oh iya saya mo tanya nih
1. apakah pilem kera sakti itu ada dalam sejarah budha ?
2. trus koq simbol budha mirip nazi yah ?
mohon di jelaskan, sebelum nya saya minta maap klo ada kata2 yg kurang enak
* gw tanya ini karena ga tau loh *
1. Dalam sejarah Buddha sebenarnya tidak dijumpai kisah kera sakti (Perjalanan ke Barat). Tidak ada bukti konkrit yang menyatakan bahwa peristiwa itu terjadi. Bukti sejarah yang ada adalah bahwa pada jaman Dinasti Tang, Bhiksu Hsuan Tsang atas perintah Kaisar pergi ke India untuk mempelajari ajaran Buddha dan mengambil kitab suci. Mungkin kisah inilah yang mengilhami kisah perjalanan ke Barat. Tentang adanya makhluk kera sakti (Sun Go Kong), babi (Ti Pat Kay) dan siluman air (Sah Ceng) dikatakan adalah mewakili tiga akar kejahatan manusia yaitu, Kera mewakili Kebencian (DOSA), Babi mewakili Keserakahan (LOBHA) dan Siluman Air yang bodoh mewakili Kebodohan (Moha).
2. Lambang Swastika dalam Buddha berbeda dengan lambang NAZI, bedanya adalah arahnya. Kalau Swastika arahnya searah jarum jam. Maka lambang NAZI kebalikannya berlawanan dengan arah jarum jam.
mau tanya nih om sone,kalo misalkan kita bunuh nyamuk (karna ganggu kita) itu termasuk dosa ga?
soalnya kadang ga niat juga tau2 tangan maen --`
Mungkin diluruskan dulu istilah DOSA. Dalam ajaran Buddha DOSA itu diartikan dengan KEBENCIAN. Mungkin pertanyaannya bisa ditukar sebagai berikut :
"Apakah membunuh nyamuk (karena mengganggu kita) itu ada karmanya ??"
Menurut saya, semua perbuatan itu ada karma-nya. Hanya saja karma yang berbuah adalah karma dengan adanya CETANA (Kehendak), Jika perbuatan dilakukan dengan CETANA jahat, maka terjadilah Karma Buruk, Jika perbuatan dilakukan dengan CETANA baik, maka terjadilah Karma Baik.
Dalam konteks gak niat, tetapi spontan kita menepuk bagian yang gatal, dan terpukul nyamuk. Ini dikategorikan sebagai Karma tanpa CETANA, Karma ini digolongkan pada KARMA yang KADALUARSA (dalam pengertian Karma seperti ini cepat berlalu, biasanya hanya terjadi penyesalan sebentar).
Sebenarnya dengan membiasakan diri untuk tidak membunuh nyamuk, kita diharapkan untuk belajar menghargai kehidupan. Jika kehidupan seekor nyamuk kecil saja bisa kita hargai, maka pasti kehidupan makhluk lain yang lebih tinggi tingkatannnya juga pasti akan kita hargai.
Bayangkan saja Nyamuk itu daur hidupnya antara 7-14 hari. Tanpa kita membunuhnya, nyamuk itu hanya bisa bertahan hidup paling lama 2 minggu. Saya ada pengalaman tentang nyamuk. Semakin saya tidak membunuh nyamuk, maka nyamuk di rumah saya semakin tidak kelihatan. Di tempat teman saya, mereka sibuk membunuh nyamuk dengan berbagai peralatan, alhasil, nyamuknya bukan tambah hilang, tetapi tiap hari banyaknya yah tetap sama saja.
Demikian juga dengan binatang lainnya seperti kecoa, tikus, cicak dan lainnya, Semakin kita mengembangkan cinta kasih kita dan tidak membunuhnya, maka semakin kita tidak melihat binatang binatang tersebut berkeliaran di rumah. Jika ternyata ada melihat 1 atau dua ekor, biasanya saya biarkan saja. Toh semua makhluk pada dasarnya hanya mencari "MAKAN" saja.
@ Sone.
Barusan aku ketemu teman, yang aku tau, dia penganut Buddha.
Singkat cerita : Dia bilang, kalau dalam masa hidup, kita tidak berkelakuan
baik, Besuk kalau lahir kembali kita bisa menjelma menjadi : /sob
misalnya anjing atau binatang lain. Maka semasa kita masih hidup, harus
berkelakuan yang baik. Agar nanti, bisa lahir kembali sebagai manusia lagi.
Nah, bagaimana menurut pendapat kk Sone ??
Hukum karma itu jalannya rumit. Tidak segampang kalau kita membunuh kecoa, maka akan terlahir jadi kecoa. Pada dasarnya kalau kita diliputi oleh DOSA (kebencian) maka akan cenderung untuk terlahir di alam menderita NERAYA (NIRAYA). Jika kita diliputi oleh LOBHA (keserahkahan), kita cenderung akan terlahir di alam menderita PETA (hantu kelaparan). Sedangkan kalau kita diliputi oleh MOHA (Kebodohan), kita cenderung akan terlahir di alam menderita TIRRACHANA (Alam Binatang). Tetapi alur karma itu memang rumit sekali.
Untuk lebih baiknya adalah, dengan mengembangkan Brahma Vihara (Metta, Karuna, Mudita dan Upekkha) kita menekan tiga akar kejahatan (DOSA, LOBHA dan MOHA). Dengan begitu diharapkan kita tidak terjerumus dilahirkan di 3 alam menderita.
@sone
lho...
bkn nya di paritta uda d tulis jelas, bahwa manusia lahir kembali krn menanggung n menjalani karmanya sendiri, lantas koq kk bilang yg spt itu ?
"anak n cucu kita menerima karma baik yg kita perbuat selama kita hidup"
bkn kah ini pernyataan yg bertolak belakang dgn paritta ?
Setiap orang mewarisi karmanya masing masing... Jadi karma itu tidak dapat dipindah pindahkan ataupun diwariskan. Kekuatan karma mengikat untuk saling mendekat dan saling menjauh.
Jika seorang bapak jahat dan hidup menderita, tentunya anaknya juga akan hidup menderita. Apakah ini karena karma bapaknya menurun kepada anaknya ?? Jawabannya BUKAN SEPERTI ITU. Tetapi karena kekuatan karma bapak dan anak itu saling menarik untuk terkondisi dalam kehidupan yang menderita, maka dalam kehidupan ini mereka bertemu dan berhubungan karma.
Jika seorang anak lahir di keluarga bahagia dan kaya, maka sebenarnya kekuatan karma anak tersebut menarik untuk terlahir di kondisi keluarga yang bahagia dan anak tersebut menikmati buah karma baiknya.
KARMA itu sendiri menurut prosesnya dibagi atas :
1. Karma yang melahirkan.
Kita tidak dapat memilih orang tua kita, tetapi karena kekuatan karma kita lah yang menarik kita untuk terlahir di orang tua tertentu. Semua kondisi pada saat itu yang disebut dengan karma yang melahirkan.
2. Karma yang mendukung.
Karma yang melahirkan itu kemudian didukung oleh Karma yang mendukung. Misalnya Seseorang yang terlahir di keluarga kaya, lantas dianugerahi penampilan fisik yang prima dan menawan (tampan/cantik).
3. Karma yang Melemahkan.
Karma yang melahirkan itu bisa juga dilemahkan oleh karma yang melemahkan.Misalnya seorang yang dilahirkan di keluarga miskin, lantas dianugerahi paras muka yang jelek dan penampilan fisik yang lemah.
4. Karma yang memotong.
KArma yang memotong inilah adalah karma sehari hari / perilaku yang diperbuat apada kehidupan sekarang ini. Karma inilah yang bisa memotong / merubah KArma yang melahirkan, Karma yang mendukung dan Karma yang melemahkan.
Misalnya seorang yang dilahirkan di keluarga miskin, terus dianugerahi paras yang "pas pasan" tetapi dalam kehidupan sekarang ini, perilakunya sesuai dengan DHARMA, maka lama kelamaan, seseorang itu berhasil keluar dari situasi "miskin" dan bisa menjadi "orang" yang terpandang.
Kemudian mengenai PELIMPAHAN JASA. Apakah JASA TERSEBUT kita TRANSFER kepada orang yang sudah meninggal ???
Sama seperti konsep KARMA itu diwarisi oleh masing masing, maka sebenarnya tidak ada transfer JASA yang sebenarnya. Biasanya kalau kita melakukan pelimpahan jasa adalah untuk keluarga yang sudah meninggal. Tetapi bagaimana caranya mereka menerima JASA kita ??? SEbenarnya bukan mereka menerima jasa KITA ??? Yang bisa mendapat "pelimpahan" JASA itu hanyalah leluhur atau orang yang sudah meninggal dan terlahir di alam PETA (hantu kelaparan). Lantas bagaimana mereka menerima JASA KITA ????
Sebenarnya tidak ada TRANSFER JASA. TEtapi dengan melakukan pelimpahan JASA sewaktu kita melakukan perbuatan BAIK. Leluhur kita / Makhluk PETA tersebut BERGEMBIRA atas perbuatan baik kita dan PELIMPAHAN JASA kita. yang sebenarnya Makhluk PETA tersebut dengan "BERGEMBIRA" telah melakukan PERBBUATAN BAIK melalui PIKIRAN. Karena Makhluk PETA hanya dapat melakukan perbuatan melalui PIKIRAN. Tidak dapat melakukan perbuatan melalui FISIK maupun KATA KATA.
pertanyaan & tanggapan saya dari thread sejarah buddha
Teman-teman seperguruan dan teman pertapa Sidharta,
menyadari ada yang berubah dengannya dan suatu hari
berkumpul di Taman Rusa Isipatana, kemudian disanalah
Sang Buddha membabarkan ajarannya untuk pertama kalinya.
pertanyaan saya.....
sidharta pernah belajar di perguruan mana ?
soalnya setau saya sidharta mencapai kebuddhaan tanpa bantuan siapapun, jadi klo misal kk tau perguruannya tlg jawab :
1. dimana perguruan itu ?
2. siapakah gurunya ?
3. siapakah murid2 lain selain sidharta, barangkali aja masih ada keturunannya sampai skr, jadi mgkn saja saya bisa belajar byk dari dia ?
thx, tlg dijawab oleh kk sone selaku 'thread starter' thx ^_^v
Guru pangeran Siddharta tentu ada, dari kecil sampai dewasa banyak guru yang mengajari pangeran siddharta berbagai ilmu dan ketrampilan dari ilmu sastra, ilmu agama (kitab veda) sampai pada ketrampilan memanah, berkkuda dan sebagainya. Tetapi guru spiritual pangeran Siddharta yang utama adalah Alara Kalama dan Uddhaka Ramaputra (dua duanya merupakan guru meditasi termahsyur di India).
Alara Kalama dengan meditasi mencapai tingkat Kekosongan (mencapai Alam Brahma Kekosongan - AKINCANNAYATANA - ARUPA LOKA - Alam Brahma tertinggi kedua - Alam ke 30) sedangkan Uddhaka Ramaputra dengan meditasinya berhasil mencapai tingkat Pencerapan dan Bukan Pencerapan (mencapai Alam Brahma Pencerapan dan Bukan Pencerapan -NEVASANNANASANAYATANA -ARUPA LOKA - Alam Brahma tertinggi - Alam ke 31).
Pangeran Siddharta berhasil menyamai kedua gurunya, tetapi pangeran Siddharta belum puas, karena belum menemukan jawaban terhadap cara menghadapi lahir, tua, sakit dan mati. Untuk itulah, Pangeran Siddharta kemudian mencari sendiri penerangan sempurnanya. Dengan pencapaian penerangan sempurna (menjadi BUDDHA). Pangeran Siddharta berhasil mematahkan lahir, tua, sakit dan mati. Mencapai Nibbana dan tidak dilahirkan di alam manapun.
hi...., om sone, nih g venuslens, member baru, g pengen nanya nih tentang feng shui yang om sone katakan. Pertanyaan saya adalah apakah feng shui ada hubungannya dengan karma seseorang? Trus adanya cerita tentang feng shui apakah berasal dari aliran Konfusius (Kong Hu Cu)? terima kasih, saya tunggu jawabannya ya....., hm.....
Aduh....., ni forum koq ga da yang aktif post sih....
Om....., so.....ne......., koq kagak nongol2 sih...., hehehe..
G pengen nanya nih, Tuhan tu sama ga sih ama Sanghyang Adi Buddha?
Pliz ya klo da buka forum, tolong dijawab ya..
hehehe......
Feng Shui (Hong Shui) sebenarnya adalah salah satu ilmu arsitektur kuno budaya China. Unsur keseimbangan aliran energi menjadi dasar utama pengaturan Feng Shui. Jadi Feng Shui itu sebenarnya tidak takhayul, jika dalam penerapannya ada beberapa hal yang berbau takhayul seperti penempatan cermin itu sudah campur aduk dengan kebudayaan lain, misalnya ajaran TAO dan KONG HU CHU.
Lantas jika dikaitkan dengan KARMA. Sebenarnya ada hubungannya dan juga tidak ada hubungannya. Dikatakan ada hubugannya adalah bahwa setiap yang kita alami pada saat ini adalah buah karma dari perbuatan kita. Jadi kalau misalnya kita menempati rumah dengan hong shui bagus, bisa jadi ini karena karma kita berbuah. Dikatakan juga bahwa orang yang karmanya baik, biasanya akan mendapati hong shui yang bagus bagus.
Lantas jika orang yang karmanya tidak bagus, di berikan rumah dengan hong shui yang BAGUS sekali, orang tersebut tidak akan bisa mendapatkan manfaat apa apa dari rumah yang HONG SHUI nya bagus. Jadi istilahnya adalah KARMA itu adalah JALAN-nya, HONG SHUI itu adalah perangkat. Jika kARMA kita mendukung, ditambah dengan HONG SHUI bagus, IBARAT kita JALAN di JALAN yang BAGUS.
Kemudian mengenai konsep Sanghyang Adi Buddha dan TUHAN, bisa di baca di
http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=70&multi=Y&hal=1
jelas mengerikan... bayangkan bagaimana jiwa kita terus-terusan sengsara, mengalami kelahiran kembali selama berkalpa-kalpa kali, dalam jangka waktu yang tidak terbatas... ndak capek terus-terusan rebirth??
bayangkan kalau misalnya pada kelahiran ini berbasis pada content karma kita dari kehidupan yang lalu 60 : 40 yaitu 60% karma baik dan sisanya karma buruk... dan bayangkan... selama kehidupan kita... berapa banyak orang yang tidak menyenangkan yang kita temui?? berapa banyak musuh yang kita punya?? berapa banyak beban pikiran yang kita miliki?? berapa banyak urusan yang kita miliki?? dan satu lagi?? kita terlahir dan akan terus dipengaruhi oleh nafsu indera dan terdorong untuk memenuhinya... apabila kita tidak memenuhinya maka kita akan merasa menderita(contoh konkret:saat main game, sewaktu anda kebelet ingin main, warnet penuh, rasanya menderita bukan??)
ketika kita terhenti untuk reinkarnasi(rebirth), maka semua nafsu indera dan beban pikiran itu akan lenyap, kita akan merasa plong dan tenang, dan akan merasa penuh kemenangan dan kebebasan tapi tidak akan pernah merasa hampa...
abang glory, terima kasih penjelasannya, saya jadi ingat bahwa karma terbayar tidak hanya pada kehidupan selanjutnya tetapi akan terbayar pula baik pada kehidupan sekarang, nanti, atau selanjutnya, tergantung pada berat ringannya karma tersebut...
Inilah KESUNYATAAN MULIA TENTANG DUKKHA. (yang pertama dari Empat Kesunyataan Mulia), bahwa 31 alam itu adalah lingkaran samsara. Hanya dengan MELENYAPKAN DUKKHA kita akan mencapai NIBBANA (PEMBEBASAN), bebas dari kelahiran kembali di alam manapun.
Note : Dengan menyadari tentang DUKKHA, anda telah berada pada tahapan pertama dari 4 tahapan menuju LENYAPNYA DUKKHA.
"BUDDHA dari jaman dulu, sekarang dan jaman akan datang hanya mengajarkan KESUNYATAAN MULIA tentang DUKKHA dan CARA menuju LENYAPNYA DUKKHA".
G baru perbedaan Reinkarnasi dengan Inkarnasi dari senior g.
Reinkarnasi adalah kelahiran kembali tidak dapat di tolak
Inkarnasi adalah kelahiran kembali untuk para buddha/bodhisatva dengan tujuan masing2.
Dalam Buddhisme Maitreya disebut kan Tuhan Yang Maha Esa Mengutus Para Buddha,Bodhisatva,Para Maha Dewa/Dewi untuk membantu tugas Maitreya dalam pancaran putih ini.dan apabila para dewa/bodhisatva tidak membantu maka amal kebajikan yang di dapat dari masa pancaran hijau dan merah sama saja dengan 0.maka para buddha/bodhisatva turun kedunia untuk membantu misi Penyelamatan Universal,dan membantu merubah bumi yang kotor ini menjadi bumi sukhavati yang indah seperti ikrar dari Maha Buddha Maitreya
Sebenarnya istilah Re-Inkarnasi itu bukan istilah Buddhis. Yang benar dalam Buddhisme adalah Punarbhava (Kelahiran Kembali). Reinkarnasi itu seperti ROH yang berpindah dari satu medium ke medium lain ataupun ROH dilahirkan kembali. Tetapi Punarbhava itu melampaui pengertian ROH yang dilahirkan kembali. Punarbhava itu adalah kelahiran kembali makhluk tertentu karena munculnya Panca Skhandha (Rupa, Perasaan, Pencerapan, Ingatan dan Kesadaran) meneruskan karmanya.
Sedangkan inkarnasi yang dikatakan sebagai kelahiran kembali untuk para BUDDHA / BODHISATVA / ORANG SUCI. sebenarnya adalah PUNARBHAVA juga. Istilah Inkarnasi ini LAZIM digunakan untuk menunjukkan Kelahiran Kembali yang diketahui, seperti yang di-alami oleh Lhama Lhama Tibet / Rinpoche.
Jika inkarnasi itu dikatakan kelahiran kembali untuk BUDDHA, saya tidak setuju, karena dengan pencapaian tingkat BUDDHA dan mencapai Parinirvana, seseorang itu sudah tidak dilahirkan di alam manapun. Jika maka ada tujuan / keinginan untuk dilahirkan kembali walaupun untuk tujuan tujuan mulia, tetap-lah seseorang itu belum mencapai PEMBEBASAN / NIBBANA.
Kelahiran kembali tetap bisa dialami oleh seseorang yang di jalan "BODHISATVA". Pada kenyataannya, jika kita beraspirasi untuk mencapai tingkat BUDDHA, bukankah kita semua adalah CALON BUDDHA atau BODHISATVA ???