• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Renungan Harian/Saat Teduh.

Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: “Aku telah memintanya dari pada Tuhan”
1 Samuel 1:20


Bacaan: 1 Samuel 1:1-20
Setahun: Mazmur 141-145

Setelah menikah hampir dua tahun, seorang istri akhirnya mengandung anak pertamanya. Namun, dokter mendiagnosa kandungannya bermasalah. Kemungkinan kelak anaknya akan lahir dengan "kelainan", kecuali terjadi mukjizat. Kemudian ia dan suaminya tekun berdoa serta berpuasa. Mereka memohon agar anak mereka lahir sehat walafiat. Ketika tiba saatnya sang istri melahirkan, ternyata anaknya menderita autis. "Kami sudah berusaha dan berdoa. Kalau Tuhan memberikan anak ini dalam keadaan demikian, tentu Dia sudah mempertimbangkan yang terbaik buat kami," kata mereka.

Suami istri itu kemudian tekun mempelajari segala hal tentang autisme—lewat buku, majalah, internet, dan seminar, hingga mereka menjadi banyak tahu tentang autisme. Mereka kerap diminta bersaksi di gereja dan menjadi tempat bertanya bagi banyak pasangan yang memiliki anak dengan "kebutuhan khusus". Mereka tak pernah menyesal anaknya menderita autis.

Kelahiran anak adalah prakarsa Tuhan. Manusia boleh berencana dan berusaha, tetapi Sang Penentu adalah Tuhan sendiri. Hana, istri Elkana, bergumul keras untuk memperoleh keturunan. Tuhan kemudian memenuhi permohonannya. Lahirlah Samuel, yang kelak menjadi salah satu tokoh penting dalam Perjanjian Lama.

Tuhan memberikan anak dengan pertimbangan matang. Tidak mungkin Dia memberikan anak dengan sembarangan. Tuhan pasti punya rencana yang baik untuk setiap anak yang Dia izinkan lahir ke dalam dunia, bagaimanapun keadaannya. Maka baiklah kita menyambut setiap anak yang lahir dengan iman, dengan rasa syukur, dan dengan kasih sayang —AYA

Setiap anak adalah titipan dari Tuhan

1 Samuel 1:1-20
1:1 Ada seorang laki-laki dari Ramataim-Zofim, dari pegunungan Efraim, namanya Elkana bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang Efraim.
1:2 Orang ini mempunyai dua isteri: yang seorang bernama Hana dan yang lain bernama Penina; Penina mempunyai anak, tetapi Hana tidak.
1:3 Orang itu dari tahun ke tahun pergi meninggalkan kotanya untuk sujud menyembah dan mempersembahkan korban kepada TUHAN semesta alam di Silo. Di sana yang menjadi imam TUHAN ialah kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas.
1:4 Pada hari Elkana mempersembahkan korban, diberikannyalah kepada Penina, isterinya, dan kepada semua anaknya yang laki-laki dan perempuan masing-masing sebagian.
1:5 Meskipun ia mengasihi Hana, ia memberikan kepada Hana hanya satu bagian, sebab TUHAN telah menutup kandungannya.
1:6 Tetapi madunya selalu menyakiti hatinya supaya ia gusar, karena TUHAN telah menutup kandungannya.
1:7 Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi ke rumah TUHAN, Penina menyakiti hati Hana, sehingga ia menangis dan tidak mau makan.
1:8 Lalu Elkana, suaminya, berkata kepadanya: "Hana, mengapa engkau menangis dan mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?"
1:9 Pada suatu kali, setelah mereka habis makan dan minum di Silo, berdirilah Hana, sedang imam Eli duduk di kursi dekat tiang pintu bait suci TUHAN,
1:10 dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu.
1:11 Kemudian bernazarlah ia, katanya: "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya."
1:12 Ketika perempuan itu terus-menerus berdoa di hadapan TUHAN, maka Eli mengamat-amati mulut perempuan itu;
1:13 dan karena Hana berkata-kata dalam hatinya dan hanya bibirnya saja bergerak-gerak, tetapi suaranya tidak kedengaran, maka Eli menyangka perempuan itu mabuk.
1:14 Lalu kata Eli kepadanya: "Berapa lama lagi engkau berlaku sebagai orang mabuk? Lepaskanlah dirimu dari pada mabukmu."
1:15 Tetapi Hana menjawab: "Bukan, tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati; anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan TUHAN.
1:16 Janganlah anggap hambamu ini seorang perempuan dursila; sebab karena besarnya cemas dan sakit hati aku berbicara demikian lama."
1:17 Jawab Eli: "Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya."
1:18 Sesudah itu berkatalah perempuan itu: "Biarlah hambamu ini mendapat belas kasihan dari padamu." Lalu keluarlah perempuan itu, ia mau makan dan mukanya tidak muram lagi.
1:19 Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan TUHAN; kemudian pulanglah mereka ke rumahnya di Rama. Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, TUHAN ingat kepadanya.
1:20 Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: "Aku telah memintanya dari pada TUHAN."
 
RENUNGAN



Suatu ketika aku memiliki tanaman amarilis (sejenis bakung). Ketika tanaman itu kembali mati pada musim dingin, tetanggaku menaruhnya di rumah kaca. Mereka hampir membuangnya karena tanaman itu tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada musim semi.

Namun, saat daunnya mulai menyembul, aku memindahkannya ke tempat yang mudah terlihat,

menanti tunasnya muncul. Ternyata tak ada tunas yang muncul, dengan kecewa aku kembali meletakkannya di rumah kaca. Mungkin tempat itu akan memicu tanaman untuk bertunas, tak lama berselang, tunas pun muncul, dan aku membawanya kembali ke rumah. Daya juang tanaman ini amat besar.



Hal ini mirip dengan kehidupan orang Kristen. Ada kalanya kita mengalami berbagai kesulitan sampai tampaknya kita tak sanggup lagi menanggungnya, semuanya seolah tanpa harapan. Namun, kita tak dibiarkan berjuang sendirian. Sebagaimana Allah menciptakan amarilis dengan daya juang yang amat besar, kita memiliki Roh Kudus di dalam diri kita yang membuat kita bertahan.

Lagi pula, tak seorang pun pernah berada dalam situasi yang lebih buruk daripada Yesus di kayu salib.

Namun, kehidupan Allah begitu kuat sehingga Yesus mampu mengatasi maut.

Bersama Kristus dalam hidup kita, kita memiliki pengharapan saat menghadapi berbagai masalah.



Doa: Ya Allah, Engkau mengetahui berbagai kesulitan dalam hidup kami. Biarkanlah Roh-Mu menjadi sangat kuat di dalam kami sehingga kami mampu mengatasi segala hal. Amin.



Pokok Pikiran: Karena Roh tinggal di dalam kita, kita dapat menghasilkan buah.



Doa Syafaat: Mereka yang merasa kewalahan dengan berbagai kesulitan hidup.





Bacaan alkitab: 1 Petrus 1:3-9



3. Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,

4. untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.

5. Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.

6. Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.

7. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.

8. Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan,

9. karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu keselamatan jiwamu.





Daya Juang

Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. ... untuk membuktikan kemurnian imanmu.... * 1 Ptr. 1:6-7
 
Jadi, jika aku melakukan apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang melakukannya, tetapi dosa yang tinggal di dalam aku
Roma 7:20

Bacaan: Roma 7:14-25
Setahun: Mazmur 146-150

Sebuah penelitian menunjukkan, anak-anak muda di Jepang memiliki kondisi psikologis mudah merasa bersalah, kerap meminta maaf, dan mudah menyesal karena hal-hal sepele. Semuanya ini bermula ketika rakyat Jepang merasa sangat bersalah karena bangsanya dianggap sebagai pencetus tragedi kemanusiaan dalam Perang Dunia II. Sejak saat itu, beban "dosa asal" tersebut disosialisasikan ke dalam setiap tingkatan masyarakat. Dari usia yang sangat muda, orang Jepang sudah dikenalkan pada budaya trauma itu, salah satunya dengan sikap meminta maaf sambil membungkukkan punggungnya dalam-dalam. "Dosa turunan" ini terus diwariskan sampai banyak generasi berikutnya tanpa ada penyelesaian yang melegakan.

Serupa dengan dosa asal di atas, setiap anak lahir ke dunia tanpa dapat menolak dosa asal Adam yang pertama melekat pada dirinya (Roma 5:15). Tanggungan dosa itu mengikat si anak sehingga sekalipun ia ingin melakukan yang baik, ternyata yang buruklah yang ia perbuat (7:19). Kecenderungan untuk berbuat dosa ini bisa membelenggu si anak hingga akhir hayatnya; dan menjadi masalah yang tak terselesaikan, jika tak ada orang yang membawanya kepada Kristus yang sanggup menyelamatkan jiwanya (ayat 24,25).

Kita mungkin menurunkan dosa asal kepada anak-anak, tetapi Yesus telah mengulurkan tangan-Nya yang berlubang paku untuk mematahkan belenggu dosa itu. Dialah satu-satunya Pribadi yang dapat memberi kelepasan kekal. Bersegeralah membawa anak-anak kita kepada Kristus! —AW

SETIAP ANAK MEMANG DILAHIRKAN DENGAN DOSA ASAL
NAMUN SETIAP ANAK JUGA BERHAK MENDAPAT KELEPASAN KEKAL

Roma 7:14-25
7:14 Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.
7:15 Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.
7:16 Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik.
7:17 Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku.
7:18 Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.
7:19 Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.
7:20 Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku.
7:21 Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.
7:22 Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah,
7:23 tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.
7:24 Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?
7:25 Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
 
Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan kamu menghalang-halangi mereka
Lukas 18:16

Bacaan: Lukas 18:15-17
Setahun: Amsal 1-4

Di banyak gereja, kerap kali ada kelas untuk anak balita. Hal paling unik di kelas balita adalah tak hanya anak-anak yang hadir di dalam kelas, tetapi orang-orang dewasa juga turut duduk di situ. Bisa ayah atau ibunya, bisa juga nenek, kakek, atau pengasuhnya. Memang kelas menjadi padat karenanya, tetapi tak mungkin para pengantar ini dilarang hadir, karena anak-anak yang masih sangat muda itu tak mungkin berangkat sendiri!

Ketika para murid melarang anak-anak kecil dibawa kepada Yesus (ayat 15), Dia berkata, "... jangan menghalang-halangi mereka" (ayat 16). Kerap kali kita "menyalahkan dan menyayangkan" sikap para murid ini. Namun tanpa sadar, ada juga orangtua kristiani yang "menghalang-halangi" anaknya datang kepada Tuhan. Salah satunya dengan keengganan untuk mengantar dan menunggui anaknya beribadah di gereja. Padahal sebagai anak, keputusan mereka untuk datang ke gereja sangat dipengaruhi keputusan orangtuanya. Jika orangtua sedang merasa sibuk, lelah, atau repot, sehingga lalai mengantar anaknya ke gereja, maka anak-anak pun bisa absen beribadah.

Tak hanya itu, sebagai orangtua kita juga dapat menghalangi anak-anak bertemu Yesus, jika kita tak mendampingi mereka secara pribadi untuk mengenal dan mencintai Yesus; lewat doa bersama di rumah, membacakan Alkitab bagi mereka, berbagi kesaksian tentang pengalaman bersama Tuhan. Terakhir, kita juga menghalangi anak mengenal Yesus bila tutur kata dan laku kita tak mencerminkan pribadi yang mengikut teladan Kristus!

Anak-anak kita membutuhkan Yesus. Jangan menghalang-halangi mereka! —AW

YESUS MENCINTAI ANAK-ANAK
SAMA BESAR DENGAN CINTA-NYA KEPADA ANDA DAN SAYA!

Lukas 18:15-17
18:15 Maka datanglah orang-orang membawa anak-anaknya yang kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka. Melihat itu murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.
18:16 Tetapi Yesus memanggil mereka dan berkata: "Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan kamu menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.
18:17 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya."
 
Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya
Galatia 6:7

Bacaan: Amsal 29:15-17
Setahun: Amsal 5-8

Tak ada peristiwa yang "kebetulan". Setiap kejadian pasti ada alasannya. Dalam Alkitab, Yakub dikenal sebagai penipu. Bayangkan, Esau—kakaknya yang sedang lapar—ditodong hak kesulungannya, diganti hanya dengan semangkuk kacang merah! Ia juga menipu ayahnya yang sudah renta dan rabun dengan berpura-pura menjadi Esau, demi mendapat berkat kesulungan (Kejadian 25, 27). Setelah menikah pun Yakub mengelabui Laban, mertuanya, hingga mendapat banyak kambing domba (Kejadian 30).

Mengapa Yakub penuh tipu daya? Sebab ia dibesarkan dalam keluarga di mana sang ayah lebih sayang kepada Esau, sedang si ibu lebih menyayanginya. Ibunya pula yang mengajari Yakub membohongi ayahnya. Selanjutnya, Yakub mengadopsi pola asuh yang dialaminya sebagai model untuk mengasuh anak-anaknya. Ia lebih menyayangi Yusuf dan Benyamin, anak-anak yang lahir dari Rahel, ketimbang sepuluh anak dari ketiga istrinya yang lain. Akibatnya, saudara-saudara Yusuf menaruh dendam terhadap Yusuf dan membohongi Yakub dengan berkata bahwa Yusuf diterkam binatang buas, padahal mereka menjualnya sebagai budak.

Bagi Anda yang sudah menjadi orangtua, camkan firman Tuhan hari ini: "Jangan sesat! ... apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya" (Galatia 6:7). Hukum ini tak terelakkan, kecuali kita bertobat dan percaya kepada Kristus, sebab di dalam Dia kita menjadi ciptaan baru. Bangun dan didiklah anak-anak Anda dalam suasana pertobatan setiap hari; agar kejujuran, ketulusan, dan penerimaan seorang akan yang lain menjadi pola asuh dalam kehidupan keluarga Anda —SST

KEBOHONGAN MELAHIRKAN KEBOHONGAN
PERTOBATAN MELAHIRKAN KEJUJURAN

Amsal 29:15-17
29:15. Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.
29:16. Jika orang fasik bertambah, bertambahlah pula pelanggaran, tetapi orang benar akan melihat keruntuhan mereka.
29:17. Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.
 
Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu
Ulangan 6:6,7

Bacaan: Ulangan 6:6-9, 20-25
Setahun: Amsal 9-12

Setelah multimiliuner J.P. Morgan (seorang pendiri General Electric) meninggal, seluruh keluarga berkumpul untuk membuka wasiatnya. Orang mengira sebagian besar isinya mengenai uang. Namun mereka salah. Berikut petikannya: "Saya menyerahkan jiwa saya ke tangan Sang Juru Selamat. Saya telah ditebus dan disucikan oleh darah-Nya, sehingga Dia akan membawa jiwa saya tanpa cacat cela kepada Bapa surgawi. Karena itu saya minta agar anak-anak terus mempertahankan dan menjalankan pengajaran mengenai penebusan sempurna oleh darah Kristus yang tercurah; dengan segala tantangan, risiko, maupun pengorbanan pribadi yang menyertainya."

Kebanyakan orangtua berpikir keras hendak mewariskan sebanyak mungkin uang bagi anak-anaknya. Namun, J.P. Morgan memberi kita pandangan yang berbeda. Sebagai warisan terutama dan termahal, Morgan lebih memilih mewariskan iman kepada Kristus bagi anak-anaknya. Segala bentuk harta benda—sebaik apa pun kita menyimpannya, dapat habis dan lenyap. Namun, iman kepada Kristus memberi hidup yang takkan layu.

Mari kita mulai mewariskan iman semacam ini kepada anak-anak kita, mulai hari ini, yakni melalui pembicaraan yang berulang-ulang tentang firman Tuhan (ayat 7). Tentang Kristus yang menanggung hukuman dosa kita di kayu salib, agar kita memiliki hak untuk hidup kekal bersama-Nya. Tentang bagaimana anak Tuhan belajar menaati dan melakukan kehendak-Nya. Tentang cinta Allah yang nyata dalam kehidupan masing-masing pribadi. Niscaya warisan itu akan menjadi harta paling berharga, kapan pun anak-anak akan membuka surat wasiat kita —AW

UANG DAN HARTA MEMANG BERGUNA DI DUNIA
NAMUN HANYA IMAN PADA KRISTUS YANG BERGUNA DI SURGA

Ulangan 6:6-9, 20-25
6:6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,
6:7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
6:8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,
6:9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.

6:20 Apabila di kemudian hari anakmu bertanya kepadamu: Apakah peringatan, ketetapan dan peraturan itu, yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN Allah kita?
6:21 maka haruslah engkau menjawab anakmu itu: Kita dahulu adalah budak Firaun di Mesir, tetapi TUHAN membawa kita keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat.
6:22 TUHAN membuat tanda-tanda dan mujizat-mujizat, yang besar dan yang mencelakakan, terhadap Mesir, terhadap Firaun dan seisi rumahnya, di depan mata kita;
6:23 tetapi kita dibawa-Nya keluar dari sana, supaya kita dapat dibawa-Nya masuk untuk memberikan kepada kita negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyang kita.
6:24 TUHAN, Allah kita, memerintahkan kepada kita untuk melakukan segala ketetapan itu dan untuk takut akan TUHAN, Allah kita, supaya senantiasa baik keadaan kita dan supaya Ia membiarkan kita hidup, seperti sekarang ini.
6:25 Dan kita akan menjadi benar, apabila kita melakukan segenap perintah itu dengan setia di hadapan TUHAN, Allah kita, seperti yang diperintahkan-Nya kepada kita."
 
Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan aku yakin hidup juga di dalam dirimu
2 Timotius 1:5

Bacaan: 2 Timotius 1:3-7
Setahun: Amsal 13-16

Andai kehidupan ini adalah sebuah arena pertandingan dan anak-anak adalah pemainnya, maka orangtua adalah suporter yang terutama. Peran orangtua akan sangat memengaruhi hasil yang akan dicapai anak-anaknya kelak. Pengalaman Patrick Hughes membuktikan hal itu. Sejak lahir, Patrick buta dan lumpuh, tetapi ia mempunyai prestasi yang sangat luar biasa: anggota band sekolah, pianis yang pernah menggelar konser di Kennedy Center, dan seorang artis rekaman. Ia juga mahasiswa dengan predikat "straight A" dan menerima Disney’s Wide World of Sport Spirit Award 2006.

Faktor terpenting keberhasilan Patrick di tengah segala keterbatasannya adalah dukungan orangtua. Ibu dan kedua adik Patrick adalah suporter setianya dalam berbagai kesempatan. Ayahnya yang bekerja di perusahaan pengiriman, dengan sengaja mengambil kerja shift malam supaya pada siang hari ia dapat menjadi "mata" dan "kaki" buat Patrick di sekolah. Ketika Patrick menjadi anggota marching band berkursi roda pertama di universitasnya—sebagai peniup trompet—ayahnya turut serta dalam barisan; mendorong kursi rodanya, berputar mengikuti barisan, dan membentuk formasi.

Hal serupa juga terjadi dalam kehidupan rohani. Penghayatan iman orangtua yang tercermin dalam sikap hidup sehari-hari, sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan rohani anak-anak. Seperti Timotius. Pada usia muda ia telah menjadi pemimpin jemaat sekaligus rekan sekerja Paulus yang sangat diandalkan (2 Timotius 3:10,11). Semua itu tidak dapat dilepaskan dari penghayatan iman ibunya, Eunike, dan neneknya, Lois (ayat 5) —AYA

Tempat terpenting dalam pertumbuhan rohani anak
bukan sekolah ataupun gereja, melainkan rumah

2 Timotius 1:3-7
1:3 Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam.
1:4 Dan apabila aku terkenang akan air matamu yang kaucurahkan, aku ingin melihat engkau kembali supaya penuhlah kesukaanku.
1:5 Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.
1:6 Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu.
1:7 Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.
 
Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan aku yakin hidup juga di dalam dirimu
2 Timotius 1:5

Bacaan: 2 Timotius 1:3-7
Setahun: Amsal 13-16

Andai kehidupan ini adalah sebuah arena pertandingan dan anak-anak adalah pemainnya, maka orangtua adalah suporter yang terutama. Peran orangtua akan sangat memengaruhi hasil yang akan dicapai anak-anaknya kelak. Pengalaman Patrick Hughes membuktikan hal itu. Sejak lahir, Patrick buta dan lumpuh, tetapi ia mempunyai prestasi yang sangat luar biasa: anggota band sekolah, pianis yang pernah menggelar konser di Kennedy Center, dan seorang artis rekaman. Ia juga mahasiswa dengan predikat "straight A" dan menerima Disney’s Wide World of Sport Spirit Award 2006.

Faktor terpenting keberhasilan Patrick di tengah segala keterbatasannya adalah dukungan orangtua. Ibu dan kedua adik Patrick adalah suporter setianya dalam berbagai kesempatan. Ayahnya yang bekerja di perusahaan pengiriman, dengan sengaja mengambil kerja shift malam supaya pada siang hari ia dapat menjadi "mata" dan "kaki" buat Patrick di sekolah. Ketika Patrick menjadi anggota marching band berkursi roda pertama di universitasnya—sebagai peniup trompet—ayahnya turut serta dalam barisan; mendorong kursi rodanya, berputar mengikuti barisan, dan membentuk formasi.

Hal serupa juga terjadi dalam kehidupan rohani. Penghayatan iman orangtua yang tercermin dalam sikap hidup sehari-hari, sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan rohani anak-anak. Seperti Timotius. Pada usia muda ia telah menjadi pemimpin jemaat sekaligus rekan sekerja Paulus yang sangat diandalkan (2 Timotius 3:10,11). Semua itu tidak dapat dilepaskan dari penghayatan iman ibunya, Eunike, dan neneknya, Lois (ayat 5) —AYA

Tempat terpenting dalam pertumbuhan rohani anak
bukan sekolah ataupun gereja, melainkan rumah

2 Timotius 1:3-7
1:3 Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam.
1:4 Dan apabila aku terkenang akan air matamu yang kaucurahkan, aku ingin melihat engkau kembali supaya penuhlah kesukaanku.
1:5 Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.
1:6 Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu.
1:7 Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.
 
Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan
Yosua 24:15

Bacaan:
Yosua 24:1-3, 13-16
Setahun: Amsal 17-21

Selama hidupnya, Yosua konsisten mengikuti Allah. Sejak muda, ia telah berani tampil dan mengajak umat Israel untuk tidak memberontak kepada Allah dan dengan demikian berani memasuki Kanaan (Bilangan 14:5-10). Pada masa tuanya, ia tampil lagi di depan semua suku Israel. Ia mengimbau mereka supaya tetap beribadah kepada Allah. Dan umat itu mengikuti teladan Yosua (ayat 16,24). Betapa dahsyat dampak ketetapan hati satu orang beriman! Ia membawa keluarga dan bangsanya untuk mengikuti Tuhan.

Suatu kali ayah saya, George, merasa bimbang. Di satu sisi ia merasa Tuhan memanggilnya untuk menjadi hamba-Nya. Di sisi lain, sebagai satu-satunya anak laki-laki, ayahnya berharap George meneruskan usaha tokonya. Pamannya—seorang anak Tuhan—memberi nasihat: "Jika kau menuruti permintaan orangtuamu, mereka takkan pernah menjadi orang percaya". Jadi, George menetapkan hati untuk memenuhi panggilan Tuhan. Allah itu setia. Setelah 15 tahun ia menjadi pendeta, kedua orangtuanya mengaku percaya dan dibaptis. Ia juga menerima adik-adik istrinya untuk tinggal di rumahnya dan membawa mereka satu per satu menjadi orang percaya. Dari gereja kecil yang ia layani dengan setia selama 25 tahun, muncul lebih dari 70 pemuda yang menjadi pendeta.

Teladan Yosua dan George, ayah saya, mengingatkan akan panggilan pelayanan kita yang pertama dan utama. Membawa keluarga kita kepada Kristus! Sangat sulit? Betul. Namun, ketetapan hati membuat hal sulit menjadi mungkin. Karena Allah yang menyelamatkan kita, juga rindu menyelamatkan keluarga kita (Kisah Para Rasul 16:31) dan lingkup yang lebih luas di sekitar kita (1:8) —WP

Penyelamatan keluarga, gereja, masyarakat, dan dunia
dimulai dari kerekatan hati, kekudusan, dan hidup yang taat

Yosua 24:1-3, 13-16
24:1 Kemudian Yosua mengumpulkan semua suku orang Israel di Sikhem. Dipanggilnya para tua-tua orang Israel, para kepalanya, para hakimnya dan para pengatur pasukannya, lalu mereka berdiri di hadapan Allah.
24:2 Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain.
24:3 Tetapi Aku mengambil Abraham, bapamu itu, dari seberang sungai Efrat, dan menyuruh dia menjelajahi seluruh tanah Kanaan. Aku membuat banyak keturunannya dan memberikan Ishak kepadanya.

24:13 Demikianlah Kuberikan kepadamu negeri yang kamu peroleh tanpa bersusah-susah dan kota-kota yang tidak kamu dirikan, tetapi kamulah yang diam di dalamnya; juga kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun yang tidak kamu tanami, kamulah yang makan hasilnya.
24:14 Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN.
24:15 Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"
24:16 Lalu bangsa itu menjawab: "Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain!
 
Tuhan membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuat-Nya untuk hari malapetaka
Amsal 16:4


Bacaan: Amsal 16:1-6
Setahun: Amsal 22-24

Pada tahun 2001, ada sebuah film berlatar Perang Bosnia yang dibintangi oleh Gene Hackman dan Owen Wilson. Judulnya Behind Enemy Lines. Film bercerita tentang Letnan Chris Burnett yang pesawatnya ditembak jatuh oleh pasukan Serbia. Ia dapat selamat karena kursi pelontarnya. Sayangnya, ia jatuh di daerah musuh. Burnett terpaksa harus berupaya keras menyelamatkan dirinya dari kejaran dan incaran musuh. Tidak jarang ia hampir terbunuh oleh sniper (penembak jitu) atau serangan bom.

Terkadang kita juga berada di tengah lingkungan yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan; bertemu dengan orang-orang yang selalu berseberangan; bekerja dengan orang yang kasar dan "semau gue"; melayani bersama orang yang suka menyinggung, tetapi mudah tersinggung. Waktu dan tenaga kita jadi terkuras hanya untuk meladeni orang-orang "sulit" ini. Keadaan ini tidak jarang membuat frustrasi. Serasa terjebak di "behind enemy lines". Di belakang garis musuh.

Namun, saat Tuhan mengizinkan orang-orang hadir dalam kehidupan kita, maka pasti ada tujuannya. Begitu juga kehadiran orang-orang "sulit" di perjalanan hidup kita. Dari mereka, setidaknya kita dapat belajar tentang kesabaran, kerendahan hati, dan penguasaan diri. Sekaligus kita bisa bercermin, betapa buruknya kita bila menjadi orang seperti itu. Kita diingatkan untuk tidak menjadi orang sulit bagi orang lain. Sesekali, dengan berhadapan dan hidup bersama mereka, kita pun menjadi lebih objektif dalam memandang mereka; tidak lagi dengan amarah dan kekesalan, tetapi dengan simpati dan empati —AYA

DI BALIK HIDUP ORANG SULIT TERKADANG TERSIMPAN KISAH TRAGIS
KITA PERLU MEMANDANG MEREKA DENGAN EMPATI


Amsal 16:1-6
16:1. Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN.
16:2. Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati.
16:3. Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu.
16:4. TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuat-Nya untuk hari malapetaka.
16:5. Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman.
16:6. Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut akan TUHAN orang menjauhi kejahatan.
 
Yesus berkata kepadanya, “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali”
Matius 18:22
Bacaan: Matius 18:21-35
Setahun: Amsal 25-28

Kobe Bryant adalah salah satu pemain basket terbaik di liga bola basket Amerika Serikat (NBA). Ia banyak mendapatkan penghargaan atas prestasinya, bahkan banyak gelar juara liga sudah ia persembahkan bagi timnya. Namun pada tahun 2003, ia terlibat kasus pemerkosaan. Akibat kasus itu, citranya hancur di depan ba nyak orang. Kemudian ia meminta maaf secara terbuka kepada istrinya dan masyarakat. Sang korban pun sudah mencabut tuntutannya, tetapi sebagian masyarakat tak percaya ia sungguh-sungguh bertobat. Mereka tak memedulikan permintaan maafnya. Bahkan ada yang lantas menjadi sinis.

Memang tidak mudah mengampuni orang lain yang pernah menyakiti kita. Namun, bukankah kita juga orang-orang yang jahat dan berdosa di mata-Nya? Yang menakjubkan, Allah selalu peduli dan menerima kita kembali saat kita mau bertobat! Dia mengampuni dosa-dosa kita dan kembali memberi kesempatan bertobat bila kita datang kepada-Nya (ayat 23-27). Karenanya, Dia menghendaki kita bersikap sama kepada orang lain yang bersalah kepada kita, yakni mengampuni dan memberi kesempatan orang lain untuk memperbaiki diri (ayat 32-34).

Bila kita sudah mengalami pengampunan Allah, kita pun harus mengampuni orang lain. Suami atau istri yang pernah tidak setia pada kita. Sahabat yang pernah memanfaatkan kita. Rekan kerja yang pernah memfitnah kita. Kita dapat memulainya dengan memaafkan perbuatannya secara pribadi di dalam hati kita. Kemudian kita berikan kesempatan baginya untuk berubah. Semoga Allah memampukan kita untuk melakukannya! —ALS

Dan ampunilah kami akan kesalahan kami,
seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami—Matius 6:12



Matius 18:21-35
18:21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"
18:22 Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.
18:23 Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya.
18:24 Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.
18:25 Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya.
18:26 Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.
18:27 Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.
18:28 Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu!
18:29 Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.
18:30 Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.
18:31 Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka.
18:32 Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku.
18:33 Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?
18:34 Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.
18:35 Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."
 
Juga Aku telah menetapkan di sampingnya Aholiab bin Ahisamakh, dari suku Dan; dalam hati setiap orang ahli telah Kuberikan keahlian. Haruslah mereka membuat segala apa yang telah Kuperintahkan kepadamu
Keluaran 31:6

Bacaan:
Keluaran 31:1-11
Setahun: Amsal 29-31

Dalam pertandingan sepak bola, setiap pemain memiliki perannya masing-masing. Peranan ini biasanya diambil sesuai dengan keahlian setiap pemain. Seseorang yang terampil mencetak gol seperti Andriy Shevchenko (pemain nasional Ukraina) akan bermain menjadi penyerang. Orang yang bagus dalam mengumpan bola seperti David Beckham akan menjadi pemain tengah. Mereka yang tangkas menepis bola seperti Gianluigi Buffon akan menjadi penjaga gawang.

Dalam tubuh Kristus juga ada pembagian tugas serupa itu. Ada berbagai peran di dalam gereja yang masing-masing seharusnya dikerjakan oleh orang yang tepat. Bangsa Israel sedang membutuhkan orang-orang yang akan membuat perkakas rumah ibadah yang diperintahkan Allah. Secara khusus, dua orang bernama Bezaleel dan Aholiab adalah orang-orang yang terampil menjalankan pekerjaan tersebut. Bezaleel dikaruniai keahlian, pengertian, dan pengetahuan dalam segala macam pekerjaan membuat perkakas dari emas, perak, dan tembaga (Keluaran 31:3,4). Demikian juga Allah menetapkan Aholiab untuk mendampingi pekerjaan Bezaleel. Allah memerintahkan Musa untuk menunjuk mereka sebagai orang-orang yang akan membuat perkakas tersebut.

Sama seperti Bezaleel dan Aholiab, masing-masing dari kita pasti memiliki keahlian tertentu yang dapat dipakai untuk melakukan tugas-tugas khusus dalam gereja. Barangkali keahlian dalam bermain musik, mengajar, membuat karya seni, menulis, mengatur keuangan, dan sebagainya. Setiap keahlian yang diberikan Tuhan seharusnya dipakai untuk melayani Dia, sesuai peranan yang Dia sediakan bagi setiap kita —ALS


SETIAP ORANG DIPERLENGKAPI DENGAN SUATU KEMAMPUAN
UNTUK MENGERJAKAN TUGAS YANG TELAH DIA SIAPKAN

Keluaran 31:1-11

31:1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
31:2 "Lihat, telah Kutunjuk Bezaleel bin Uri bin Hur, dari suku Yehuda,
31:3 dan telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan,
31:4 untuk membuat berbagai rancangan supaya dikerjakan dari emas, perak dan tembaga;
31:5 untuk mengasah batu permata supaya ditatah; untuk mengukir kayu dan untuk bekerja dalam segala macam pekerjaan.
31:6 Juga Aku telah menetapkan di sampingnya Aholiab bin Ahisamakh, dari suku Dan; dalam hati setiap orang ahli telah Kuberikan keahlian. Haruslah mereka membuat segala apa yang telah Kuperintahkan kepadamu:
31:7 Kemah Pertemuan, tabut untuk hukum, tutup pendamaian yang terletak di atasnya, dan segala perabotan kemah itu,
31:8 yakni meja dengan perkakasnya, kandil dari emas murni dengan segala perkakasnya, mezbah pembakaran ukupan,
31:9 mezbah korban bakaran dengan segala perkakasnya, bejana pembasuhan dengan alasnya,
31:10 pakaian jabatan, baik pakaian kudus kepunyaan imam Harun, maupun pakaian anak-anaknya, untuk memegang jabatan imam,
31:11 minyak urapan dan ukupan dari wangi-wangian untuk tempat kudus; tepat seperti yang telah Kuperintahkan kepadamu haruslah mereka membuat semuanya."
 

Beban Berat



"Mengapa bebanku berat sekali?" aku berpikir sambil membanting pintu kamarku dan bersender. "Tidak adakah istirahat dari ini?" Aku menghempaskan badanku ke ranjang, menutupi telingaku dengan bantal. "Ya Tuhan," aku menangis, "biarkan aku tidur. Biarkan aku tidur dan tidak pernah bangun kembali!" Dengan tersedu-sedu, aku mencoba untuk meyakinkan diriku untuk melupakan, tiba-tiba gelap mulai menguasai pandanganku. Lalu, suatu cahaya yang sangat bersinar mengelilingiku ketika aku mulai sadar. Aku memusatkan perhatianku pada sumber cahaya itu. Sesosok pria berdiri di depan salib. "Anakku," orang itu bertanya, "mengapa engkau datang kepadaKu sebelum Aku siap memanggilmu?" "Tuhan, aku mohon ampun. Ini karena... aku tidak bisa melanjutkannya. Kau lihat betapa berat hidupku. Lihat beban berat di punggungku. Aku bahkan tidak bisa mengangkatnya lagi."

"Tetapi, bukankah Aku pernah bersabda kepadamu untuk datang kepadaku semua yang letih lesu dan berbeban berat, karena Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." "Aku tahu Engkau pasti akan mengatakan hal itu. Tetapi kenapa bebanku begitu berat?" "AnakKu, setiap orang di dunia memiliki beban. Mungkin kau ingin mencoba salib yang lain?" "Aku bisa melakukan hal itu?".

Ia menunjuk beberapa salib yang berada di depan kakiNya. "Kau bisa mencoba semua ini." Semua salib itu berukuran sama. Tetapi setiap salib tertera nama orang yang memikulnya. "Itu punya Joan," kataku. Joan menikah dengan seorang kaya raya. Ia tinggal di lingkungan yang nyaman dan memiliki 3 anak perempuan yang cantik dengan pakaian yang bagus-bagus. Kadang kala ia menyetir sendiri ke gereja dengan mobil Cadillac suaminya kalau mobilnya rusak.

"Umm, aku coba punya Joan." Sepertinya hidupnya tenang-tenang saja. Seberat apa beban yang Joan panggul? pikirku. Tuhan melepaskan bebanku dan meletakkan beban Joan di pundakku. Aku langsung terjatuh seketika. "Lepaskan beban ini!" teriakku. "Apa yang menyebabkan beban ini sangat berat?" "Lihat ke dalamnya." Aku membuka ikatan beban itu dan membukanya. Di dalamnya terdapat gambaran ibu mertua Joan, dan ketika aku mengangkatnya, ibu mertua Joan mulai berbicara, "Joan, kau tidak pantas untuk anakku, tidak akan pernah pantas. Ia tidak seharusnya menikah denganmu. Kau adalah wanita yang terburuk untuk cucu-cucuku..." Aku segera meletakkan gambaran itu dan mengangkat gambaran yang lain. Itu adalah Donna, adik terkecil Joan. Kepala Donna dibalut sejak operasi epilepsi yang gagal itu. Gambaran yang ketiga adalah adik laki-laki Joan.

Ia kecanduan narkoba, telah dijatuhi hukuman karena membunuh seorang pperwira polisi "Aku tahu sekarang mengapa bebannya sangat berat, Tuhan. Tetapi ia selalu tersenyum dan suka menolong orang lain. Aku tidak menyadarinya..." "Apakah kau ingin mencoba yang lain?" tanya Tuhan dengan pelan. Aku mencoba beberapa. Beban Paula terasa sangat berat juga : Ia memelihara 4 orang anak laki-laki tanpa suami. Debra punya juga demikian : masa kecilnya yang dinodai oleh penganiayaan seksual dan menikah karena paksaan. Ketika aku melihat beban Ruth, aku tidak ingin mencobanya. Aku tahu di dalamnya ada penyakit Arthritis, usia lanjut, dan tuntutan bekerja penuh sementara suami tercintanya berada di Panti Jompo.

"Beban mereka semua sangat berat, Tuhan" kataku. "Kembalikan bebanku" Ketika aku mulai memasang bebanku kembali, aku merasa bebanku lebih ringan dibandingkan yang lain. "Mari kita lihat ke dalamnya," Tuhan berkata. Aku menolak, menggenggam bebanku erat-erat. "Itu bukan ide yang baik," jawabku, "Mengapa?" "Karena banyak sampah di dalamnya." "Biar Aku lihat" Suara Tuhan yang lemah lembut membuatku luluh. Aku membuka bebanku. Ia mengambil satu buah batu bata dari dalam bebanku. "Katakan kepadaKu mengenai hal ini." "Tuhan, Engkau tahu itu. Itu adalah uang. Aku tahu kalau kami tidak semenderita seperti orang lain di beberapa negara atau seperti tuna wisma di sini. Tetapi kami tidak memiliki asuransi, dan ketika anak-anak sakit, kami tidak selalu bisa membawa mereka ke dokter. Mereka bahkan belum pernah pergi ke dokter gigi.

Dan aku sedih untuk memberikan mereka pakaian bekas." "AnakKu, Aku selalu memberikan kebutuhanmu.... dan semua anak-anakmu. Aku selalu memberikan mereka badan yang sehat. Aku mengajari mereka bahwa pakaian mewah tidak membuat seorang berharga di mataKu." Kemudian ia mengambil sebuah gambaran seorang anak laki-laki. "Dan yang ini?" tanya Tuhan. "Andrew..." aku menundukkan kepala, merasa malu untuk menyebut anakku sebagai sebuah beban. "Tetapi, Tuhan, ia sangat hiperaktif. Ia tidak bisa diam seperti yang lain, ia bahkan membuatku sangat kelelahan. Ia selalu terluka, dan orang lain yang membalutnya berpikir akulah yang menganiayanya. Aku berteriak kepadanya selalu. Mungkin suatu saat aku benar-benar menyakitinya..." "AnakKu," Tuhan berkata. "jika kau percayakan kepadaKu, aku akan memperbaharui kekuatanmu, dan jika engkau mengijinkan Aku untuk mengisimu dengan Roh Kudus, aku akan memberikan engkau kesabaran." Kemudian Ia mengambil beberapa kerikil dari bebanku. "Ya, Tuhan.." aku berkata sambil menarik nafas panjang. "Kerikil-kerikil itu memang kecil. Tetapi semua itu adalah penting. Aku membenci rambutku. Rambutku tipis, dan aku tidak bisa membuatnya kelihatan bagus.

Aku tidak mampu untuk pergi ke salon. Aku kegemukan dan tidak bisa menjalankan diet. Aku benci semua pakaianku. Aku benci penampilanku!" "AnakKu, orang memang melihat engkau dari penampilan luar, tetapi Aku melihat jauh sampai ke dalamnya hatimu. Dengan Roh Kudus, kau akan memperoleh pengendalian diri untuk menurunkan berat badanmu. Tetapi keindahanmu tidak harus datang dari luar. Bahkan, seharusnya berasal dari dalam hatimu, kecantikan diri yang tidak akan pernah hilang dimakan waktu. Itulah yang berharga di mataKu." Bebanku sekarang tampaknya lebih ringan dari sebelumnya.

"Aku pikir aku bisa menghadapinya sekarang," kataku, "Yang terakhir, berikan kepadaKu batu bata yang terakhir." kata Tuhan. "Oh, Engkau tidak perlu mengambilnya. Aku bisa mengatasinya." "AnakKu, berikan kepadaKu." Kembali suaraNya membuatku luluh. Ia mengulurkan tangaNya, dan untuk pertama kalinya Aku melihat lukaNya. "Tetapi Tuhan, bebanku ini kotor dan mengerikan, jadi Tuhan....Bagaimana dengan tanganMu? TanganMu penuh dengan luka!!" Aku tidak lagi memperhatikan bebanku, aku melihat wajahNya untuk pertama kalinya. Dan pada dahiNya, kulihat luka yang sangat dalam... tampaknya seseorang telah menekan mahkota duri terlalu dalam ke dagingNya. "Tuhan," aku berbisik. "Apa yang terjadi dengan Engkau?" MataNya yang penuh kasih menyentuh kalbuku.

"AnakKu, kau tahu itu. Berikan kepadaku bebanmu. Itu adalah milikKu. Aku telah membelinya." "Bagaimana?" "Dengan darahKu" "Tetapi kenapa Tuhan?" "Karena aku telah mencintaimu dengan cinta abadi, yang tak akan punah dengan waktu. Berikan kepadaKu." Aku memberikan bebanku yang kotor dan mengerikan itu ke tanganNya yang terluka.

Beban itu penuh dengan kotoran dan iblis dalam kehidupanku : kesombongan, egois, depresi yang terus-menerus menyiksaku. Kemudian Ia mengambil salibku kemudian menghempaskan salib itu ke kolam yang berisi dengan darahNya yang kudus. Percikan yang ditimbulkan oleh salib itu luar biasa besarnya. "Sekarang anakKu, kau harus kembali. Aku akan bersamamu selalu. Ketika kau berada dalam masalah, panggillah Aku dan Aku akan membantumu dan menunjukkan hal-hal yang tidak bisa kau bayangkan sekarang." "Ya, Tuhan, aku akan memanggilMu." Aku mengambil kembali bebanku. "Kau boleh meninggalkannya di sini jika engkau mau. Kau lihat beban-beban itu? Mereka adalah kepunyaan orang-orang yang telah meninggalkannya di kakiKu, yaitu Joan, Paula, Debra, Ruth... Ketika kau meninggalkan bebanMu di sini, aku akan menggendongnya bersamamu. Ingat, kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." Seketika aku meletakkan bebanku, cahaya itu mulai menghilang. Namun, masih kudengar suaraNya berbisik, "Aku tidak akan meninggalkanmu, atau melepaskanmu." Saat itu, aku merasakan damai sekali di hatiku.
 
Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari
Mazmur 119:97

Bacaan:
Mazmur 119:97-105
Setahun: Pengkhotbah 1-4

Rasa cinta itu unik. Cinta membuat hati sepasang kekasih tak terpisahkan seperti magnet. Keduanya merasa ingin selalu dekat. Jika berpisah beberapa saat saja, rasa rindu segera menyerang. Siang dan malam, wajah sang kekasih selalu terbayang. Apa yang sang kekasih ucapkan selalu terngiang. Hati menjadi resah, sebelum tiba waktunya mereka berjumpa lagi.

Dalam Mazmur 119, Daud berbicara tentang cinta. Namun bukan cinta pada seseorang, melainkan cinta pada firman Tuhan. Di matanya, merenungkan dan mempraktikkan hukum Tuhan bukanlah sebuah beban, melainkan justru sebuah kesukaan. Hobi. "Betapa kucintai taurat-Mu!" katanya. Ibarat orang sedang jatuh cinta, Daud merenungkan firman itu siang dan malam. Apa yang membuatnya jatuh cinta pada firman Tuhan? Daud menemukan bahwa firman Tuhan itu begitu ampuh. Firman itu menjadikannya orang bijak yang disegani siapa pun (ayat 99-101). Firman itu memberinya janji yang manis dan menghibur saat susah (ayat 103). Firman itu menolongnya membenci apa yang Tuhan benci (ayat 104) dan mengarahkan masa depannya ke arah yang Tuhan mau (ayat 105). Bagi Daud, orang yang tidak hidup dekat dengan firman, mengalami kerugian besar!

Seberapa besar rasa cinta Anda pada firman Tuhan? Bagi Anda, apakah membaca Alkitab merupakan kesukaan atau beban? Pandanglah firman Tuhan sebagai e-mail harian penting dari Tuhan bagi Anda. Ada banyak janji, nasihat, petunjuk hikmat yang Tuhan ingin sampaikan kepada Anda setiap hari. Baca dan renungkan. Jangan dilewatkan, nanti kita yang rugi —JTI

ISI FIRMAN TUHAN BUKANLAH ATURAN YANG MENEKAN
MELAINKAN KABAR BAIK YANG MEMBEBASKAN
Mazmur 119:97-105
119:97 Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.
119:98 Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku.
119:99 Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan.
119:100 Aku lebih mengerti dari pada orang-orang tua, sebab aku memegang titah-titah-Mu.
119:101 Terhadap segala jalan kejahatan aku menahan kakiku, supaya aku berpegang pada firman-Mu.
119:102 Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu, sebab Engkaulah yang mengajar aku.
119:103 Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku.
119:104 Aku beroleh pengertian dari titah-titah-Mu, itulah sebabnya aku benci segala jalan dusta.
119:105 Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
 
Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati
1 Samuel 16:7

Bacaan: Kisah Para Rasul 9:36-39
Setahun: Pengkhotbah 5-7

Bila ditanya tentang pelayanan yang paling berharga bagi Allah, kebanyakan kita akan langsung berpikir tentang pelayanan gerejawi yang biasa dilakukan; misalnya memimpin pujian, menyanyi dalam paduan suara, penginjilan pribadi, pelawatan, dan sebagainya. Padahal, sesungguhnya pelayanan yang dilakukan bagi Tuhan bisa lebih banyak bentuk dan luas cakupannya.

Cerita tentang Dorkas membukakan wawasan kita tentang arti sebuah pelayanan. Alkitab tidak terlalu banyak memberi keterangan mengenai Dorkas. Ia hanya disebut sebagai seorang murid perempuan dari Yope, yang memiliki nama lain Tabita (ayat 36). Namun, Alkitab mencatat bahwa ia adalah wanita yang banyak berbuat baik dan memberi sedekah, khususnya menjahit pakaian bagi para janda (ayat 39). Jika dibandingkan dengan Petrus atau Paulus, nama Dorkas memang kurang populer. Pekerjaan yang dilakukannya pun tak sehebat murid Yesus yang lain. Namun, apa yang telah dilakukannya berharga bagi Allah.

Ya, inilah pelayanan yang berharga di mata Allah. Allah tidak menilai pelayanan dari seberapa banyak pelayanan yang telah dilakukan, tetapi dari sikap hati sang pelayan (1 Samuel 16:7). Melayani Allah, sekecil apa pun, bila diiringi motivasi untuk memuliakan Allah dan dilakukan dengan tulus hati, maka pelayanan itu berharga bagi-Nya. Sebaliknya, meski pelayanan kita tampak luar biasa tetapi tidak dilakukan dengan tulus atau didasari motivasi memuliakan diri sendiri, maka hasilnya tak akan berarti di hadapan Allah. Sudahkah pelayanan kita didasari motivasi yang murni dan dikerjakan dengan tulus? —RY

PERBUATAN SEDERHANA YANG DILAKUKAN DENGAN TULUS
PASTI MENJADI BERKAT YANG BERHARGA

Kisah Para Rasul 9:36-39
9:36 Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita--dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah.
9:37 Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Dan setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang atas.
9:38 Lida dekat dengan Yope. Ketika murid-murid mendengar, bahwa Petrus ada di Lida, mereka menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan: "Segeralah datang ke tempat kami."
9:39 Maka berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setelah sampai di sana, ia dibawa ke ruang atas dan semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup.
 
Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau
Ayub 42:5


Bacaan
: Ayub 1:1; 42:1-6
Setahun: Pengkhotbah 8-12

Banyak dari kita mungkin sering mendengar ungkapan ini: "Mengapa ia bisa mengalami hal itu? Padahal ia orang baik. Kasihan, ya?" Orang cenderung berpikir bahwa tidak adil bila ada orang baik yang hidup menderita. Ibarat orang tak bersalah yang harus menerima hukuman. Orang berpikir bahwa hidup orang baik itu selalu diberkati Tuhan. Atau, bila ia harus mengalami kesulitan, Allah akan segera menolong.

Alkitab mencatat bahwa Ayub adalah orang saleh, yang bahkan dipuji oleh Allah sendiri (1:1). Namun, Ayub harus mengalami penderitaan yang datang bertubi-tubi. Dari yang awalnya kaya raya sekarang jatuh miskin; dari yang semula sehat sekarang jatuh sakit. Seluruh anaknya tewas dalam sebuah kejadian. Istri serta teman-temannya meninggalkan Ayub. Apa salah Ayub? Tidak, Ayub tidak bersalah. Lalu mengapa ia mengalami penderitaan yang begitu berat? Karena Allah ingin mengajar Ayub tentang siapa diri-Nya. Melalui penderitaan, Allah ingin Ayub mengenal Dia lebih dalam. Dan inilah yang diakui Ayub pada akhir cerita tentangnya. Pengenalan Ayub akan Allah menjadi lengkap saat ia berkata: "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau" (42:5).

Penderitaan bukan berasal dari Allah, tetapi kerap kali Allah mengizinkan hal itu terjadi supaya kita dapat memetik hikmah dari penderitaan tersebut; baik itu hikmah mengenai kekudusan, pertobatan, ataupun mengenai Allah sendiri. Jadi, daripada menangis dan mengeluh, mari temukan apa yang hendak Tuhan ajarkan lewat penderitaan kita —RY


ALLAH KERAP KALI MENGIZINKAN HUJAN LEBAT TERJADI
SUPAYA KITA DAPAT MELIHAT PELANGI


Ayub 1:1; 42:1-6
1:1 Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.

42:1 Maka jawab Ayub kepada TUHAN:
42:2 "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.
42:3 Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui.
42:4 Firman-Mu: Dengarlah, maka Akulah yang akan berfirman; Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku.
42:5 Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
42:6 Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."
 
Marilah kita … berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus
Ibrani 12:1,2

Bacaan: Ibrani 12:1-12
Setahun: Kidung Agung 1-4

Di kota Cremona, Italia, didirikan sebuah museum biola. Di museum itu ada ratusan biola kenamaan yang dipajang, termasuk yang sudah berusia lebih dari tiga ratus tahun. Andrea Masconi ditugaskan untuk merawat biola-biola tersebut. Selama tiga puluh tahun, tiap pagi ia memainkan sekitar sepuluh biola bergantian. Tiap biola dimainkannya selama enam sampai tujuh menit. Tujuannya supaya kualitas suaranya tetap terjaga. "Kayu biola bagai otot manusia. Jika tidak dimainkan bakal cepat kendor dan rusak," katanya.

Otot rohani kita juga harus dipakai agar tetap berfungsi prima. Hidup kristiani bagaikan "perlombaan lari yang diwajibkan" (ayat 1). Tiap peserta harus melatih otot tubuhnya tiap hari. Memang melelahkan, tetapi itulah satu-satunya cara mempertahankan stamina otot. Dalam pertandingan iman, otot rohani bisa dilatih lewat ujian dan masalah. Tak heran, kadang Tuhan memberi "ganjaran" (ayat 7-9). Kadang kita dibiarkan menghadapi masalah rumit. Di waktu lain, kita dihadapkan dengan ujian iman yang berat. Lewat semua itu kita bisa melatih kesabaran, kepekaan, dan kebergantungan diri kepada-Nya. Dia menghajar kita untuk kebaikan kita (ayat 10).

Apakah Anda sering meragukan kasih Allah, ketika menempuh jalan hidup yang sulit? Pernahkan Anda merasa iri melihat orang lain hidup lebih nyaman, sedang hidup Anda penuh perjuangan? Percayalah, Allah mengizinkan banyak persoalan datang, karena Dia ingin terus membentuk hidup kita. Seperti Andrea Masconi, setiap pagi Dia menggesek dawai hidup kita supaya tetap berada dalam kondisi prima. Tidak kendur. Berjuanglah bersama-Nya —JTI

ALLAH TIDAK MENGANUGERAHKAN KEMENANGAN
TANPA LATIHAN DAN PERJUANGAN
Ibrani 12:1-12
12:1 Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.
12:2 Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.
12:3 Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.
12:4 Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.
12:5 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
12:6 karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
12:7 Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?
12:8 Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.
12:9 Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup?
12:10 Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.
12:11 Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.
12:12 Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah;
 
Berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan mana kehendak Allah: Apa yang baik, yang berkenan kepada-Nya dan sempurna
Roma 12:2

Bacaan: Roma 12:1-8
Setahun: Kidung Agung 5-8

Proses metamorfosa yang mengubah ulat menjadi kepompong, kemudian menjadi kupu-kupu, sungguh suatu perubahan yang mengagumkan. Dari arti katanya, metamorfosa berarti bentuk yang berubah. Namun, yang terjadi pada kupu-kupu bukan hanya perubahan bentuk, tetapi juga gaya hidup. Ulat merangkak, kupu terbang. Ulat makan daun, kupu mengisap madu. Ulat tampak rakus, kupu tampak anggun. Ulat bergerak lambat, kupu terbang cepat. Sungguh berubah total!

Kata "metamorfosa" itu pulalah yang dipakai Paulus ketika menulis: "Berubahlah oleh pembaruan budimu ...". Paulus ingin jemaat di Roma benar-benar berubah, seperti perubahan yang dialami ulat hingga menjadi kupu-kupu. Gaya hidup, cara pandang, dan cara jemaat menjalani hidup mesti berubah, sehingga mereka "dapat membedakan mana kehendak Allah: Apa yang baik, yang berkenan kepada-Nya dan yang sempurna". Ya, reformasi sejati tidak hanya mengubah forma (bentuk), tetapi juga mengubah apa yang ada di dalam hidup seseorang.

Hidup kita perlu terus mengalami reformasi. Harus terus bergerak dari ulat ke kepompong. Jadi tidak hanya diam, tetapi seperti pesan Paulus, kita perlu terus mempersembahkan diri sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah (ayat 1). Artinya, kita selalu menyadari—dan kemudian membuktikannya pada dunia—bahwa atas kemurahan Allah dan kasih karunia-Nya, hidup kita ini adalah milik Allah.

Mari terus berubah agar semakin matang di dalam Tuhan. Hingga pada saatnya kelak, kita sungguh berubah menjadi indah dan memberkati setiap orang yang melihatnya —DKL

BILA HIDUP INI ADALAH MILIK TUHAN
IZINKAN DIA MENGUBAH KITA MENJADI SEPERTI YANG DIA MAU


Roma 12:1-8

12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
12:3 Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.
12:4 Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama,
12:5 demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.
12:6 Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita.
12:7 Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar;
12:8 jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.
 
Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya
Amsal 26:14


Bacaan: Amsal 26:13-16
Setahun: Yesaya 1-3

Seperti apakah si pemalas? Ia diumpamakan sebagai daun pintu yang berputar hanya pada engselnya, bergerak tetapi tidak berjalan alias "gerak di tempat". Serupa pula dengan kursi goyang, orang yang duduk di atasnya bisa merasa seakan-akan sudah mencapai jarak yang jauh, padahal ia tak ke mana-mana. Tidak heran bila kursi goyang disebut juga "kursi malas".

Allah tidak senang kepada orang yang malas. Bacaan Alkitab kita menuntun pada pengertian siapakah orang yang malas itu. Si pemalas adalah orang yang bila diberi tugas suka berdalih (Amsal 26:13). Si pemalas adalah orang yang tak mau bergerak maju sekalipun sudah didorong oleh orang lain (ayat 16). Si pemalas adalah orang yang bahkan malas melakukan sesuatu yang sesungguhnya bermanfaat bagi dirinya sendiri (ayat 15). Seperti seseorang yang malas makan mangga, kecuali orang lain mengupaskan kulitnya.

Bagaimana caranya agar kita tidak menjadi malas? Milikilah tujuan hidup yang jelas, sehingga kita punya semangat untuk memaknai hari-hari kita. Milikilah motivasi yang tulus, supaya kita dapat merasakan sukacita saat hendak mencapai tujuan. Milikilah perencanaan yang benar, agar kita menjadi orang-orang yang bijaksana karena tidak menyia-nyiakan waktu hidup kita. Mari menjadi anak-anak Tuhan yang rajin dan penuh semangat dalam hidup ini, seperti apa yang telah Paulus lakukan, "Aku ... berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus" (Filipi 3:14). Selamat tinggal kemalasan! —ACH

dari setiap nama orang yang dapat kita sebut berhasil
tak ada yang berangkat dari hidup yang malas


Amsal 26:13-16
26:13. Berkatalah si pemalas: "Ada singa di jalan! Ada singa di lorong!"
26:14. Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya.
26:15. Si pemalas mencelupkan tangannya ke dalam pinggan, tetapi ia terlalu lelah untuk mengembalikannya ke mulutnya.
26:16. Si pemalas menganggap dirinya lebih bijak dari pada tujuh orang yang menjawab dengan bijaksana.
 
Kata Yesus kepada mereka, ”Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.” Lalu mereka pun membawanya
Yohanes 2:8


Bacaan: Yohanes 2:1-11
Setahun: Yesaya 4-7

Suatu kali dalam sebuah persekutuan keluarga, saya mengajukan sebuah pertanyaan. Jika mereka diajak berandai-andai menjadi salah satu tokoh dalam kisah pernikahan di Kana, siapakah yang akan mereka pilih?

Suasana menjadi ramai. Ada yang ingin menjadi ibu Maria, sang perantara hingga mukjizat terjadi. Ada yang mau menjadi pelayan, menyaksikan bagaimana mukjizat terjadi. Ada yang ingin menjadi pemimpin pesta, yang cuma tahu beres. Ingin menjadi pengantinnya? Ada juga! Ada yang ingin jadi tempayan, wadah di mana mukjizat itu terjadi. Yang unik, ada yang ingin menjadi Yesus, sang pembuat mukjizat! Namanya berandai-andai, bisa saja ada yang berpikir begitu. Terakhir ada yang menjawab ingin menjadi tamu saja, menikmati mukjizat.

Setelah tak ada jawaban lain lagi, tiba-tiba seseorang menyeletuk, "Lalu, Anda sendiri mau jadi apa dong?" "Saya ingin menjadi air biasa yang digunakan untuk pembasuhan waktu itu," begitu jawab saya. Ya, itulah kerinduan saya. Menjadi air putih biasa, yang kemudian diubah oleh Yesus menjadi anggur. Bukan sembarang anggur, tetapi anggur yang baik (ayat 10), yang membawa sukacita bagi banyak orang.

Saya sadar, ini sangat sulit untuk dipraktikkan. Diubah oleh Tuhan Yesus bahkan bisa terasa berat dan menyakitkan. Namun, jika kita sungguh-sungguh rindu hidup kita yang biasa-biasa menjadi bermakna, bukankah kita mesti rela dikoreksi, diajar, bahkan jika perlu, dihajar? Dan satu hal yang pasti, untuk menjadi apa pun setiap kita mesti taat kepada-Nya terlebih dahulu supaya dapat menjadi berkat bagi orang lain —MNT

UNTUK MENJADI PRIBADI YANG BERHARGA
ADA HARGA YANG HARUS DIBAYAR


Yohanes 2:1-11

2:1 Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ;
2:2 Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu.
2:3 Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur."
2:4 Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba."
2:5 Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!"
2:6 Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung.
2:7 Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan merekapun mengisinya sampai penuh.
2:8 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta." Lalu merekapun membawanya.
2:9 Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya--ia memanggil mempelai laki-laki,
2:10 dan berkata kepadanya: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang."
2:11 Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.