• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

[Universal]Tanya - Jawab

saat sedang berpikir, kita tidak bisa mengetahui. saat kita menyadari baru kita mengetahui.

betull.. itu jawabannya ;)

Anda sendiri tau kalau menyadari itu mengetahui..
apa si kesadaran memberitahu kesadaran anda barusan ?
koq bisa tau ada proses menyadari dulu baru mengetahui ? ;;)


Itu karena anda tau dengan pasti bagaimana kesadaran itu..
Kesadaran yg telah terjadi, dapat diketahui.. makanya anda bilang, sadar dulu.. baru tau..
 
betull.. itu jawabannya ;)

Anda sendiri tau kalau menyadari itu mengetahui..
apa si kesadaran memberitahu kesadaran anda barusan ?
koq bisa tau ada proses menyadari dulu baru mengetahui ? ;;)


Itu karena anda tau dengan pasti bagaimana kesadaran itu..
Kesadaran yg telah terjadi, dapat diketahui.. makanya anda bilang, sadar dulu.. baru tau..

ya, benar. aktifitas kesadaran yg telah terjadi , disadari oleh kesadaran susulan.

itulah yg diketahui oleh para meditator bahwa kesadaran itu tidak terus menerus tetapi terputus-putus. timbul dan tenggelam. dan seterusnya, karena itu diambil kesimpulan bahwa kesadaran itu tidak permanen. ia muncul karena ada faktor2 dan setelah muncul ia tenggelam. apakah ini menjelaskan anatta ? atau anicca ?
 
ya, benar. aktifitas kesadaran yg telah terjadi , disadari oleh kesadaran susulan.

itulah yg diketahui oleh para meditator bahwa kesadaran itu tidak terus menerus tetapi terputus-putus. timbul dan tenggelam. dan seterusnya, karena itu diambil kesimpulan bahwa kesadaran itu tidak permanen. ia muncul karena ada faktor2 dan setelah muncul ia tenggelam. apakah ini menjelaskan anatta ? atau anicca ?

anicca karena membuktikan kesadaran pun tidak kekal..

anatta , ini tergantung.. apa si meditator melihat aku itu si yg mengetahui ?
kalo iya.. maka lenyap juga pemahaman tentang adanya aku.. :)
 
anicca karena membuktikan kesadaran pun tidak kekal..

anatta , ini tergantung.. apa si meditator melihat aku itu si yg mengetahui ?
kalo iya.. maka lenyap juga pemahaman tentang adanya aku.. :)

'aku' ini memang tak kekal, tetapi ada kesadaran yg tak ada 'subjek'- tak ada 'aku' si pelaku.
Pernahkah kamu menyadari bahwa ada kesadaran yg tak memiliki subjek. Kesadaran yg tak ada 'aku' nya yg mengamati ?

misalnya : saat kita memandang sebuah apel dengan penuh perhatian. kita tidak memilah milah, tidak menganalisa , hanya melihat saja, tidak ada penilaian bahwa itu warna merah, itu buah apel , itu bentuk bulat. itu enak rasanya, itu jelek kelihatan dan sebagainya, jadi sama sekali tidak ada identifikasi objek yg kita lihat. Kesadaran yg demikian tidak ada subjek pelakunya, tidak ada aku yg mengamati. Jadi tak ada subjek. yg ada hanya objek. saat kamu lihat, hanya itu yg kamu lihat. tidak ada yg lain bahkan tidak ada sang 'aku' yg melihat.

Kesadaran ini tidaklah putus2. Tidak seperti kesadaran yg ada pengamat nya .Kesadaran ini ' waktu ' sama sekali tidak ada.
 
'aku' ini memang tak kekal, tetapi ada kesadaran yg tak ada 'subjek'- tak ada 'aku' si pelaku.
Pernahkah kamu menyadari bahwa ada kesadaran yg tak memiliki subjek. Kesadaran yg tak ada 'aku' nya yg mengamati ?

misalnya : saat kita memandang sebuah apel dengan penuh perhatian. kita tidak memilah milah, tidak menganalisa , hanya melihat saja, tidak ada penilaian bahwa itu warna merah, itu buah apel , itu bentuk bulat. itu enak rasanya, itu jelek kelihatan dan sebagainya, jadi sama sekali tidak ada identifikasi objek yg kita lihat. Kesadaran yg demikian tidak ada subjek pelakunya, tidak ada aku yg mengamati. Jadi tak ada subjek. yg ada hanya objek. saat kamu lihat, hanya itu yg kamu lihat. tidak ada yg lain bahkan tidak ada sang 'aku' yg melihat.

Kesadaran ini tidaklah putus2. Tidak seperti kesadaran yg ada pengamat nya .Kesadaran ini ' waktu ' sama sekali tidak ada.

..kesadaran itu memank netral de sifatnya..
yang memberi label , itu apel warnanya merah,hijauh, indah, jelek, aku suka dsb itu baru pikiran..

mm.. ini topik tentang batin, harusnya pakar abhidhamma yang lebih kompeten dalam menjelaskan :)
Disini ada dijelaskan beda pikiran dan kesadaran

Tapi, dari pemahaman saya..apa yg bro sampaikan..
itu semua adalah ciri kesadaran.. dan memank seperti itu..

kesadaran itu hanya melihat apa adanya.. mengamati tapi tidak menganalisa..
karena melihat apa adanya.. maka memank tanpa aku..
Namun kesadaran semacam itu pun, putus2..walaupun berlangsung dengan cepat..karena putus2..maka inipun tidak kekal..


NB : tanya jawab abhidhamma
 
..kesadaran itu memank netral de sifatnya..
yang memberi label , itu apel warnanya merah,hijauh, indah, jelek, aku suka dsb itu baru pikiran..

mm.. ini topik tentang batin, harusnya pakar abhidhamma yang lebih kompeten dalam menjelaskan :)
Disini ada dijelaskan beda pikiran dan kesadaran

Tapi, dari pemahaman saya..apa yg bro sampaikan..
itu semua adalah ciri kesadaran.. dan memank seperti itu..

kesadaran itu hanya melihat apa adanya.. mengamati tapi tidak menganalisa..
karena melihat apa adanya.. maka memank tanpa aku..
Namun kesadaran semacam itu pun, putus2..walaupun berlangsung dengan cepat..karena putus2..maka inipun tidak kekal..


NB : tanya jawab abhidhamma

Thx bro. Sementara topik ini sampai di sini.
Saya juga sedangan menelusuri lebih dalam apakah ada kesadaran yg tanpa waktu.
Menurut saya , pikiran itulah penyebab timbulnya waktu. Jika kesadaran tanpa disertai pikiran, apakah kesadaran ini tanpa waktu ? Jika tanpa waktu, maka kesadaran tidak bisa terputus-putus. Karena terputus-putus memerlukan media waktu, yakni pikiran.
Jika kesadaran itu tidak disertai pikiran , pencerapan, perasaan, apakah itu berarti tidak ada waktu yg berperan ? Jika ya, maka kesadaran itu abadi.

Thx atas pencerahannya.
 
Thx bro. Sementara topik ini sampai di sini.
Saya juga sedangan menelusuri lebih dalam apakah ada kesadaran yg tanpa waktu.
Menurut saya , pikiran itulah penyebab timbulnya waktu. Jika kesadaran tanpa disertai pikiran, apakah kesadaran ini tanpa waktu ? Jika tanpa waktu, maka kesadaran tidak bisa terputus-putus. Karena terputus-putus memerlukan media waktu, yakni pikiran.
Jika kesadaran itu tidak disertai pikiran , pencerapan, perasaan, apakah itu berarti tidak ada waktu yg berperan ? Jika ya, maka kesadaran itu abadi.

Thx atas pencerahannya.

mungkin ini bisa jadi bahan referensi
[size=+1]Ke Mana Citta Pergi Setelah Pencerahan?[/size]

Api menyala tergantung pada bahan bakarnya. Kata untuk " bahan bakar" dalam bahsa Pali adalah upadana. Nyala lilin bergantunng pada panas, lilin, dan sumbu. Jika salah satu darik ketiga "bahan bakara" tersebut lenyap, maka nyalanya pun berakhir. Jika angin meniup pergi panas,api pun padam. Jika sumbu telah terbakar habis, api pun padam. Dan jika lilin telah terpakai habis, api pun padam. Begitu api padam, api tidak pergi ke mana-mana. Tidak ada surga ke mana api yg baik pergi, dengan bahagianya menyala abadi. Tidak juga api menyatu dengan Api kosmik yg transenden. Itu hanyalah padam, itu saja. Dalam bahasa Pali, kata untuk "perginya" nyala api adalah Nibbana.

Citta pun tergantung dari bahan bakarnya. Sutta-sutta menyatakan bahwa citta bergantung pada nama-rupa dan ketika nama-rupa padam, citta pun sepenuhnya padam(SN 47,42). Citta tersebut pergi. Citta tersebut "nibbana". Citta tidak pergi kemana-mana; citta hanya berhenti eksis. Yang menarik , dua bhikkhuni terkenal, Kisagotami dan Patacara, menjadi tercerahkan penuh tatkala mereka melihat nyala sebuah lampu padam(Dhp275, Thig 116).


[size=+1]Sifat Citta[/size]

Ketika Anda mempertahankan kesadaran adidaya(kesadaran setelah pengalaman jhana/keluar dari jhana,kesadaran yg sangat kuat sekali) pada citta yg murni, hakikat dari semua jenis kesadaran menyingkapkan dirinya. anda melihat kesadaran bukan sebagai sebuah proses yg mengalir lancar, namun sebagai serangkaian peristiwa yg terpisah, berdiri sendiri-sendiri. Kesadaran dapat dibandingkan degn hamparan pasir di pantai. Secara sepintas, pasir tampak bersambungan sampai ratusan meter. Namun setelah Anda menyelidik lebih dekat, Anda temukan bahwa pasir tersusun dari partikel2 yg terpisah dan berlainan. Ada ruang kosong diantara setiap partikel pasir, tanpa sifat pasir hakiki yg mengalir di kesenjangan antara dua partikel mana pun. Demikian pula, apa yg kita anggap sebagai arus kesadaran jelas tampak sebagai serangkaian peristiwa yg terpisah, tanpa sesuatu pun yg mengalir diantaranya.

Analogi lainnya adalah analog tentang salad buah. Misal saja diatas piring terdapat sebuah apel. Dengan jelas Anda melihat apel ini menghilang dan sekarang dia atas piring muncul sebutir kelapa. Lalu kelapa itu pun lenyap dan di tempatnya semula muncul apel yg lain. Lantas apel kedua itupun lenyap dan kelapa yg lain muncul. Kelapa tsb lenyap dan sebuah pisang muncul, lalu lenyap tatkala kelapa yg lain menampakkan diri diatas piring, lalu pisang lainnya, kelapa, apel, kelapa, mangga, kelapa,jeruk dst. Begitu satu buah lenyap, sejenak berikutnya muncul buah yg baru. Semuanya buah, tetapi berbeda total satu dengan lainnya, tanpa satupun buah yg sama. Lebih lanjut tidak ada arus esensi buah yg menyambungkan dari satu buah ke buah berikutnya. Dalam analogi ini, apel mewakili sebuah peristiwa dari kesadaran mata, pisang untuk kesadaran tubuh, dan kelapa utk kesadaran pikiran. Setipa momen kesadaran terpisah satu sama lain, tanpa ada sesuatu pun mengalir dari satu moment ke momen berikutnya.

Kesadaran pikiran, si "kelapa", muncul setelah setiap jenis kesadaran lainnya dan oleh karena itu memberikan ilusi kesamaan pada setiap pengalaman kesadaran. Bagi orang kebanyakan, terdapat sebuah kualitas dalam aktivitas melihat yg juga ditemukan saat mendengar, membaui, mengecap, dan menyentuh. Kita dapat menyebut kualitas tersebut sebagai "mengetahui". Akan tetapi dengan kesadaran adidaya Anda akan melihat bahwa " mengetahui" tersebut bukanlah bagian dari melihat, mendengar, dst, tetapi muncul sesaat setalah setiap jenis kesadaran indra. Lebih lanjut, proses mengetahui ini lenyap ketika, misalnya, kesadaran mata terjadi. Dan kesdaran mata lenyap tatkala mengetahui(kesadaran pikiran) terjadi. Dalam kiasan tentang salad buah-buahan tsb, tidak dapat terjadi sebuah apel dan sebutir kelapa di atas piring secara bersamaan.


[size=+1]Si Pengetahu Bukanlah Diri[/size]

Dengan merenungkan kesadaran dengan cara ini - melihatnya sebagai serangkaian peristiwa yg berlainan dan terpisah, tanpa sesuatu pun yg sinambung dari satu momen ke momen berikutnya - akan melemahkan ilusi akan adanya sosok pengetahu, yg terus ada, yg selalu ada untuk menerima pengalaman dunia. Anda merubuhkan pernaungan terakhir dari ilusi tentang diri. Sebelumnya sangatlah jelas nampak bagi Anda bahwa "akulah yg mengetahui". Tetapi, apa yg nampak jelas seringkali keliru. Sekarang Anda melihatnya hanya sebagai "mengetahui, sebagai kesadaran pikiran, seperti kelapa yg kadang ada kadang tiada. Citta hanyalah fenomena lazim,pasti akan berakhir. Citta tidak dapat menjadi aku, milikku, atau suatu diri. Yang mengetahui, citta, akhirnya dipahami sebagai anatta.

Satipatthana, dipraktikkan demi tujuan merealisasi anatta, tiada inti diri. Dua peristirahatan terakhir bagi ilusi tentang diri atau jiwa adalah si pengetahu dan si pelaku. Jika Anda mengindentifikasi apa saja sebagai "Anda" yang hakiki, itu adalah yg melakukan atau yg mengetahui. Kedua khayalan yg kuat bercokol dan lama dicengkram ini berdiri di antara Anda dan pencerahan. Tembusilah ilusi2 ini, dan Anda adalah seorang pemenang arus. Tembusilah ilusi2 ini setiap saat, dan Anda adalah seorang Arahat.



Sumber: Mindfulness, Bliss, and beyond
Penulis : Ajahn Brahm


CITTA VITHI
CITTA
 
Akan tetapi dengan kesadaran adidaya Anda akan melihat bahwa " mengetahui" tersebut bukanlah bagian dari melihat, mendengar, dst, tetapi muncul sesaat setelah setiap jenis kesadaran indra. Lebih lanjut, proses mengetahui ini lenyap ketika, misalnya, kesadaran mata terjadi. Dan kesadaran mata lenyap tatkala mengetahui(kesadaran pikiran) terjadi.

benar, mengetahui muncul setelah munculnya kesadaran indra.

kemudian dikatakan :
Lebih lanjut, proses mengetahui ini lenyap ketika, misalnya, kesadaran mata terjadi. Dan kesadaran mata lenyap tatkala keinginan mengetahui(kesadaran pikiran) terjadi.

Citta yg mengetahui itu berganti menjadi citta mengetahui yg lain setelah adanya aktifitas keadaran indra berikutnya, bukankah begitu ?

sebenarnya citta yg lama itu tidak lenyap, tetapi adanya aktifitas kesadaran di wadah indra + pikiran yg bekerja mengidentifikasi objek pada moment berikutnya. Hal ini menghasilkan data2 baru, kesadaran /citta kemudian kembali menetapkannya lagi 'mengetahui' . Ini ibarat kamu berganti2 baju. walaupun baju berganti-ganti terus, tubuh kamu itu tetap sama saja.

atau kamu bekerja di kantor sebagai karyawan, malamnya kamu tidur bareng dengan istri sebagai suami, mengantarkan anak ke sekolah sebagai ayah. semua itu tetap saja kamu dalam aktifitas itu bukan ?. itu tidak berarti kamu sebagai karyawan lenyap, saat kamu pulang ke rumah sebagai suami. saat mengantar anak ke sekolah, suami lenyap. memang tak ada kesinambungan. apakah dengan demikian dapat dikatakan bahwa kamu itu sebenarnya tidak ada ? , karena berubah2 terus kamu itu,tak ada kesinambungan dan selalu tergantung pada faktor2 dimana kamu berada dan tergantung pada fungsi apa kamu pada saat itu.

kita kembali , Hal ini bukankah tidak dapat dikatakan citta itu lenyap dan muncul lagi dengan citta yg baru ? walaupun terlihat tidak ada kesinambungan.
Itu karena Kesadaran / citta itu masuk ke wadah2 indra+pikiran secara bergantian dengan super cepat untuk mengidentifikasi objek , kemudian kembali lagi untuk menetapkan "mengetahui". Merenung cara kerja ini tidak bisa menggambarkan substansi citta itu sendiri.


kita simak dibawah ini :

Dengan merenungkan kesadaran dengan cara ini - melihatnya sebagai serangkaian peristiwa yg berlainan dan terpisah, tanpa sesuatu pun yg berkesinambung dari satu momen ke momen berikutnya - akan melemahkan ilusi akan adanya sosok yang mengetahui, yg terus ada, yg selalu ada untuk menerima pengalaman dunia. dengan Demikian Anda merubuhkan pernaungan terakhir dari ilusi tentang diri. Sebelumnya sangatlah jelas nampak bagi Anda bahwa "akulah yg mengetahui". Tetapi, apa yg nampak jelas seringkali keliru. Sekarang Anda melihatnya hanya sebagai "mengetahui, sebagai kesadaran pikiran, seperti kelapa yg kadang ada kadang tiada. Citta hanyalah fenomena lazim,pasti akan berakhir. Citta tidak dapat menjadi aku, milikku, atau suatu diri. Yang mengetahui, citta, akhirnya dipahami sebagai anatta.
 
benar, mengetahui muncul setelah munculnya kesadaran indra.

kemudian dikatakan :

Citta yg mengetahui itu berganti menjadi citta mengetahui yg lain setelah adanya aktifitas keadaran indra berikutnya, bukankah begitu ?

sebenarnya citta yg lama itu tidak lenyap, tetapi adanya aktifitas kesadaran di wadah indra + pikiran yg bekerja mengidentifikasi objek pada moment berikutnya. Hal ini menghasilkan data2 baru, kesadaran /citta kemudian kembali menetapkannya lagi 'mengetahui' . Ini ibarat kamu berganti2 baju. walaupun baju berganti-ganti terus, tubuh kamu itu tetap sama saja.

atau kamu bekerja di kantor sebagai karyawan, malamnya kamu tidur bareng dengan istri sebagai suami, mengantarkan anak ke sekolah sebagai ayah. semua itu tetap saja kamu dalam aktifitas itu bukan ?. itu tidak berarti kamu sebagai karyawan lenyap, saat kamu pulang ke rumah sebagai suami. saat mengantar anak ke sekolah, suami lenyap. memang tak ada kesinambungan. apakah dengan demikian dapat dikatakan bahwa kamu itu sebenarnya tidak ada ? , karena berubah2 terus kamu itu,tak ada kesinambungan dan selalu tergantung pada faktor2 dimana kamu berada dan tergantung pada fungsi apa kamu pada saat itu.

kita kembali , Hal ini bukankah tidak dapat dikatakan citta itu lenyap dan muncul lagi dengan citta yg baru ? walaupun terlihat tidak ada kesinambungan.
Itu karena Kesadaran / citta itu masuk ke wadah2 indra+pikiran secara bergantian dengan super cepat untuk mengidentifikasi objek , kemudian kembali lagi untuk menetapkan "mengetahui". Merenung cara kerja ini tidak bisa menggambarkan substansi citta itu sendiri.


kita simak dibawah ini :

menarik..

Hasil kesimpulan darimana citta itu tidak lenyap dan hanya berganti baju ?
Darimana bro bisa bilang.. citta yg 1 sama dengan citta yg lain ? :)
 
menarik..

Hasil kesimpulan darimana citta itu tidak lenyap dan hanya berganti baju ?
Darimana bro bisa bilang.. citta yg 1 sama dengan citta yg lain ? :)

Karena mereka terlihat muncul satu per satu secara bergantian. Kalo citta itu banyak, maka mereka bisa muncul serentak.

Ada mata tapi tak melihat, citta tidak berada di mata. saat berpikir, tidak menyadari, karena citta ada dalam wadah pikiran. saat citta kembali ke wadah kesadaran baru menyadari. wadah itulah panca skhanda. Yang membuat 5 skhanda itu berfungsi adalah citta.
Karenanya citta itu satu adanya. Agar citta itu menjadi ADA , butuh 5 skhanda membuatnya jadi ADA dalam arti 'ADA' menurut identifikasi dari 5 skhanda atau 'ADA' menurut versi yg diketahui oleh 5 skhanda.

Pernah ada orang berkata : apakah TUHAN menciptakan manusia ( maksudnya menciptakan 5 skhanda) supaya TUHAN itu menjadi 'ADA'.

Sungguh dugaan yg konyol. Karena tak seorangpun yg bisa mengetahui Citta itu. Yg dia ketahui cuma sebatas yg bisa diketahui melalui 5 skhanda nya.



Akan tetapi dengan kesadaran adidaya Anda akan melihat bahwa " mengetahui" tersebut bukanlah bagian dari melihat, mendengar, dst, tetapi muncul sesaat setelah setiap jenis kesadaran indra. Lebih lanjut, proses mengetahui ini lenyap ketika, misalnya, kesadaran mata terjadi. Dan kesdaran mata lenyap tatkala kesadaran pikiran terjadi. Dalam kiasan tentang salad buah-buahan tsb, tidak dapat terjadi sebuah apel dan sebutir kelapa di atas piring secara bersamaan.
 
citta itu NAMA yg diberikan utk fenomena batin yg menyadari..
Sama seperti fenomena batin yg merasakan ketidaknyamanan yang kita namai sakit.



Kalau semisal, pada saat anda SD sakit cacar, SMP sakit tipus, dan SMA sakit malaria

Apa penyebab sakit yg menyerang anda ini sama ?
Apa benar sakit ini hanya BERGANTI BAJU menjadi sakit lain ?
tidak begitu kan ?

Mereka itu sakit yg berlainan, timbul dan tenggelam sesuai dgn masanya..
Yang sama itu NAMAnya.. kita sama2 menamai mereka dgn sakit (sesuai dgn cirinya yg memberi rasa tidak nyaman), tapi mereka berbeda kan ?

Begitu pula dalam citta..
Walaupun berbeda, namun karena cirinya sama ( mengetahui ), maka kita sama2 menamainya CITTA

Karena mereka terlihat muncul satu per satu secara bergantian. Kalo citta itu banyak, maka mereka bisa muncul serentak.
Pikiran kita hanya dapat mengerjakan 1 pekerjaan saja dalam 1 waktu..
Makanya citta yg 1 muncul, yg lain tenggelam..

mana mungkin bisa serentak ?

Ada mata tapi tak melihat, citta tidak berada di mata. saat berpikir, tidak menyadari, karena citta ada dalam wadah pikiran. saat citta kembali ke wadah kesadaran baru menyadari. wadah itulah panca skhanda.
panca skanda itu panca indera kita..
sebenarnya saat melihat gambar, mendengar suara, mencium bau dlm wktu bersamaan..
panca indra selalu menyampaikan impulse ke otak pada saat itu juga..

Tapi mengapa kita hanya dapat memproses / mengetahui 1 saja dalam 1 waktu ? :)
Itu karena.. pikiran kita hanya dapat mengerjakan 1 pekerjaan dalam 1 waktu..
 
citta itu NAMA yg diberikan utk fenomena batin yg menyadari..
Sama seperti fenomena batin yg merasakan ketidaknyamanan yang kita namai sakit.



Kalau semisal, pada saat anda SD sakit cacar, SMP sakit tipus, dan SMA sakit malaria

Apa penyebab sakit yg menyerang anda ini sama ?
Apa benar sakit ini hanya BERGANTI BAJU menjadi sakit lain ?
tidak begitu kan ?

Mereka itu sakit yg berlainan, timbul dan tenggelam sesuai dgn masanya..
Yang sama itu NAMAnya.. kita sama2 menamai mereka dgn sakit (sesuai dgn cirinya yg memberi rasa tidak nyaman), tapi mereka berbeda kan ?

Begitu pula dalam citta..
Walaupun berbeda, namun karena cirinya sama ( mengetahui ), maka kita sama2 menamainya CITTA


Pikiran kita hanya dapat mengerjakan 1 pekerjaan saja dalam 1 waktu..
Makanya citta yg 1 muncul, yg lain tenggelam..

mana mungkin bisa serentak ?


panca skanda itu panca indera kita..
sebenarnya saat melihat gambar, mendengar suara, mencium bau dlm wktu bersamaan..
panca indra selalu menyampaikan impulse ke otak pada saat itu juga..

Tapi mengapa kita hanya dapat memproses / mengetahui 1 saja dalam 1 waktu ? :)
Itu karena.. pikiran kita hanya dapat mengerjakan 1 pekerjaan dalam 1 waktu..

Analogi seharusnya : 'siapa itu' yg diserang oleh penyakit. 'siapa' yg mengalami sakit itu ? Itu sebagai CITTA. Bukan sakit nya itu sebagai Citta. CITTA itu @ the knower.

Apakah itu orang yg sama pada waktu SD, SMP, dan SMA walaupun sakitnya tak sama ? Ya. Tentu saja sama orangnya, hanya berganti penyakit saja dan berlainan waktunya.

Yawdada, Kita masing2 renung lebih dalam lagi aja.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
: : : Orang yg berlatih kesadaran 30 thn akan mahir dalam kesadaran.
: : : orang yg melatih cinta kasih seumur hidup akan mahir dalam cinta kasih.
: : : orang yg berlatih aplikasi kesaktian 10thn akan mahir dalam hal2 kesaktian.
: : : orang yg berlatih otot 10thn akan mahir memperlihatkan otot nya.
 
Analogi seharusnya : 'siapa itu' yg diserang oleh penyakit. 'siapa' yg mengalami sakit itu ? Itu sebagai CITTA. Bukan sakit nya itu sebagai Citta. CITTA itu @ the knower.

Apakah itu orang yg sama pada waktu SD, SMP, dan SMA walaupun sakitnya tak sama ? Ya. Tentu saja sama orangnya, hanya berganti penyakit saja dan berlainan waktunya.

Yawdada, Kita masing2 renung lebih dalam lagi aja.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
: : : Orang yg berlatih kesadaran 30 thn akan mahir dalam kesadaran.
: : : orang yg melatih cinta kasih seumur hidup akan mahir dalam cinta kasih.
: : : orang yg berlatih aplikasi kesaktian 10thn akan mahir dalam hal2 kesaktian.
: : : orang yg berlatih otot 10thn akan mahir memperlihatkan otot nya.

hihihi..
berkeras mencari ada yg kekal yah.. ;))
sampai nama disamakan rupa.. :D


berlatih di jalan yg salah.. dgn cara yg salah.. mo 30 , 100, 1000 taun pun tidak kemana2..
selain tersesat dan berputar2, makanya lebih baik berhati2..

>:D<
 
hihihi..
berkeras mencari ada yg kekal yah.. ;))
sampai nama disamakan rupa.. :D


berlatih di jalan yg salah.. dgn cara yg salah.. mo 30 , 100, 1000 taun pun tidak kemana2..
selain tersesat dan berputar2, makanya lebih baik berhati2..

>:D<

Jangan terjebak dengan istilah Nama dan Rupa. Saya tak mencari yg kekal. Tak ada perlunya mencari yg kekal kalo sebenarnya tak ada. Justru ada orang2 yg berusaha membuktikan anatta dengan berbagai cara seperti Ajahn Bharm. Orang2 berusaha membuktikan yg tak dapat mereka buktikan dengan menggunakan analogi dan kesimpulan perenungan yg tak valid. Saya juga menginginkan kebenaran.

Para pakar kesadaran membagi kesadaran menjadi 51 jenis , itu sih boleh2 aja. Tetapi tidak membuktikan citta itu banyak. Citta tetap satu adanya. Dalam proses kehidupan, anda bisa jadi suami, lain tempat jadi karyawan, lain waktu jadi pembeli, atau penjual, atau penipu, atau pembual, atau dermawan, atau jadi supplaier / vendor, atau jadi customer, atau jadi bla...bla...bla..... Tetapi anda itu cuma 1 orang bukan banyak orang berbeda. Walaupun anda memiliki banyak nama/ julukan dengan Fungsi anda berbeda, Kondisi berbeda, tempat yg berbeda dan waktu yg berbeda. anda tetap satu saja. Demikian pula dengan citta, hanya ada 1 saja.
Anda cari pakar abhidhamma membahasnya agar anda mengerti jelas.

Kita ambil satu bahasan lagi agar jelas : dikatakan : kesadaran mata muncul karena mata menyerap objek.
Itu berarti saat ada rangsangan muncullah kesadaran mata. Bagaimana kesadaran mata itu muncul ? Apakah ia Muncul begitu saja ? Apakah sesimple itu logikanya ?

Perlu anda ketahui, kesadaran mata itu muncul karena citta datang saat ada rangsangan. Apapun itu semua hanya 1 citta dalam 1 individu. Citta yg sama untuk semua aktifitas.
 
Jangan terjebak dengan istilah Nama dan Rupa. Saya tak mencari yg kekal. Tak ada perlunya mencari yg kekal kalo sebenarnya tak ada. Justru ada orang2 yg berusaha membuktikan anatta dengan berbagai cara seperti Ajahn Bharm. Orang2 berusaha membuktikan yg tak dapat mereka buktikan dengan menggunakan analogi dan kesimpulan perenungan yg tak valid. Saya juga menginginkan kebenaran.
nama dan rupa itu..
maksudnya.. mata itu rupa, maka penglihatan itu nama :D
kalau sakit itu nama, maka tubuh yg sakit itu rupa..

saat sakit hilang dan sembuh.. kemana rasa sakit itu ?
ganti baju ? /hmm
hilang ? kalau hilang..apa tubuhnya hilang ?
kan kagak.. jelas nama dan rupa berbeda..

kesadaran itu nama, mana bisa disamakan dgn tubuh yg merupakan rupa ? :)

karena kesadaran itu nama, maka lebih mungkin disandingkan dgn kata sakit yg juga merupakan nama..
bukan disandingkan dgn mata, mulut, hidung, badan, atau kepala..

Para pakar kesadaran membagi kesadaran menjadi 51 jenis , itu sih boleh2 aja. Tetapi tidak membuktikan citta itu banyak. Citta tetap satu adanya. Dalam proses kehidupan, anda bisa jadi suami, lain tempat jadi karyawan, lain waktu jadi pembeli, atau penjual, atau penipu, atau pembual, atau jadi supplaier / vendor, atau jadi customer, atau jadi bla...bla...bla....kalo ada para pakar yg ngangur boleh deh lengkapi daftar itu semua . Tetapi anda itu cuma 1 orang bukan banyak orang berbeda. Walaupun anda memiliki banyak nama/ julukan. Fungsi anda berbeda. Kondisi berbeda, tempat yg berbeda, waktu yg berbeda. Demikian pula hanya ada 1 citta.
...waduh..
ini tulisan "tinggi" sekali yah gaya menulisnya ;))
Anda cari pakar abhidhamma membahasnya agar anda mengerti jelas.

Kita ambil satu bahasan lagi agar jelas : dikatakan : kesadaran mata muncul karena mata menyerap objek.
Itu berarti saat ada rangsangan muncullah kesadaran mata. Bagaimana kesadaran mata itu muncul ? Apakah ia Muncul begitu saja ? Apakah sesimple itu logikanya ?
memank sisimple itu..
mau bagaimana lagi ?

kalau dalam bahasa ilmiah..
cahaya yg merangsang mata, dan mata melanjutkan rangsangan ke otak..
anda maunya gmn ? :)

Perlu anda ketahui, kesadaran mata itu muncul karena citta datang saat ada rangsangan. Apapun itu semua hanya 1 citta dalam 1 individu. Citta yg sama untuk semua aktifitas.

tampaknya tidak ada yg perlu ditanyakan lagi yah..
sudah mengklaim begini dan begitu.. :-"
 
kesadaran itu nama, mana bisa disamakan dgn tubuh yg merupakan rupa ?
bukankah ini hanya analogi ?

tampaknya tidak ada yg perlu ditanyakan lagi yah..
sudah mengklaim begini dan begitu..

saya tidak mengklaim begini dan begitu. Cuma sejauh ini tidak seorangpun yg bisa memberi alasan yg benar bahwa sesunguhnya Anatta - tak ada inti diri. jika benar Anatta, bukankah saya juga harus meyakininya , bukan ? Tetapi bagaimana saya bisa yakin atau bagaimana anda juga bisa yakin, jika tidak ada argumen yg menunjukan itu Anatta ?
>:D<

Dalam proses kehidupan, anda bisa jadi suami, lain tempat jadi karyawan, lain waktu jadi pembeli, atau penjual, atau penipu, atau pembual, atau jadi supplaier / vendor, atau jadi customer, atau jadi bla...bla...bla.... . Tetapi anda itu cuma 1 orang bukan banyak orang berbeda
sorri , saya tidak bermaksud mengatakan anda penipu maupun pembual. saya hanya ingin menggambarkan anda juga bisa berada dalam posisi negatip maupun positip dan netral. tetapi anda tetap satu saja.
 
bukankah ini hanya analogi ?
analogi pun harus menganalogikan sesuatu yg bersifat sama donk..
kalau misal anda analogika udara sebagai batu bagaimana bisa analogi ini dikatakan masuk akal ?


misal pada mata dan sakit mata
rasa sakit pada mata bisa hilang, tapi apa mata hilang ?
kan tidak..

itu karena mata adalah rupa, dan sakit adalah nama
koridor perbedaannya cukup jelas

makanya kalau kesadaran yg bisa hilang, anda analogikan dgn tubuh..
pasti akan berpikir kesadaran itu tidak hilang..

padahal kesadaran itu nama, tapi anda analogikan dgn rupa..
itu tidak nyambung..

saya tidak mengklaim begini dan begitu. Cuma sejauh ini tidak seorangpun yg bisa memberi alasan yg benar bahwa sesunguhnya Anatta - tak ada inti diri. jika benar Anatta, bukankah saya juga harus meyakininya , bukan ? Tetapi bagaimana saya bisa yakin atau bagaimana anda juga bisa yakin, jika tidak ada argumen yg menunjukan itu Anatta ?
>:D<
saya tau, anda meyakini anatta hanya sebagai ketiadaan "aku" / ego.
Dan jujur saja ini hal yg sulit utk dibicarakan selain dibuktikan sendiri...

Namun, kalau kita bicara dalam konteks ajaran Buddha, Buddha membicarakan bahwa sesungguhnya tidak pernah ada inti diri..

[size=+2]JIWA[/size]

Raja Milinda pergi menemui Bhikkhu Nagasena dan setelah saling mengucapkan salam persahabatan, raja duduk dengan hormat di satu sisi. Milinda mulai bertanya:
"Bagaimana Yang Mulia disebut dan siapakah nama Anda?"

"Baginda, saya disebut Nagasena tetapi itu hanyalah rujukan dalam penggunaan sehari-hari, karena sebenarnya tidak ada individu permanen yang dapat ditemukan".

Kemudian Milinda memanggil orang-orang Yunani Bactria dan para bhikkhu untuk menjadi saksi: "Nagasena ini berkata bahwa tidak ada individu permanen yang tersirat dalam namanya. Apakah mungkin hal seperti itu diterima?"

Kemudian ia berbalik kepada Nagasena dan berkata, "Jika, Yang Mulia Nagasena, hal tersebut benar, lalu siapakah yang memberi Anda jubah, makan dan tempat tinggal? Siapa yang menjalani kehidupan dengan benar ini? Atau juga, siapa yang membunuh makhluk hidup, mencuri, berzinah, berbohong dan mabuk-mabukan? Jika apa yang anda katakan itu benar maka tidak akan ada perbuatan yang baik atau perbuatan yang tercela, tidak akan ada pelaku kejahatan atau pelaku kebaikan, dan tidak ada hasil kamma. Jika, Yang Mulia, seseorang membunuh Anda maka tidak akan ada pembunuh, dan itu juga berarti bahwa tidak ada mahaguru atau guru dalam Sangha Anda. Anda berkata bahwa Anda disebut Nagasena; sekarang, apakah Nagasena itu? Apakah rambutnya?"

"Saya tidak mengatakan demikian, Raja Yang Agung".

"Kalau begitu, apakah kukunya, giginya, kulitnya atau bagian tubuhnya yang lain?"

"Tentu saja tidak".

"Atau apakah tubuhnya, atau perasaannya, atau pencerapannya, atau bentuk-bentuk pikirannya, atau kesadarannya? Ataukah semua tadi digabungkan? Ataukah sesuatu di luar semua itu tadi yang disebut Nagasena?"

Dan masih saja Nagasena menjawab: "Bukan semuanya itu".

"Kalau begitu Nagasena, kalau boleh saya berkata, saya tidak dapat menemukan Nagasena itu. Nagasena hanyalah omong kosong. Tetapi siapakah yang kami lihat di depan mata ini? Kebohonganlah yang telah dikatakan Yang Mulia".

"Baginda, tuan telah dibesarkan dalam kemewahan sejak dilahirkan. Bagaimanakah tadi Baginda datang kemari, berjalan kaki atau naik kereta?"

"Naik kereta, Yang Mulia".

"Kalau begitu, tolong jelaskan, apakah kereta itu. Apakah porosnya? Apakah rodanya, atau sasisnya, atau kendalinya, atau kuknya yang disebut kereta? Atau gabungan semuanya itu, atau sesuatu di luar semua itu?"

"Bukan semua itu, Yang Mulia".

"Kalau begitu, Baginda, kereta ini hanyalah omong kosong. Baginda berkata dusta ketika berkata datang kemari naik kereta. Baginda adalah raja yang besar di India. Siapa yang Baginda takuti sehingga Baginda berdusta?"

Dan Nagasena kemudian memanggil orang-orang Yunani Bactria dan para bhikkhu untuk menjadi saksi: "Raja Milinda ini telah berkata bahwa beliau datang kemari naik kereta, tetapi ketika ditanya 'Apakah kereta itu?' Beliau tidak dapat menunjukkannya. Dapatkah hal ini diterima?"

Kemudian secara serempak ke-500 orang Yunani Bactria itu bersama-sama berteriak kepada raja, "Jawablah bila Baginda bisa!"

"Yang Mulia, saya telah berkata benar. Karena mempunyai semua bagian itulah maka ia disebut kereta".

"Bagus sekali. Baginda akhirnya sudah dapat menangkap artinya dengan benar. Demikian juga karena ke-32 jenis zat organ materi dalam tubuh manusia dan 5 unsur makhluklah saya disebut Nagasena. Seperti yang telah dikatakan oleh Bhikkhuni Vajira di hadapan Sang Buddha Yang Agung, 'Seperti halnya ada berbagai bagian itu maka kata "kereta" digunakan, demikian juga bila ada unsur-unsur makhluk maka kata "makhluk" digunakan'".

"Sangat indah Nagasena, sungguh luar biasa mengagumkannya penyelesaian teka-teki ini olehmu, meskipun sulit. Seandainya Sang Buddha berada di sinipun Beliau pasti akan menyetujui jawabanmu".

dari buku: Perdebatan Raja Milinda (Ringkasan Milinda Panha)
 
analogi pun harus menganalogikan sesuatu yg bersifat sama donk..
kalau misal anda analogika udara sebagai batu bagaimana bisa analogi ini dikatakan masuk akal ?


misal pada mata dan sakit mata
rasa sakit pada mata bisa hilang, tapi apa mata hilang ?
kan tidak..

itu karena mata adalah rupa, dan sakit adalah nama
koridor perbedaannya cukup jelas

makanya kalau kesadaran yg bisa hilang, anda analogikan dgn tubuh..
pasti akan berpikir kesadaran itu tidak hilang..

padahal kesadaran itu nama, tapi anda analogikan dgn rupa..
itu tidak nyambung..


saya tau, anda meyakini anatta hanya sebagai ketiadaan "aku" / ego.
Dan jujur saja ini hal yg sulit utk dibicarakan selain dibuktikan sendiri...

Namun, kalau kita bicara dalam konteks ajaran Buddha, Buddha membicarakan bahwa sesungguhnya tidak pernah ada inti diri..

[size=+2]JIWA[/size]

Raja Milinda pergi menemui Bhikkhu Nagasena dan setelah saling mengucapkan salam persahabatan, raja duduk dengan hormat di satu sisi. Milinda mulai bertanya:
"Bagaimana Yang Mulia disebut dan siapakah nama Anda?"

"Baginda, saya disebut Nagasena tetapi itu hanyalah rujukan dalam penggunaan sehari-hari, karena sebenarnya tidak ada individu permanen yang dapat ditemukan".

Kemudian Milinda memanggil orang-orang Yunani Bactria dan para bhikkhu untuk menjadi saksi: "Nagasena ini berkata bahwa tidak ada individu permanen yang tersirat dalam namanya. Apakah mungkin hal seperti itu diterima?"

Kemudian ia berbalik kepada Nagasena dan berkata, "Jika, Yang Mulia Nagasena, hal tersebut benar, lalu siapakah yang memberi Anda jubah, makan dan tempat tinggal? Siapa yang menjalani kehidupan dengan benar ini? Atau juga, siapa yang membunuh makhluk hidup, mencuri, berzinah, berbohong dan mabuk-mabukan? Jika apa yang anda katakan itu benar maka tidak akan ada perbuatan yang baik atau perbuatan yang tercela, tidak akan ada pelaku kejahatan atau pelaku kebaikan, dan tidak ada hasil kamma. Jika, Yang Mulia, seseorang membunuh Anda maka tidak akan ada pembunuh, dan itu juga berarti bahwa tidak ada mahaguru atau guru dalam Sangha Anda. Anda berkata bahwa Anda disebut Nagasena; sekarang, apakah Nagasena itu? Apakah rambutnya?"

"Saya tidak mengatakan demikian, Raja Yang Agung".

"Kalau begitu, apakah kukunya, giginya, kulitnya atau bagian tubuhnya yang lain?"

"Tentu saja tidak".

"Atau apakah tubuhnya, atau perasaannya, atau pencerapannya, atau bentuk-bentuk pikirannya, atau kesadarannya? Ataukah semua tadi digabungkan? Ataukah sesuatu di luar semua itu tadi yang disebut Nagasena?"

Dan masih saja Nagasena menjawab: "Bukan semuanya itu".

"Kalau begitu Nagasena, kalau boleh saya berkata, saya tidak dapat menemukan Nagasena itu. Nagasena hanyalah omong kosong. Tetapi siapakah yang kami lihat di depan mata ini? Kebohonganlah yang telah dikatakan Yang Mulia".

"Baginda, tuan telah dibesarkan dalam kemewahan sejak dilahirkan. Bagaimanakah tadi Baginda datang kemari, berjalan kaki atau naik kereta?"

"Naik kereta, Yang Mulia".

"Kalau begitu, tolong jelaskan, apakah kereta itu. Apakah porosnya? Apakah rodanya, atau sasisnya, atau kendalinya, atau kuknya yang disebut kereta? Atau gabungan semuanya itu, atau sesuatu di luar semua itu?"

"Bukan semua itu, Yang Mulia".

"Kalau begitu, Baginda, kereta ini hanyalah omong kosong. Baginda berkata dusta ketika berkata datang kemari naik kereta. Baginda adalah raja yang besar di India. Siapa yang Baginda takuti sehingga Baginda berdusta?"

Dan Nagasena kemudian memanggil orang-orang Yunani Bactria dan para bhikkhu untuk menjadi saksi: "Raja Milinda ini telah berkata bahwa beliau datang kemari naik kereta, tetapi ketika ditanya 'Apakah kereta itu?' Beliau tidak dapat menunjukkannya. Dapatkah hal ini diterima?"

Kemudian secara serempak ke-500 orang Yunani Bactria itu bersama-sama berteriak kepada raja, "Jawablah bila Baginda bisa!"

"Yang Mulia, saya telah berkata benar. Karena mempunyai semua bagian itulah maka ia disebut kereta".

"Bagus sekali. Baginda akhirnya sudah dapat menangkap artinya dengan benar. Demikian juga karena ke-32 jenis zat organ materi dalam tubuh manusia dan 5 unsur makhluklah saya disebut Nagasena. Seperti yang telah dikatakan oleh Bhikkhuni Vajira di hadapan Sang Buddha Yang Agung, 'Seperti halnya ada berbagai bagian itu maka kata "kereta" digunakan, demikian juga bila ada unsur-unsur makhluk maka kata "makhluk" digunakan'".

"Sangat indah Nagasena, sungguh luar biasa mengagumkannya penyelesaian teka-teki ini olehmu, meskipun sulit. Seandainya Sang Buddha berada di sinipun Beliau pasti akan menyetujui jawabanmu".

dari buku: Perdebatan Raja Milinda (Ringkasan Milinda Panha)

Mengenai Kereta kuda baginda Raja Milinda. Itu karena sesuatu yg telah terjadi menjadi masa lampau. Sehingga ia menjadi tak ada. Bahkan momen kejadian itu pun tak ADA. Sudah berlalu .Semua menjadi ingatan.

Itulah sebabnya pada posting sebelumnya saya mengatakan : apakah ada citta yg tidak memiliki waktu ?
Saya merasa bahwa pikiran itu, pencerapan itu, perasaan itu, adalah biangnya pemunculan waktu. Jika skhanda2 itu berhenti berfungsi maka waktu berhenti. Dengan demikian tak ada satupun aktifitas. Karena aktifitas membutuhkan waktu agar terwujud. Jika fungsi skhanda berhenti. Dengan demikian semua aktifitas padam sama sekali .........dan......... blank......

Hal yg menganggu saya adalah bagaimana skhanda pikiran itu bisa ada ? Bagaimana skhanda pencerapan itu dan skhanda perasaan itu ada ? Apakah benar Adanya skhanda2 ini yang menjadi biang terciptanya waktu bagi individu dan akhirnya membuat kita semua jadi begini. ?
???????.......................................................

Apakah saat Citta induk menciptakan skhanda2 maka muncullah waktu bagi skhanda2 itu.

Bagaimana dengan ruang ? Misalnya ruang dimensi2 dan ruang galaxy alam semesta ?.
 
Mengenai Kereta kuda baginda Raja Milinda. Itu karena sesuatu yg telah terjadi menjadi masa lampau. Sehingga ia menjadi tak ada. Bahkan momen kejadian itu pun tak ADA. Sudah berlalu .Semua menjadi ingatan.
kalau begitu saya revisi sedkit ceritanya, biar mengikuti JAMAN..

Baginda, tuan telah dibesarkan dalam kemewahan sejak dilahirkan. Bagaimanakah tadi Baginda datang kemari, berjalan kaki atau mobil?"

"Naik mobil, Yang Mulia".

"Kalau begitu, tolong jelaskan, apakah mobil itu. Apakah porosnya? Apakah rodanya, atau sasisnya, atau kendalinya, atau kuknya yang disebut mobil? Atau gabungan semuanya itu, atau sesuatu di luar semua itu?"

"Bukan semua itu, Yang Mulia".

"Kalau begitu, Baginda, mobil ini hanyalah omong kosong. Baginda berkata dusta ketika berkata datang kemari naik mobil. Baginda adalah raja yang besar di India. Siapa yang Baginda takuti sehingga Baginda berdusta?"

Dan Nagasena kemudian memanggil orang-orang Yunani Bactria dan para bhikkhu untuk menjadi saksi: "Raja Milinda ini telah berkata bahwa beliau datang kemari naik mobil, tetapi ketika ditanya 'Apakah mobil itu?' Beliau tidak dapat menunjukkannya. Dapatkah hal ini diterima?"

Kemudian secara serempak ke-500 orang Yunani Bactria itu bersama-sama berteriak kepada raja, "Jawablah bila Baginda bisa!"

"Yang Mulia, saya telah berkata benar. Karena mempunyai semua bagian itulah maka ia disebut mobil".

"Bagus sekali. Baginda akhirnya sudah dapat menangkap artinya dengan benar. Demikian juga karena ke-32 jenis zat organ materi dalam tubuh manusia dan 5 unsur makhluklah saya disebut Nagasena. Seperti yang telah dikatakan oleh Bhikkhuni Vajira di hadapan Sang Buddha Yang Agung, 'Seperti halnya ada berbagai bagian itu maka kata "mobil" digunakan, demikian juga bila ada unsur-unsur makhluk maka kata "makhluk" digunakan'".

"Sangat indah Nagasena, sungguh luar biasa mengagumkannya penyelesaian teka-teki ini olehmu, meskipun sulit. Seandainya Sang Buddha berada di sinipun Beliau pasti akan menyetujui jawabanmu".

dari buku: Perdebatan Raja Milinda (Ringkasan Milinda Panha)

puas ? ;;)
=))
Itulah sebabnya pada posting sebelumnya saya mengatakan : apakah ada citta yg tidak memiliki waktu ?
Saya merasa bahwa pikiran itu, pencerapan itu, perasaan itu, adalah biangnya pemunculan waktu. Jika skhanda2 itu berhenti berfungsi maka waktu berhenti. Dengan demikian tak ada satupun aktifitas. Karena aktifitas membutuhkan waktu agar terwujud. Jika fungsi skhanda berhenti. Dengan demikian semua aktifitas padam sama sekali .........dan......... blank......

Hal yg menganggu saya adalah bagaimana skhanda pikiran itu bisa ada ? Bagaimana skhanda pencerapan itu dan skhanda perasaan itu ada ? Apakah benar Adanya skhanda2 ini yang menjadi biang terciptanya waktu bagi individu dan akhirnya membuat kita semua jadi begini. ?
???????.......................................................

Apakah saat Citta induk menciptakan skhanda2 maka muncullah waktu bagi skhanda2 itu.

Bagaimana dengan ruang ? Misalnya ruang dimensi2 dan ruang galaxy alam semesta ?.
segala bentukan batin, terbentuk karena memiliki landasan pembentuknya..
contoh saja

mata, kalau tidak ada mata.. apa kesadaran melihat ada ?
tidak ada..

tapi apa KESADARAN melihat itu tidak ada di dunia ?
Ada.. tapi hanya buat mereka yg memiliki mata / indra pengelihatan

Kalau seluruh dunia tidak punya mata, maka kesadaran melihat tidak dikenal :D
 
kalau begitu saya revisi sedkit ceritanya, biar mengikuti JAMAN..



puas ? ;;)
=))

segala bentukan batin, terbentuk karena memiliki landasan pembentuknya..
contoh saja

mata, kalau tidak ada mata.. apa kesadaran melihat ada ?
tidak ada..

tapi apa KESADARAN melihat itu tidak ada di dunia ?
Ada.. tapi hanya buat mereka yg memiliki mata / indra pengelihatan

Kalau seluruh dunia tidak punya mata, maka kesadaran melihat tidak dikenal :D

...iya...ya. :D :D :D

Apakah itu mungkin bahwa kesadaran hanya satu dan masuk ke wadah mata, kemudian dilabel jadi kesadaran mata ? Hehehe ...ga ada abis2 nya.

Kereta mobil , yg terpisah2 itu digabungkan di namakan mobil. Apakah ada mobil ? Ya . Ada .... kalo komponennya disatukan. Apakah ada orang yg menyetirnya sehingga mobil itu berfungsi sebagaimana kodratnya ? Apakah mobil itu bangkai mobil ? tak perlu ada pengemudinya. :D
Apakah jika komponen mobil dipisah2kan maka orang yg menyetirnya / supir juga hilang / lenyap ?

Sejak awal sudah dikatakan 5 skhanda itu hanya wadah2. Citta murni yg berperan di semua lini kehidupan.
..anatta ..... :D


Pembahasan ini jangan dianggap sebagai argumen 2 pandangan yg berbeda. Tetapi anggaplah sebagai pengkajian lebih dalam atas pengalaman para meditator senior
seperti Ajhan Brahm dan lainnya.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.