! Apakah Engkau menimpakan kemalangan ini atas janda ini juga, yang menerima aku sebagai penumpang, dengan membunuh anaknya?"
17:21 Lalu ia mengunjurkan badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya."
17:22 TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali.
17:23 Elia mengambil anak itu; ia membawanya turun dari kamar atas ke dalam rumah dan memberikannya kepada ibunya. Kata Elia: "Ini anakmu, ia sudah hidup!"
17:24 Kemudian kata perempuan itu kepada Elia: "Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar."
 
Mulai saat itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia
Yohanes 6:66

Bacaan: Yesaya 10:20-27
Setahun: Mazmur 32-35

Setiap orang pasti pernah kehilangan. Entah barang, harta, rumah, kesempatan, atau bahkan orang yang dicintai. Pengalaman kehilangan bisa melumpuhkan semangat hidup, bahkan mematikan pengharapan kita. Tengoklah betapa banyak orang yang putus asa akibat pahitnya pengalaman kehilangan.

Alkitab mencatat bahwa Allah pernah mengalami kehilangan umat yang dikasihi-Nya, karena berturut-turut mereka beralih kesetiaan. Jumlah orang yang percaya menurun secara bertahap. Israel menolak-Nya. Yehuda meninggalkan-Nya. Jumlah umat yang setia terus menipis. Namun, Dia tak pernah berhenti berkarya! Alih-alih memikirkan yang hilang, Dia memikirkan yang tersisa. Dia bekerja melalui mereka. Namanya “sisa Israel”. Yesaya sedang menggemakan penghayatan iman yang dinamai Teologi Sisa.

Yohanes melaporkan tentang ribuan pengikut Yesus yang pergi sesudah mendengar firman keras yang menantang iman. Tersisa hanya 12 murid! Namun, Yesus tidak kecewa atau putus harap. Dia tetap bekerja dengan sisa komposisi 12 murid itu, yang kelak justru menjadi fondasi Gereja di seluruh dunia.

Jika Anda sedang mengalami kehilangan, jangan berfokus pada yang telah hilang atau pergi, melainkan pada yang masih ada. Tidak berarti semua itu tidak penting, namun bukankah hidup harus terus berjalan? Hari esok harus kita songsong dengan tetap maju dan berkarya dengan apa yang “tersisa”. Sekecil apa pun itu. Waktu, kesempatan, kekuatan, keluarga, teman, sedikit uang ... apa saja yang masih ada pada kita. Hargai, syukuri, dan melangkahlah dengannya! —PAD

SAAT KEHILANGAN, BERFOKUSLAH PADA APA YANG MASIH ADA
AGAR JANGAN SEMUA HILANG, TERUTAMA PENGHARAPAN

Yesaya 10:20-27

10:20 Tetapi pada waktu itu sisa orang Israel dan orang yang terluput di antara kaum keturunan Yakub, tidak akan bersandar lagi kepada yang mengalahkannya, tetapi akan bersandar kepada TUHAN, Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tetap setia.
10:21 Suatu sisa akan kembali, sisa Yakub akan bertobat di hadapan Allah yang perkasa.
10:22 Sebab sekalipun bangsamu, hai Israel, seperti pasir di laut banyaknya, namun hanya sisanya akan kembali. TUHAN telah memastikan datangnya kebinasaan dan dari situ timbul keadilan yang meluap-luap.
10:23 Sungguh, kebinasaan yang sudah pasti akan dilaksanakan di atas seluruh bumi oleh Tuhan, TUHAN semesta alam.
10:24 Sebab itu beginilah firman Tuhan, TUHAN semesta alam: "Hai umat-Ku yang diam di Sion, janganlah takut terhadap Asyur, apabila mereka memukul engkau dengan gada dan menghantam engkau dengan tongkatnya, seperti yang dilakukan Mesir dahulu.
10:25 Sebab sedikit waktu lagi amarah-Ku atasmu akan berakhir, dan murka-Ku akan menyebabkan kehancuran mereka.
10:26 TUHAN semesta alam akan mencambuk mereka dengan cemeti, seperti Ia menghajar Midian di gunung batu Oreb, dan mengayunkan tongkat-Nya ke atas laut Teberau dan mengangkatnya seperti di Mesir dahulu.
10:27 Pada waktu itu beban yang ditimpakan mereka atas bahumu akan terbuang, dan kuk yang diletakkan mereka atas tengkukmu akan lenyap."
 
Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan
Filipi 1:21

Bacaan: Filipi 1:20-26
Setahun: Mazmur 36-39

Pada sekitar abad ke-2 ada seorang yang bernama Aristides yang menulis kesaksian demikian tentang cara hidup orang kristiani pada zaman itu demikian: “Apabila ada di antara mereka yang meninggal, mereka tidak mengantar jenazah dengan ratapan dan tangisan, tetapi justru dengan nyanyian dan pujian. Mereka melakukannya seolah-olah sedang menghantar orang yang berpindah tempat; dari satu tempat ke tempat lain yang lebih baik.”

Dalam perspektif iman kristiani, kematian hanyalah akhir dari kehidupan di dunia ini, sekaligus merupakan awal kehidupan baru dalam kekekalan. Kematian bisa diumpamakan sebagai orang yang membongkar kemah tempat tinggalnya (2 Korintus 5:2,4). Lalu ia pergi ke tempat baru, mendirikan kemah baru di sana, dan memulai lagi kehidupan yang baru.

Itulah sebabnya, seperti dikatakan oleh Rasul Paulus bahwa “hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” bagi orang-orang yang hidup di dalam Kristus, maka kematian bukan lagi sesuatu yang menakutkan dan karenanya perlu diiringi dengan ratapan. Namun, kematian adalah sebuah “jalan” untuk hidup bersama-sama dengan Kristus. Kalaupun kita menangis, itu lebih karena diri kita yang kehilangan atau keluarga yang ditinggalkan. Sementara saudara yang meninggal itu sendiri sudah berada di tempat yang lebih baik.

Jadi, sebetulnya tidak tepat mengiringi seseorang yang meninggal dengan ucapan, “Turut berdukacita.” Ucapan tersebut tidak mencerminkan iman kristiani. Untuk menyatakan empati dan simpati kepada keluarga, jauh lebih tepat bila kita mengucapkan: “Turut merasa kehilangan” —AYA

Hidup di dunia adalah kesempatan untuk mengumpulkan
bekal bagi kehidupan kekal nanti

Filipi 1:20-26

1:20 Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.
1:21 Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.
1:22 Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.
1:23 Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus--itu memang jauh lebih baik;
1:24 tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.
1:25 Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman,
1:26 sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu.
 
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur Matius 5:4

Bacaan:
2 Korintus 1:3-7
Setahun: Mazmur 40-43

Setiap orang pasti pernah berduka. Sebabnya bisa macam-macam; dari kehilangan hingga kerugian, dari tersakiti hingga terabaikan. Ketika susah, hati kita pedih dan perih. Realitas hidup terasa suram. Dalam kondisi demikian, bagaimana kita dapat berbahagia, seperti sabda Tuhan? Hari ini firman Tuhan ditujukan bagi Anda yang sedang berduka, juga bagi Anda yang hendak menolong orang berduka.

Ucapan Bahagia Yesus ini ditujukan kepada orang banyak, yang umumnya adalah rakyat jelata. Mereka berasal dari dalam juga luar negeri Israel (ada yang datang dari Dekapolis dan seberang Yordan), dan banyak di antara mereka pernah sakit fisik serta jiwa. Mereka adalah orang kebanyakan, orang-orang di akar rumput, yang disebut okhlos dalam bahasa Yunani. Bukan orang berpangkat hebat atau berkedudukan sosial mantap. Yesus berkata kepada mereka, “Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.” Betapa melegakan sabda ini! Pertama, Yesus mengemukakan kenyataan yang indah kepada mereka. Kedua, Yesus mengajar mereka untuk tidak digilas kedukaan. Kedukaan memang menyedihkan dan menyesakkan, namun ia tidak abadi. Setelah kedukaan, realitas akan berganti lewat penghiburan, yang dapat diwujudkan dalam tindakan cinta kasih. Ya, orang yang berduka adalah sasaran cinta kasih, demikian pesan Yesus. Dan inilah kuncinya bagaimana mereka yang berdukacita dapat berbahagia.

Hari ini, maukah kita menjadi saluran cinta kasih Tuhan bagi mereka yang menderita? Pergilah, lawatlah teman Anda yang sedang susah. Hadirkan hati Anda bagi mereka, agar mereka terhibur oleh cinta kasih Tuhan —DKL

TUHAN INGIN PENGHIBURAN DATANG
DARI LINGKARAN KELUARGA ALLAH YANG SALING MENOPANG

2 Korintus 1:3-7
1:3 Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan,
1:4 yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.
1:5 Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah.
1:6 Jika kami menderita, hal itu menjadi penghiburan dan keselamatan kamu; jika kami dihibur, maka hal itu adalah untuk penghiburan kamu, sehingga kamu beroleh kekuatan untuk dengan sabar menderita kesengsaraan yang sama seperti yang kami derita juga.
1:7 Dan pengharapan kami akan kamu adalah teguh, karena kami tahu, bahwa sama seperti kamu turut mengambil bagian dalam kesengsaraan kami, kamu juga turut mengambil bagian dalam penghiburan kami.
 
Orang-orang benar diselamatkan oleh TUHAN; Ia adalah tempat perlindungan mereka pada waktu kesesakan
Mazmur 37:39

Bacaan: Mazmur 37:34-40
Setahun: Mazmur 44-47

Apakah bisnis yang paling menguntungkan di masa krisis ekonomi? “Bisnis hiburan,” jawab Thomas M. Andersen, seorang konsultan investasi. Alasannya? Dalam majalah Kiplinger’s Personal Finance ia menulis: “Saat badai ekonomi menerpa, orang mencari penghiburan dan perlindungan dalam segelas wiski, satu pak rokok, atau keberuntungan di meja rolet. Fakta menyatakan bahwa saat ekonomi lesu; bisnis judi (kasino), minuman keras, dan dunia hiburan justru melonjak.” Ironis. Di sana orang merasa terhibur dan mendapat perlindungan, padahal di sana orang makin terjerumus ke dalam krisis!

Masa krisis kadang tak terhindarkan. Pemazmur pun pernah mengalaminya. Ada masa di mana ketidakadilan merajalela. Para pejabat yang semena-mena bertambah jaya. Sementara orang yang tulus hati dan jujur tambah miskin dan tertindas. Hati pemazmur terasa sesak. Ia butuh tempat penghiburan dan perlindungan. Namun, alih-alih lari pada hiburan duniawi yang semu, ia menjadikan Tuhan sebagai tempat perlindungan. Hasilnya sangat berbeda. Judi dan minuman keras hanya membuat orang lari dari kenyataan. Sebaliknya, kehadiran Tuhan membuat orang berani menghadapi kenyataan hidup terpahit dengan optimis. Pemazmur dimampukan menghadapi masa sulit itu dengan penuh harap. Sampai akhirnya Tuhan memulihkan negerinya.

Anda sedang dilanda krisis? Merasa penat dan butuh hiburan? Hati-hatilah memilih tempat perlindungan. Tempat hiburan semu hanya mengajak Anda lari sejenak dari kenyataan. Begitu kembali ke realita hidup, Anda bisa makin kehilangan semangat. Tidak demikian halnya jika Tuhan yang kita jadikan tempat perlindungan —JTI

Sebotol minuman keras cuma bisa memabukkan
Hanya Air Hidup YANG bisa memuaskan

Mazmur 37:34-40
37:34 Nantikanlah TUHAN dan tetap ikutilah jalan-Nya, maka Ia akan mengangkat engkau untuk mewarisi negeri, dan engkau akan melihat orang-orang fasik dilenyapkan.
37:35 Aku melihat seorang fasik yang gagah sombong, yang tumbuh mekar seperti pohon aras Libanon;
37:36 ketika aku lewat, lenyaplah ia, aku mencarinya, tetapi tidak ditemui.
37:37 Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai akan ada masa depan;
37:38 tetapi pendurhaka-pendurhaka akan dibinasakan bersama-sama, dan masa depan orang-orang fasik akan dilenyapkan.
37:39 Orang-orang benar diselamatkan oleh TUHAN; Ia adalah tempat perlindungan mereka pada waktu kesesakan;
37:40 TUHAN menolong mereka dan meluputkan mereka, Ia meluputkan mereka dari tangan orang-orang fasik dan menyelamatkan mereka, sebab mereka berlindung pada-Nya.
 
Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?
Ayub 2:10

Bacaan:
Ayub 2:1-10
Setahun: Mazmur 48-51

Arthur Ashe adalah petenis kulit hitam dari Amerika yang memenangkan tiga gelar juara Grand Slam; Amerika Open (1968), Australia Open (1970), dan Wimbledon (1975). Pada tahun 1979 ia terkena serangan jantung yang mengharuskannya menjalani operasi by pass. Setelah dua kali operasi, bukannya sembuh ia malah harus menghadapi kenyataan pahit, terinfeksi HIV melalui transfusi darah yang ia terima.

Seorang penggemarnya menulis surat kepadanya, “Mengapa Tuhan memilihmu untuk menderita penyakit itu?” Ashe menjawab, “Di dunia ini ada 50 juta anak yang ingin bermain tenis, di antaranya 5 juta orang yang bisa belajar bermain tenis, 500 ribu belajar menjadi pemain tenis profesional, 50 ribu datang ke arena untuk bertanding, 5.000 mencapai turnamen grand slam, 50 orang berhasil sampai ke Wimbledon, empat orang di semi final, dua orang berlaga di final. Dan ketika saya mengangkat trofi Wimbledon , saya tidak pernah bertanya kepada Tuhan, ‘Mengapa saya?’ Jadi ketika sekarang saya dalam kesakitan, tidak seharusnya juga saya bertanya kepada Tuhan, ‘Mengapa saya?’”

Sadar atau tidak, kerap kali kita merasa hanya pantas menerima hal-hal baik dalam hidup ini; kesuksesan, karier yang mulus, kesehatan. Ketika yang kita terima justru sebaliknya; penyakit, kesulitan, kegagalan, kita menganggap Tuhan tidak adil. Sehingga kita merasa berhak untuk menggugat Tuhan. Ashe, seperti juga Ayub dalam bacaan kita, tidak demikian. Itulah cerminan hidup beriman; tetap teguh dalam pengharapan, pun bila beban hidup menekan berat —AYA

Ketika menerima sesuatu yang buruk
ingatlah saat-saat ketika kita menerima yang baik

Ayub 2:1-10
2:1 Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datang juga Iblis untuk menghadap TUHAN.
2:2 Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Dari mana engkau?" Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi."
2:3 Firman TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan."
2:4 Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya.
2:5 Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu."
2:6 Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, ia dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya."
2:7 Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya.
2:8 Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu.
2:9 Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"
2:10 Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.
 
Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga
Matius 6:10

Bacaan: Matius 6:5-14
Setahun: Mazmur 52-55

Tony Blair memenangkan pemilu dengan keunggulan suara yang amat besar. Menjelang pengangkatannya sebagai Perdana Menteri Inggris, ia menghadap Ratu Elizabeth. Film The Queen menggambarkan bagaimana ia dengan penuh percaya diri berkata, “Yang Mulia, partai saya telah memenangkan pemilu dan karena itu sekarang saya menghadap dan memohon perkenan Yang Mulia untuk membentuk suatu pemerintahan.”

Sayangnya, ternyata sikap Blair itu menyalahi adat. Semestinya raja atau ratulah yang meminta kesediaan calon perdana menteri untuk menjalankan tugas. Namun, dengan lembut Ratu Elizabeth mengoreksinya. “Tugas telah ditetapkan atasku, sebagai ratu atasmu, untuk mengundang engkau menjadi Perdana Menteri dan membentuk pemerintahan di dalam namaku.”

Sistem pemerintahan monarki menyediakan ilustrasi menarik bagi dinamika kehidupan dalam Kerajaan Allah. Tak jarang, kita juga tergelincir bersikap seperti Tony Blair. Dengan penuh percaya diri kita merasa berhak “membentuk pemerintahan” sendiri, hidup secara egois menurut kemauan pribadi. Ini seperti sikap pemain orkestra yang mau menonjolkan kecakapannya sendiri, sehingga menyimpang dari aransemen, dan justru merusak harmoni.

Doa Bapa Kami menjungkirbalikkan ilusi tersebut. Yesus mengajarkan fokus hidup yang benar: kekudusan nama Allah, kerajaan-Nya, dan kehendak-Nya. Dia seperti dirigen yang menyodorkan notasi musik, mahakarya Sang Maestro, dan meminta kita memainkan bagian kita, mengikuti aransemen-Nya, guna mengumandangkan harmoni bagi Sang Raja, Allah Bapa kita —ARS

HIDUP BERPUSAT PADA DIRI SENDIRI MENDATANGKAN KEKACAUAN
HIDUP BERPUSAT PADA ALLAH MEMBUAHKAN KEHARMONISAN

Matius 6:5-14
6:5 "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
6:7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.
6:8 Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.
6:9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,
6:10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
6:11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya
6:12 dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
6:13 dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)
6:14 Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.
 
Namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku
Habakuk 3:18

Bacaan: Habakuk 3:17-19
Setahun: Mazmur 56-59

Bila segala sesuatu tampak tak terkendali dan di luar rencana sehingga mengganggu kenyamanan dan kestabilan, bagaimana kita menghadapinya? Doa Habakuk ini bukan doa yang nyaman. Realitas hidup Habakuk adalah ketidakadilan, penindasan yang merajalela. Payahnya, Tuhan seolah-olah membiarkan semuanya itu. Tidak ada keadilan! (Habakuk 1:2,3). Karenanya Tuhan menghukum Israel dengan perantaraan bangsa lain. Namun, bangsa lain yang menjarah ini kemudian akan berhadapan sendiri dengan murka Tuhan (2:6-20). Suasana benar-benar kelam. Di sinilah puisi doa Habakuk teruntai. Itulah sebabnya doa ini dinyanyikan dalam nada ratapan (ayat 3).

Habakuk memulai puisi ratapan tentang hidup yang mengkhawatirkan dengan merefleksikan kuasa Tuhan yang melebihi kekuatan-kekuatan mitologis (ayat 1-16). Masalahnya, kita sering menganggap kuasa-kuasa lain lebih berjaya daripada Tuhan. Kuasa Tuhan, entah bagaimana, kurang berasa. Di sinilah Habakuk menjadi contoh bagi kita. Perhatikan ungkapan sang nabi di akhir puisi doanya. Pesannya amat kuat dan jelas. Barangkali dapat dibahasakan ulang bahwasanya iman tidak boleh ditentukan oleh berkat Tuhan. Iman tidak ditentukan oleh baiknya situasi. Iman kepada Tuhan tidak boleh berubah relatif sesuai dengan apa yang enak atau tidak enak bagi kita. Dalam bahasanya sendiri Habakuk berdoa, “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon bakung tidak berbuah ... kambing domba terhalau dari kurungan ... namun aku akan bersorak-sorak, beria-ria di dalam Allah penyelamatku.”

Apakah dimensi iman yang sedewasa ini menjadi milik kita? —DKL

HABIS HUJAN TAMPAK PELANGI
TERHADAP TUHAN, JANGAN PERNAH PATAH HATI

Habakuk 3:17-19
3:17 Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,
3:18 namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.
3:19 ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku. (Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi).
 
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kehendak-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu
Matius 6:33

Bacaan: Matius 6:25-34
Setahun: Mazmur 60-63

Siapa bilang kekhawatiran tidak berguna? Kekhawatiran dalam kadar tertentu, jelas bermanfaat. Saya khawatir tak lulus ujian, karena itu saya belajar. Saya khawatir sakit, karena itu saya menjaga pola hidup dan rajin berolahraga. Saya khawatir akan hari depan pendidikan anak-anak, karena itu saya membayar premi asuransi pendidikan. Saya khawatir menjadi botak, karena itu saya memakai sampo penguat akar rambut, dan sebagainya.

Ya, khawatir dalam kadar dan konteks tertentu memang ada gunanya. Namun yang dimaksud Yesus dalam bacaan kita adalah kekhawatiran yang begitu besar, hingga menyingkirkan iman dari pusat kehidupan. Dalam bahasa Yunani, Yesus berkata, “Me merimnate.” Artinya, jangan terus-menerus khawatir begitu rupa. Bila kekhawatiran akan makanan, pakaian, dan kehidupan begitu besar, maka kita kehilangan iman. Jika kekhawatiran lebih besar dari iman, kita tak akan dapat mencari Kerajaan Allah lagi. Kerajaan Allah adalah realitas di mana Allah memerintah, sehingga kita menjadi tenang dan tenteram.

Setiap hari memiliki kesusahannya sendiri (ayat 34). Kalau pusat hati kita adalah kekhawatiran, kita menambah kesusahan hari ini dengan beban yang tak perlu, yang semakin membuat kita lemah lesu. Lalu bagaimana kita dapat menjadi seperti burung yang merdeka dan bunga yang tampil penuh dalam kesementaraannya? Kita mesti menghadapi persoalan dunia yang berat ini dengan berani. Kita mengakui beratnya masalah, namun juga mengakui bahwa Allah bertakhta atas masalah. Dengan demikian kita dapat menghidupi setiap hari dalam kadar ketegangan yang pas —DKL

MASALAH SELALU ADA, DATANG DAN PERGI
PEMELIHARAAN ALLAH SELALU ADA, BAHKAN TAK PERNAH PERGI

Matius 6:25-34
6:25 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
6:26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
6:27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
6:28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,
6:29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
6:30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?
6:31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
6:32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
 
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kehendak-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu
Matius 6:33

Bacaan: Matius 6:25-34
Setahun: Mazmur 60-63

Siapa bilang kekhawatiran tidak berguna? Kekhawatiran dalam kadar tertentu, jelas bermanfaat. Saya khawatir tak lulus ujian, karena itu saya belajar. Saya khawatir sakit, karena itu saya menjaga pola hidup dan rajin berolahraga. Saya khawatir akan hari depan pendidikan anak-anak, karena itu saya membayar premi asuransi pendidikan. Saya khawatir menjadi botak, karena itu saya memakai sampo penguat akar rambut, dan sebagainya.

Ya, khawatir dalam kadar dan konteks tertentu memang ada gunanya. Namun yang dimaksud Yesus dalam bacaan kita adalah kekhawatiran yang begitu besar, hingga menyingkirkan iman dari pusat kehidupan. Dalam bahasa Yunani, Yesus berkata, “Me merimnate.” Artinya, jangan terus-menerus khawatir begitu rupa. Bila kekhawatiran akan makanan, pakaian, dan kehidupan begitu besar, maka kita kehilangan iman. Jika kekhawatiran lebih besar dari iman, kita tak akan dapat mencari Kerajaan Allah lagi. Kerajaan Allah adalah realitas di mana Allah memerintah, sehingga kita menjadi tenang dan tenteram.

Setiap hari memiliki kesusahannya sendiri (ayat 34). Kalau pusat hati kita adalah kekhawatiran, kita menambah kesusahan hari ini dengan beban yang tak perlu, yang semakin membuat kita lemah lesu. Lalu bagaimana kita dapat menjadi seperti burung yang merdeka dan bunga yang tampil penuh dalam kesementaraannya? Kita mesti menghadapi persoalan dunia yang berat ini dengan berani. Kita mengakui beratnya masalah, namun juga mengakui bahwa Allah bertakhta atas masalah. Dengan demikian kita dapat menghidupi setiap hari dalam kadar ketegangan yang pas —DKL

MASALAH SELALU ADA, DATANG DAN PERGI
PEMELIHARAAN ALLAH SELALU ADA, BAHKAN TAK PERNAH PERGI

Matius 6:25-34
6:25 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
6:26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
6:27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
6:28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,
6:29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
6:30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?
6:31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
6:32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.