• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Renungan Harian/Saat Teduh.

Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah
Matius 13:23

Bacaan: Matius 13:3-9, 18-23
Setahun: Nehemia 9-11

Jenmanii adalah tanaman yang sepintas mirip talas. Para pecinta anturium berani membelinya dengan harga mahal. Biji Jenmanii yang siap disemai, umbi, bunga, dan kecambah hasil semaian bisa dijual ratusan ribu rupiah. Bila sudah besar, harganya bisa mencapai jutaan rupiah. Jenmanii memang memiliki tekstur dan hijau daun yang indah. Terkesan gagah, anggun, mewah, dan memendarkan keunggulan. Tanaman ini juga memiliki daya hidup yang sangat kuat. Dan inilah rahasianya; biji Jenmanii harus ditaruh di media tanam yang tepat agar dapat tumbuh dengan baik.

Terkadang kita mungkin bertanya-tanya, mengapa tidak semua benih firman yang kita terima membuat kita bertumbuh menjadi orang kristiani yang “unggul dan berkelas” seperti Jenmanii? Padahal kita sudah beribadah di gereja yang baik, mendapat pelayanan terbaik, bahkan mungkin hadir dalam setiap Kebaktian Kebangunan Rohani! Namun, rasanya kerohanian kita biasa saja. Mengapa demikian? Kita menemukan jawabannya dalam perumpamaan Yesus tentang seorang penabur. Biji yang ditaburnya tidak akan bertumbuh bila tanah yang menerimanya kering di pinggir jalan (ayat 4,19), berbatu-batu (ayat 5,6,20,21) atau penuh semak berduri (ayat 7,22). Benih itu hanya akan tumbuh pada tanah yang baik (ayat 8,23).

Tuhan ingin kita bertumbuh menjadi pribadi unggul. Mulailah dengan langkah kecil, yakni dengan menerapkan firman yang kita terima tiap-tiap hari. Kita perlu menjaga hati agar selalu siap menerima firman, memahaminya, dan benar-benar melakukannya. Dengan demikian, kita pun sungguh-sungguh berbuah bagi-Nya! —AGS

Tuhan tidak mau kita menjadi pribadi yang biasa-biasa saja
Dia mau kita menjadi pribadi yang luar biasa

Matius 13:3-9, 18-23

13:3 Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.
13:4 Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
13:5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.
13:6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
13:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati.
13:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.
13:9 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

13:18 Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu.
13:19 Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.
13:20 Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira.
13:21 Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad.
13:22 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
13:23 Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."
 
Segala hal dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku
Filipi 4:13

Bacaan: Filipi 4:10-19
Setahun: Nehemia 12-13; Ester 1

Pada suatu malam, anak pertama saya yang berusia 5 tahun mengalami panas tinggi. Saat itu saya sedang hamil tua. Dengan perut besar, saya menggendong anak pertama saya ke rumah sakit. Akibat panasnya itu, ia mengigau dan mengeluarkan darah dari hidung, telinga, dan mulutnya. Dalam keadaan demikian saya berdoa memohon kebaikan Tuhan, dan Roh Kudus mengingatkan saya akan firman Tuhan, “Segala hal dapat kutanggung dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (ayat 13). Melalui ayat tersebut, saya tahu Roh Kudus menguatkan saya untuk melewati masa yang berat itu.

Paulus membukakan sebuah rahasia kepada kita agar dapat kuat menanggung segala sesuatu, yakni hidup di dalam Tuhan, yang dapat memenuhi segala keperluan kita menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya (ayat 19). Apa pun yang terjadi, tidak ada kekuatan yang lebih besar dari kekuatan yang berasal dari Tuhan. Paulus sudah membuktikan hal ini.

Memang ada banyak hal di dunia ini yang dapat menjauhkan kita dari Tuhan, sehingga kita tidak lagi hidup di dalam Dia. Bisa berupa hal yang berkaitan dengan kelimpahan atau kekurangan. Bisa juga berupa hal yang berkaitan dengan kekenyangan atau kelaparan (ayat 12). Namun, Paulus yang telah mengalami semua itu, mengingatkan kita agar jangan terkecoh oleh apa pun yang dapat membuat kita tidak berada di dalam Tuhan. Mari kita belajar mencukupkan diri dalam segala hal (ayat 11) dan memohon rahmat-Nya setiap hari, supaya Roh Kudus memberi hati yang bijak dan menolong kita untuk terus ada di dalam Tuhan —CHA

hanya DENGAN TETAP berada di dalam tuhan
KITA BEROLEH KEKUATAN YANG KITA PERLUKAN
Filipi 4:10-19
4:10 Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu.
4:11 Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.
4:12 Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.
4:13 Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
4:14 Namun baik juga perbuatanmu, bahwa kamu telah mengambil bagian dalam kesusahanku.
4:15 Kamu sendiri tahu juga, hai orang-orang Filipi; pada waktu aku baru mulai mengabarkan Injil, ketika aku berangkat dari Makedonia, tidak ada satu jemaatpun yang mengadakan perhitungan hutang dan piutang dengan aku selain dari pada kamu.
4:16 Karena di Tesalonikapun kamu telah satu dua kali mengirimkan bantuan kepadaku.
4:17 Tetapi yang kuutamakan bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya, yang makin memperbesar keuntunganmu.
4:18 Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah.
4:19 Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.
 
Ayat bacaan: Galatia 2:13
===========================
"Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka."


Sudah menjadi hal yang lumrah ketika semakin kita bertumbuh dewasa, semakin banyak pula kita mendapati banyak kepalsuan disekitar kita. Ada banyak orang2 yang bersikap ramah ketika berhadapan dengan anda tapi dibelakang anda semuanya berbeda. Ada banyak juga orang yang selalu berbicara mengenai budi pekerti dan sopan santun, tapi perilakunya jauh dari apa yang mereka ajarkan. Ada orang yang berteriak2 mengenai kejujuran, tapi dia sendiri melakukan korupsi. Ada banyak orang mengenakan topeng dalam masyarakat, ada banyak orang munafik, dan itu semua pasti anda jumpai dalam kehidupan anda sehari2.

Hari ini saya teringat seorang teman saya. Saya ingat dulu dia berkata tidak sanggup menghadapi orang munafik. Pada suatu waktu, ketika dia sedang berlatih di tim musik di gereja, dia berselisih dengan salah seorang pelatihnya. Saya tidak tahu persis apa masalahnya, tapi yang jelas, sehari setelah kejadian itu, dia mundur dan pindah gereja. "saya tidak mau bertumbuh disana, karena disana banyak orang munafik", itu katanya.

Teman saya itu tidak sendirian. Ada banyak orang yang tidak tahan menghadapi orang2 munafik. Bukan hanya bagi orang dunia saja, tidak hanya di pekerjaan atau antar tetangga anda saja, tapi di Gereja, di pelayanan, di persekutuan, hal2 seperti ini pun bisa anda jumpai. Manusia tidak ada yang sempurna. Jika anda mendasarkan segala sesuatunya pada manusia, cepat atau lambat anda bisa merasa kecewa. Saya pun tidak menyalahkan teman saya itu, karena tidak menjadi masalah di gereja mana anda beribadah asalkan anda bertumbuh disana. Satu pertanyaan yang hinggap di pikiran saya adalah, apakah keberadaan segelintir orang munafik membuat gereja itu tidak lagi valid?

Ayat bacaan hari ini adalah mengenai kritik Paulus terhadap kemunafikan Petrus dalam pelayanan. Apakah hal itu menjadikan apa yang disampaikan Petrus menjadi tidak sah? Sebagian orang mungkin berpikir demikian,mungkin karena mereka mengharapkan murid2 Yesus atau orang2 Kristen secara umum haruslah sempurna. Tapi manusia tetaplah manusia yang lemah, yang tidak luput dari kesalahan. Yang pasti, Yesus telah mengingatkan bahkan menegur orang2 munafik seperti yang dapat dibaca pada injil Matius 12:13-33. Tuhan Yesus sendiripun tidak menyukai orang munafik dan dengan keras mengecam mereka.

Akhirnya saya sampai pada satu poin penting, dasar Kekristenan tidak didasari pada manusia yang tidak pernah luput dari kesalahan, melainkan pada Yesus Kristus sang Juru Selamat yang sempurna. Ketika anda fokus pada Kristus, maka orang2 munafik dan penuh kepura2an tidak lagi mempengaruhi anda.


Bergantunglah sepenuhnya pada Yesus Kristus, bukan pada manusia.
 
Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu
Yohanes 8:31,32

Bacaan: Yohanes 8:30-36
Setahun: Ester 5-7

Dalam bacaan kita hari ini, Yesus menyiratkan bahwa ada dua macam murid; yang benar-benar murid dan yang semu. Dalam era informatika global seperti sekarang ini, kita pasti akan dibanjiri oleh berbagai informasi dan pengajaran. Repotnya, jika tidak memiliki penyaring yang baik, kita dapat menjadi tong sampah. Padahal seharusnya setiap murid Tuhan mengutamakan air susu yang murni dan yang rohani, yang akan menjamin pertumbuhan iman dan membentenginya dari pengajaran-pengajaran yang menyesatkan (1 Petrus 2:2,3).

Kita belajar bahwa murid-murid di Galatia terlalu cepat berpaling dari Injil yang benar kepada “injil yang lain” ( Galatia 1:6-10). Jadi, mari kita memerhatikan peringatan Paulus tersebut dengan saksama. Terlebih Rasul Paulus juga mengingatkan kita bahwa akan muncul pengajar-pengajar palsu, “serigala berbulu domba” yang menyusup ke dalam persekutuan orang-orang percaya. Parahnya, pengajar-pengajar palsu semacam itu bisa muncul dari antara kita sendiri (Kisah Para Rasul 20:29,30).

Betapa pentingnya bagi kita untuk mengadakan waktu khusus secara tetap dan teratur—sebagaimana halnya kita harus makan setiap hari—agar kita tetap sehat dan bertumbuh secara rohani. Hanya dengan semakin mengenal firman Tuhan secara benar, kita akan mudah membedakan yang palsu dari yang benar. Kita juga akan dimerdekakan sehingga kita tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh berbagai macam angin pengajaran yang merupakan permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan (Efesus 4:14,15) —CC

KENALILAH YANG BENAR MAKA KITA AKAN MUDAH MENGHINDARI
YANG KELIRU DAN MENYESATKAN

Yohanes 8:30-36

8:30 Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.
8:31 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku
8:32 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."
8:33 Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?"
8:34 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa.
8:35 Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah.
8:36 Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka."
 
“Tuan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air”
Yohanes 4:15

Bacaan: Yohanes 4:13-19
Setahun: Ester 8-10

Ketika Glynn Wolfe meninggal di usia ke-88, tak seorang pun mencarinya. Setelah ditunggu sekian minggu, akhirnya pemerintah mengubur jenazahnya di kuburan tanpa nama. Ironisnya, Glynn pernah tercatat di Guinness Book of Records sebagai pemegang rekor pria yang paling banyak menikah. Ia telah 29 kali menikah dan 29 kali bercerai juga, karena tidak puas dengan pernikahannya. Ia meninggalkan banyak istri yang masih hidup, banyak anak, cucu, bahkan buyut. Namun, tak seorang pun sudi menemaninya sampai ia meninggal.

Seperti Glynn, banyak orang haus akan cinta kasih lalu berusaha mencarinya di tempat yang salah. Mereka mengira bahwa dengan menemukan “orang yang tepat”, hidup akan terpuaskan. Padahal, tidak ada orang yang tepat. Itu juga yang dialami oleh perempuan Samaria yang sudah punyai lima suami (ayat 18). Ia masih mencari pria lain, karena haus cinta. Tak seorang pun dapat mengisi kesepian hidupnya. Tak ada pria sempurna yang dapat menyenangkan dirinya dalam segala hal. Ia ibarat orang yang kehausan lalu berusaha meminum air laut. Dahaganya bukan hilang, ia malah makin haus! Yesus menyatakan bahwa yang dibutuhkan perempuan itu adalah “air hidup” (ayat 14,15). Hanya kehadiran Allah yang dapat mengusir kesepiannya. Hanya kasih Allah yang bisa mengisi ruang kosong dalam hatinya.

Jika kasih Allah telah memenuhi hati, kita akan mengalami kepuasan hidup. Akibatnya, kita tidak lagi sibuk mencari orang yang tepat. Sebaliknya, kita akan berusaha menjadi orang yang tepat bagi orang lain. Tak lagi menjadi seorang pengemis kasih, tetapi menjadi penyalur kasih —JTI

Kasih sejati tidak mencari orang yang tepat
TETAPI belajar menjadi orang yang tepat

Yohanes 4:13-19

4:13 Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,
4:14 tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."
4:15 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air."
4:16 Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini."
4:17 Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami,
4:18 sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar."
4:19 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi.
 
... sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem ...
2 Samuel 11:1

Bacaan: 2 Samuel 11
Setahun: Ayub 1-3

Biasanya orang lebih suka berada di tempat yang aman daripada harus berpetualang dan meninggalkan kenyamanan. Begitu juga banyak orang kristiani sudah cukup puas dengan keadaan rohaninya yang “aman-aman” saja. Daripada memulai petualangan rohani yang seru bersama Tuhan, mereka lebih suka memiliki keadaan rohani yang monoton dan datar saja. Sedapat mungkin mereka berharap situasi akan terus stabil, tidak ada gangguan, masalah, ataupun hambatan.

Seorang yang luar biasa bernama Sir Francis Drake, merindukan petualangan rohani bersama Tuhan, sehingga saat keadaan “aman”, ia berdoa demikian: “Ganggulah kami Tuhan, ketika kami berpuas diri karena mimpi-mimpi kecil kami menjadi nyata. Ketika kelimpahan harta benda membuat kami kehilangan rasa haus terhadap air kehidupan. Ketika kecintaan pada hidup ini membuat kami berhenti memimpikan kekekalan. Ketika keinginan kami membangun bumi baru meredupkan visi kami akan surga. Ganggulah kami agar berani berpetualang di lautan yang lebih luas, di mana badai akan memperlihatkan kuasa-Mu yang dahsyat!”

Doa di atas sebenarnya ingin menunjukkan betapa bahayanya sebuah tempat di mana kita merasa nyaman di situ. Lihatlah kehidupan Daud ketika jatuh dalam dosa perzinaan dengan Batsyeba. Ia jatuh bukan saat ia ada dalam pelarian atau peperangan yang menegangkan, tetapi justru saat ia santai di istananya yang nyaman.

Hati-hati jika kita sudah cukup puas dengan kekristenan kita selama ini. Daripada puas dengan kehidupan rohani yang biasa-biasa, sebaiknya kita berdoa meminta keberanian untuk mengalami perkara yang lebih besar —PK

KETIKA KITA BERPUAS DIRI DENGAN KEADAAN ROHANI KITA
ITU SAATNYA MEMINTA TUHAN AGAR IA MENGGANGGU KITA

2 Samuel 11
11:1. Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, maka Daud menyuruh Yoab maju beserta orang-orangnya dan seluruh orang Israel. Mereka memusnahkan bani Amon dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem.
11:2 Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya.
11:3 Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: "Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu."
11:4 Sesudah itu Daud menyuruh orang mengambil dia. Perempuan itu datang kepadanya, lalu Daud tidur dengan dia. Perempuan itu baru selesai membersihkan diri dari kenajisannya. Kemudian pulanglah perempuan itu ke rumahnya.
11:5 Lalu mengandunglah perempuan itu dan disuruhnya orang memberitahukan kepada Daud, demikian: "Aku mengandung."

11:6. Lalu Daud menyuruh orang kepada Yoab mengatakan: "Suruhlah Uria, orang Het itu, datang kepadaku." Maka Yoab menyuruh Uria menghadap Daud.
11:7 Ketika Uria masuk menghadap dia, bertanyalah Daud tentang keadaan Yoab dan tentara dan keadaan perang.
11:8 Kemudian berkatalah Daud kepada Uria: "Pergilah ke rumahmu dan basuhlah kakimu." Ketika Uria keluar dari istana, maka orang menyusul dia dengan membawa hadiah raja.
11:9 Tetapi Uria membaringkan diri di depan pintu istana bersama-sama hamba tuannya dan tidak pergi ke rumahnya.
11:10 Diberitahukan kepada Daud, demikian: "Uria tidak pergi ke rumahnya." Lalu berkatalah Daud kepada Uria: "Bukankah engkau baru pulang dari perjalanan? Mengapa engkau tidak pergi ke rumahmu?"
11:11 Tetapi Uria berkata kepada Daud: "Tabut serta orang Israel dan orang Yehuda diam dalam pondok, juga tuanku Yoab dan hamba-hamba tuanku sendiri berkemah di padang; masakan aku pulang ke rumahku untuk makan minum dan tidur dengan isteriku? Demi hidupmu dan demi nyawamu, aku takkan melakukan hal itu!"
11:12 Kata Daud kepada Uria: "Tinggallah hari ini di sini. Besok aku akan melepas engkau pergi." Jadi Uria tinggal di Yerusalem pada hari itu. Keesokan harinya
11:13 Daud memanggil dia untuk makan dan minum dengan dia, dan Daud membuatnya mabuk. Pada waktu malam keluarlah Uria untuk berbaring tidur di tempat tidurnya, bersama-sama hamba-hamba tuannya. Ia tidak pergi ke rumahnya.

11:14. Paginya Daud menulis surat kepada Yoab dan mengirimkannya dengan perantaraan Uria.
11:15 Ditulisnya dalam surat itu, demikian: "Tempatkanlah Uria di barisan depan dalam pertempuran yang paling hebat, kemudian kamu mengundurkan diri dari padanya, supaya ia terbunuh mati."
11:16 Pada waktu Yoab mengepung kota Raba, ia menyuruh Uria pergi ke tempat yang diketahuinya ada lawan yang gagah perkasa.
11:17 Ketika orang-orang kota itu keluar menyerang dan berperang melawan Yoab, maka gugurlah beberapa orang dari tentara, dari anak buah Daud; juga Uria, orang Het itu, mati.
11:18 Kemudian Yoab menyuruh orang memberitahukan kepada Daud jalannya pertempuran itu.
11:19 Ia memerintahkan kepada suruhan itu, demikian: "Jika engkau sudah selesai mengabarkan jalannya pertempuran itu kepada raja,
11:20 dan jikalau raja menjadi geram dan berkata kepadamu: Mengapa kamu demikian dekat ke kota itu untuk berperang? Tidakkah kamu tahu, bahwa orang akan memanah dari atas tembok?
11:21 Siapakah yang menewaskan Abimelekh bin Yerubeset? Bukankah seorang perempuan menimpakan batu kilangan kepadanya dari atas tembok, sehingga ia mati di Tebes? Mengapa kamu demikian dekat ke tembok itu? --maka haruslah engkau berkata: Juga hambamu Uria, orang Het itu, sudah mati."
11:22 Lalu pergilah suruhan itu dan sesampainya ia memberitahukan kepada Daud segala yang diperintahkan Yoab kepadanya.
11:23 Suruhan itu berkata kepada Daud: "Orang-orang itu lebih kuat dari pada kami dan keluar menyerang kami di padang. Tetapi kami mendesak mereka kembali sampai ke lobang pintu gerbang.
11:24 Pada waktu itu pemanah-pemanah menembak kepada hamba-hambamu dari atas tembok, sehingga beberapa dari hamba raja mati; juga hambamu Uria, orang Het itu, sudah mati."
11:25 Kemudian berkatalah Daud kepada suruhan itu: "Beginilah kaukatakan kepada Yoab: Janganlah sebal hatimu karena perkara ini, sebab sudah biasa pedang makan orang ini atau orang itu. Sebab itu perhebatlah seranganmu terhadap kota itu dan runtuhkanlah itu. Demikianlah kau harus kuatkan hatinya!"
11:26 Ketika didengar isteri Uria, bahwa Uria, suaminya, sudah mati, maka merataplah ia karena kematian suaminya itu.
11:27 Setelah lewat waktu berkabung, maka Daud menyuruh membawa perempuan itu ke rumahnya. Perempuan itu menjadi isterinya dan melahirkan seorang anak laki-laki baginya. Tetapi hal yang telah dilakukan Daud itu adalah jahat di mata TUHAN.
 
Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana harus berdoa; tetapi Roh sendiri menyampaikan permohonan kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan
Roma 8:26

Bacaan: Roma 8:26-30
Setahun: Ayub 4-6

Ketika kebakaran besar terjadi di Kalifornia, Oktober 2007, dua ribu rumah habis dilalap api. Barbara Warden, seorang korban dalam peristiwa itu, hanya sempat menyelamatkan tiga kotak berisi foto dan jam kuno warisan kakeknya. Meskipun hatinya remuk, ia tetap tegar. Dalam kebaktian di gerejanya, ia bersyukur karena tidak ada anggota keluarganya yang cedera. “Di dalam Tuhan, kita selalu menemukan banyak alasan untuk bersyukur—walau pada masa sulit sekalipun,” katanya.

Apa yang memampukan Barbara bersyukur di saat sulit? Pimpinan Roh Kudus! Paulus berkata bahwa saat hidup berada di titik terendah, saat itulah Roh Kudus mengirimkan perawatan intensif. Ketika hati begitu sarat beban sampai tak mampu lagi mengucapkan keluhan, Roh berdoa untuk kita kepada Allah. Dia sanggup mengubah bahasa air mata menjadi doa. Dengan cara ini, “keluhan yang tak terucapkan” itu bisa disalurkan (ayat 26), hingga kita mengalami kelegaan di hati, penghiburan ilahi, dan semangat hidup. Kita tidak menjadi panik, tetapi bisa mengamini bahwa apa pun yang terjadi, semua akan mendatangkan kebaikan (ayat 28). Hasilnya, kita tetap memandang masa depan secara positif, meski hari ini semuanya tampak suram. Roh Kudus memampukan kita berjalan dengan iman, bukan penglihatan.

Apakah hidup Anda terasa rumit? Apakah Anda sedang berada di “titik terendah”? Adakah keresahan menyelimuti Anda? Berdiam dirilah di hadapan Allah. Izinkan Roh Kudus menyampaikan keluh-kesah Anda dan mengubah airmata Anda menjadi doa. Anda akan menjadi lega dan tegar —JTI

DI SAAT KITA BEGITU LEMAH
PENDAMPINGAN ROH KUDUS TERASA BEGITU KUAT

Roma 8:26-30
8:26 Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
8:27 Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.
8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
8:29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
8:30 Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.
 
Siapa yang menang … Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya
Wahyu 3:5

Bacaan: Wahyu 3:1-6
Setahun: Ayub 7-9

Ketika tsunami menerpa Aceh, seorang siswa SD bernama Martunis sedang asyik bermain sepakbola bersama teman-temannya dengan kostum kebesaran tim sepakbola Portugal. Ia terseret ke laut lepas, namun selama beberapa hari ia bertahan hidup terapung-apung melawan ombak, sengatan matahari, serta dinginnya angin dan air laut. Ia bertahan dengan memungut sisa mi instan dan air kemasan dari hamparan sampah di tengah laut. Beruntung sebuah kapal menyelamatkannya. Dan segera berbagai stasiun televisi dan surat kabar Portugal, Eropa, dan Indonesia, berkali-kali memunculkan wajah dan kisahnya yang menggemparkan dunia sepakbola Eropa.

Martunis diundang ke pertandingan sepakbola antarklub di Spanyol untuk menyemangati kesebelasan Portugal yang dikaguminya. Di sana Martunis dipanggil ke tengah lapangan dan disambut bak pahlawan oleh para pemain sepakbola Portugal kaliber dunia. Semua yang hadir pun berdiri dan bertepuk tangan. Martunis diberi kaos kebesaran kesebelasan Portugal yang baru, dipeluk pelatih dan para pemain, dielu-elukan para penonton, serta dihujani banyak hadiah!

Serupa dengan itu, demikian pula suasana yang kelak akan dialami setiap orang yang menang, yang setia mengikut Kristus sampai akhir hidupnya (ayat 5). Saat sangkakala terakhir berbunyi, Kristus yang bagai pengantin laki-laki diiringi para malaikat yang tak henti memuji nama-Nya, akan datang dalam kemuliaan-Nya untuk menyambut kita. Dan kita akan mengenakan “kostum favorit” surga, yakni jubah putih kesucian dan kesempurnaan surgawi. Anda rindu mengalaminya? Setialah sampai akhir —SST

MENGIKUT KRISTUS TAK SELALU MUDAH
TETAPI ALLAH MENJANJIKAN AKHIR YANG INDAH

Wahyu 3:1-6
3:1 "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!
3:2 Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.
3:3 Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.
3:4 Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.
3:5 Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.
3:6 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."
 
... inilah yang kulakukan: Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku
Filipi 3:13

Bacaan: Filipi 3:4-16
Setahun: Ayub 7-9

Banyak tokoh di dunia ini terus menginspirasi masyarakat luas untuk jangka waktu yang cukup lama. Di antaranya Martin Luther King, Jr., yang berjuang melawan diskriminasi ras di Amerika Serikat dan William Wilberforce, yang berjuang menghapus perbudakan di Inggris. Apakah kunci keberhasilan mereka? Mereka terus menjagai komitmen yang telah dibuat. Walaupun harus mengalami masa-masa berat, mereka pantang menyerah sehingga mencapai akhir perjuangan.

Alkitab juga mencatat tokoh-tokoh yang menjaga komitmen hingga akhir. Contohnya Paulus. Setelah bertobat, ia memberitakan Injil, terutama kepada bangsa bukan Yahudi. Dan itu sungguh tak mudah. Begitu banyak tantangan berat menghampirinya; dari kaum Yahudi, dari orang-orang bukan Yahudi, dari alam (2 Korintus 11:23-33), bahkan dari penyakit tubuhnya (2 Korintus 12:7,8). Namun, ia tetap dapat menjaga komitmennya. Rahasianya? Dari waktu ke waktu ia menjalani pertandingan iman dengan selalu melupakan apa yang di belakang (dalam bahasa Yunani kata “melupakan” di sini tidak sama seperti kalau kita lupa sesuatu. Ini lebih berarti tidak berfokus ke masa lalu, tetapi kepada tujuan, visi hidup di depan) dan mengarahkan diri pada tujuan hidupnya, yakni memenuhi panggilan Tuhan (Filipi 3:13,14).

Apakah berbagai tantangan juga terus menghantam hingga Anda sulit menjaga komitmen—terhadap keluarga, pekerjaan, studi, atau pelayanan? Seperti Paulus, kita ini hamba yang dituntut untuk taat, maka mintalah kekuatan dari Dia. Seperti Paulus, kita ini hamba yang Tuhan pilih dan layakkan untuk menjadi saksi-Nya, maka ingatlah pentingnya tugas yang harus terus kita kerjakan —ALS

Komitmen membutuhkan ketekunan
yang memandang jelas pada tujuan akhir

Filipi 3:4-16
3:4 Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi:
3:5 disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi,
3:6 tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.
3:7 Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
3:8 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,
3:9 dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.
3:10 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,
3:11 supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.
3:12 Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.
3:13 Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,
3:14 dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.
3:15 Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu.
3:16 Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh.
 
Dan [Yesus] berkata: “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga”
Matius 18:3

Bacaan:
Kejadian 22:1-19
Setahun: Ayub 10-12

Saat merenungkan pengorbanan Ishak oleh Abraham, tak ayal perhatian kita terfokus pada kebesaran dan kerelaan hati Abraham untuk mempersembahkan anak tunggalnya sebagai wujud ketaatan pada Allah. Sisi Ishak nyaris tak pernah dibicarakan, padahal sisi ini menawarkan pelajaran yang tak kalah berharga.

Ketika itu Ishak sudah cukup besar sehingga Abraham menyuruhnya memikul kayu untuk korban bakaran (ayat 6). Saya membayangkan ia cukup kuat untuk melawan Abraham yang berusia seratus tahun lebih tua darinya. Ketika Abraham hendak mengikatnya, bisa saja ia memberontak dan melarikan diri. Nyatanya, Ishak pasrah (ayat 9). Ia membiarkan dirinya diletakkan di atas mezbah, siap dikorbankan. Ia memercayai kehendak baik ayahnya, dan juga memercayai kehendak baik Allah yang disembah oleh ayahnya. Ia tampaknya mengerti bahwa apa pun yang terjadi pada dirinya, semuanya itu berlangsung demi suatu kebaikan. Di sini Ishak menjadi simbol Kristus yang berserah pada kehendak Bapa-Nya.

Sikap Ishak meneladankan penyerahan diri yang total. Penyerahan diri semacam itu berangkat dari pengertian bahwa Allah itu selalu baik dan tidak mungkin mencelakakan kita. Meskipun kita harus melewati pengorbanan yang menyakitkan, pada akhirnya rencana Allah bagi kehidupan kita senantiasa mendatangkan damai sejahtera. Sosok Ishak mewakili iman seperti seorang anak kecil, yang menandai orang-orang yang akan masuk ke dalam Kerajaan Allah (Matius 18:3).

Sebagai anak-Nya, siapkah kita juga “diikat dan dikorbankan” dengan tetap memercayai hati-Nya? —ARS

KESEDIAAN KITA UNTUK BERKORBAN BAGI ALLAH
MENUNJUKKAN SEDALAM APA IMAN KITA KEPADA-NYA

Kejadian 22:1-19
22:1 Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan."
22:2 Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."
22:3 Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya.
22:4 Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh.
22:5 Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu."
22:6 Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.
22:7 Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: "Bapa." Sahut Abraham: "Ya, anakku." Bertanyalah ia: "Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?"
22:8 Sahut Abraham: "Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.
22:9 Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api.
22:10 Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.
22:11 Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan."
22:12 Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."
22:13 Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.
22:14 Dan Abraham menamai tempat itu: "TUHAN menyediakan"; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: "Di atas gunung TUHAN, akan disediakan."
22:15 Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham,
22:16 kata-Nya: "Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri--demikianlah firman TUHAN--:Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku,
22:17 maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya.
22:18 Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku."
22:19 Kemudian kembalilah Abraham kepada kedua bujangnya, dan mereka bersama-sama berangkat ke Bersyeba; dan Abraham tinggal di Bersyeba.
 
Tetapi Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati
Kisah Para Rasul 13:30


Bacaan
: Lukas 24:1-8
Setahun: Ayub 13-15

Sementara melayani ibadah pemakaman, saya selalu melihat satu kesan kuat: berakhirnya sebuah perjalanan. Rambu stop terpasang jelas. Sosok yang terbaring dalam peti itu dihentikan oleh kematian. Langkahnya sudah tiba di garis finis. Itulah sifat kematian: menghentikan, tanpa minta persetujuan dari kita. Titik.

Lain halnya dengan kematian Yesus. Lukas menggambarkan Yesus sebagai Dia yang terus berjalan. Berjalan dari Galilea ke Yudea. Berjalan dari kota ke kota, desa ke desa, rumah ke rumah. Berjalan untuk berkarya. Sampai Golgota menyongsong-Nya. Iblis menanti kesempatan terbaik. Salib menghadang. Kematian menghentikan-Nya. Makam membungkam-Nya. Semua mengira perjalanan-Nya sudah terhenti, termasuk para murid. Mereka salah. Makam tak dapat membendung-Nya. Dia bangkit. Dan terus berjalan. Dia berjalan di samping Kleopas dan temannya. Dia berjalan di pantai Genesaret. Dia “berjalan” di awan-awan, naik ke surga. Dia “berjalan” dalam wujud Roh, menyertai para murid bersaksi. Tak ada yang dapat menghentikan-Nya, bahkan kematian. Dia mengubah titik menjadi koma.

Hidup ini penuh rintangan. Banyak rambu stop. Palang menghadang. Langkah kita sering dihentikan oleh kemalasan, kegagalan, keraguan, penyakit, musibah, kesukaran, kepahitan, trauma masa silam, dan sebagainya. Jika kita sendirian, besar kemungkinan untuk berhenti. Namun tidak bila bersama Tuhan. Bersama Dia, hambatan sebesar apa pun dapat kita lewati. Jika kematian pun tak sanggup menghentikan-Nya, semua yang lain pun tidak. Hidup kita adalah sebuah perjalanan; agar tak mudah dihentikan oleh penghalang, berjalanlah bersama Dia yang bangkit! —PAD

meski rintangan menghadang langkah
BERSAMA YESUS KITA TERUS MELANGKAH

Lukas 24:1-8
24:1 tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka.
24:2 Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu,
24:3 dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Tuhan Yesus.
24:4 Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan.
24:5 Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?
24:6 Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea,
24:7 yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga."
24:8 Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu
 
Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman
2 Timotius 4:7

Bacaan: 2 Timotius 4:1-8
Setahun: Ayub 16-18

Zoe Koplowitz, wanita berusia 59 tahun, setiap tahun mengikuti lomba lari maraton di New York . Ia selalu menjadi peserta terakhir yang tiba di finis. Tahun lalu, juara pertama mencatat waktu 2 jam 9 menit. Zoe? 28 jam 45 menit! Harap maklum; Zoe lumpuh sejak 30 tahun lalu. Ia hanya bisa berjalan tertatih dengan dua tongkat penyangganya. Zoe ikut lomba bukan untuk menjadi juara. Ia ingin membuktikan bahwa kelumpuhan tak membuatnya berhenti berjuang. Buktinya? Walau susah payah, ia selalu mencapai finis!

Hidup kristiani ibarat lomba lari. Kita harus memelihara iman sampai akhir. Di akhir hidupnya, Paulus berkata mantap bahwa ia telah berhasil mencapai garis akhir. Apa rahasianya? Kepada Timotius, penerusnya, Paulus menekankan perlunya 3 hal: penguasaan diri, kesabaran menderita, dan ketekunan menjalankan panggilan Tuhan dalam situasi dan kondisi apa pun (ayat 5). Ibarat lomba lari, semua atlet bersemangat ketika berangkat dari titik start. Titik kritis terjadi saat masalah menghadang. Kelelahan, kepanasan, dan kehausan menggoda untuk berhenti. Hanya mereka yang terus berjuang sambil sabar menanggung ketidaknyamanan, akan tiba di garis akhir.

Dalam lomba lari iman bisa jadi banyak masalah menghadang, sehingga mengikut Yesus tak lagi gampang. Godaan dunia begitu memikat. Tawaran untuk menikmati kesuksesan semu atau memuaskan nafsu bisa membuat Anda keluar jalur. Penyakit atau persoalan hidup juga dapat membuat Anda putus asa dan ingin berhenti. Ingatlah pesan Paulus. Tetap berjuang, bertahanlah sampai akhir. Jangan sampai kehilangan mahkota kebenaran kekal, hanya karena lalai berjuang dalam hidup yang singkat ini —JTI

UNTUK MEnjadi pemenang
yang paling dibutuhkan ialah semangat juang

2 Timotius 4:1-8

4:1 Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya:
4:2 Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.
4:3 Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.
4:4 Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.
4:5 Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!
4:6 Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.
4:7 Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
4:8 Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
 
Tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungjawaban
Ibrani 4:13

Bacaan: Kejadian 3:1-21
Setahun: Ayub 19-21

Sebuah cerita humor. Suatu hari Iblis bertemu Tuhan. ”Tuhan, manusia itu keterlaluan. Mereka yang korupsi, mencuri, membunuh, saya yang disalahkan. Kata mereka, digoda Iblis,” keluhnya. ”Sama, Aku juga begitu, Blis. Banjir, kecelakaan lalu lintas, suami istri bercerai, mereka bilang, sudah kehendak Tuhan,” kata Tuhan pula.

Begitulah kecenderungan manusia; lari dari tanggung jawab, senang mencari kambing hitam, melemparkan kesalahan kepada pihak lain. Itu juga yang terjadi di Taman Eden, ketika manusia jatuh ke dalam dosa. Adam yang telah melanggar perintah Tuhan dengan memakan buah ”terlarang” itu, melemparkan kesalahan kepada Hawa (ayat 12). Hawa pun tidak terima, sehingga ia juga melemparkan kesalahannya kepada ular (ayat 13).

Tentu saja ini kecenderungan buruk. Sebab dengan melemparkan kesalahan kepada pihak lain, bukan saja berarti kita telah melipatgandakan dosa kita, tetapi kita juga jadi tidak belajar dari kesalahan. Lagipula, betapa pun cerdiknya kita bersembunyi dari dosa, kita tidak bisa lari dari Tuhan. Seperti Adam dan Hawa, kita tidak dapat mengelak dari akibat dosa. Pada akhirnya, kita harus mempertanggungjawabkan setiap dosa kita di hadapan Tuhan.

Dosa, kalau dibiarkan akan ”menggelinding” melahirkan dosa-dosa lainnya. Tidak ada jalan lain, kita harus memutus mata rantai dosa; dengan mengakui dan bertanggung jawab atasnya. Untuk sesaat mungkin kita akan ”sakit” menanggung akibatnya, tetapi itu lebih baik daripada kita harus menanggung akibat yang berkepanjangan —AYA

berani bertanggung jawab adalah salah satu ciri
WATAK DAN PRIBADI YANG DEWASA

Kejadian 3:1-21
3:1 Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"
3:2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,
3:3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."
3:4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati,
3:5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."
3:6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.
3:7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.
3:8 Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.
3:9 Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?"
3:10 Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi."
3:11 Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?"
3:12 Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan."
3:13 Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan."
3:14 Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: "Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.
3:15 Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."
3:16 Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu."
3:17 Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu:
3:18 semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu;
3:19 dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu."
3:20 Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup.
3:21 Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.
 
INDAHNYA PERSATUAN
Bacaan : Filipi 2:1-11


Sekelompok kuda liar tengah merumput di padang belantara. Tiba-tiba muncul seekor harimau yang sedang mencari mangsa. Serentak kuda-kuda itu melindungi diri dengan cara berdiri saling berhadapan membentuk lingkaran. Harimau pun tidak berani mendekat, karena takut kena tendang. Namun dengan tipu muslihatnya ia berkata, "Sungguh barisan yang bagus. Boleh aku tahu kuda pintar mana yang mencetuskan ide ini?" Kuda-kuda itu pun termakan hasutan. Mereka berdebat siapa yang pertama mencetuskan ide tadi. Karena tak ada kata sepakat, akhirnya mereka tercerai-berai. Harimau pun dengan mudah memangsa mereka.

Persatuan sangat penting. Tanpa persatuan sebuah komunitas atau kelompok akan rapuh, maka persatuan harus diperjuangkan. Begitu juga dalam gereja. Paulus menasihati jemaat di Filipi supaya bersatu. Dasar persatuan kristiani adalah Kristus. Jadi setiap orang dalam jemaat hendaknya meneladani Kristus (ayat 5):

1. Walaupun dalam rupa Allah, tetapi tidak menganggap kesetaraan-Nya itu sebagai milik yang harus dipertahankan (ayat 6) -- Tidak sombong atau merasa paling hebat.

2. Telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba (ayat 7a) -- Memiliki semangat memberi; bukan ha-nya mau menerima.

3. Menjadi sama dengan manusia (ayat 7b) -- Berempati terhadap sesama; tidak lekas menghakimi atau menuduh, tetapi berusaha menempatkan diri pada posisi orang lain untuk mengerti dan memahami.

Saat jemaat sepakat untuk bersatu, iblis pun gentar! -AYA

SEPULUH LIDI YANG DIIKAT MENJADI SATU LEBIH KOKOH
DIBANDING SERIBU LIDI YANG TERCERAI BERAI -- PEPATAH
 
KESELAMATAN

Orang siapakah tidak ingin dirinya selamat? Pasti semua orang berupaya supaya selamat. Di rumah, di jalan, di tempat bertugas-bekerja, di manapun dan pada setiap saat orang menjaga dirinya supaya selamat.

Mau selamat itu ialah mau lolos dari kematian yang merenggut kehidupan itu dari diri kita. Jadi, agar kehidupan kita tidak sampai direnggut kematian, kita hendaklah memikirkan langkah-langkah apa yang perlu kita lakukan.

Dalam Alkitab umat Kristiani diajarkan adanya dua kematian. Tetapi sebelum hal ini diuraikan, perlu kita ketahui bahwa manusia diciptakan dengan tubuh, jiwa, roh. Kematian pertama itu mengakhiri kehidupan jasmani, kematian kedua adalah kematian rohani.

Pada kematian pertama tubuh umat Tuhan Yesus yang meninggal terpisahkan dari roh dan jiwanya, lalu dikubur. Tetapi roh dan jiwanya yang tetap hidup dibawa langsung ke Firdaus. Ingatlah penjahat yang disalibkan bersama dengan Tuhan Yesus! Karena ia percaya dan menghormati Tuhan, tubuhnya mati tergantung di salib, tetapi roh, jiwanya dibawa Tuhan Yesus ke Firdaus.

Dalam Injil Lukas 23: 42, 43 tertulis:

Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."

Begitulah terjadi dengan semua orang yang percaya dan menjadi umat milik Tuhan Yesus. Apabila kita meninggal dunia, tubuh kita dikubur, tetapi roh-jiwa kita dibawa Tuhan ke Firdaus dan kita hidup kekal selamanya.

Lain halnya dengan kematian rohani. Kematian ini sudah berlangsung pada waktu seseorang, sementara ia masih hidup di dunia, sebab jiwa orang itu dengan sadar dan dengan kehendaknya sendiri menolak Roh Allah Yang mau taruhkan HidupNya yang kekal dalam dirinya. Iapun menutup hatinya untuk Tuhan Yesus dan tidak mau menerima karya penebusan Tuhan Yesus bagi dirinya.

Apabila orang itu meninggal dunia, tubuhnya dikubur, tetapi roh dan jiwanya masuk ke dalam kerajaan maut.

...., dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu. Wahyu 20: 13b-15

Sungguh mengerikan, apa yang terjadi kelak pada orang yang menjalani kematian kedua itu. Hanya mereka yang namanya tertulis dalam Kitab Kehidupan tidak akan mengalami sengsara itu yang kekal dan berlangsung terus-menerus.

Alangkah bijaknya dan baiknya, kalau orang sedini mungkin (yaitu hari ini!) mulai bertindak meraih keselamatan bagi roh-jiwanya! Bagaimana caranya??

Tuhan Yesus sendiri tunjukkan caranya di Yohanes 14: 1, 6:

"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.

Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

Juga rasul Petrus menyatakan dengan jelas dan tegas di Kisah Para Rasul 4: 12:

Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."

Maka dengan pernyataan-pernyataan tersebut orang boleh mengetahui bahwa hanya dengan satu langkah-bahkan, itulah langkah satu-satunya - diperolehnya keselamatan dan kehidupan kekal.

Langkah satu-satunya itu ialah percaya pada Tuhan Yesus, dan menyambutNya sebagai Juruselamat dan Penebus. Amal dan jasa apapun yang dapat dilakukan manusia, tidak akan mendatangkan keselamatan.

Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. (Roma 3: 23-25a)


Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan. (1 Timotius 2: 5, 6)
 
Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: Janganlah matahari terbenam, sebelum padam kemarahanmu
Efesus 4:26

Bacaan: Efesus 4:20-32
Setahun: Ayub 22-25

Seorang perempuan yang suka marah-marah berusaha membenarkan kebiasaannya, “Kalau amarah saya sudah bisa meledak, berarti persoalan selesai. Jadi daripada dipendam, lebih baik diluapkan saja. Betul, tidak?” Temannya pun menimpali, “Yah, tapi kemarahanmu itu seperti pistol. Hanya dengan satu ledakan, kerusakan yang terjadi bisa sangat fatal.” Kemarahan memang emosi yang pelik. Ada orang yang gampang sekali meledak amarahnya, seperti perempuan di atas. Ada orang yang suka menyimpan kemarahannya; sehingga menjadi akar pahit. Namun, ada pula orang yang tak bisa marah. Ia cukup menyalahkan diri sendiri, dan akhirnya depresi.

Apakah marah itu dosa? Alkitab tidak menyatakan bahwa kita tidak boleh marah. Hanya, kita perlu menghadapi kemarahan secara wajar. Ada saatnya kita juga perlu marah. Namun, Alkitab membatasi agar kita jangan memendam kemarahan hingga menjadi dendam (ayat 26). Kita mesti berjaga-jaga agar tak terjebak dalam amarah yang mengundang pengaruh Iblis (ayat 27).

Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, nasihat Paulus tentang amarah ini ditaruh dalam konteks pelatihan rohani untuk menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru (ayat 23,24). Dalam proses ini kita ditantang untuk secara lebih tenang dan dewasa mengenali hal-hal yang memang sepatutnya memicu kemarahan, menyadari bahaya amarah yang tak terkendali, serta menjauhi amarah yang mendatangkan dosa.

Saat terjadi kecurangan atau ketidakadilan, misalnya, kita boleh marah. Namun, jangan asal meledak seperti pistol. Belajarlah mengungkapkan kemarahan dengan semestinya —ARS

KEMARAHAN TIDAKLAH JAHAT. APA YANG KITA LAKUKAN DENGAN KEMARAHAN
ITULAH YANG MEMBUAT PERBEDAAN

Efesus 4:20-32
4:20 Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus.
4:21 Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus,
4:22 yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan,
4:23 supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu,
4:24 dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.
4:25 Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.
4:26 Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu
4:27 dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.
4:28 Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.
4:29 Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.
4:30 Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.
4:31 Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.
4:32 Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.
 
Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat
Amsal 8:13

Bacaan: 2 Tawarikh 32:24-33
Setahun: Ayub 26-28

Kesombongan. Inilah dosa yang paling disukai oleh Iblis. Sebaliknya, inilah dosa yang paling dibenci oleh Allah (Amsal 6:17). Mengapa Iblis menyukainya? Karena kesombongan bersifat sangat halus sehingga kerap kali manusia tidak sadar bahwa mereka sedang menyombongkan diri. Dan, kesombongan bisa merasuki siapa saja termasuk orang yang memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan.

Sebagai contoh adalah Hizkia. Dengan membaca seluruh kisah Hizkia, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ia adalah seorang raja yang memiliki hubungan dekat dengan Tuhan. Hizkia selalu mendahulukan Tuhan dan taat kepada setiap perintah Tuhan. Itu sebabnya tak heran jika Tuhan memberkati hidupnya. Namun sayangnya, di tengah berlimpahnya berkat Tuhan itu ia justru sempat menjadi angkuh (ayat 25), sehingga nyaris mendatangkan murka Tuhan atas negerinya.

Dari kisah Hizkia, ada dua peringatan yang harus kita waspadai. Pertama, dosa kesombongan bisa merasuki siapa saja termasuk kita, anak-anak Allah. Kedua, dosa kesombongan selalu menjadi godaan yang paling besar, justru pada saat kita berada di puncak kehidupan. Kesombongan adalah dosa yang halus, tetapi mematikan. Ia bisa merasuki manusia secara halus tetapi berakibat fatal. Bila kita menemukan kesombongan timbul di hati kita, mari ikuti langkah Hizkia selanjutnya. “Tetapi ia sadar akan keangkuhannya itu dan merendahkan diri bersama-sama dengan penduduk Yerusalem, sehingga murka Tuhan tidak menimpa mereka pada zaman Hizkia” (ayat 26) —RY

Kesombongan dapat merasuk dan merusak siapa sajA
waspadalah!
2 Tawarikh 32:24-33
32:24 Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit, sehingga hampir mati. Ia berdoa kepada TUHAN, dan TUHAN berfirman kepadanya dan memberikannya suatu tanda ajaib.
32:25 Tetapi Hizkia tidak berterima kasih atas kebaikan yang ditunjukkan kepadanya, karena ia menjadi angkuh, sehingga ia dan Yehuda dan Yerusalem ditimpa murka.
32:26 Tetapi ia sadar akan keangkuhannya itu dan merendahkan diri bersama-sama dengan penduduk Yerusalem, sehingga murka TUHAN tidak menimpa mereka pada zaman Hizkia.
32:27 Hizkia mendapat kekayaan dan kemuliaan yang sangat besar. Ia membuat perbendaharaan-perbendaharaan untuk emas, perak, batu permata yang mahal-mahal, rempah-rempah, perisai-perisai dan segala macam barang yang indah-indah,
32:28 juga tempat perbekalan untuk hasil gandum, untuk anggur dan minyak, dan kandang-kandang untuk berbagai jenis hewan besar dan kandang-kandang untuk kawanan kambing domba.
32:29 Ia mendirikan kota-kota, memperoleh banyak kambing domba dan lembu sapi, karena Allah mengaruniakan dia harta milik yang amat besar.
32:30 Hizkia ini juga telah membendung aliran Gihon di sebelah hulu, dan menyalurkannya ke hilir, ke sebelah barat, ke kota Daud. Hizkia berhasil dalam segala usahanya.
32:31 Demikianlah juga ketika utusan-utusan raja-raja Babel datang kepadanya untuk menanyakan tentang tanda ajaib yang telah terjadi di negeri, ketika itu Allah meninggalkan dia untuk mencobainya, supaya diketahui segala isi hatinya.
32:32 Selebihnya dari riwayat Hizkia dan perbuatan-perbuatannya yang setia, sesungguhnya semuanya itu tertulis dalam penglihatan nabi Yesaya bin Amos, dalam kitab raja-raja Yehuda dan Israel.
32:33 Kemudian Hizkia mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan dikuburkan di pendakian ke pekuburan anak-anak Daud. Pada waktu kematiannya seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem memberi penghormatan kepadanya. Maka Manasye, anaknya, menjadi raja menggantikan dia.
 
Kasih Berarti Memberikan Segalanya



Pada umumnya dunia mengenal istilah take and give, suatu istilah dimana orang yang memberi akan mengharapkan suatu imbalan. Hal ini terjadi hampir dalam segala hubungan atau interaksi antarmanusia. Bahkan give sudah dibebani syarat kepada pihak lain untuk give ulang kepada yang memberi. Ketulusan berinteraksi menjadi sesuatu yang nyaris musnah dari muka bumi. Tetapi syukurlah keberadaan dunia yang miskin kasih itu tidak berlaku dalam kehidupan iman kristiani. Teladan yang ditunjukkan Yesus Kristus dapat menjadi panutan dalam berinteraksi. Berkat yang Dia anugerahkan kepada kita tidak sebanding dengan upaya maksimal kita dalam berinteraksi dengan-Nya.

Begitu kasih kita tulus kepada-Nya, segala hal yang tidak kita perkirakan dan kita duga akan menjadi milik kita. Namun, apakah ada hubungan sebab-akibat antara kasih Tuhan kepada kita dan berkat jasmani yang kita terima? Tidak ada! Perlu kita ketahui hak pemberian berkat dari Allah adalah kedaulatan Tuhan. Ia bebas dan tidak tergantung pada pertimbangan apa pun untuk melimpahkan berkat-Nya kepada kita. Inilah yang sering membuat orang kecewa. Karena begitu dia memberi, harapannya Tuhan akan membalas dengan pemberian yang berlipat.

BUKAN IMBAL JASA

Pemberian bersyarat ini Tuhan sudah tahu. Motivasi apa pun yang tersembunyi di dalam hati kita, Ia tahu. Kalau itu yang menjadi motivasi kita, siap-siaplah kecewa. Bahkan kesukaran yang tidak pernah diperkirakan akan terjadi. Karena kita menyuap Tuhan. Kita memandang Tuhan tidak tahu dan menyamakan dengan manusia. Ini merupakan dosa yang harus dihindari. Pemberian dan kasih kita kepada Tuhan hendaknya tulus. Penuh cinta dan kasih kepada-Nya. Ia mengorbankan nyawa untuk menyelamatkan kita. Kita patut mengasihi-Nya tanpa syarat. Dengan begitu semua yang tidak pernah terlintas dalam pikiran kita akan dianugerahkan kepada kita.

Pemberian kita merupakan pem-berian tulus yang berarti menyembah, memuji, mengagungkan nama Tuhan. Kalau Tuhan mau membalas pemberian dari kita, sudah sepatutnya kita bersyukur. Namun demikian, bukan itu intinya. Sudah selayaknya kita memberikan apa yang ada pada kita untuk kemuliaan nama Tuhan di bumi dan surga.

Dalam Matius 6:33, “Tetapi carilah duhulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”. Firman ini dapat diartikan beberapa hal menyangkut kasih dan berkat Tuhan.

1. Cari dahulu Kerajaan AllahSiapa yang tidak mau menerima berkat? Semua orang pasti mau me-nerimanya. Tetapi, bagi kita pengikut Kristus, jangan jadikan hal itu sebagai yang utama. Kita harus mencari dahulu Kerajaan Allah. Karena setelah itulah berkat akan ditambahkan. Dahulukanlah Tuhan, niscaya hidup kita akan penuh dengan berkat. Jika kita memberikan lebih banyak dari yang Tuhan perintahkan pada kita, dengan kasih Tuhan, berkat dari-Nya tidak akan berkesudahan.

2. Tuhan menjanjikan kita berkatnya Berkat dari Tuhan selalu terkandung di balik janji yang Dia berikan. Itu semua akan berlaku bila kasih yang kita nyatakan kepada-Nya tulus. Seperti kata Paulus, “Kalau di atas muka bumi ini engkau ada hanya untuk hal-hal seperti itu. Kau adalah manusia yang paling celaka”. Jangan berfokus pada materi.

3. Jangan menganggap materi sama dengan berkat Manusia kerap menganggap materi adalah berkat Tuhan. Ini keliru. Akan fatal bila kita berpandangan demikian. Tubuh kita yang sehat itu sudah merupakan berkat Tuhan. Damai dan suka cita juga berkat Tuhan. Keselamatan yang Tuhan berikan pada kita itu tak bisa dibandingkan dengan apa-apa. Hingga Tuhan Yesus pernah berkata “Apa artinya manusia memiliki isi dunia ini tetapi jiwanya binasa!”

Tuhan mengasihi kita dengan cara yang luar biasa. Kita tidak akan bisa menerjemahkan berkat apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidup kita. Kapan Tuhan akan berikan berkat-Nya? Kita tidak tahu. Sebagai umat Tuhan, fokus kita jangan diarahkan pada berkat atau pada rupa kecil-besar berkat itu. Kasih Allah yang sangat besar itu sudah merupakan berkat.
 
Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku
Mazmur 26:2

Bacaan: Mazmur 26
Setahun: Ayub 29-31

Setiap kendaraan; mobil atau sepeda motor, biasanya dilengkapi dengan buku manual untuk mengoperasikan kendaraan tersebut dan buku manual untuk melakukan servis. Ya, supaya kendaraan tetap prima, kita perlu melakukan perawatan secara berkala. Sayangnya, orang kerap berpikir bahwa kalau tidak ada masalah maka tidak usah ke bengkel. Akibatnya, kendaraan pun jadi cepat rusak.

Tubuh kita ibarat kendaraan yang perlu diperiksa secara rutin dan berkala. Kapan terakhir Anda memeriksakan diri ke dokter? Bukan hanya ketika Anda tengah sakit, tetapi juga ketika Anda merasa sehat walafiat, tidak ada masalah yang berarti. Kesibukan sehari-hari, tekanan pekerjaan dan kehidupan, juga usia yang semakin bertambah, mestinya membuat kita mawas diri dengan kesehatan.

Sayangnya, kecuali sedang sakit, kerap kali orang enggan memeriksakan diri ke dokter. Entah karena tidak mau repot, malas, atau juga takut. Padahal memeriksakan diri itu penting. Kita jadi bisa tahu makanan apa yang harus dihindari, atau gaya hidup seperti apa yang perlu diubah. Sebab menjaga kesehatan tetap jauh lebih baik daripada menunggu sakit baru diobati.

Pemeriksaan diri tidak saja perlu bagi tubuh jasmani, tetapi juga bagi tubuh rohani. Itulah yang dilakukan Daud. Ia berdoa agar Tuhan menguji dan menyelidiki batin serta hatinya. Dengan begitu ia pun dapat mengikis segala ”kotoran” yang ada dalam hati dan pikirannya. Introspeksi dan evaluasi diri secara rutin adalah salah satu cara yang terbaik untuk memeriksa kesehatan tubuh rohani kita —AYA

MEMERIKSA DIRI MEMBUAT HATI SEHAT, JIWA TERJAGA
Mazmur 26
26:1 Dari Daud. Berilah keadilan kepadaku, ya TUHAN, sebab aku telah hidup dalam ketulusan; kepada TUHAN aku percaya dengan tidak ragu-ragu.
26:2 Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku.
26:3 Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu.
26:4 Aku tidak duduk dengan penipu, dan dengan orang munafik aku tidak bergaul;
26:5 aku benci kepada perkumpulan orang yang berbuat jahat, dan dengan orang fasik aku tidak duduk.
26:6 Aku membasuh tanganku tanda tak bersalah, lalu berjalan mengelilingi mezbah-Mu, ya TUHAN,
26:7 sambil memperdengarkan nyanyian syukur dengan nyaring, dan menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib.
26:8 TUHAN, aku cinta pada rumah kediaman-Mu dan pada tempat kemuliaan-Mu bersemayam.
26:9 Janganlah mencabut nyawaku bersama-sama orang berdosa, atau hidupku bersama-sama orang penumpah darah,
26:10 yang pada tangannya melekat perbuatan mesum, dan yang tangan kanannya menerima suapan.
26:11 Tetapi aku ini hidup dalam ketulusan; bebaskanlah aku dan kasihanilah aku.
26:12 Kakiku berdiri di tanah yang rata; aku mau memuji TUHAN dalam jemaah.
 
Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah ...
Mazmur 46:3


Bacaan: Mazmur 46
Setahun: Ayub 32-34

Pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa layang-layang bisa terbang? Karena ada angin dan ia berani melawan angin itu! Ya, angin membawa layang-layang naik hingga tinggi ke awan. Dan hanya dengan berani melawan angin, maka layang-layang itu bisa terus terbang dengan terarah. Layang-layang yang mengikuti arah angin adalah layang-layang yang putus, dan akan jatuh.

Kadang kita begitu takut saat angin pencobaan datang menerpa (ayat 3,4,7). Kalau boleh meminta, kita tidak berharap mengalami masalah, kesulitan, dan tekanan hidup. Sebaliknya, kita ingin jalan kita lurus dan mulus seperti jalan tol. Namun, bukankah kekristenan seperti itu hanya akan membuat kita tidak dewasa dalam Tuhan?

Bila hidup dihadapkan pada situasi atau keadaan yang sangat menakutkan, tak ada jalan lain kecuali harus memilih. Apakah kita akan seperti layang-layang yang berani melawan angin, atau mengikuti arus angin saja? Memang yang kedua lebih mudah. Ya, lebih mudah bagi kita untuk menyerah dalam situasi sulit. Namun, hari ini Tuhan ingin kita bertindak seperti pahlawan yang tak kenal menyerah saat dihadapkan pada pencobaan.

Janganlah takut jika hari ini angin yang sepoi-sepoi tiba-tiba menjadi badai. Tetaplah kuat di dalam Tuhan dan yakinlah bahwa bersama Tuhan kita akan cakap menanggung segala perkara (ayat 8,12). Bahkan kita akan mengalami perkara-perkara yang luar biasa bersama Tuhan. Jangan buru-buru menyalahkan angin besar yang menerpa layang-layang kita, sebab kita justru akan segera melihat awan, langit indah, dan pemandangan menakjubkan —PK

ANGIN TIDAK PERNAH MENJADI MUSUH LAYANG-LAYANG
ANGIN SELALU MENJADI SAHABAT TERBAIK LAYANG-LAYANG

Mazmur 46
46:1. Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Dengan lagu: Alamot. Nyanyian.
46:2 Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.
46:3 Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut;
46:4 sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya. Sela
46:5 Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai.
46:6 Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi.
46:7 Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang, Ia memperdengarkan suara-Nya, dan bumipun hancur.
46:8 TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Sela
46:9 Pergilah, pandanglah pekerjaan TUHAN, yang mengadakan pemusnahan di bumi,
46:10 yang menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi, yang mematahkan busur panah, menumpulkan tombak, membakar kereta-kereta perang dengan api!
4611 "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!"
46:12 TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Sela
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.