Bro ini saya ambil dari 'Kelepasan" di tulis oleh Watchman Nee
”Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Sebab (hukum) Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut”
Roma 8:1-2
KELEPASAN
Pembacaan Alkitab: Roma 7:15—8:2
Setelah seseorang percaya Tuhan, sebenarnya ia sudah boleh dengan segera beroleh kelepasan dari dosa. Namun keadaan ini belum tentu merupakan pengalaman yang dimiliki oleh setiap orang yang percaya Tuhan. Banyak orang, setelah beroleh selamat tidak saja belum beroleh kelepasan dari dosa, malahan seringkali terjerumus ke dalam dosa dan kejahatan. Memang mereka sudah diselamatkan dan menjadi milik Tuhan, di dalam mereka sudah ada hidup yang kekal; tetapi mereka masih sering diganggu oleh dosa, sehingga mereka tidak dapat melayani Tuhan sesuai dengan minat yang ada pada diri mereka.
Jika seseorang setelah percaya Tuhan masih tetap diganggu oleh dosa, hal itu merupakan perkara yang sangat menyedihkan. Orang yang telah menerima terang Allah memiliki hati nurani yang peka, ia mempunyai perasaan dosa dan dalam batinnya ada hayat (kehidupan) yang menghakimi dosa. Maka jika ia masih diganggu oleh dosa, ia akan merasa sangat menderita, bahkan bisa putus asa. Hal demikian sungguh merupakan suatu pengalaman yang amat pahit.
Oleh sebab itu, banyak orang Kristen berusaha mengalahkan dosa. Ada yang mengira, asalkan mau menolak dosa, tentu akan terlepas dari dosa, maka mereka ingin dengan kekuatan mereka menolak godaan-godaan dosa. Ada juga yang mengira dosa harus dikalahkan, maka mereka terus-menerus bergumul dengan dosa, agar bisa menaklukkan dosa. Ada lagi yang mengira dosa membuatnya tidak bebas, jika ia dengan giat meronta-ronta tentu akan terlepas dari belenggu dosa, maka ia meronta-ronta sekuatnya. Namun semua itu hanyalah opini atau pendapat manusia, bukan firman Allah dan bukan ajaran Allah. Cara-cara itu tak mungkin membawa orang mencapai kemenangan. Dalam firman Allah tidak dikatakan bahwa kita harus meronta-ronta terhadap dosa dengan kekuatan kita, melainkan mengatakan kita harus diselamatkan dari dalam dosa. Dengan kata lain, kita harus dilepaskan dari dalam dosa, dibebaskan dari dalam dosa.
Dulu dosa merupakan suatu kekuatan yang mencengkeram Anda; kini bukan Anda yang menghancurkan kekuatan itu, melainkan membiarkan Tuhan melepaskan Anda dari dosa. Dulu Anda bersama dengannya, dan tak berdaya meninggalkannya; hari ini, Tuhan tidak mematikan dosa itu, melainkan memisahkan Anda, agar Anda terlepas dari kekuatannya. Orang Kristen yang baru percaya, sejak hari pertama percaya Tuhan sudah harus mengerti tentang dilepaskan dari dosa; tidak perlu berputar-putar baru terlepas dari dosa, melainkan begitu percaya Tuhan sudah dapat menempuh jalan yang bebas. Sekarang kita akan memecahkan problem ini melalui Roma pasal 7 dan 8.
I. DOSA MERUPAKAN SUATU HUKUM
Roma 7:15-25, ”Sebab apa yang aku lakukan, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku lakukan, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku lakukan . . . Sebab menghendaki yang baik memang ada padaku, tetapi melakukan apa yang baik, tidak. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku lakukan, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku lakukan . . . Demikianlah aku dapati hukum ini: Jika aku ingin melakukan apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada dalam anggota-anggota tubuhku . . . Jadi, dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan dagingku (manusia yang bersifat daging) aku melayani hukum dosa.”
Dari ayat 15 hingga 20 Paulus berulangkali menggunakan kata ”kehendaki” atau ”tidak menghendaki”. Jadi yang ditekankan di sini ialah menghendaki atau tidak menghendaki, bertekad atau tidak bertekad. Sedang dari ayat 21 hingga 26 ia memperlihatkan kepada kita penekanan yang lain, yaitu suatu ”hukum”. Kedua penekanan ini merupakan kunci dari ayat-ayat tersebut.
Terlebih dulu kita harus mengerti apakah hukum itu? Secara umum hukum berarti sesuatu yang terus-menerus berlangsung demikian, tanpa pengecualian; dan hukum itu memiliki kekuatan. Kekuatan hukum adalah sesuatu yang spontan, tidak perlu dikerjakan oleh usaha manusia. Asalkan sesuatu itu adalah hukum, ia pasti memiliki kekuatan.
Misalnya, hukum daya tarik bumi (gravitasi) adalah suatu hukum. Bila Anda melempar suatu benda ke atas, benda itu dengan sendirinya akan jatuh ke bawah lagi. Anda tidak perlu menariknya ke bawah, bumi dengan sendirinya mempunyai suatu kekuatan menariknya ke bawah. Jika Anda melempar sebutir batu atau sepotong besi ke atas, ia pasti akan jatuh ke bawah. Keadaan demikian ini tetap sama, baik Anda lakukan di mana saja, baik di dalam maupun di luar negeri; juga tak peduli Anda lakukan pada hari ini atau hari esok. Asalkan tiada sesuatu yang menopangnya, pasti ia jatuh ke bawah. Hukum berarti sesuatu yang terus-menerus begitu, tanpa pengecualian, bahkan merupakan suatu kekuatan yang spontan, yang tidak perlu dipertahankan dengan kekuatan manusia.
Roma pasal 7 menunjukkan kepada kita, betapa Paulus mendambakan kemenangan. Ia sangat ingin tidak berbuat dosa, dan sebaliknya dapat melakukan perkara-perkara yang diperkenan Allah. Ia tidak ingin berbuat dosa dan gagal, tetapi akhirnya ia mengakui bahwa tekadnya tidak berguna. Ia berkata, ”Sebab menghendaki yang baik memang ada padaku, tetapi melakukan apa yang baik, tidak.” Ia tidak ingin berbuat dosa, tetapi malah melakukan dosa; ia ingin berbuat baik dan melakukan hukum Allah, tetapi tidak berdaya melakukannya. Dengan kata lain, apa yang dikehendakinya tidak dapat dilakukan, apa yang menjadi tekadnya juga tidak dapat terlaksana. Paulus selalu bertekad, namun selalu gagal. Ini membuktikan bahwa jalan kemenangan tidak tergantung pada keinginan atau tekad manusia. Paulus berulangkali berkeinginan dan bertekad, tetapi akhirnya tetap gagal dan tetap berbuat dosa. Hal ini dengan jelas memperlihatkan kepada kita bahwa kita hanya dapat bertekad, tetapi untuk melaksanakan tekad itu tidaklah tergantung pada kita. Jadi kita paling-paling hanya dapat bertekad saja.
Mengapa ”kehendak (tekad) memang ada di dalam aku, tetapi pelaksanaannya tidak tergantung padaku”? Sebab dosa merupakan satu hukum. Setelah ayat 21, Paulus memperlihatkan kepada kita bahwa kegagalan tekadnya disebabkan dosa merupakan satu hukum. Tiap kali ia bertekad berbuat baik, hukum dosa selalu hadir bersamanya. Memang akal budi dalam batinnya suka dan patuh akan hukum Allah, namun daging insaninya tunduk kepada hukum dosa. Kapan ia ingin mematuhi hukum Allah, dalam anggota tubuhnya ada hukum lain yang menawannya, dan memaksanya mematuhi hukum dosa.
Dalam Alkitab, Paulus adalah orang pertama yang mengatakan bahwa dosa itu merupakan satu hukum. Ini adalah satu penemuan yang sangat penting! Sayang sekali, banyak orang yang telah bertahun-tahun menjadi Kristen tanpa menyadari bahwa dosa adalah satu hukum. Mereka tahu daya tarik bumi itu suatu hukum, suatu benda akan memuai bila kena panas, itu juga suatu hukum; tetapi mereka tidak mengetahui bahwa dosa pun satu hukum. Pada mulanya, Paulus juga tidak mengetahuinya, tetapi setelah ia terus-menerus berbuat dosa; tidak dengan sengaja, melainkan ada suatu kekuatan dalam tubuhnya yang selalu menariknya berbuat dosa; saat itulah baru ia menemukan bahwa dosa adalah suatu hukum.
Sejarah kegagalan kita memberitahu kita, ketika godaan datang, walaupun hati ingin melawan tetapi tidak berdaya; alhasil, kita gagal. Godaan datang lagi untuk kedua kalinya, kita melawan lagi, dan gagal lagi. Sampai godaan yang kesepuluh kalinya datang, perlawanan kita selalu berakhir dengan kegagalan. Bahkan sampai yang keseratus dan keseribu kali, tetap demikian. Itulah sejarah kegagalan kita. Hal itu bukan terjadi secara kebetulan, itu suatu hukum. Jika seorang hanya berbuat dosa sekali dalam seumur hidupnya, perbuatan dosa itu boleh dianggap kebetulan. Tetapi orang yang telah berbuat dosa ratusan bahkan ribuan kali, ia harus mengakui bahwa dosa adalah suatu hukum, sebab ia terus-menerus menyuruhnya melakukannya.
II. TEKAD MANUSIA TIDAK DAPAT MENGALAHKAN HUKUM DOSA
Sebab-musabab kegagalan Paulus pada awalnya ialah karena ia selalu menggunakan tekadnya untuk ”berkehendak” atau ”bertekad”. Hingga ayat 21, barulah mata Paulus tercelik, ia nampak bahwa musuh — dosa — yang hendak ia tanggulangi tak lain ialah suatu hukum. Setelah ia nampak ini, ia hanya dapat mengeluh, ”Aku, manusia celaka! Siapa yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” Sekarang ia baru menyadari bahwa tekadnya tidak dapat mengalahkan hukum dosa.
Apakah artinya tekad? Tekad ialah kemauan seseorang, yaitu ketetapan, keinginan dan keputusannya sendiri. Orang melakukan suatu perkara selalu menurut ketetapan tekadnya. Tekad seseorang juga menghasilkan suatu kekuatan. Karena itu, tekad juga memiliki kekuatan.
Namun masalahnya di sini, bila terjadi pertentangan antara tekad dengan hukum dosa, yang manakah yang menang? Agaknya yang terlebih dulu menang adalah tekad, tetapi pada akhirnya dosalah yang menang.
Misalnya, Anda menatang sejilid buku yang beratnya satu kilogram. Daya tarik bumi akan menariknya ke bawah, tetapi Anda dengan sekuat tenaga menatangnya. Ada suatu hukum yang bekerja terus-menerus, yang ingin menariknya ke bawah. Anda boleh dengan tangan menopangnya terus, tidak membiarkannya jatuh, tetapi pada akhirnya, setelah lewat beberapa saat Anda akan merasa letih, dan kemudian Anda tak dapat tidak melepaskannya ke bawah. Ini disebabkan adanya daya tarik bumi, daya ini tak kenal letih. Daya tarik bumi ini senantiasa menariknya ke bawah, dan tangan Anda bagaimanapun tak dapat bertahan lama untuk melawan daya tarik bumi; semakin Anda menahan, ia akan semakin berat. Bukan buku itu yang menjadi lebih berat, melainkan daya tarik bumi menaklukkan daya kekuatan tangan Anda, sehingga Anda merasa ia semakin berat.
Demikian pula, bila Anda ingin mengalahkan dosa dengan tekad Anda. Tekad mungkin bisa melawan dosa untuk sementara waktu, tetapi kekuatan dosa jauh melampaui kekuatan tekad manusia. Dosa merupakan satu hukum, ia tak mungkin hilang karena ditentang sejenak oleh tekad. Kapan kekuatan tekad mulai melemah, hukum dosa segera menyatakan fungsinya. Kekuatan tekad manusia takkan bertahan lama, namun hukum dosa aktif terus-menerus. Maka tekad hanya bisa menang untuk sementara waktu, akhirnya ia selalu dikalahkan oleh hukum dosa.
Sebelum Anda nampak dosa sebagai satu hukum, Anda selalu ingin mengalahkannya dengan tekad. Dengan mengertak gigi Anda dapat mengalahkan sekali godaan, tetapi akhirnya Anda gagal. Kemudian Anda menghadapi godaan lagi, Anda mengira kegagalan yang lalu disebabkan kurang bertekad, maka kali ini Anda bertekad lebih teguh untuk tidak melakukan dosa, berusaha untuk menang; akan tetapi pada akhirnya tetap gagal. Anda tak tahu mengapa tekad Anda tidak mampu mengalahkan dosa; Anda tidak tahu bahwa hukum dosa tak mungkin dikalahkan dengan tekad.
Misalnya, marah-marah adalah satu dosa yang mudah diketahui orang. Ketika seseorang mengatakan sepatah kata yang tidak baik kepada Anda, batin Anda akan merasa tidak enak dan tersinggung. Kalau orang itu mengatakan lagi perkataan yang tidak baik kepada Anda, mungkin Anda akan memukul meja, mengamuk, mengomel, dan sebagainya. Tetapi sebagai orang Kristen, Anda merasa tidak sepatutnya marah-marah, maka Anda bertekad lain kali tidak marah-marah lagi. Setelah berdoa, Anda percaya Allah telah mengampuni Anda, Anda juga telah mengaku dosa kepada orang itu, sehingga hati Anda merasa gembira, dan Anda mengira takkan marah-marah lagi. Tetapi lagi-lagi ada orang lain yang mengucapkan perkataan yang tidak baik kepada Anda, hati Anda sekali lagi merasa tidak enak. Ketika orang itu mengatakan untuk kedua kalinya, batin Anda mulai mendongkol. Ketika diucapkan untuk ketiga kalinya, meletuslah amarah Anda. Setelah itu, kembali Anda merasa tidak benar, Anda mohon Tuhan mengampuni Anda lagi, Anda berkata lagi kepada Tuhan, bahwa sejak kini bagaimanapun Anda tidak akan marah-marah. Tetapi ketika ada orang yang mengatai Anda lagi, sekali, dua kali, tiga kali . . .akhirnya Anda marah-marah lagi. Berulangkali bertekad, berulangkali gagal. Keadaan yang demikian membuktikan bahwa berbuat dosa bukan suatu hal yang kebetulan, bukan yang terjadi sekali, melainkan kerapkali, bahkan seumur hidup. Orang yang berdusta, terus-menerus berdusta; orang yang marah-marah, terus-menerus marah, itu jelas merupakan suatu hukum yang tak dapat dikalahkan oleh kekuatan manusia. Pada mulanya Paulus tidak mempelajarinya dengan baik, karena itu ia berulangkali bertekad, tetapi tekadnya itu tidak berguna. Manusia ingin menaklukkan dosa dengan tekad, hal itu sama sekali mustahil.
Kapan Tuhan membelaskasihi Anda, dan Anda nampak bahwa dosa itu suatu hukum, maka Anda sudah tak jauh dari kemenangan. Jika Anda tetap mengira berbuat dosa itu hanya merupakan perbuatan yang kebetulan, dan menyangka kalau lain kali berdoa lebih banyak, menolak godaan lebih banyak, pasti akan menang; Anda masih jauh sekali dari kemenangan. Kisah Paulus menunjukkan kepada kita bahwa dosa adalah satu hukum. Kekuatan dosa itu sangat perkasa, sedang kekuatan kita sangat tipis, rapuh; kekuatan dosa selalu menang dan kekuatan kita selalu kalah. Setelah Pulus menyadari bahwa dosa itu suatu hukum, ia pun menyadari segala daya-upayanya sia-sia; tekadnya juga tidak berguna sama sekali. Tekad sama sekali tidak dapat mengalahkan hukum dosa. Inilah suatu penemuan yang besar, inilah suatu wahyu yang besar.
Paulus nampak bahwa keselamatan manusia bukan mengandalkan tekad. Selama manusia masih mengandalkan kekuatan tekad, ia tak dapat bersandar kepada cara keselamatan Allah. Sampai suatu hari, Anda mengakui di hadapan Allah bahwa Anda sama sekali tidak berdaya, Anda tidak mau mencari akal lagi, setelah itu barulah Anda bisa nampak keselamatan; setelah itu barulah Anda dapat memahami Roma pasal 8. Saudara saudari, janganlah Anda meremehkan Roma pasal 7. Kita harus terlebih dulu memiliki pengenalan Roma pasal 7, kemudian baru dapat memiliki pengalaman Roma pasal 8. Masalahnya tidak tergantung pada Anda memahami teori atau ajaran Roma pasal 8 atau tidak, melainkan Anda sudah keluar dari Roma pasal 7 atau belum. Banyak orang terkubur di dalam Roma pasal 7, mereka masih menggunakan kekuatan tekad untuk menanggulangi dosa, akibatnya ialah gagal. Jika Anda tidak nampak bahwa dosa itu suatu hukum, dan tidak nampak bahwa tekad tidak dapat mengalahkan hukum dosa, Anda akan selalu tertawan dalam Roma pasal 7, dan selamanya tak dapat memasuki Roma pasal 8.
Saudara saudari yang baru percaya, Anda melihat firman Allah demikian, Anda wajib menerimanya demikian pula. Bila Anda mencoba mendapatkan cara sendiri, Anda pasti akan melakukan banyak dosa; dan sekalipun telah berbuat banyak dosa, mata Anda tetap kabur, tetap tidak nampak. Perlu pada suatu hari mata Anda tercelik, barulah Anda nampak bahwa bertekad dan meronta-ronta itu sia-sia belaka.
Kalau dosa itu suatu hukum, dan tekad tidak mampu mengalahkan hukum dosa, lalu di manakah jalan kemenangan itu?
III. HUKUM ROH YANG MEMBERI HIDUP
MELEPASKAN KITA DARI HUKUM DOSA
Roma 8:1-2 mengatakan, ”Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Sebab (hukum) Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.” Jalan kemenangan ialah dibebaskan atau dilepaskan dari hukum dosa dan hukum maut. Di sini tidak mengatakan, ”Roh yang memberi hidup telah membebaskan kamu dalam Kristus dari dosa dan maut” (Mungkin sekali banyak orang Kristen yang berpikir demikian). Melainkan dengan jelas dikatakan, ”Hukum Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus Yesus dari hukum dosa dan hukum maut.” Banyak orang Kristen hanya nampak Roh yang memberi hidup telah memerdekakan mereka dari dosa dan maut, tetapi tidak nampak hukum Roh yang memberi hidup telah memerdekakan mereka dari hukum dosa dan hukum maut. Banyak orang Kristen entah harus melalui berapa tahun baru mengetahui dosa adalah suatu hukum, dan entah harus melalui berapa tahun baru mengetahui Roh Kudus dalam dirinya juga merupakan suatu hukum. Sampai suatu hari, Tuhan mencelikkan mata kita, barulah kita nampak dosa adalah satu hukum, Roh Kudus pun adalah suatu hukum. Mengetahui bahwa Roh Kudus merupakan suatu hukum adalah suatu penemuan yang lebih besar. Tatkala kita mengetahui bahwa Roh yang memberi hidup adalah suatu hukum, kita akan melonjak dan mengatakan, ”Syukur kepada Tuhan, haleluya!” Tekad manusia tidak dapat mengalahkan hukum dosa, tetapi bersandar pada hukum Roh yang memberi hidup dapatlah kita terlepas dari hukum dosa dan hukum maut. Hanya hukum Roh yang memberi hidup yang dapat membebaskan manusia dari hukum dosa.
Begitu kita nampak dosa adalah suatu hukum, kita pun tidak lagi berbuat sesuatu menurut tekad kita. Demikian pula, ketika kita beroleh belas kasihan Allah, nampak Roh Kudus juga suatu hukum, kita pun akan mengalami suatu perubahan besar. Banyak orang hanya nampak Roh yang memberi hidup dapat memberi hayat kepada kita, tetapi belum nampak Roh Kudus di dalam kita mempunyai satu hukum lain, yang olehnya kita dapat dibebaskan dari hukum dosa dan hukum maut secara spontan. Ketika hukum ini menyelamatkan kita dari hukum itu, kita tidak perlu mengeluarkan tenaga sedikit pun, tidak perlu bertekad, tidak perlu menggenggam erat Roh Kudus. Roh Tuhan berada di dalam kita, maka kita tidak perlu begitu repot. Kalau Anda kuatir Roh Tuhan tidak menghiraukan Anda, sehingga begitu godaan datang, Anda segera membantu diri sendiri, itu berarti Anda masih belum nampak bahwa Roh Kudus adalah satu hukum di dalam Anda. Semoga saudara saudari dapat nampak bahwa Roh Kudus dalam diri Anda adalah suatu hukum yang bekerja dengan spontan. Melepaskan diri dari hukum dosa dan hukum maut bukanlah mengandalkan tekad, melainkan Allah mengaruniakan satu hukum yang lain kepada kita, agar kita dengan sendirinya dibebaskan dari hukum dosa dan hukum maut. Hanya hukumlah yang dapat menanggulangi masalah hukum.
Dengan satu hukum menanggulangi hukum yang lain, itu tak perlu membuang tenaga. Misalkan daya tarik bumi yang kita katakan di atas, itu merupakan satu hukum yang selalu menarik benda ke bawah. Tetapi ada sejenis zat yang disebut hidrogen yang lebih ringan daripada udara. Jika zat tersebut dimasukkan ke dalam balon, maka balon itu akan membubung ke angkasa, tanpa didorong atau dinaikkan dengan kekuatan apa pun; asalkan membiarkannya begitu saja, ia akan membubung ke atas. Itu adalah suatu hukum, dan tak perlu membuang tenaga sedikit pun. Demikian pula, penanggulangan terhadap hukum dosa dan hukum maut oleh hukum Roh yang memberi hidup, tidak perlu membuang tenaga sedikit pun.
Misalkan ada seorang tanpa alasan apa pun tiba-tiba mencaci-maki Anda, bahkan ingin memukul Anda; Anda tak mengerti mengapa, tahu-tahu Anda dapat mengatasi perkara tersebut. Setelah peristiwa itu berlalu, Anda merasa heran, mengapa ketika ia mencaci-maki Anda, Anda bisa lupa untuk marah? Sebenarnya Anda harus marah besar terhadapnya, tetapi aneh sekali, tahu-tahu Anda bisa mengatasi amarah Anda. Memang, semua kemenangan seolah-olah kita peroleh di luar kesadaran atau perasaan kita. Itu disebabkan fungsi hukum Roh hayat yang ada di dalam kita; tidak perlu dengan tekad kita menggenggam erat diri kita. Kemenangan yang tanpa disadari itulah kemenangan yang sejati. Jika Anda mempunyai pengalaman demikian, Anda akan tahu bahwa Roh Kudus yang berhuni di batin Andalah yang membebaskan Anda dari perbuatan dosa. Tidak perlu Anda bertekad untuk tidak melakukan dosa. Roh yang berhuni di batin Anda itulah yang membuat Anda menang, tidak perlu Anda bertekad meraih kemenangan. Hukum tersebut berhuni di dalam batin kita, dia yang membebaskan kita dari hukum dosa dan hukum maut. Kita berada di dalam Kristus Yesus, hukum Roh yang memberi hidup juga berada di dalam kita, dengan sendirinya kita akan dibawa lalu, tidak perlu kita berkehendak dan membuang tenaga; Roh Kudus akan membawa kita mencapai kemenangan secara spontan.
Sebab itu, untuk mengalahkan dosa sedikit pun tidak perlu membuang tenaga. Ketika hukum dosa menyuruh kita berbuat dosa, saat itu kita tidak membuang tenaga; demikian pula, ketika hukum Roh yang memberi hidup membebaskan kita dari dosa, kita pun tidak perlu membuang tenaga. Kemenangan yang tanpa membuang tenaga barulah kemenangan yang sejati. Dengan demikian kita tidak mempunyai pekerjaan apa-apa lagi, kita boleh menengadahkan kepala dan berkata kepada Tuhan, ”Sudah beres!” Kegagalan dahulu ialah soal hukum, kemenangan hari ini juga soal hukum. Hukum dahulu mempunyai kekuatan, hukum hari ini lebih-lebih mempunyai kekuatan. Hukum dahulu sungguh tuntas, sehingga kita senantiasa berbuat dosa; hukum hari ini lebih tuntas, sehingga kita tidak dihukum lagi. Karena hukum Roh yang memberi hidup dapat mengekspresikan dirinya sendiri, kekuatannya jauh melampaui hukum dosa dan hukum maut.
Apabila saudara saudari dapat nampak hal ini, mereka pasti beroleh kelepasan dari dosa. Alkitab tidak mengatakan kita harus mengalahkan dosa dengan tekad; Alkitab berkata bahwa kita beroleh kelepasan dari dosa. Sebagaimana yang dikatakan di sini, ”Hukum Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.” Hukum Roh yang memberi hiduplah yang mengeluarkan kita sehingga kita dilepaskan dari hukum dosa dan hukum maut; hukum dosa dan hukum maut masih berada di sini, namun sasarannya telah tiada.
Setiap orang yang telah diselamatkan harus nampak jalan kelepasan: Pertama, harus nampak bahwa dosa di atas diri kita adalah suatu hukum. Tanpa nampak ini, yang berikutnya tidak bisa dikatakan. Kedua, harus nampak bahwa tekad manusia tidak mampu mengalahkan hukum dosa. Ketiga, harus nampak bahwa Roh Kudus juga suatu hukum dan hukum ini dapat membebaskan kita dari hukum dosa.
Bagi saudara saudari yang baru percaya, lebih cepat mengetahui jalan kelepasan ini lebih baik. Sebenarnya tidak perlu tertunda sampai beberapa tahun baru mengetahui jalan kelepasan, juga tak perlu setelah menderita banyak luka baru beroleh kelepasan. Banyak saudara saudari telah menempuh jalan yang sia-sia, banyak saudara saudari yang mengalirkan air mata karena kegagalan. Bila Anda ingin lebih sedikit mengalami kepahitan, lebih sedikit mengalirkan air mata, maka sejak semula sudah harus nampak bahwa jalan pertolongan dan kelepasan ini, ialah ”hukum Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kita dalam Kristus.” Hukum ini demikian sempurna dan berkekuatan, ia mampu menyelamatkan kita sampai kepada akhirnya; tanpa bantuan kita. Hukum ini dengan sendirinya akan melepaskan kita dari dosa, menguduskan kita dan membuat kita penuh dengan hayat.
Saudara saudari, jangan sekali-kali mengira Roh Kudus yang di dalam Anda adakalanya dapat menyatakan hayat (kehidupan), ada kalanya tidak dapat menyatakan hayat. Jika Anda menyangka demikian, itu membuktikan bahwa Anda hanya mengetahui Roh Kudus, belum mengetahui hukum Roh Kudus. Hukum Roh Kudus senantiasa menyatakan hayat; tak peduli di mana dan kapan saja, Ia selalu demikian. Bukan Anda yang membuatnya demikian, melainkan asalnya Ia sudah demikian. Jika mata kita dicelikkan oleh Allah dan nampak bahwa mustika yang di batin kita ini tidak saja Roh Kudus dan hayat, bahkan suatu hukum, niscayalah kita akan beroleh kelepasan dan problem dosa kita pun akan usai.
Semoga Allah mencelikkan mata kita, sehingga kita nampak dengan jelas jalan kelepasan dan rahasia kemenangan ini. Dan sejak permulaan kita sudah menempuh jalan yang lurus ini!