• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Renungan Harian/Saat Teduh.

“Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”
Mikha 6:8

Bacaan:
Matius 21:18-22
Setahun: 1 Tawarikh 24-26

Orang Farisi dan ahli Taurat adalah para pengajar dan penafsir Perjanjian Lama, khususnya kelima kitab Musa atau yang biasa disebut Pentateukh. Mereka sangat ketat memegang dan menjalankan aturan keagamaan dan adat istiadat, bahkan sampai begitu detail. Misalnya, tentang membawa beban pada Hari Sabat, tentang mencuci tangan, membasuh diri, atau mempersembahkan korban, semuanya punya aturan yang sangat terperinci. Orang yang melanggar atau yang tidak dapat menjalankannya dengan benar dan penuh bisa dikucilkan, dianggap tidak bermoral, bahkan dicap sebagai orang berdosa.

Tuhan Yesus sangat mengecam sikap tersebut. Sebab ibadah kepada Tuhan bukan hanya menyangkut aturan keagamaan (kultis), melainkan juga berkenaan dengan kehidupan sehari-hari (etis). Bukan hanya soal rajin ke gereja, berdoa, berpuasa, memberi persembahan, melainkan juga soal perilaku dan sikap hidup. Apalah artinya rajin ke gereja, tekun berdoa dan berpuasa, tidak pernah absen memberi persembahan, jika kita menutup mata terhadap ketidakadilan, tindakan kita jauh dari nilai kesetiaan, dan hati kita dipenuhi kesombongan? (Mikha 6:8).

Tuhan tidak ingin anak-anak-Nya melakukan ibadah hanya sebatas kulit, tidak mendarah daging; hanya menjalankan, tetapi tidak menjiwai. Sekadar menjadi orang-orang yang rajin mengikuti berbagai aturan keagamaan, tetapi tidak mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Orang-orang seperti ini seumpama pohon ara yang berdaun lebat, tetapi tidak berbuah (Matius 21:19). Tuhan Yesus pun mengutuknya —AYA

Ibadah yang sejati
tampak dalam hidup sehari-hari

Matius 21:18-22
21:18 Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar.
21:19 Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu.
21:20 Melihat kejadian itu tercenganglah murid-murid-Nya, lalu berkata: "Bagaimana mungkin pohon ara itu sekonyong-konyong menjadi kering?"
21:21 Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi.
21:22 Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya."
 
Kamu adalah sahabat-Ku
Yohanes 15:14

Bacaan: Yohanes 15:11-15
Setahun: 1 Tawarikh 27-29

Sahabat adalah orang yang kepadanya kita percaya. Dengan seorang sahabat kita dapat menceritakan semua kesesakan bahkan rahasia kita, sehingga kita beroleh kelegaan, ketenangan, dan kedamaian. Seorang sahabat bersedia memahami keadaan kita meski belum tentu selalu menyetujui pilihan-pilihan kita. Dengan sahabat, kita berani menjadi diri sendiri, tampil apa adanya tanpa perlu memakai polesan dan mengupayakan kesan tertentu.

Yesus berkata kepada kita, “Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku” (ayat 15). Semua yang penting dan perlu telah Dia bagikan kepada sahabat-sahabat-Nya. Wow, betapa terhormatnya kita, karena Yesus bersedia merendahkan diri dan memperlakukan kita sebagai sahabat-Nya. Bukan karena kita layak, melainkan karena Yesus melayakkan kita menjadi sahabat-Nya, sehingga Dia mau membagikan “rahasia”-Nya kepada kita, yakni segala sesuatu yang Dia ketahui dari Bapa-Nya. Bukan itu saja! Pada puncak pernyataan kasih-Nya, Dia bahkan memberikan nyawa-Nya untuk kita, sahabat-sahabat-Nya (ayat 13).

Pertanyaannya, apakah kita juga menjadikan Yesus sahabat kita? Sungguhkah kita rela memercayakan semua rahasia kepada-Nya, dan memberi tahu Dia tentang semua yang kita lakukan dan pergumulkan? Lebih jauh lagi, apakah kita juga rela memberikan nyawa kita demi Dia, Sahabat kita? Bahwa Yesus adalah Sahabat kita, itu pasti. Bahwa kita adalah sahabat Yesus, itu yang harus dibuktikan —DKL

Jika kita melakukan kehendak Allah dalam segala hal
kita akan dipimpin kepada hidup yang bahagia—Thecla Merlo

Yohanes 15:11-15

15:11 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.
15:12 Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.
15:13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
15:14 Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.
15:15 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.
 
Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau
Yesaya 49:15

Bacaan: Yesaya 40:27-31
Setahun: 2 Tawarikh 1-3

Puisi terkenal berjudul Foot Prints berkisah tentang seseorang yang tengah berjalan bersama Tuhan di sebuah pantai. Ketika menoleh ke belakang, ia melihat dua pasang jejak kaki; sepasang jejak kakinya, sepasang lagi jejak kaki Tuhan. Lalu ia menemukan, pada masa-masa berat dalam hidupnya, ternyata jejak kaki itu hanya tinggal sepasang. Ia pun memprotes, “Tuhan, pada masa-masa berat dalam hidupku, mengapa Engkau justru meninggalkan aku?” Tuhan menjawab, “Aku tidak pernah meninggalkanmu. Jejak kaki itu hanya sepasang karena Aku sedang menggendong kamu.”

Umat Israel dalam bacaan kita juga tengah mengalami masa-masa yang berat. Mereka harus kehilangan tanah air dan hidup sebagai bangsa “buangan” di negeri asing. Begitu berat rasanya hidup yang mesti dijalani hingga mereka merasa, “Hidupku tersembunyi dari Tuhan, dan hakku tidak diperhatikan Allahku” (ayat 27). Namun, benarkah Tuhan telah meninggalkan mereka? Tidak. Tuhan tidak pernah berhenti memerhatikan mereka (ayat 28); juga memberi kekuatan dan semangat (ayat 29). Kuncinya: tidak bersandar pada kekuatan sendiri (ayat 30), dan tetap berpaut kepada-Nya (ayat 31).

Jadi, apabila hidup kita menjadi sulit; beban hidup menekan hebat, kesusahan terus menghantam, dan kita seolah-olah berjalan di lorong gelap tak berujung, janganlah berkecil hati. Tetaplah berpaut kepada-Nya. Kasih-Nya melampaui kasih seorang ibu kepada anak kandungnya (Yesaya 49:15). Benar, Dia tidak selalu mengabulkan apa yang kita inginkan, tetapi Dia tidak akan pernah mengecewakan. Pasti —AYA

TUHAN TIDAK MENJANJIKAN JALAN HIDUP YANG MULUS
TETAPI DIA MENJANJIKAN KEKUATAN

Yesaya 40:27-31
40:27 Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: "Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?"
40:28 Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.
40:29 Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.
40:30 Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,
40:31 tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.
 
Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak
1 Korintus 9:27

Bacaan: 1 Korintus 9:24-27
Setahun: 2 Tawarikh 4-6

Para prajurit yang tidak ingin menjadi jenderal, bukan prajurit yang baik. Atlet yang tidak ingin menjadi juara adalah atlet yang buruk,” demikianlah bunyi salah satu tulisan penyemangat yang digantung di sebuah ruang pelatihan olahraga di Beijing , Cina. Untuk menyiapkan diri menghadapi pesta olahraga Olimpiade 2008 ini, para atlet Cina telah menjalani latihan keras sejak 6 tahun yang lalu. Selain itu, mereka punya sebuah lagu penyemangat yang berbunyi, “Laki-laki (berhati) baja tidak menangis. Kami mau menjadi pahlawan. Menjadi pemenang. Meraih emas!”

Bacaan kita hari ini juga berbicara tentang pertandingan. Paulus menulis bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi hanya ada satu yang mendapat hadiah. Jadi, Paulus menasihati kita agar menguasai diri dalam segala hal, bukan untuk mengejar hadiah yang sementara, melainkan mahkota yang abadi (ayat 25). Setiap anak Tuhan yang mau menjadi pemenang, tidak boleh berlari tanpa tujuan, tidak boleh menjadi petinju yang sembarangan memukul (ayat 26). Ini berarti, anak Tuhan jangan sampai hidup sembarangan, tanpa perencanaan, tanpa tujuan.

Apakah cita-cita Anda? Jawabannya bisa apa saja, terserah Anda. Namun, yang penting adalah merencanakan dan menyiapkan diri untuk meraih cita-cita Anda mulai dari sekarang. Nasihat Paulus di atas patut kita terapkan mulai hari ini, melalui beberapa langkah. Langkah pertama: kenalilah diri Anda. Langkah kedua: latihlah. Langkah selanjutnya: kuasailah! Mulailah melangkah dari langkah pertama! —CHA

Bermainlah sebaik-baiknya
maka gol akan tercipta sendiri—Pele

1 Korintus 9:24-27

9:24 Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!
9:25 Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.
9:26 Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.
9:27 Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.
 
Jika seseorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya
2 Timotius 2:21


Bacaan: 1 Petrus 1:13-19
Setahun: 2 Tawarikh 7-9

Bayangkan ada dua gelas di hadapan Anda. Yang satu terbuat dari kristal dengan ukiran cantik. Mahal, tetapi bagian dalamnya kotor dan berdebu. Yang satu lagi gelas plastik murahan, tetapi dicuci bersih. Jika Anda ingin minum, mana yang akan Anda pakai? Saya yakin Anda memilih gelas yang murah, tetapi bersih! Gelas semewah apa pun, jika dalamnya kotor dan berdebu, menjadi tidak berguna.

Setiap anak Tuhan adalah “gelas kristal”. Kristus telah menebus kita dengan darah yang mahal, sehingga kita menjadi milik-Nya yang sangat berharga (ayat 18,19). Itu sebabnya Tuhan ingin memakai kita menjadi alat-Nya, untuk menyalurkan “air hidup” kepada orang-orang di sekitar kita. Namun, itu akan terhalang jika kita tidak rajin membersihkan “debu” yang mengotori hati dan hidup kita.

Agar dapat dipakai Tuhan, kita harus hidup dalam kekudusan. Tak membiarkan hawa nafsu mencemari dan menguasai hati. Tuhan meminta kita menjadi kudus dalam seluruh aspek hidup. Bukan hanya di gereja, melainkan juga di tempat kerja dan dalam keluarga. Kata “kudus” berarti terpisah atau berbeda. Hidup kita harus dipisahkan, dikhususkan untuk memuliakan Tuhan. Berbeda dari cara hidup duniawi. Hidup kudus adalah keharusan, bukan pilihan. Tuhan berfirman, “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (ayat 16).

Adakah “kotoran” yang masih menempel di hati Anda? Bentuknya bisa berupa dendam, amarah, nafsu yang merusak, niat jahat, atau kebiasaan dosa yang terus dipelihara. Kita harus sering membersihkan hati. Membuatnya tetap murni, agar Tuhan dapat terus memakai kita menjadi saluran berkat-Nya. Sayang, jika kita hanya menjadi gelas kristal kotor; indah namun tak berguna —JTI

TANPA KEKUDUSAN
TAK SEORANG PUN AKAN MELIHAT TUHAN

1 Petrus 1:13-19

1:13 Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.
1:14 Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu,
1:15 tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,
1:16 sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
1:17 Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.
1:18 Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
1:19 melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
 
Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia
Kolose 3:23

Bacaan
: Kolose 3:5-17
Setahun: 2 Tawarikh 10-12

Menurut majalah Asiamoney yang beredar di Hongkong, Singapore Airlines memperoleh penghargaan sebagai maskapai penerbangan terbaik di Asia, selama 11 tahun berturut-turut. Belum lagi penghargaan lainnya. Pelayanan yang berkualitas adalah kunci kesuksesan perusahaan ini, sesuai dengan kode maskapai penerbangannya, SQ (Service Quality). Konsistensi (keteguhan pada prinsip), persistency (ketekunan), dan inovasi (penemuan ide baru) adalah tiga hal yang membuatnya bertahan dalam persaingan global.

Sebagai manusia yang baru di dalam Kristus, adakah kita memiliki semangat untuk selalu memberi kualitas terbaik dari semua yang kita miliki saat menjalani hidup di dunia ini? Bila Allah telah mengangkat hidup kita dari yang lama dahulu (ayat 7), dan memperbarui hidup kita dengan berbagai kualitas karakter seperti yang dikatakan dalam bacaan kita hari ini, sudahkah kita hidup seturut dengan perubahan tersebut? Dalam konteks pelayanan kepada Tuhan, sudahkah kita memberi yang maksimal dari kapasitas yang Tuhan percayakan?

SQ selalu mengupayakan pelayanan yang berkualitas sehingga para pelanggannya merasa puas. Jika demikian, bukankah kita harus lebih lagi memberi kualitas terbaik dalam seluruh aspek hidup ini—khususnya ketika kita melayani Tuhan, mengambil bagian dalam pekerjaan-Nya—untuk menyenangkan Tuhan? Kualitas terbaik yang diberikan adalah nilai luhur tertinggi dalam pelayanan gerejawi. Ini melebihi SQ. Nah, sudahkah kita memberikan yang terbaik bagi Raja Semesta Alam? Rindukah kita memberikan seluruh sumber daya dan kapasitas terbaik bagi Dia? —BL

Apa pun yang terjadi, beri yang terbaik sesuai kapasitas
SEBAGAI pertanggung jawaban KEPADA Tuhan

Kolose 3:5-17
3:5 Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala,
3:6 semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka).
3:7 Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya.
3:8 Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.
3:9 Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,
3:10 dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;
3:11 dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.
3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.
3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.
3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.
3:15 Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.
3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.
3:17 Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.
 
Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri
Galatia 5:22,23

Bacaan: Galatia 5:19-26
Setahun: 2 Tawarikh 13-15

Kerap kali orang secara keliru menyebut “buah-buah” Roh. Sesungguhnya Paulus tidak menulis agar orang kristiani mempunyai “buah-buah” Roh (jamak), tetapi “buah” Roh (tunggal, dari kata karpos). Memang ekspresinya bisa beragam: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tetapi, semuanya itu adalah satu. Konsekuensinya, kita tidak dapat membuat ranking (mengutamakan yang satu dan mengabaikan yang lain) atas ekspresi yang banyak ini.

Kita juga tidak dapat mempertentangkan berbagai ekspresi ini. Sungguh aneh bila seseorang bisa tampak sangat bersukacita, tetapi sekaligus tidak bisa menguasai diri. Memang Paulus tidak bermaksud menyatakan bahwa orang kristiani tidak memiliki kekurangan. Namun, Paulus hendak menekankan bahwa umat kristiani tidak boleh setengah-setengah menangkap karya Roh. Kita harus terus bekerja sama dengan Roh Kudus untuk mengolah kehidupan rohani secara menyeluruh. Ya, kita dipanggil untuk mengolah seluruh hidup, hati, dan realitas kita, secara utuh. Memang perjalanan menuju kehidupan rohani yang menyeluruh tidak segera sempurna, tetapi pada akhirnya kita mesti berjuang agar hidup kita menjadi kesaksian Kristus dalam segala hal.

Perjuangan kita adalah menjadi utuh, bukan sekadar mengusahakan kesalehan dan karunia yang tampak di depan mata. Karunia itu baik, tetapi apalah arti karunia Tuhan bila kita berbuah busuk? Apalah artinya buah kita tidak matang secara keseluruhan, mentah di sana-sini? Mana enak? —DKL

ROH KUDUS RINDU MENGUBAH SELURUH HIDUP KITA
BUKALAH SEMUA RUANGNYA

Galatia 5:19-26
5:19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
5:20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
5:21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
5:22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
5:23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
5:24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
5:25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,
5:26 dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.
 
Lalu mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus dan mulai berbicara dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk dikatakan
Kisah Para Rasul 2:4

Bacaan: Kisah Para Rasul 2 :1-13
Setahun: 2 Tawarikh 16-18

Bayangkan, misalnya di sebuah gereja sederhana di Jawa Tengah, tiba-tiba jemaatnya bisa berbahasa Jerman, Inggris, Prancis, Mandarin, Vietnam, Jepang, Korea, Spanyol, dan Italia. Betapa mencengangkan! Extravaganza! Begitulah kurang lebih yang dialami oleh para murid Yesus. Setelah berkumpul di suatu tempat, sepuluh hari sejak Yesus naik ke surga, mereka mengalami kepenuhan Roh Kudus. Diawali dengan bunyi tiupan angin keras dan lidah-lidah api yang menghinggapi mereka semua tanpa kecuali. Karena kepenuhan Roh Kudus itulah mereka lalu dapat berbicara dalam bahasa Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus, Asia, Frigia, Pamfilia, Mesir, Libia, Kirene, Roma, Kreta, dan Arab. Orang-orang Yahudi perantauan pun tercengang bukan buatan. Mereka mendengar orang-orang Yahudi nonperantauan berbicara dalam bahasa mereka. Dan, yang mereka dengar itu adalah perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah (ayat 11).

Dari sini jelas bagi kita bahwa karya Roh Kudus bermuara pada pemuliaan Allah. Jadi, adalah salah bila kita beranggapan bahwa karunia dan kepenuhan Roh Kudus terjadi untuk menunjukkan pencapaian rohani seseorang, atau untuk menggarisbawahi ranking kehidupan rohani seseorang. Lebih salah lagi, bila dipakai untuk menghakimi orang lain. Alih-alih terpusat pada diri sendiri, kepenuhan Roh Kudus terutama harus berpusat pada tindakan memuliakan Allah. Bila hal pokok ini ditindas oleh sikap egosentris dan sombong rohani, maka saatnya kita berkaca diri. Sebab pasti ada sesuatu yang salah dalam diri kita —DKL

Karunia Roh Kudus bermuara pada kemuliaan Allah
bukan kemegahan pribadi manusia
Kisah Para Rasul 2:1-13
2:1 Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat.
2:2 Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;
2:3 dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.
2:4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
2:5 Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit.
2:6 Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.
2:7 Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?
2:8 Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita:
2:9 kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia,
2:10 Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma,
2:11 baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah."
2:12 Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain: "Apakah artinya ini?"
2:13 Tetapi orang lain menyindir: "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis."
 
Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil
Mazmur 1:3

Bacaan: 2 Timotius 3:10-17
Setahun: 2 Tawarikh 19-21

Banyak orang Jepang gemar memelihara bonsai. Meski tinggi bonsai rata-rata hanya dalam hitungan sentimeter, pohon ini sudah berbentuk indah dan sempurna. Berkebalikan dengan itu, di Kalifornia ditemukan pohon hutan raksasa bernama Sequoia. Tinggi pohon ini luar biasa, bisa mencapai 90 meter, dan lingkar batangnya bisa mencapai 26 meter.

Saat masih berupa biji, bonsai dan Sequoia berukuran sama serta memiliki berat yang sama, yakni kurang dari satu miligram. Namun dalam masa pertumbuhan, keduanya mengalami perbedaan yang signifikan. Orang sengaja menghambat pertumbuhan biji bonsai, dengan harapan kelak mereka mendapatkan sebuah pohon mini yang indah. Sebaliknya, biji Sequoia dibiarkan mendapat gizi dari mineral, tumbuh di dekat sumber air, dan mendapat sinar matahari yang sangat cukup. Dengan begitu, ia menjadi pohon raksasa. Bayangkan saja, hanya dari satu pohon ini, kita dapat memperoleh kayu yang cukup untuk membangun 35 rumah dengan masing-masing lima kamar!

Timotius telah diajar mengenal firman Tuhan sejak kecil, dari ibu dan neneknya (ayat 14,15), juga dari didikan Paulus (ayat 10). Inilah kesempatan di mana jiwanya “diairi” dan “disinari matahari”. Selanjutnya, didikan itu menjadikannya pelayan Tuhan yang memiliki “iman yang tulus ikhlas” (2 Timotius 1:5), yang tetap kuat meski harus menderita sengsara dalam pelayanan (ayat 11). Seperti Timotius, kita pun dapat menyerap semua hal positif di sekitar kita; pengetahuan, semangat, pengalaman, teladan, dan terutama ajaran firman Tuhan, supaya iman kita tumbuh seperti Sequoia. Jangan biarkan hal negatif mengerdilkan iman kita seperti bonsai —ENO

DEKAT PADA YESUS SANG AIR HIDUP
Maka IMAN KITA BERTUMBUH SUBUR

2 Timotius 3:10-17

3:10 Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku.
3:11 Engkau telah ikut menderita penganiayaan dan sengsara seperti yang telah kuderita di Antiokhia dan di Ikonium dan di Listra. Semua penganiayaan itu kuderita dan Tuhan telah melepaskan aku dari padanya.
3:12 Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya,
3:13 sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan.
3:14 Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.
3:15 Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.
3:16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
3:17 Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.
 
Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur
2 Raja-raja 20:6

Bacaan: 2 Raja-raja 20:1-6
Setahun: 2 Tawarikh 22-24

Untuk apa Anda hidup? Banyak orang hidup hanya sekadar numpang lewat. Sibuk mencari uang dan menikmati hidup. Kehadirannya tidak memberi sumbangsih apa pun bagi dunia sekitar. Melaluinya, dunia tidak menjadi lebih baik. Malah ada orang yang hidupnya selalu menebar masalah. Untung, tidak semuanya begitu. Ada juga orang-orang yang berhasil mengubah dunia. Misalnya, Martin Luther King dan Ibu Teresa. Dunia merasa berutang budi saat mereka meninggal. Dunia menjadi berbeda karena mereka.

Raja Hizkia termasuk tokoh pembawa perubahan di negerinya. Selama 100 tahun, para raja di Yudea memerintah tanpa mengandalkan pimpinan Tuhan. Namun, Raja Hizkia berbeda. Ia berani melawan arus. Alih-alih mengikuti jejak raja-raja sebelumnya, ia menetapkan diri untuk memimpin Yudea kembali ke jalan Tuhan. Di tengah perjuangannya, ia jatuh sakit. Hampir mati. Ia pun memohon belas kasihan Tuhan, dan Tuhan memberinya berkat istimewa. Usianya diperpanjang 15 tahun. Bahkan, Tuhan berjanji menyertai perjuangannya; menyelamatkan rakyatnya dari serangan tentara Asyur. Ini tidak mengherankan. Allah suka memberi berkat istimewa bagi orang yang bisa dipakai-Nya untuk mengubah dunia.

Tuhan ingin memakai kita menjadi agen perubahan. Tidak harus perubahan besar. Perubahan kecil pun bisa sangat berarti. Kehadiran kita bisa menyentuh dan mengubah hidup orang-orang di sekitar kita. Membuat orang merasa senang, dikasihi, dan dihargai. Hadiah atau pujian kecil bisa mengenyahkan kesuraman hati seorang teman. Sebuah panggilan telepon atau e-mail bisa membuat sahabat kita merasa dicintai. Jadilah agen perubahan hari ini! —JTI

JIKA ANDA TERUS MENABUR BERKAT SETIAP HARI
PETUGAS MAKAM PUN AKAN MENANGISI KEPERGIAN ANDA

2 Raja-raja 20:1-6
20:1 Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos, dan berkata kepadanya: "Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi."
20:2 Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN:
20:3 "Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu." Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat.
20:4 Tetapi Yesaya belum lagi keluar dari pelataran tengah, tiba-tiba datanglah firman TUHAN kepadanya:
20:5 "Baliklah dan katakanlah kepada Hizkia, raja umat-Ku: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari yang ketiga engkau akan pergi ke rumah TUHAN.
20:6 Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur; Aku akan memagari kota ini oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hamba-Ku."
 
Jika kamu tidak menghalau penduduk negeri itu … mereka akan menyesatkan kamu
Bilangan 33:55

Bacaan: Bilangan 33:50-56
Setahun: 2 Tawarikh 25-27

Sebuah hasil penelitian dari majalah Time pada Oktober 2006 menjelaskan bahwa kebiasaan buruk itu menular. Seorang adik yang kakaknya hamil di luar nikah punya kecenderungan 4-6 kali lipat untuk hamil di luar nikah juga, dibandingkan seorang adik yang kakaknya berperilaku baik. Begitu pula seorang kakak yang memiliki kebiasaan merokok atau mabuk, dapat menularkan kebiasaan buruk itu kepada adiknya.

Mengingat bahwa kebiasaan buruk dapat menular, kita harus memberantasnya sesegera mungkin. Itu sebabnya sebelum bangsa Israel tiba di Kanaan, Tuhan meminta Musa mengusir seluruh penduduk negeri itu (ayat 52). Mengapa? Penduduk Kanaan dikenal sebagai penyembah dewa-dewi. Mereka memiliki banyak tempat penyembahan berhala, bahkan bukit-bukit tempat mempersembahkan korban manusia. Supaya kebiasaan buruk mereka tidak menular pada bangsa Israel , semua itu harus dimusnahkan.

Hal senada diungkapkan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Kolose. Orang kristiani harus menanggalkan manusia lama dengan kebiasaan buruknya, lalu mengenakan manusia baru (Kolose 3:9,10). Bagaimana mengusir kebiasaan buruk? Gantilah dengan kebiasaan baik. Dan, penanaman kebiasaan baik ini perlu dilakukan serentak oleh segenap anggota keluarga. Yosua berkata, “Aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!” (Yosua 24:15).

Adakah kebiasaan buruk yang perlu Anda buang? Gantilah segera dengan kebiasaan baik. Ingatlah: kebiasaan buruk bukan hanya merugikan Anda, melainkan juga merugikan orang-orang yang dekat dengan Anda, karena ia menular —JTI

Kebiasaan buruk ibarat virus
Anda tak perlu berbuat apa PUN untuk menularkannya

Bilangan 33:50-56
33:50 TUHAN berfirman kepada Musa di dataran Moab di tepi sungai Yordan dekat Yerikho:
33:51 "Berbicaralah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka: Apabila kamu menyeberangi sungai Yordan ke tanah Kanaan,
33:52 maka haruslah kamu menghalau semua penduduk negeri itu dari depanmu dan membinasakan segala batu berukir kepunyaan mereka; juga haruslah kamu membinasakan segala patung tuangan mereka dan memusnahkan segala bukit pengorbanan mereka.
33:53 Haruslah kamu menduduki negeri itu dan diam di sana, sebab kepadamulah Kuberikan negeri itu untuk diduduki.
33:54 Maka haruslah kamu membagi negeri itu sebagai milik pusaka dengan membuang undi menurut kaummu: kepada yang besar jumlahnya haruslah kamu memberikan milik pusaka yang besar, dan kepada yang kecil jumlahnya haruslah kamu memberikan milik pusaka yang kecil; yang ditunjuk oleh undi bagi masing-masing, itulah bagian undiannya; menurut suku nenek moyangmu haruslah kamu membagi milik pusaka itu.
33:55 Tetapi jika kamu tidak menghalau penduduk negeri itu dari depanmu, maka orang-orang yang kamu tinggalkan hidup dari mereka akan menjadi seperti selumbar di matamu dan seperti duri yang menusuk lambungmu, dan mereka akan menyesatkan kamu di negeri yang kamu diami itu.
33:56 Maka akan Kulakukan kepadamu seperti yang Kurancang melakukan kepada mereka."
 
Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan
Yohanes 6:9

Bacaan: Yohanes 6:1-14
Setahun: 2 Tawarikh 28-30

Suatu Minggu pagi, salju menyelimuti Colchester di Inggris. Semula John Egglen berniat tinggal di rumah, sebab berjalan kaki hampir 10 kilometer ke gereja dalam cuaca bersalju tidaklah mudah. Namun, tanggung jawab sebagai diaken membuatnya berubah pikiran. Di gereja, hanya 12 jemaat yang hadir dan satu jiwa baru—seorang remaja 13 tahun. Pendeta tidak bisa datang karena rumahnya tertimbun salju. Sebagian jemaat menyarankan kebaktian ditiadakan. Namun, Egglen tetap mengadakan kebaktian. Karena pendeta tidak hadir, Egglen pun berkhotbah. Khotbahnya begitu buruk, sebab ia memang tak bertalenta di situ dan baru pertama kali berbicara di depan banyak orang. Namun, setelah mendengar khotbah itu, remaja tersebut menyerahkan diri kepada Tuhan.

Tahukah Anda, siapa remaja itu? Charles Haddon Spurgeon! Seorang pengkhotbah legendaris di Inggris. Andai Egglen memutuskan tinggal di rumah dan meniadakan kebaktian, mungkin Inggris atau bahkan kekristenan takkan pernah memiliki Spurgeon. Pada Minggu pagi yang dingin itu, Egglen mencatat sejarah.

Sesungguhnya, setiap hari kita punya kesempatan mencipta sejarah. Mungkin Anda seorang guru Sekolah Minggu yang menghadapi murid-murid bandel. Namun, tetaplah setia, sebab siapa tahu kelak seorang dari mereka akan dipakai Tuhan dengan luar biasa. Ingat pula kisah Agustinus. Setiap hari—selama 14 tahun—ibunya berdoa bagi Agustinus hingga ia bertobat dan mengguncang dunia dengan pelayanannya. Anak kecil dalam Yohanes 6 juga adalah anak biasa, yang bahkan namanya tidak dikenal. Namun lewat kemurahan hatinya, mukjizat Yesus tercatat dalam Alkitab —PK

SETIAP ADA KESEMPATAN, LAKUKANLAH YANG TERBAIK
MAKA KITA AKAN BERKESEMPATAN UNTUK MENCIPTA SEJARAH

Yohanes 6:1-14
6:1 Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias.
6:2 Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit.
6:3 Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya.
6:4 Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat.
6:5 Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?"
6:6 Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya.
6:7 Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja."
6:8 Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya:
6:9 "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?"
6:10 Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya.
6:11 Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki.
6:12 Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang."
6:13 Maka merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan.
6:14 Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia."
 
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri
Matius 22:39

Bacaan: Kejadian 1:26,27; Matius 22:36-40
Setahun: 2 Tawarikh 31-33

Belakangan ini di Jakarta , pemukulan tanpa ampun terhadap seorang pencuri sudah menjadi pemandangan biasa. Bahkan, pernah ada yang mengerikan; massa yang mengamuk membakar hidup-hidup si pencuri. Tak sedikit orang mengambil risiko itu dan mempermalukan diri sendiri demi mencukupi kebutuhan hidup. Memang, mencuri bukan tindakan yang benar. Namun, massa yang main hakim sendiri secara kejam juga tak dapat dibenarkan. Mereka tak lagi peduli bahwa orang yang mereka hakimi secara keji adalah ciptaan Tuhan.

Sejak mula manusia dicipta, Allah menyatakan, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita ...” (Kejadian 1:26). Ini berarti bahwa setiap manusia—siapa pun dia—adalah gambaran Allah yang mulia. Lalu bila demikian, bagaimana seharusnya kita memperlakukan mereka? Bagaimana sikap anak Tuhan dalam dunia yang semakin tidak menghargai nilai seorang manusia? Firman Tuhan meminta hal yang sederhana; “Kasihilah sesamamu ... seperti dirimu sendiri” (Matius 22:39).

Sudahkah kita terus berusaha memperlakukan setiap orang sebagai gambar dan rupa Allah? Atau, apakah kita turut menindas ciptaan Allah di sekeliling kita; para pembantu, bawahan, orang miskin, dan sebagainya? Yesus bahkan mengajak kita untuk mengasihi musuh, karena mereka juga gambar dan rupa Allah. Bila kita pernah merendahkan gambar dan rupa Allah dalam diri orang lain, kiranya kita dengan rendah hati memohon ampun kepada Allah. Mari kita ubah sikap dan pikiran yang negatif saat memandang sesama. Kiranya Allah disenangkan saat manusia belajar saling mengasihi —BL

Perlakukan setiap ORANG dengan kasih yang besar
untuk menghormati Tuhan, Sang Pemberi Hidup

Kejadian 1:26,27
1:26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

Matius 22:36-40
22:36 "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?"
22:37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
22:40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
 
The Lord is the judge of our motives.
Proverbs 16:2 CEV

Solomon said, "We may think we know what is right, but the Lord is the judge of our motives" (Proverbs 16:2 CEV). Writer Isabel Wolseley says, "I'm a placid, get-along-with-everybody person. But that changed when my friend and I had a disagreement. I told her I was right, and why, and others commended me for having been right. The trouble is, I didn't feel any better… I felt worse. 'Lord,' I prayed, 'You know I was right, so why do I feel so terrible?' I stewed for several days then I sensed His answer: 'Yes, you were right, but your attitude was wrong!' I won a little victory in a difference of opinion, but I'd lost in the realm of friendship. I asked my friend to forgive me. She did, and our relationship was restored. This happened several years ago, and know what? I can't even remember what the argument was about. It seemed so all-absorbing at the time. Not now."

Don't let your need to 'always be right' rob you of opportunities to show grace and allow God to deal with others. To the hard-headed amongst us James writes, "Be quick to hear [and] slow to speak" (James 1:19 NRS). You must earn the right to speak into someone's life, and that takes time. It also means trying to understand what they're going through, otherwise they'll tune you out. Ask yourself, 'What's my goal? To win the argument? To look good and sound smart?' That's a guaranteed formula for damaging relationships. Paul writes, "Let the Spirit renew your thoughts and attitudes" (Ephesians 4:23 NLT).

Bottom line: when you pay attention to the Holy Spirit He will tell you when you need an attitude adjustment.


Daily Bible Reading:
Titus 1-3, Mark 12:35-44, Psalm 88:9-18, Proverbs 11:5-8
 
In everything God works for the good of those who love Him… because that was His plan.
Romans 8:28 NCV
When you're in a situation where you've got more questions than answers, it takes faith to accept that "in everything God works for the good of those who love Him" (Romans 8:28 NCV). What you consider wasted experiences can become confidence-builders and priceless sources of insight - when you decide to learn from them! If you don't, they'll keep happening till you do. The Israelites went in circles for 40 years before they finally wised up. Don't let that happen to you.

When you get too comfortable God stirs things up. The mother eagle teaches her little ones to fly by making their nest so uncomfortable that they're forced out of it. Next they are pushed off a cliff edge. Can you imagine their thoughts: 'It's my mother doing this?' Who and where you are at this moment in time has been divinely appointed. God in His wisdom knows that you need the challenge of certain situations to mature and stretch you. The job you dread going to every day is developing your skills, endurance and sense of responsibility. Those people who rub you the wrong way are actually making you more like Jesus!

Paul says God "understands… and knows what is best for us at all times" (Ephesians 1:8 TLB). So instead of asking Him to change things, thank Him for the experience and the lessons you're learning. And if you can't figure out what those lessons are, ask Him. James says, "If… you need wisdom… ask God" (James 1:5 CEV). When you do, you'll discover - it's all part of His plan!


Daily Bible Reading:
Numbers 34-36, Mark 12:1-12, Psalm 72:1-11, Proverbs 3:9-12
 
All Scripture is God-breathed.
2 Timothy 3:16 NIV

The first deception ever recorded was the one where Satan, disguised as a serpent, convinced Eve that God didn't really mean what He said. And he's still using the same tactic. You hear it in comments like: (a) "If you're sincere, it doesn't matter what you believe." What if you're sincerely wrong? If your car brakes don't work your sincerity won't stop you - telephone poles and buildings will. (b) "We must be careful not to offend anyone." What if people don't want to hear the truth or live according to it? Should we soften or edit the Scriptures based on what we think they can handle? If you love someone, wouldn't you interrupt their sleep to keep them from burning up with the house? (c) "There is truth in the Bible, but not all the Bible is true." Paul writes that "All Scripture is God-breathed" (2 Timothy 3:16 NIV). And Isaiah says, "If they speak not according to this Word, it is because there is no light in them" (Isaiah 8:20). One hundred centremetres make one metre, otherwise we're all open to each other's interpretations and subject to each other's value judgments - and somebody's going to get the short end of the stick.

Now, when we become arrogant in presenting the truth, then Christ's cause suffers and Spiritually hungry people are turned off. We, who have received grace and mercy, must show it. But let's not compromise what God's Word says. Interestingly, when polled recently, the majority of today's young people (aged 16 - 29) said, "Give it to me straight. And if you don't live it, don't give it!" How refreshing!

Bottom line: God's Word is wholly, solely, fully, completely and altogether true. So be faithful to the Scriptures!



Daily Bible Reading
:
Numbers 19-21, Mark 10:23-34, Psalm 44:1-8, Proverbs 2:3-6
 
Ayat bacaan: Ibrani 13:15
====================

"Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya."​


Dalam hubungan anda dengan pasangan, apakah itu istri, atau masih dalam status pacaran, apakah anda butuh ungkapan cinta lewat kata2? Saya rasa adalah kebutuhan setiap orang untuk mencintai dan merasa dicintai. Ada orang yang tidak terbiasa mengungkapkan kata2 cinta yang romantis atau puji2an, tapi mereka memilih melakukan lewat perbuatan. Tapi saya rasa semua akan setuju apabila kita terkadang butuh sebuah bentuk pengakuan lewat serangkaian kata. Bayangkan jika anda mengajukan pertanyaan pada pasangan anda, "apakah kamu mencintaiku?" dan jawaban yang anda dapati adalah betapa pasangan anda telah mendedikasikan waktunya untuk anda, mencuci, ngepel, ngurusin anak dan lain lain. Padahal yang anda butuhkan hanyalah sekedar ucapan, "ya, saya sangat mencintai kamu.." as simple as that.

Begitu juga hubungan antara kita dan Tuhan. Mungkin banyak yang diantara kita telah memperlihatkan kasih pada Tuhan lewat melakukan banyak hal. Dia menginginkan kepatuhan kita, Dia menginginkan perbuatan baik kita, tapi Dia juga menginginkan korban syukur berupa ucapan yang keluar dari bibir kita. Tuhan rindu mendengar perkataan kita anak2Nya, sebesar apa arti kehadiranNya dalam kehidupan kita.

Coba ingat2, kapan terakhir kali anda mengatakan kepada Tuhan sebesar apa anda mengasihi Dia, selain berkeluh kesah dan memohon pertolonganNya dalam kehidupan anda? Jika selama ini anda telah memiliki waktu2 yang sudah terjadwal pada pagi dan malam hari untuk membangun mesbah, sekarang saatnya anda mengungkapkan kecintaan Anda pada Tuhan tanpa dibatasi oleh waktu2 yang terjadwal. Ada 24 jam waktu untuk itu dalam sehari, dan rasanya anda tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk mengungkapkan betapa anda mengasihi Dia.


Selain perbuatan baik, kepatuhan dan kerelaan untuk membantu sesama, Tuhan rindu persembahan korban syukur anda lewat pengakuan dari bibir anda sendiri. Katakanlah hari ini juga.
 
If God is for us, who can be against us?
Romans 8:31 NIV
To reach your God-ordained destiny you must do these seven things:

(1) Refuse to give in to wrong thoughts. Guard your mind. Make it a walled city that refuses to allow negative thoughts and harmful influences to penetrate.
(2) Resist any temptation toward introspection. Only the Holy Spirit has the right to search the hearts and minds of men. When the Lord is ready to reveal an area of your life that needs correction, He will.
(3) Fight, using God's Word. Let the Rhema Word, the God-breathed Word found in Scripture, be your strength in times of difficulty and testing. In the wilderness temptation, Jesus used Scripture to put Satan to flight. And the weapon of God's Word still works today.
(4) Listen to the still small voice of God within. God doesn't play hide-and-seek with His will. Discipline yourself to spend unhurried time with Him and you'll thrive.
(5) Shift to a higher level of faith. Before killing Goliath, David had to kill a lion and a bear. Today we are contending with issues that require us to move to a new level of faith.
(6) Get into proper alignment. God's aligning His people - putting together those who'll stand as one in the day of battle. It's imperative to know who you can go to war with. You only discover such people in times of testing. Treasure them - they're 'covenant relationships'.
(7) Ask God to give you understanding about the place you are in. Knowing you are in preparation for your destiny will keep you from pulling back, wavering or throwing in the sponge.


Daily Bible Reading:
Hebrews 5-8, Mark 13:12-23, Psalm 97, Proverbs 11:12-14
 
Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu—yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api
1 Petrus 1:7

Bacaan: 1 Petrus 1:1-9
Setahun: Nehemia 3-5

Ibu Merry berusia 72 tahun. Ia menderita kanker lever stadium akut. Dokter sudah memvonis bahwa hidupnya hanya tinggal hitungan bulan. Perutnya membesar, dan kerap kali ia harus menanggung kesakitan di sekujur tubuh. Suatu hari, saya dan istri menengoknya di rumah sakit. Kami berbincang-bincang. Wajahnya yang kurus pucat tidak melunturkan semangat dan senyumnya. Saya membacakan firman Tuhan. Sebelum berdoa, saya mengajaknya bernyanyi, sebab ia senang menyanyi. “Tante mau nyanyi lagu apa?” tanya saya. “Lagu Berserah kepada Yesus,” jawabnya. Kami pun bernyanyi bersama.

Sungguh luar biasa. Seseorang yang seakan-akan sudah dekat dengan kematian dan di tengah deraan sakit yang hebat, melantunkan pujian: “Aku berserah, aku berserah, kepada-Mu Juru Selamat, aku berserah.” Inilah iman yang sejati. Sangatlah biasa bila dalam keadaaan berkelimpahan, hidup senang, dan sehat walafiat, seseorang memuji-muji Tuhan. Akan tetapi, sungguh istimewa bila di tengah kesulitan hidup, dalam pencobaan yang berat, seseorang masih bisa memuji dan mengagungkan nama Tuhan.

Surat Petrus yang pertama ditujukan kepada umat kristiani yang tersebar di Pontus , Galatia , Kapadokia, Asia Kecil, dan Bitinia (ayat 1). Mereka tengah mengalami tekanan dan penganiayaan hebat akibat iman mereka. Namun, Petrus mengingatkan mereka untuk tetap gembira walau harus menanggung semua kesulitan itu (ayat 6). Nasihat ini juga berlaku bagi kita yang mengalami tekanan hidup. Tetaplah bergembira. Pandanglah pencobaan sebagai sarana untuk “membuktikan” kemurnian iman kita —AYA

Iman, seperti juga cinta,
teruji pada saat yang sulit
1 Petrus 1:1-9
1:1 Dari Petrus, rasul Yesus Kristus, kepada orang-orang pendatang, yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia,
1:2 yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. Kiranya kasih karunia dan damai sejahtera makin melimpah atas kamu.
1:3 Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,
1:4 untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.
1:5 Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.
1:6 Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.
1:7 Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.
1:8 Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan,
1:9 karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.
 
Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya
Pengkhotbah 3:1

Bacaan: Pengkhotbah 3:1-15
Setahun: Nehemia 6-8

Bagi penduduk Amerika, jembatan Mississippi memiliki peran yang vital dalam menghubung kan perekonomian negara bagian Minnesota yang berbasis pertanian. Jembatan sepanjang 27,6 kilometer itu menghubungkan kota Minneapolis dan Saint Paul . Jembatan itu dibangun oleh Departemen Transportasi Minnesota pada 1967 dengan tinggi 64 kaki atau sekitar 20 meter. Namun, jembatan delapan lajur tersebut ambruk pada Rabu, 1 Agustus 2007, pukul 18.00 waktu setempat. Diduga jembatan runtuh bukan karena aksi teror, melainkan karena konstruksi jembatan telah rapuh ditelan usia. Jembatan yang berusia empat puluh tahun tersebut, akhirnya ambruk juga.

Firman Tuhan dengan tepat mengatakan “segala sesuatu ada masanya” (ayat 1). Sekolah kehidupan telah mengajar Salomo, raja Israel di Yerusalem, bahwa segala sesuatu ada waktunya. Waktu berlalu begitu cepat. Tak seorang pun mampu menahannya. Sepanjang berproses dengan waktu, seseorang dapat menikmati dinamika kehidupan. Ada waktu yang menyenangkan, ada juga waktu yang menyedihkan. Namun, Allah selalu membuat segala sesuatu indah pada waktunya.

Selagi napas dikandung badan, menggunakan waktu dengan bertanggung jawab adalah suatu keharusan. Bukankah segala sesuatu akan terus berubah? Filsuf Heraclitus memberikan ungkapan bijak, “Tidak ada yang tetap di dunia ini kecuali perubahan.” Hari ini kita masih bernapas, besok belum tentu. Hari ini kita masih bekerja dengan gagah, besok tidak tahu. Oleh karena itu, mari kita menaklukkan diri kepada-Nya sebelum ambruk bak jembatan Mississippi —MZ

Orang yang Bijak memedulikan Waktu

Pengkhotbah 3:1-15
3:1 Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
3:2 Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;
3:3 ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun;
3:4 ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;
3:5 ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk;
3:6 ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang;
3:7 ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara;
3:8 ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.
3:9 Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah?
3:10 Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya.
3:11 Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
3:12 Aku tahu bahwa untuk mereka tak ada yang lebih baik dari pada bersuka-suka dan menikmati kesenangan dalam hidup mereka.
3:13 Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah.
3:14 Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia.
3:15 Yang sekarang ada dulu sudah ada, dan yang akan ada sudah lama ada; dan Allah mencari yang sudah lalu.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.