• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

[Sharing] Mengintip Perjalanan Arwah - Tulisan herman dan selvie utomo

+ Saya kan bukan dewa pak.
- Nanti akan kembali ke sana, sebab bapak berasal dari sana, proses bapak adalah menuju kea lam dew asana. Ikuti saja prosesnya dan minta bimbingan, ini penting sekali.
+ O, begitu ya…ya, saya menyesal sekali, waktu hidup saya, saya tidak sempat menjalani spiritual ini dengan benar. Saya tidak ketemu jalan seperti yang diceritakan Pak Tri, Pak Tri lebih beruintung, tapi ya bagaimana, menyesal toh sudah lewat, ya buat apa.
- Ya, jangan pak. Penyesalan itu dibuang saja, jangan dibawa terus sebab itu dapat menghambat perjalannan Bapak.
+ Ya…ya, betul…betul, saya akan ingat-ingat. Kalau nanti saya diturunkan lagi saya akan meminta ditempatkan ke tempat yang memungkinkan saya dapat ketemu jalan spiritual yang benar. Yang saya alami dalam perjalanan ini belum banyak pak, jadi ya belum dapat cerita apa-apa. Ini saya baru ditempatkan di bangsal saja. Mau cerita apalagi?
- Tadi Pak Irwan telah menceritakan sesuatu yang baru buat saya, Pak Irwan cerita dibawa masuk ke bangsal, Cuma bangsalnya lain dengan Bangsal Pak Tri. Bangsal Pak Irwan mengapung di langit dimana banyak dewa berterbangan, ini semua saya baru tahu dari cerita pak Irwan. Pak Irwan adalah orang pertama yang punya roh berstrata nirwana, yang menempuh perjalanan arwahnya, yang saya dapat hadirkan untuk bercerita mengenai perjalanan arwahnya.
+ Begitu ya pak.
- Iya Pak Irwan, ini semua baru buat saya, pengalaman baru buat saya, ini informasi baru buat saya.
+ Iya Pak Irwan, ini semua baru buat saya, pengalaman baru buat saya, ini informasi baru buat saya.
- Iya ya, Sekarang kalau menurut Pak Herman, saya harus bagaimana pak?
+ Minta bimbingan , bimbingan untuk dapat kembali ke tempat asal Bapak dan melanjutkan perjalanan Bapak.
- Begitu ya…ya,ya, nanti saya kembali, saya akan memohon.
+ Bapak juga perlu minta pelajaran-pelajaran yang dapat membuat strata Bapak naik.
- Baik, baik, saya akan pegang petunjuk Bapak. Semua petunjuk Pak Herman dan Bu Silvie akan saya jalankan semua. Lalu bias apa tidak pak, kalau saya minta disampaikan ke istri saya.
- Nah, ini lho Pak Irwan, ini bukan Pak Irwan saja, masalahnya itu, saya mau saja, Cuma yang diberitahu belum tentu percaya.
+ Lho, itu kan tergantung yang mau diberitahu itu apa. Saya tidak minta istri saya melakukan ini itu kok, saya Cuma ingin memberitahukan saja. Jadi hanya minta diberitahukan bahwa saya jangan diberatkan, saya baik-baik saja.
- Iya saya nanti akan memberitahu Lanny saja.
+ O iya, …ya.
- Nanti saya beritahukan Lanny. Masalahnya walaupun pesan itu hanya pesan sederhana, tapi pesan dari alam gaib itu jarang orang yang percaya. Masalahnya di situ pak Irwan.
+ Percaya itukan bias ya dan bias tidak, tergantung manusianya kan, ya Cuma itu saj. Kalau Pak Herman bersedia menyampaikan ke adik saya, adik saya akan sampaikan ke istri saya. Dan itu akan membuat istri saya merelakan saya. Sebab kalau tahu keadaan saya sudah baik itu sangat penting. Kalau direlakan saya juga enak pak. Saya lebih enteng, daripada kalau dia selalu mikirin saya begitu, saya juga tidak enak.
- Tidak apa-apa pak, nanti saya sampaikan pada adik Bapak, Lanny. Saya akan bicarakan dngan dia.
+ Iya, saya terima kasih lho pak.
- Iya. Pak Irwan perjalanan Bapak sudah benar, sebab keterikatan pada keduniawian dapat menghambat perjalanan Bapak. Alam dunia sudah harus ditinggalkan, sbab Bapak sekarang sudah ada di alam Dewa.
+ Baik, baik, saya ingat sekali, saya tidak dapat menempuh jalan spiritual ini di alam dunia, saya akan menempuhnya “di atas”. Ya, saya akan jalankan nasehat bapak dan ibu ini untuk menempuh/ngantiin ya.
- Iya betul.
+ Iya… ya, jadi saya tidak sia-sia kan datang kemari. Kalau begitu saya kembali dulu, selamat tinggal Pak Herman.
- Selamat jalan Pak Irwan.

Sedikit tambahan untuk penjelasan.

- Pak Irwan seorang pengusaha yang berhasil, tinggal di Pondok Indah, bersama istrinya datang ke rumah saya untuk maslah kesehatan dan altar yang ada dirumah mereka. Suami istri ini mempunyai perjalanan dan pengalaman ibadah sampai ke mancanegara.
- Setelah melihat data pribadi Pak Irwan, saya tahu bahwa Pak Irwan mempunyai “strata roh nirwana,” sesuai pesan guru roh saya bahwa saya diminta untuk memberitahukan dan menjelaskan apa arti dan konsekwensinya seseorang yang mempunyai strata roh nirwana, maka Pak Irwan saya beritahu mengenai strata rohnya dan siapa guru rohnya dalam kehidupan kali ini.
- Tapi saying sekali,pada saat Pak Irwan sudah mantap untuk mengangkat guru kepada Sanghyang Amitabha Budha, sang guru belum dapat mengabulkan permohonan Pak Irwan. Penyebabnya baru diberitahukan kepada Pak Irwan pada saat dia menempuh perjalanan arwahnya.
- Dialog ini terjadi 33 hari setelah pak Irwan meninggal.
 
Arwah Gentayangan

Yang saya maksud dengan arwah gentayangan adalah arwah manusia yang masih berada di alam transisi, alam yang berada diantara alam kehidupan dan alam arwah. Belum dapat memasuki alam arwah.

Yang saya maksud dengan arwah adalah roh manusia yang masih membawa jati dirinya sewaktu masih hidup. Kalau anda mempunyai teman si A, kalau A meninggal, maka anda masih dapat mengenali arwah si A, sebab dia masih membawa jati dirinya sewaktu masih hidup.

1. Meninggal belum waktunya

Banyak pendapat bahwa kalau seseorang meninggal, maka dia memang sudah waktunya meninggal, atau memang dia umurnya pendek. Jadi meninggal kareena sudah waktunya, waktu yang sudah ditetapkan lebih dahulu dari “atas” sana.

Apakah benar seperti itu? Setiap orang meninggal memang sudah waktunya? Saya kira tidak. Guru Roh saya memberitahukan bahwa perbandingan antara yang meninggal “sudah waktunya” dan yang meninggal “belum waktunya” adalah 50:50.

Apakah mungkin seseorang meninggal sebelum waktunya? Kalau anda berpikir mengunakan “kebenaran materi” jawabnya adalah tidak mungkin. Kalau anda pergunakan “kebenaran spiritual” jawabnya adalah mungkin.

Katakanlah misalnya si A dari “atas” ditentukan berumur panjang sampai 80 tahun. Dan diam tahu atau diberitahu oleh peramal terkenal. Maka karena mengira dan percaya bahwa dia berumur panjang, maka dia menjalani hidupnya dengan sembarangan, seenaknya, baik dalam makanan, berkenderaan, atau berp[rilaku yang menyerempet bahaya. Maka pennyakit atau kecelakaan dapat membuat dia meninggal muda atau tidak mencapai umur 80 tahun. Dia meninggal belum waktunya seperti yang ditentukan dari “atas” tadi. Banyak penyebaborang meninggal sebelum waktunya, seperti disebabkan oleh kecelakaan, oleh bencana alam, oleh peperangan dan juga oleh gangguan mahluk-mahluk gaib yang jahat dan lain-lain.

Orang yang meninggal belum waktunya, maka arwahnya belum dapat diterima atau belum dapat masuk kea lam arwah, dia masih bertahan di alam transisi yang juga disebut alam arwah gentayangan. Karena memang dia masih dapat gentayangan kemana saja dia mau pergi. Ke keluarganya, ke saudara-saudaranya, atau ke tempat-tempat yang semasa hidupnya dia ingin kunjungi dan lain-lain. Sampai suatu saat, setelah tiba waktunya, maka arwah gentayangan itu akan dijemput, untuk masuk kea lam arwah dan mulai perjalanan arwahnya.
 
2. Arwah orang yang baru meninggal

Orang yang baru meninggal umumnya dia belum tahu dan belum sadar kalau dia sudah meninggal. Biasanya apa yang dia alami, dia lihat dan dia rasakan, dinikmati sebagai mimpi panjang saja. Dia mengira sedang mimpi saja. Baru setelah itu, beberapa jam sampai beberapa hari dia baru tahu dan sadar kalau dia sudah meninggal.

Setelah dia sadar bahwa dia telah meninggal, dia menjadi panic dan resah, merasa belum siap untuk secepat itu meniggal. Ada yang merasa masih banyak yang perlu dia melakukan sampai merasa dia belum sempat pamitan dan lain-lain.

Belum lagi dia juga resah dan bingung menghadapi kondisi dan suasana yang serba asing, dia tidak tahu harus bagaimana dan harus kemana. Semua sapaan kepada keluarganya tidak mendapat respon atau tanggapan, dicuekin saja. Ini semua membuat dia panic, resah dan bingung.

Untuk sementara waktu , arwah orang yang baru meninggal akan tetap berada dirumahnya, baru kemudian perlahan-lahan mulai berkunjung ke tempat sanak keluarganya, teman-temannya dan juga keluyuran ke tempat yang semasa hidupnya sering dikunjungi atau yang ingin dikunjunginya.

Banyak pendapat bahwa arwah baru akan “naik” pada hari ke 7 setelah meninggal, ada juga yang bilang setelah 30 hari, 49 hari, 100 hari dan lain-lain

Yang saya amati dan saya ketahui, sebenarnya tidak ada ketentuan pasti, berapa hari arwah orang yang meninggal akan “naik” atau masuk kea lam arwah dan memulai perjalanan arwahnya. Ada yang kurang dari 24 jam sudah dapat naik, tapi juga ada yang sampai bertahun-tahun belum dapat naik. Tapi ada juga yang sampai bertahun-tahun belum dapat naik. Bahkan ada yang sudah ratusan tahun tidak dapat naik untuk memulai perjalanan arwahnya.

3. Terikat keduniawian

Orang yang mempunyai materi berlimpah, mempunyai nama besar, juga yang mempunyai kekuasaan dan yang sangat mendambakan keagungan keluarga dan keturunannya, setelah meninggal umunya masih belum siap meninggalkan semua yang duniawi itu, belum rela untuk kehilangan semua yang telah didapatkannya dan dicapai dengan susah payah semasa hidupnya. Dia ingin mempertahankan keberadaannya dim dalam semua keduniawian yang telah dia hasilkan dengan kerja keras semasa hidupnya.

Kemelekatan terhadap materi atau keterikatan terhadap keduniawian seperti ini akan membujat arwah orang tersebut penasaran dan rasa penasaran seperti ini akan menjadikan dia arwah penasaran yang masih gentayangan.

Oleh karena itu, seseorang semasa hidupnya sudah harus mulai melatih setahap demi setahap untuk dapat melepaskan kemelekatan terhadap keduniawian agar perjalanan arwahnya menjadi ringan dan lancar.
 
4. Penasaran, Janji dan Hutang

Arwah penasaran bukan hanya disebabkan oleh keterikatan terhadap duniawi, tapi juga dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti:
- Keadaan keluarga yang ditinggalkan cekcok atau bertikai rebutan warisan, dan lain-lain.
- Meninggal karena dibunuh atau dihianati dan juga karena bunuh diri.
- Karena janji yang belum dipenuhi.
- Karena hutang-hutang, dan lain- lain.

Kesemuanya ini dapat membuat arwah menjadi resah dan tidak tenang. Maka jadilah dia arwah yang gentayangan, sebab belum dapat meninggalkan segala hal yang duniawi.

5. Ilmu non Ilahi

Banyak orang belajar “ilmu” dengan tujuan keduniawian, seperti agar rezekinya lancer, usahanya maju, dapat senang sepanjang hidupnya, derajat keagungan untuk keluarga dan keturunannya, juga untuk mendapatkan kesaktian dan lain-lain. Kesemua “ilmu” ini mumumnya adalah ilmu non Ilahi. Ilmu yang tidak dapt membawa pemiliknya lebih dekat dengan sang pencipta, apalagi untuk dapat kembali ke penciptanya.

Ada ilmu yang kalau pemiliknya meninggal, maka ilmu tersebut dapat kembali “ke asal”-nya secara otomatis. Tetapi ada ilmu yang akalu pemiliknya meninggal, maka gaib yang menyertai ilmu itu tidak dapat “pulang sendiri”. Gaib itu dapat terus mengikuti arwah pemilik ilmu yang telah meninggal. Arwah yang ditempel terus oleh gaib seperti ini tidak akan dapat memasuki alam arwah, jadilah dia arwah gentayangan.

gentayangannya sampai kapan ya? Apakah gentanyangan selamanya? jadi pingin nanya ke penulis.
 
6. Terikat di Meja Abu Sembahyang

Banyak ummat Khong Hu Cu yang masih mempertahankan kebudayaan tradisional berbakti kepada orangtuanya dengan membuat altar abu meja leluhur untuk menghormati para arwah leluhurnya.

Saya sering mengunjungi rumah keluarga yang memiliki abu sembahyang seperti itu. Dan juga sering menemukan arwah leluhur keluarga itu yang masih "duduk" atau "terikat" di meja abu sembahyang tersebut.

Setiap kali saya dan istri menemukan arwah yang "terikat" pada meja abu sembahyang seperti itu. Dan juga sering menemukan arwah leluhur keluarga itu masih "duduk" atau "terikat" di meja abu sembahyang terssebut.

Setiap kali saya dan istri menemukan arwah yang "terikat" pada meja abu sembahyang, kami selalu mengadakan dialog singkat dengan arwah tersebut. Mengapa dia masih ada di meja abu sembahyang itu? Dan tidak naik dan masuk ke alam arwah untuk segera menjalani perjalanan arwahnya?

Sebagian besar arwah tersebut mengatakan bahwa dia masih ada dan "terikat" di meja abu sembahyang karena diminta oleh keluarganya, oleh suami atau istrinya, oleh anak-anaknya, dan lain-lain. Untuk bisa selalu dekat dengan keluarganya dan juga dapat membantu usaha keluarganya atau anak-anaknya.

Umumnya permintaan atau permohonan seperti ini diucapkan oleh keluarga almarhum pada saat arwah tersebut masih ada dirumah atau masih dekat dengan keluarga, yaitu pada upacara-upacara ritual duka seperti ritual tutup peti jenazah , ritual pemakaman, ritual 3 hari, ritual 7 hari, ritual 49m hari, dan lain-lain. Dimana umumnya arwah masih berada di dekat keluarganya. Pada saat-saat seperti itu kebanyakan arwah masih belum tahu apa-apa tentang alam arwah dan perjalanan arwah, sehingga dia begitu mudah untuk menerima atau mengiyakan permintaan dan permohonan keluarganya untuk tetap tinggal dekat anak-anak, istri atau suaminya. Nah begitu arwah itu mengiyakan atau mengabulkan permintaan tersebut maka arwah itu menjadi terikat pada meja abu sembahyang maupun tanpa meja abu sembahyang.

Jadi janganlah meminta atau memohon seperti itu kepada arwah almarhum, sebab semua itu berarti menghukum arwah tersebutdapat "terikat " pada keduniawian/keluarga sehingga dia tidak dapat memulai perjalanan arwah. Jadilah dia arwah gentanyangan, sebab masih berada di alam transisi atau alam gentayangan.
 
kutipan dari buku ketiga "menelusuri jalan spiritual":

1. Mengapa guru roh, bukan guru manusia?

Menempuh perjalanan spiritual adalah menempuh perjalanan menuju nalam roh atau alam gaib. Kemampuan melihat alam gaib hanya samar-samar saja. Kalau ada yang dapat meliha talam gaib secara jelas, sudut pandang yang dapat dilihat hanya sebesar lubang kunci saja. Sangat langka yang dapat dilihat dengan jelas dengan sudut pandang yang luas.
Oleh karena itu, kalau seseorang menjalani laku spiritual dibimbing oleh guru manusia, maka dapat diibaratkan orang buta dibimbing oleh oarang buta. Kemungkinan sesat atau salah jalan besar sekali. Ini bukan berarti guru manusia tidak dibutuhkan lagi. Guru manusia diperlukan untuk tahap awal sebagai pengenalan dunia spiritual dan alam gaib saja. Sangat langka guru manusia yang dapat membimbing manusia mencapai pencerahan, walaupun hanya pencerahan tahap awal saja. Sebab pencerahan tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata dan kalimat oleh manusia.

Pencerahan berada di dalam dimensi gaib, di alam gaib. manusia hanya dapat melihat secara samar-samar saja dan dalam sudut pandang yang sempit saja. Oleh karena itu kalau seseorang mau menempuh perjalanan spiritualnya dengan tujuan mencapai pencerahan dan bukannya memperoleh kesaktian, maka guru roh sangat diperlukan untuk dapat membimbing manusia mencapai pencerahan. Guru roh tidak membimbing untuk memperoleh kesaktian.

Hanya guru roh yang mengetahui misi perjalanan hidup seseorang, fondasi spiritual yang dibutuhkan, besarnya wadah spiritual yang ada, bekal-bekal yang diperlukan dan dimana bekal tersebut dapat diperoleh, bagaimana cara memperolehnya? Semuanya ini teramat sulit dapat dijangkau oleh guru manusia.

2. Guru Roh, siapa dan dimana?

Guru roh adalah para roh suci dan para dewa yang memiliki "strata langit" yang tinggi. Seseorang tidak dapat sembarangan mengangkat guru roh siapa saja roh suci yang diidolakan. Sebaiknya diteliti dulu apakah orang itu masih memiliki "garis inkarnasi" guru roh atau tidak.

Kalau masih mempunyai garis inkarnasi guru roh, sebaiknya mengangkat guru roh yang sama dengan guru roh diinkarnasinya yang dulu dapat diperoleh lagi atau dapat diterima kembali. Ini merupakan keuntungan yang besar sekali, kemampuan-kemampuan spiritual yang dulu dapat dimiliki kembali, walaupun tidak seluruhnya.
 
Arwah bayi keguguran

Arwah bayi akibat keguguran maupun akibat digugurkan/aborsi, ada yang dalam waktu singkat sudah naik kembali kea lam arwah untuk direinkarnasikan kembali. Tapi ada juga yg harus menjalani kehidupan di alam arwah gentayangan. Ada yang terus mengikuti orangtuanya, juga ada yang gentayangan kemana-mana, bahakan adayang ditangkap oleh orang-orang pintar atau paranormal untuk dimanfaatkan dan dikaryakan. Ada juga yang dimanfaatkan dan dijual sebagai tuyul.

Arwah bayi keguguran ini dapat tumbuh besar dan menjadi dewasa mengikuti orangtuanya. Yang menjadi tuyul, wajahnya menjadi tua, badannya tetap kerdil seperti anak-anak.

Arwah bayi keguguran atau arwah anak-anak sebagai tuyul perlu mendapat pertolongan atau perlu ditolong. Jangan malah ditangkap dan disiksa. Mereka perlu disempurnakan atau diseberangkan.

Perlu ditolong.

Semua arwah yang masih “terikat” di alam arwah gentayangan, dan sudah waktunya untuk naik memasuki alam arwah perlu ditolong untuk menemukan jalan agar dapat masuk kea lam arwah. Atau dalam istilah Budhis dikenal sebagai “diseberangkan” atau “menyebeangkan” arwah.

Untuk “menyeberangkan” arwah perlu bantuan orang yang mempunyai kemampuan untuk keperluan tersebut. Untuk mengetahui apa arwah almarhum sudah “naik” atau “belum”, anda dapat meminta petunjuk dari para dewa dan roh suci yang duduk di altar Vihara/Klenteng Tri Dharma dengan mengunakan sarana Pak Pwee. Tanyakan juga kepada roh suci di altar, apakah anda dapat memohon pertolongan dari dewa di altar untuk “menyeberangkan” arwah almarhum keluarga anda. Kalau boleh, langsung minta, kalau tidak, tanyakan apakah anda perlu minta tolong kepada orang yang mampu menyeberangkan arwah. Sebutkan apakah si A, si B atau si C yang anda kenal, yang ditunjuk oleh dewa di altar Vihara/Klenteng.
 
1. Makam atau Kuburan, Pengaruhnya Terhadap Arwah

Kakek saya dari garis ibu masih mengikuti tradisi dan kebudayaan Kong Hu Cu secara ketat dan taat. Perhatian dan kepeduliannya terhadap makam atau kuburan sangat tinggi, sehingga dihari tuanya, kakek sudah mempersiapkan dan membuat makamnya sendiri, mengundang ahli hongsui dan mengawasi sendiri pemakaman makamnya.

Setelah kakek meninggal, ibu saya setiap tanggal 1 dan 15 bulan imlek berziarah tabur bunga di makam kakek. Suatu waktu arwah kakek datang ke rumah saya di Jakarta, memberitahukan supaya ibu saya di Bojonegoro menengok kuburannya hari itu juga.

Lewat telepon, saya beritahukan agar hari itu menengok kuburan kakek, Ibu bilang besok saja sekalian ziarah tabur bunga tanggal 15 imlek. Saya tegaskan kepada Ibu bahwa kakek minta hari itu juga, besok boleh pergi lagi. Besok harinya Ibu memberitahu saya bahwa makam kakek diberaki sapi, ada banyak kotoran sapi di kuburan kakek.

Kakek pada masa hidupnya sangat perhatian dan peduli terhadap kuburannya, dan sifat ini dibawa kea lam arwah dan dalam perjalanan arwahnya, kakek saya sekarang ini sudah reinkarnasi lagi, hubungan saya dengan kakek sudah putus total.

Kakek angkat istri saya dari garis Ibu pernah menjadi ketua Klenteng Tridharma. Kuburannya mengalami kerusakan dan diperbaiki oleh ipar saya. Waktu arwah kakek berkunjung ke rumah saya, istri saya memberitahukan soal kuburannya yang rusak dan telah diperbaiki oleh adiknya. Kakek saya bilang bahwa dia sudah tidak terpengaruh oleh keadaan kuburannya. Kuburan rusak juga tidak membuat dia susah, kuburannya baik juga tidak membawa pengaruh baik padanya. “Hanya adikmu yang telah peduli dan mau memperbaiki kuburan leluhurnya akan mendapat pahala dari Tuhan YME.”

Arwah kakek angkat istri saya ini sudah mencapai tingkat yang dapat melepaskan kemelekatan terhadap keduniawian, dia sudah tidak mempersoalkan kuburannya, hal yang sangat duniawi. Kakek angkat istri saya ini berhasil mencapai sorga dan juga berhasil menembus alam nirwana.

Jadi pengaruh kuburan terhadap arwah tergantung sikap arwah itu sendiri. Dari pengamatan kami berdua, sebagian besar arwah sudah tidak peduli terhadap kuburannya, terutama arwah yang telah memasuki alam arwah dan sudah memulai perjalanan arwahnya.

Kuburan atau makam mempunyai sifat monumental, suatu monument untuk generasi atau keturunan selanjutnya. Oleh karena itu sering dijumpai orang membangun makam atau kuburan keluarga secara megah dan mewah. Kalau dinilai dengan mengunakan “kebenaran materi”, makam yang megah dan mewah, baik untuk keluarga dangenerasi yang akan datang. Suatu prestasi keluarga dari orang yang dimakamkan disitu.

Kalau dinilai dengan mempergunakan “kebenaran spiritual,” makam megah sangat tidak baikbagi arwah orang yang dimakamkan disitu. Makam yang megah dan mewah itu akan membuat arwah menjadi terikat kuat pada makam itu, terikat pada keduniawian. Apalagi kalau keluarga yang ditinggalkan , anak, istri atau suaminya, pada waktu upacara ritual pemakamannya atau upacara sembahyang peresmian makam, meminta agar almarhum jangan kemana-mana, tinggal disini saja, sebab sudah dibuatkan makam yang bagus, megah dan mewah. Begitu arwah ini mengiyakan permintaan keluarganya, maka dia sudah terikat kuat pada makamnya. Dia tidak dapat “naik” kea lam arwah dan tidak dapat menempuh perjalanan arwahnya untuk waktu yang lama sekali.
 
2. Kremasi

Upacara ritual pembakaran jenazah atau dikremasi sudah lama dikenal dan dijalankan. Terutama oleh ummat hindu dan ummat Budha, kemudian diikuti oleh ummat agama lainnya.

Ada orang yang pesan kepada anak-anaknya agar kalau dia meninggal, supaya jenazahnya dikremasi saja, khawatir nanti kalau dikubur, kuburannya akan digusur dan dibongkar oleh adanya pembangunan kota. Juga akan merepotkan keluarga dan anak-anaknya karena harus mondar-mandir mengunjungi makamnya untuk tabur bunga atau ritual lainnya.

Tetapi ada juga orang yang berpesan kepada keluarganya kalau dia meninggal agar dikubur, jangan dikremasi, sebab dia takut dan ngeri kalau nanti dibakar, dia bias kepanasan dan menderita.

Jadi jenazah yang dikubur atau dikremasi, apa pengaruhnya terhadap arwah almarhum? Dari pengamatan kami terhadap banyak arwah yang dikubur maupun yang dikremasi, sebanarnya tidak ada pengaruhnya sama sekali. Ketakutan kalau nanti kuburannya digusur dan dibongkar atau takut dikremasi, dibakar, merasa akan menderita kepanasan, semuanya tidak akan terjadi dan tidak akan dialami oleh arwah. Ketakutan dan kekhawatiran pada waktu masih hidup tidak akan terjadi dan tidak akan dialami oleh arwah. Bahkan arwah juga tidak mempersoalkan lagi apakah jenazahnya dulu dikubur atau dikremasi.

Dipandang dari sudut spiritual, saya cenderung mengatakan bahwa jenasah yang dikremasi lebih baik daripada dikuburkan. Sebab dikubur mempunyai resiko arwah almarhum dapat terikat di makamnya, hal ini dapat menghambat perjalanan arwahnya. Apalagi kalau keluarga yang ditinggalkan rajin mengunjungi makamnya dan melakukan sembahyang dan tabur bunga.

Kalau jenasah dikremasi, sebaiknya abu kremasi jangan disimpan di tempat atau di rumah penyimpanan abu jenazah. Sebab hal ini tidak begitu beda dengan dikubur. Sebaiknya abu jenazah dilarung saja dilaut atau disungai. Sehingga mengurangi keterikatan arwah terhadap kehidupan duniawi.
 
Upacara ritual pembakaran jenazah atau dikremasi sudah lama dikenal dan dijalankan. Terutama oleh ummat hindu dan ummat Budha, kemudian diikuti oleh ummat agama lainnya.

Ada orang yang pesan kepada anak-anaknya agar kalau dia meninggal, supaya jenazahnya dikremasi saja, khawatir nanti kalau dikubur, kuburannya akan digusur dan dibongkar oleh adanya pembangunan kota. Juga akan merepotkan keluarga dan anak-anaknya karena harus mondar-mandir mengunjungi makamnya untuk tabur bunga atau ritual lainnya.

Tetapi ada juga orang yang berpesan kepada keluarganya kalau dia meninggal agar dikubur, jangan dikremasi, sebab dia takut dan ngeri kalau nanti dibakar, dia bias kepanasan dan menderita.

Jadi jenazah yang dikubur atau dikremasi, apa pengaruhnya terhadap arwah almarhum? Dari pengamatan kami terhadap banyak arwah yang dikubur maupun yang dikremasi, sebanarnya tidak ada pengaruhnya sama sekali. Ketakutan kalau nanti kuburannya digusur dan dibongkar atau takut dikremasi, dibakar, merasa akan menderita kepanasan, semuanya tidak akan terjadi dan tidak akan dialami oleh arwah. Ketakutan dan kekhawatiran pada waktu masih hidup tidak akan terjadi dan tidak akan dialami oleh arwah. Bahkan arwah juga tidak mempersoalkan lagi apakah jenazahnya dulu dikubur atau dikremasi.

Dipandang dari sudut spiritual, saya cenderung mengatakan bahwa jenasah yang dikremasi lebih baik daripada dikuburkan. Sebab dikubur mempunyai resiko arwah almarhum dapat terikat di makamnya, hal ini dapat menghambat perjalanan arwahnya. Apalagi kalau keluarga yang ditinggalkan rajin mengunjungi makamnya dan melakukan sembahyang dan tabur bunga.

Kalau jenasah dikremasi, sebaiknya abu kremasi jangan disimpan di tempat atau di rumah penyimpanan abu jenazah. Sebab hal ini tidak begitu beda dengan dikubur. Sebaiknya abu jenazah dilarung saja dilaut atau disungai. Sehingga mengurangi keterikatan arwah terhadap kehidupan duniawi.

Setuju banget, sesuai ajaran Hindu. Dari sudut pandang "duniawi" maupun "spiritual" memang kremasi lebih baik.

Tujuan kremasi dlm Hindu sebenarnya adl mempercepat proses kembalinya Panca Maha Butha yaitu lima unsur yg menyusun jazad manusia yg terdiri dari tanah,air,api(panas),udara(gas),dan ruang(ether).

Setelah kremasi maka abu jenazah akan dilarung ke laut. Jadi ajaran Hindu sangat pas dengan keadaan dunia-akhirat orang mati, dengan kata lain ajarannya memberikan yg terbaik bagi arwah.
 
Ritual arwah

1. Upacara Sembahyang Arwah

Banyak upacara kebudayaan tradisional dari banyak aliran kepercayaan telah dikenal dan dilakukan untuk meng-iringi upacara duka atau upacara kematian. Seperti slametan untuk arwah, misa arwah, kebaktian dan doa untuk mengiringi perjalanan arwah.
Kesemuanya itu dengan tujuan menghibur arwah, untuk mengarahkan dan memandu arwah supaya tidak salah jalan, untuk menolong dan melindungi arwah dari gangguan arwah lain dan gaib yang jahat, juga untuk mendoakan arwah supaya mendapat bimbingan dari para roh suci, para dewa dan para malaikat untuk melancarkan perjalanan arwahnya. Juga ada unsur untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan.
Sering dalam menghadiri ritual untuk arwah seperti yang saya sebutkan tadi, saya melihat banyak upacara ritual yang “kosong”, artinya ritual yang dilakukan tidak menghasil-kan kekuatan spiritual yang dapat menolong sang arwah, seperti yang diharapkan dari tujuan upacara ritual untuk arwah tadi.
Mengapa dapat begitu? Sebab dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntut logika dan fakta, maka upacara ritual untuk arwah jauh dari fakta. Faktanya mana kalau upacara ritual-arwah dapat menolong dan dibutuhkan oleh arwah? Tidak ada seorang pun yang dapat memberikan bukti atau membuktikan.
Oleh karena itu, upacara ritual arwah banyak dilakukan hanya untuk memenuhi syarat-syarat ritual kematian yang sudah lama diikuti, supaya tidak menjadi omongan orang banyak.
Walaupun begitu, saya juga pernah melihat upacara ritual untuk arwah yang “berisi”, artinya benar-benar mem-punyai kekuatan spiritual untuk menolong, melindungi dan membimbing arwah dalam menempuh perjalanan arwahnya.
Ritual untuk arwah yang “berisi” sangat berguna dan dibutuhkan oleh arwah . Oleh sebab itu carilah orang yang benar-benar mempunyai kemampuan spiritual untuk melaku-kan upacara ritual arwah. Supaya upacara ritualnya benar-benar “berisi”.
Bagaimana anda dapat mengetahui, siapa orang yang mempunyai kemampuan spiritual yang dapat memimpin upacara ritual arwah agar “berisi”? Yang paling gampang dan praktis adalah tanya kepada roh suci dan dewa di altar Vihara/ Klenteng Tri Dharma dengan mempergunakan sarana pak-pwee. Tanyakan apakah si A, si B, atau si C yang dipilih oleh dewa di altar untuk anda pilih memimpin upacara ritual.
Dibawah ini adalah beberapa Vihara/Klenteng Tri Dharma yang dapat dipakai untuk menanyakan:
1. Vihara Dewi Kwan Im – Ching Te Yen, Petak Sembilan – Jakarta.
2. Vihara Dewa Kwan Kong – Gg. Lamceng, Perniagaan – Jakarta.
3. Vihara Dewa Hian Thian Siang Tee – Jl. Angke Indah – Jakarta.
4. Vihara Dewa Hok Tek Ceng Sien – Jl. Dr. Satrio, Karet - Jakarta.
5. Vihara Dewi Kwan Im – Pasar lama – Tangerang.
6. Vihara Dewi Kwan Im – Banten Lama – Serang.
7. Vihara Hok Tek Ceng Sien – Plered – Cirebon.
8. Vihara Dewi Kwan Im – Kantor BAT – Cirebon.
9. Vihara Dewi Kwan Im – Gg Lombok – Semarang.
10. Vihara Dewa Hian Thian Siang Tee – Grajen – Semarang.
11. Vihara Dewa Hian Thian Siang Tee – Welahan – Dekat Kudus.
12. Vihara Dewa Kwan Kong – Tuban.
13. Vihara Dewi Thian Sang Seng Bo – Lasem & Rembang.
14. Vihara Dewa Hian Thian Siang Tee – Jl. Jagalan – Surabaya.
15. Vihara Dewi Kwan Im – Kenjeran – Surabaya.
16. Vihara Dewa Kong Tek Cun Ong – Gudo – Jombang.
17. Vihara Dewa Kwan Kong – Jl. Klenteng – Bandung.
18. Vihara Dewa Hian Thian Siang Tee – Cilacap.
19. Vihara Dewi Kwan Im – Pasar Gede – Solo.
20. Vihara Dewi Kwan Im – Pemekasan – Madura.
 
2. Mengirim “Rumah” Untuk Arwah

Banyak umat Khong Hu Cu dan Tao-Is yang masih mengikuti kebudayaan tradisionalnya mengadakan upacara pengiriman "rumah " atau apa saja yang sifatnya keduniawian kepada arwah keluarganya yang meninggal. Seperti rumah beserta perlengkapannya, mobil, uang bahkan ada gunung emas dan gunung perak segala. Tentu semuanya ini terbuat dari kertas yang kemudian dibakar dengan suatu upacara ritual agar benda-benda tersebut dapat berwujud dan memasuki dimensi gaib kemudian dapat diterima oleh arwah almarhum.
Apakah benar upacara ritual seperti ini benar-benar berguna untuk arwah?
Dari pengamatan yang saya lakukan bersama istri saya, ritual seperti ini ada gunanya dan manfaatnya untuk arwah, selama arwah tersebut masih ada di alam transisi atau alam arwah gentayangan. Dengan syarat bahwa upacara ritual ini dilakukan oleh orang yang benar-benar mempunyai kemampuan untuk keperluan tersebut, kalau tidak, maka semua yang dikirimkan itu tidak mampu menembus alam transisi arwah, sehingga tidak sampai dan tidak dapat diterima oleh arwah. Jadi mubasir saja.
Untuk mengetahui siapa orang yang mempunyai kemampuan untuk memimpin upacara ritual pengiriman rumah, dan lain-lain untuk arwah, anda dapat memohon pertolongan para roh suci dan para dewa di altar Vihara Tri Dharma dengan memakai sarana pak-pwee. Tanyakan apakah si A, si B atau si C yang ditunjuk oleh dewa di altar, untuk memimpin upacara ritual tersebut.
Dari pengalaman saya, waktu ibu saya meninggal, kami sekeluarga melakukan pengiriman rumah untuk arwah ibu. Kami pesankan rumah-rumahan dari triplek dengan perlengkapan yang disenangi oleh ibu saya waktu hidupnya, ada taman, ada banyak ayam piaraan dan lain-lain. Rumah dengan semua perlengkapan ini saya kirimkan pada malam sebelum esok harinya dimakamkan. Setelah saya dan istri menyalurkan kekuatan spiritual kedalam rumah-rumahan ini untuk diwujudkan ke alam transisi arwah, saya melihat arwah ibu saya langsung memasuki “rumah” tersebut dan tidak keluar-keluar lagi sampai keesokan harinya. Saya melihat arwah ibu saya begitu senang dengan rumah yang kami kirimkan.
Arwah ibu saya tidak lama tinggal di rumah ini, setelah tiba waktunya untuk naik dan memasuki alam arwah, maka semuanya harus ditinggalkan, tidak ada satu barangpun yang dapat dibawa “naik”. Hal ini sangat menyusahkan dan sangat mengecewakan hati arwah ibu saya. Berkali-kali kunjugan ibu ke rumah saya, berkali-kali pula meminta supaya saya menolong ibu dapat tinggal kembali ke rumahnya yang lama, rumah yang dulu kami kirimkan untuk arwah ibu. Tapi permintaan arwah ibu saya tidak mungkin dapat dipenuhi.
Dari pengalaman ini, saya menyarankan kalau anda yang ingin mengirimkan “rumah” dan lain-lain untuk arwah almarhum keluarga anda, kirimkanlah yang sederhana saja, jangan yang mewah dan mahal, sebab yang mewah akan membuat arwah terikat pada “rumah” mewah itu, dan akan sangat kecewa dan menderita pada saat nanti harus meninggalkan semuanya. Dan yang mahal, anda harus keluar banyak uang untuk “rumah” yang akan menyusahkan arwah almarhum.
Sayangnya banyak ritual pengiriman “rumah” untuk almarhum ini sudah diikuti oleh prestise atau gengsi keluarga. Keluarga-keluarga kaya dan terpandang merasa gengsi dan prestise keluarga akan turun di mata lingkungannya kalau untuk almarhum keluarganya hanya dikirimkan rumah yang sederhana saja atau yang murahan. Atau nanti dianggap kurang berbakti kepada almarhum orang tuanya. Apa lagi kalau orang tuanya meninggalkan warisan dan perusahaan besar.
Untuk mengatasi masalah yang terakhir ini, saya sarankan agar anda mengirimkan “rumah” yang mewah tetapi “kosong”, artinya ”rumah“ tersebut tidak dapat terwujud di alam gaib dan tidak sampai ke arwah almarhum. Kemudian mengirimkan “rumah“ yang sederhana tetapi “berisi” yang perlu dilakukan oleh orang yang mempunyai kemampuan untuk keperluan tersebut.
Mengirimkan rumah dan segala barang yang sifatnya duniawi ini hanya berguna untuk arwah yang masih belum naik. Untuk arwah yang sudah naik, semuanya tidak ada gunanya untuk arwah.
Ritual mengirim “rumah“ ini hanya ada di dalam kebudayaan traditioanal umat Khong Hu Cu dan Tao-Is. Apakah ini berarti di alam arwah gentayangan yang punya “rumah pribadi” hanya arwah dari umat ini? Memang benar. Akan tetapi ini tidak berarti arwah dari umat aliran lain terlunta-lunta dan tidak punya tempat tinggal. Tidak.
Di alam arwah gentayangan atau di alam transisi atau alam peralihan ini, ada tempat penampungan berupa bangsal besar. Di tempat inilah para arwah dari aliran kepercayaan lain ditampung dan diurusi, dengan syarat bahwa upacara ritual untuk arwah dan ritual pemakamannya dipimpin oleh orang yang benar-benar mempunyai kemampuan untuk mengantarkan arwah almarhum sampai ke bangsal penampungan atau bangsal penantian.
Yang saya tahu ada beberapa daerah terutama di daerah Jawa Timur, masih banyak yang mengikuti upacara pembakaran “rumah-rumahan” atau pengiriman “rumah” untuk arwah almarhum dilakukan pada hari peringatan satu tahun meninggalnya almarhum. Hal ini tentu kurang tepat sasaran, sebab banyak arwah yang sudah “naik” sebelum setahun setelah meninggal. Dan hal ini juga membuat arwah harus gelandangan tidak punya tempat tinggal selama satu tahun dulu, baru dapat rumah-kiriman. Jadi sebaiknya “rumah” dikirim sesaat sebelum upacara pemakaman atau kremasi.
Bagaimana dengan barang-barang lain seperti pengiriman “uang”, mobil, gunung mas, dan lain-lain? Kalau dikirim secara benar, barang-barang ini dapat terwujud di alam arwah gentayangan. Hanya semuanya tidak dapat dipakai di sana. Ini semua hanya membuat arwah senang, merasa nyaman dan bahagia sebab punya uang, punya mobil, bahkan gunung mas. Barang-barang yang sangat didambakan dalam hidupnya. Semua barang ini tidak dapat dipakai di alam arwah, hanya dapat dipakai untuk menghibur diri saja. “Uang” tidak berguna di alam arwah gentayangan, sebab disana tidak ada arwah yang jualan, tidak ada yang dibeli.
 
3. Meja Abu Sembahyang

Khong Hu Cu mengajarkan agar anak berbakti dan menghormati orang tuanya, bukan hanya waktu orang tuanya masih hidup, tetapi juga setelah orang tuanya meninggal. Untuk itu, umat Khong Hu Cu mewujudkannya dengan mendirikan atau mengadakan meja abu leluhur untuk disembahyangi.
Yang saya maksud abu leluhur disini adalah abu hio atau abu dupa sembahyang, bukan abu kremasi jenazah. Abu kremasi jangan dibawa masuk ke rumah, sebab abu kremasi membawa aura Yin atau aura negatif yang sangat merugikan, sangat tidak baik untuk yang tinggal dirumah itu.
Apakah meja abu sembahyang berguna untuk arwah? Untuk arwah orang yang baru meninggal sangat berguna untuk berlindung dan menghibur arwah, sebab keberadaannya masih diakui dan diingat oleh keluarganya, juga untuk arwah yang belum “naik” dan tidak punya “rumah” karena tidak dikirimi rumah atau kirimannya tidak sampai. Keberadaan meja abu sembahyang ada gunanya untuk arwah, yaitu untuk pos istirahat dari pergi gentayangannya.
Akan tetapi perlu saya ingatkan, jangan sekali-kali meminta kepada arwah almarhum untuk tetap tinggal di altar meja abu sembahyang, dan tidak pergi kemana-mana. Sebab begitu sang arwah setuju dan mengiyakan permintaan keluarganya, maka dia akan terikat di meja abu sembahyang tersebut untuk waktu yang lama sekali. Ini berarti dia tidak dapat memulai perjalanan arwahnya, yang juga berarti menghukum arwah tersebut.
Apakah meja abu sembahyang masih berguna kalau arwahnya sudah naik? Kalau arwah sudah naik dan sudah memulai perjalanan arwahnya, meja abu sembahyang sudah tidak ada gunanya bagi arwah. Tetapi masih berguna untuk keluarga dan generasi yang akan datang, yaitu untuk mengenang keberadaan para leluhur keluarga dan mempertahankan garis silsilah keluarga. Jadi sifatnya monumental.
Berjalannya waktu membuat perubahan pola hidup masyarakat, juga perubahan umat beragama. Banyak keluarga yang dulunya menganut agama Khong Hu Cu dan Tao-is, anak-anaknya sekarang sudah pindah mengikuti agama lain.
Dampak yang saya temukan, banyak orang tua yang khawatir kalau nanti dia meninggal tidak ada yang menyembahyangi dan menjadi kelaparan, karena anak-anaknya atau suami/istrinya sudah pindah agama dan tidak lagi mengadakan ritual-arwah. Juga ada yang merasa risau dan takut kalau nanti dia meninggal, dia akan begitu saja dilupakan oleh anak-anak, istri atau suaminya sebab sudah pindah agama. Dia khawatir dihilangkan begitu saja seperti “dari debu kembali ke debu”. Semuanya hilang tanpa bekas.
Kekhawatiran dan ketakutan seperti ini manusiawi sekali, sebab masih terikat oleh kebenaran materi. Kalau nanti dia sudah meninggal dan memulai perjalanan arwahnya, maka semua yang dulu dikhawatirkan dan ditakuti tidak akan pernah terjadi dan tidak pernah dialami.
 
4. Sembahyang Arwah

Setelah seseorang meninggal dunia, keluarga yang ditinggalkan umumnya masih ingin mempertahankan keberadaan almarhum. Hal ini diwujudkan dengan mengadakan sembahyang untuk arwah almarhum. Dikenal beberapa macam sembahyang untuk arwah, seperti:
- Sembahyang hari ulang tahun meninggalnya (sembahyang Cok-Kie)
- Sembahyang Sin-Cia (sembahyang sehari sebelum Tahun Baru Imlek)
- Sembahyang Ceng-Beng (sembahyang bersih kuburan)
- Sembahyang Cio-Ko (sembahyang Jit-Gwee)
- Sembahyang Ce-It & Cap–Go (sembahyang setiap tanggal 1 dan 15 bulan Imlek)

Apakah banyak macam sembahyang untuk arwah ini memang ada gunanya untuk arwah? Dan apakah manfaatnya untuk keluarga yang ditinggalkan?
Bagi arwah yang belum naik dan masih berada di alam arwah gentayangan, semua sembahyang ini ada gunanya untuk arwah. Mempunyai sifat menghibur, keberadaannya masih diingat, dapat menikmati sajian yang disediakan. Kesemuanya ini membuat arwah menjadi terhibur dan senang.
Untuk arwah yang sudah “naik”, tidak semua sembahyang ini berguna untuk arwah. Sebab untuk ”turun” menghadiri sembahyang yang diadakan oleh keluarganya diperlukan ijin” turun”, dan itu tidak mudah. Tidak mudah untuk sering kali mendapat “ijin” turun. Yang sering diijinkan turun adalah untuk menghadiri sembahyang Cok-Kie atau sembahyang Ulang Tahun hari meninggalnya almarhum, dan sembahyang Ceng-Beng atau sembahyang bersih kuburan.
Manfaat untuk keluarga yang mengadakan sembahyang adalah baktinya kepada orang tua akan mendapat pahala berupa karma baik. Manfaat lain dari mengadakan sembahyang Cok-kie, Ceng-Beng dan Sin-Cia adalah merupakan reuni keluarga besar. Setelah selesai ritual sembahyang, makan bersama dari sajian besar bekas sembahyang. Seperti pada upacara slametan dari kebudayaan tradisional Jawa. Semua dapat mendekatkan dan mempererat ikatan keluarga besar sampai ke generasi penerusnya.


Sembahyang Ceng-Beng

Sembahyang Ceng-Beng atau sembahyang yang diadakan pada hari Ceng-Beng adalah ritual yang saya anggap “aneh” dibanding sembahyang yang lain. Hari Ceng-Beng tidak menggunakan kalender Imlek, melainkan memakai kalender atau penanggalan Masehi, yaitu setiap tanggal 5 April. Sehingga upacara Ceng-Beng ini selalu berubah menurut penanggalan Imlek. Sedangkan upacara sembahyang lainnya mempergunakan kalender Imlek.
Pada hari Ceng-Beng ini umat Khong Hu Cu dan Tao-is mengadakan bersih kuburan keluarganya dan mengadakan upacara sembahyang Ceng-Beng. Seperti acara bersih kuburan yang dilakukan umat muslim menjelang hari puasa dan hari lebaran.

Sembahyang Cio-Ko

Sembahyang Cio-Ko diadakan setiap bulan 7 Imlek, sehingga ada yang menyebut sembahyang Cit-Gwee dan juga ada yang menamakan sembahyang rebutan. Sembahyang ini ditujukan untuk memberi sajian makanan kepada arwah yang masih gentayangan. Malahan ada yang mengatakan bahwa bulan Cit-Gwee atau bulan 7 Imlek ini, para arwah atau setan kelaparan dilepaskan untuk berebut makanan pada upacara upacara sembahyang Cio-Ko yang diadakan diberbagai Vihara atau Klenteng Tri Dharma. Sehingga banyak orang yang percaya bulan Cik-Gwee tidak baik untuk melakukan hal-hal yang penting seperti pindah rumah, membuka usaha baru, melakukan pernikahan, dan lain-lain.
Apakah benar bulan Cit-Gwee begitu sakral atau menyeramkan? Menyeramkan sebab anggapan bahwa bulan itu semua setan kelaparan dilepaskan. Sebenarnya anggapan seperti itu tidak benar. Yang dikatakan setan kelaparan dilepas itu tidak ada. Kalau yang dimaksud setan kelaparan adalah arwah “kelaparan” itu memang ada, tapi kalau arwah kelaparan itu dilepas, dilepas dari apa dan dari mana? Ini tidak ada. Yang ada adalah para arwah “kelaparan” itu pada bulan Cit-Gwee diundang makan diupacara sembahyang Cio-Ko yang diadakan di berbagai Vihara Tri Dharma. Mereka jumlahnya banyak sehingga harus berebutan, sehingga disebut sembahyang rebutan.
Akan tetapi pada upacara sembahyang rebutan ini, yang berebut bukan hanya arwah ”kelaparan”, tetapi juga manusia yang menonton atau penonton upacara ini ikut rebutan barang-barang yang disajikan dalam upacara sembahyang ini. Jadilah tontonan yang menarik banyak pengunjung.
Hari sembahyang Cio-Ko juga digunakan banyak umat Tri Dharma untuk beramal, untuk bakti sosial membantu dan menolong kaum miskin dengan memberi bahan kebutuhan hidup. Jadi lebih sesuai kalau disebut bulan BERAMAL. Beramal untuk arwah gentayangan juga beramal untuk kaum miskin.
Untuk arwah yang sudah naik dan sudah mulai perjalanan arwahnya, tidak ada yang boleh ikut upacara Cio-Ko ini. Bagi arwah yang belum naik, yang masih dialam arwah gentayangan, yang oleh keluarganya masih disembahyangi Ce-It dan Cap–Go, dia tidak mau ikut-ikutan berebut di sembah-yang rebutan ini.

Sajian Sembahyang

Setiap kali saya mengadakan sembahyang Sin-Cia, sembahyang untuk arwah leluhur orang tua yang diadakan siang hari, sehari sebelum Tahun Baru Imlek. Dalam upacara sembahyang Sin-Cia ini saya mengundang banyak sekali arwah leluhur dari garis silsilah saya dan garis silsilah istri. Sehingga yang dapat hadir sekitar 30-an arwah.
Pada awalnya sebelum saya tahu, kami berdua menyediakan hidangan 30-an mangkok kecil nasi, minuman juga 30-an cangkir, ditambah masakan, sayuran, buah, kue, dan lain-lain, sehingga perlu meja besar untuk menghidangkan kesemuanya ini. Beberapa kali kami menyediakan hidangan besar seperti ini, sampai suatu saat guru roh kami memberitahu bahwa hidangan besar seperti itu berlebihan dan tidak diperlukan. Hidangan cukup 3 mangkok nasi putih, 3 cangkir air teh, 7 macam masakan, 7 macam kue dan 3 macam buah sudah lebih dari cukup, dan kesemuanya dalam porsi kecil saja. Hidangan seperti ini sudah cukup untuk menjamu 100 arwah.
Dari dialog yang saya lakukan dengan para arwah yang hadir, saya tahu hidangan yang disenangi oleh mereka adalah makanan kegemaran mereka waktu masih hidup. Ini bukan berarti kalau makanan kegemaran mereka jumlahnya lebih dari tujuh macam, anda tidak perlu mengadakan lebih dari tujuh macam, cukup dengan tujuh macam saja.
Apakah semua hidangan yang disajikan dalam upacara sembahyang dapat dinikmati oleh arwah? Tidak selalu.
Agar hidangan yang disajikan dalam upacara sembahyang arwah dapat dinikmati oleh arwah, anda perlu sembahyang dan berdoa ke Allah dulu, memohon ijin dan restu dari Allah untuk mengadakan upacara sembahyang yang anda persembahkan kepada arwah leluhur keluarga anda. Dan memohon agar hidangan yang disajikan dapat dinikmati oleh para arwah yang hadir.
Waktu untuk upacara sembahyang umumnya hanya 1 jam. Setelah selesai, bakarlah kertas sembahyang sebagai sarana penutupan upacara sembahyang.
Untuk mengetahui apakah arwah leluhur yang anda undang datang atau tidak, apakah hidangan yang anda sajikan dapat dinikmati atau tidak, anda dapat menanyakan kepada para dewa dan roh suci di altar Vihara Tri Dharma, agar kalau ada yang tidak sampai ketujuan dapat diperbaiki atau dicarikan solusinya.

5. Arwah Strata Nirwana

Waktu Pak Irwan meninggal (kasus no 8), beberapa minggu kemudian keluarga Pak Irwan ke rumah saya untuk menanyakan perjalan arwah Pak Irwan.
Saya memberitahukan bahwa arwah Pak Irwan kurang dari 24 jam setelah meninggal, sudah naik dan kembali ke alam Nirwana. Sebab Pak Irwan rohnya mempunyai strata Nirwana. Oleh karena itu, untuk Pak Irwan sudah tidak diperlukan lagi segala upacara tradisional sembahyang arwah, seperti mengirim “rumah” dan lain-lain.
Waktu istri Pak Irwan menceritakan hal ini kepada famili dan teman-teman dekatnya. Ada yang memberitahu istri Pak Irwan bahwa Nirwana tidaklah semudah itu dapat dicapai, untuk dapat mencapai Nirwana butuh waktu yang lama dan sulit.
Saya jelaskan kepada keluarga Pak Irwan, yang dikatakan orang itu benar sekali. Nirwana tidak mudah dicapai, bahkan amat sulit dicapai, juga butuh waktu yang lama sekali. Itu benar sekali.
Akan tetapi orang yang mengatakan bahwa jangan percaya kalau arwah Pak Irwan sudah sampai di Nirwana, itu tidak benar. Dia belum tahu kalau Pak Irwan sudah memiliki strata Nirwana, rohnya memang berasal dari Nirwana. Jadi begitu meninggal, rohnya segera kembali ke tempat asalnya, Nirwana. “Kalau seperti anda semua ini, yang belum mempunyai strata Nirwana, teramat sulit dan butuh waktu ribuan tahun agar dapat memcapai strata Nirwana seperti Pak Irwan” kata saya kepada keluarga Pak Irwan.
Agar tidak menjadi omongan negatif dari famili Pak Irwan dan teman-teman dekatnya, lakukan saja upacara sembahyang arwah yang sudah menjadi kebiasaan dari kebudayaan tradisional. Cukup yang sederhana saja, tidak perlu yang mewah dan mahal, sebab semuanya itu tidak berguna sama sekali untuk Pak Irwan almarhum.
Orang yang mempunyai roh berstrata Nirwana, artinya rohnya berasal dari alam tingkat Nirwana. Pada saat dilahirkan tidak membawa karma buruk atau karma buruknya (SKKB) sama dengan nol. Konsekuensinya pada saat “pulang” maka karmanya juga harus kembali nol.
Mengenai roh berstrata “Nirwana” atau berstrata “langit” ini akan saya tulis lebih panjang pada buku ke-5 berjudul DIALOG DENGAN ALAM DEWA.
Semoga tulisan dalam buku ini dapat sedikit membantu menambah wawasan anda tentang cerita perjalanan arwah, hidup setelah mati.

sekian untuk buku ke-4
 
Bab IV buku ke 7 "Tercecer dari dialog dengan alam spiritual"

Bab IV buku ke 7 "Tercecer dari dialog dengan alam spiritual" yang merupakan kelanjutan dari buku ke 4 "Mengintip perjalanan arwah"

Munulis yang gaib atau bercerita mengenai gaib selalu memunculkan komentar, terutama orang awam. Mereka meagukan atau tidak percaya apa yang ditulis maupun yang diceritakan di dalam buku itu. Malahan ada yang mengatakan "Memangnya penulisnya sudah pernah meninggal dan pernah jalan-jalan di alam arwah, kemudian dapat balik kembali dan bercerita."

Semua komentar da anggapan seperti di atas saya sepenuhnya dapat menerima, dan semua itu wajar. Yang gaib tidak dapat ditangkap oleh panca indra, oleh karena itu boleh dianggap tidak ada. tapi apakah benar demikian? Apa yang tidak dapat dirasakan dan dideteksi oleh panca indra itu benar tidak ada?

Saya kira tidak. Banyak yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra, tetapi keberadaannya benar-benar ada. Orang yang menyepi di puncak gunung atau ditepi hutan dapat mengatakan bahwa di tempat itu sepi sunyi jauh dari hiruk pikuk dunia, itu yang dia rasakan sebab dia tidak dapat menangkap gelombang medan listrik yang sampai ke daerah itu berupa gelombang radio, gelombang TV maupun gelombang komunikasi yang lain.

Kalau dia membawa radio dan dinyalakan, maka sepi sunyi tadi menjadi tempat yang hiruk pikuk dan berisik oleh suara musik maupun percakapan, jadi yang tidak dapat ditangkap maupun yang dirasakan oleh panca indra manusia bukan berarti tidak ada, bukan berarti bohong.

Begitu juga hal gaib dari sebuah perjalanan arwah. Arwah itu ada dan perjalanan arwah juga ada. Tapi sayang bahwa saya tidak dapat meminjamkan "teropong gaib" saya kepada orang lain agar dia juga dapat ikut melihat hal-hal gaib yang saya lihat.

1. Kertas sembahyang dan rumah-rumahan.

Disetiap upacara ritual duka umat Kong Hu Cu, selalu melakukan pembakaran kertas sembahyang yang diyakini sebagai pengiriman uang kepada arwah almarhum. Pengiriman ini dilakukan terus menerus setiap hari, suatu pemborosan yang tidak perlu. "Kirim uang" boleh-boleh saja, tapi tidak perlu kelewatan seperti itu, kirimkan saja secukupnya, asal ada saja.

Apakah kertas sembahyang yang diyakini sebagai "uang" di alam arwah itu benar? Dan apakah arwah almarhum benar dapat menerima "kiriman" tersebut? Tidak selau, tergantung siapa yang melakukan pengiriman tersebut. kalau yang melakukan adalah orang awam yang membakar kertas sembahyang selembar demi selembar sepanjang hari. saya dapat menyatakan tidak ada satu lembar pun kertas uang yang berhasil terkirim kepada almarhum. kecuali pengiriman dilakukan oleh orang yang mempunyai kemampuan spiritual untuk keperluan tersebut.

Aakan tetapi apakah "uang" yang dikirim dan setelah diterima oleh almarhum dapat dipakai untuk transaksi atau membeli kebutuhan "disana" dialam arwah? Tidak, sebab disana tidak ada jual beli.

Saya pernah mendengar seorang suhu atau cai ma mengatakan kepada keluarga almarhum bahwa tidak perlu dikirimi rumah-rumahan, kirimi saja uang sebanyak-banyaknya supaya almarhum dapat membeli sendiri "rumah disana". Suatu anjuran yang salah, disana tidak ada jual beli rumah.

Saya juga pernah diberitahu oleh tamu saya, waktu dia mau beli "rumah-rumahan" untuk dikirimkan kepada almarhum keluarganya, sesuai pesan saya, supaya dia membeli "rumah-rumahan" yang sederhana saja, yang paling murah. Si penjual mengatakan bahwa rumah yang sederhana dan murah sifatnya sementara, rumah kaki lima yang tidak permanen. Jadi akan cepat rusak dan hilang digusur. Si penjual ini ada-ada saja, dia mengira di alam arwah ada penggusuran rumah seperti di Jakarta.

semua "rumah-rumahan" yang dikirimkan ke alam arwah gentayangan atau alam arwah transisi sifatnya sementara, tidak ada yang permanen, artinya begitu arwah pemilik rumah sudah "naik" dan memulai perjalanan arwahnya, maka rumahnya otomatis akan hilang.
 
2. Tata cara Kong Hu Cu dan kristen

Tata cara kebudayaan Kong Hu Cu mengajarkan ummatnya untuk berbakti kepada orangtua dan leluhurnya, sehingga ritual sembahyang kepada almarhumdilakukan bertahun-tahun bahkan puluhan tahunoleh anak cucu dan buyutnya. Mereka melakukan sembahyang di altar "abu leluhur" setiap tanggal 1 dan 15 bulan imlek, dengan memberikan sajian makanan dan buah. Pada hari-hari besar sembahyangan seperti Ceng Beng, Cit Gwee, Sin cia dan lain-lain diadakan sembahyangan yang lebih besar untuk leluhurnya. Jadi keberadaan para leluhur ini dipertahankan dan dihormati hampir sepanjangn masa oleh keturunannya. Apakaha ini berguna dan perlu?

Tata cara Kristen, kalau seorang telah meninggal maka semuanya sudah selesai, semuanya sudah habis. "Dari debu kembali ke debu," Tidak ada apa-apanya lagi, tidak ada sembahyang atau ritual-ritual lainnya. Apakah ini benar dan baik?

Dari pengamatan dan pengalaman saya, kedua tata cara ini ada "plus" dan "minus" nya. Mempunyai kebenaran juga tidak ada tidak benarnya, kalau ditinjau dari sisi arwah almarhum, jadi dari sisi spiritualnya.

Tata cara Khong Hu Cu mempunyai nilai "Plus", sangat berguna bagi arwah orang yang baru meninggal maupun arwah yang sudah lama meninggal tetapi belum dapat naik dan masuk ke alam arwah, untuk memulai perjalanan arwahnya. Para arwah ini masih berada di alam arwah gentayangan atau alam transisi, masih dapat keluyuran kemana-mana, tinggal di rumahnya dulu atau berkunjung ke rumah keluarganya.

Maka tata cara mengadakan sembahyang, menyediakan makanan dan buah untuk almarhum sangat bermanfaat bagi arwah yang bersangkutan. Para arwah ini merasa kehadirannya, keberadaannya masih diingat dan masih dihormati oelh keluarganya. Ini merupakan sesuatu yang sangat menghibur, menyenangkan dan membahagiakan arwah tersebut.

Akan tetapi kalau arwah almarhum telah "naik" dan emmasuki alam arwah untuk memulai perjalanan arwahnya, maka tata cara dan upacara sembahyang dan lain-lain untuk mengundang dan menghadirkan para almarhum tersebut sudah tidak berguna, bahkan menggangu dan menghambat perjalanan arwahnya. Setiap kali diundang dan dihadirkan akan membuat arwah ini menjadi ingat kembali pada keluarga dan lain-lain. Hal seperti ini juga dapat menggangu tugas-tugas yang sedang dijalankan di alam arwah. Jadi lebih baik dipanggil dan diundang "turun" untuk menerima persembahan berupa upacara sembahyang pada hari-hari Ceng Beng atau Sin Cia, lakukan sebagai seremonial, nostalgia dan reuni keluarga besar saja, tidak perlu mengundang atau menghadirkan para arwah leluhur. Arwah leluhur yang sudah direinkarnasikan kembali, sudah putus hubungan kekeluargaan, sudah tidak dapat dihadirkan.

Bagaimana tata-cara Kristen? "Dari debu kembali ke debu," semuanya sudah seleasi, semua sudah habis, sudah "tutup buku". Jadi sudah tidak perlu ada apa-apa lagi.

Tata cara ini tentu baik sekali untuk para arwah yang sudah "naik" dan sudah menempuh perjalanan arwahnya. Tapi bagi para arwah alamarhum yang masih belum naik, arwah dari orang-orang yang baru meninggal, hal ini kurang baik bagi almarhum, mereka sedih, kecewa bahkan penasaran karena keberadaannya sudah begitu saja dilupakan, begitu cepat dilupakanoelh keluarganya, oleh orang-orang terdekatnya. Suatu kondisi yang sangat menyedihkan bagi arwah orang yang baru meninggal dan belum naik ke alam arwah.

Yang lebih baik adalah mengambil jalan tengah, sebelum arwah alamarhum naik, pakai tata cara Khong Hu Cu, kalau arwah sudah naik, pakai tata cara Kristen. Bagaimana mengetahui arwah almarhum sudah naik atau belum? Tanya kepada para dewa dan roh suci yang duduk di alatar klenteng Tri Dharma dengan sarana Pak Pwee. Cara tanya di alatar sudah saya jelaskan di dalam buku ke-5 "Dialaog dngan Alam Dewa" sampul merah.
 
3. Lebih baik Dibayar Sekarang

sudah ada beberapa buku yang menulis perjalanan ke neraka, baik versi Tao, Budhis maupun Kristen dan Khatolik. Semuanya berisi hal yang menyeramkan, penderitaan hebat dialami oleh para arwah yang sedang menjalani hukuman di alam neaka. Apakah isi tulisan dalam buku itu benar?

Dari pengamatan saya, tidak semuanya benar tapi ada juga yang benar. Tidak benar kalau dikatakan hukuman itu dijalani di alam arwah, yaitu "api pencucian" dan di "rumah hukuman". Karena berat dan hebatnya penderitaan yang dialami di "api pencucian" dan di "rumah hukuman"' ini, maka banyak yang menganggap dan mengira sudah ada di alam neraka.

Di alam neraka keadaannya jauh lebih berat, tidak dapat dibayangkan oleh akal manusia, Roh yang masuk di alam neraka sudah kehilangan jati diri, bahkan tidak tahu lagi "dia itu siapa".

Hukuman dan penderitaan di alam arwah, di api pencucian dan di rumah hukuman, jauh lebih berat dibandingkan penderitaan paling berat yang dijalani atau diterima di dalam kehidupan ini, oleh karena itu jauh lebih baik semua dosa dan karma buruk manusia dapat dibayar dalam kehidupan di dunia ini, jangan tunggu atau ditunda untuk membayar di alam arwah.

Sayangnya tidak semua dosa dan karma buruk dapat dibayar di alam kehidupan duniawi ini. Ada dosa dan karma buruk yang baru dapat dibayar di alam arwah atau harus dibayar di alam arwah, seperti dosa dan karma buruk melecehkan para roh suci dan para dewa dari berbagai aliran kepercayaan atau agama, dan melanggar aturan dan hukum alam semesata, yang tidak mengakibatkan mahluk hidup lain ikut menderita. Kesemuanya ini tidak dapat dibayar dalam kehidupan duniawi.

Hukuman di alam arwah adalah dosa dan karma buruk yang belum terbayar di alam kehidupan di tambah hukuman yang harus dijalani di alam arwah. Dan Kalau masih ada sisa hukuman atau sisa karma buruk akan tetap terbawa dalam kehidupan yang akan datang, harus dibayar di kehidupannya yang akan datang.

Maka sebaiknya bayarlah dosa dan karma buruk di alam kehidupan yang sekarang ini, jangan dibawa ke alam arwah. Oleh karena itu guru roh saya mengatakan " Dalam hidup jangan takut menderita, sebab penderitaan itu nanti akan melancarkan dan meringankan perjalananmu." Sang Budha mengatakan,"Hidup adalah penderitaan". Dan Yesus berkata: "Berbahagialah oang yang menderita". Apakah anda masih ragu mengenai "kbenaran" ini? Pikirkan dan renungkan baik-baik, jangan lari dari penderitaan, bayar lunas dalam kehidupan sekarang ini. Itu jauh lebih ringan dan lebih baik.
 
4. Jangan Mempersulit Diri

Banyak hal yang dilakukan manusia yang dapat mempersulit dirinya sendiri, karena emosi lalu membuat ikrar atau sampah, atau ikut-ikutan orang lain yang belum tentu benar.

Saya pernah mendengar orang mengatakan kalau sekali sudah mengadakan upacara sembahyang Tuhan atau yang disebut King Dhi Kong yang diadakan tengah malam jam 12 Imlek tanggal 8, malam tanggal 9 bulan pertama, maka setiap tahun harus mengadakan, kalau tidak akan ada sanksinya, ada hukumannya.

Ada juga yang mengatakan kalau tahun ini sembahyang dengan persembahan kertas sembahyang sebanyak 10, maka tahun depan harus lebih banyak, setiap tahun harus lebih banyak dari tahun sebelumnya, kalau tidak maka rejekinya akan berkurang.

Juga ada yang punya anggapan bahwa kalau tahun ini mempersembahkan kue tertentu dengan diameter 10 cm, tahun depan harus lebih banyak, setiap tahun harus lebih banyak dari tahun sebelumnya, kalau tidak maka rezekinya akan berkurnag.

Juga ada yang punya anggapan bahwa kalau tahun ini mempersembahkan kue tertentu dengan diameter 10 cm, tahun depan harus 15 cm, dan tahun depannya lagi harus 20 cm, setiap tahun perlu dipersembahkan yang lebih besar dari tahun lalu, sampai ada yang membuat kue mangkok dengan diameter 50 cm. Saya tidak dapat membayangkan bagaimana mengatur dan meletakkan di meja sembahyang kalau nanti diameternya sudah menjadi 100 cm. Berapa beratnya dan berapa biaya pembuatannya, ini pasti dapat memecahkan rekor kue mangkok terbesar.

Jadi sebaiknya dipertimbangkan baik-baik, apakah anggapan atau "tatacara yang aneh-aneh" ini akan mempersulit diri sendiri atau tidak. Kalau ya, lebih baik jangan dilakukan, percayalah tidak ada sanksi apa-apa kalau "tata-cara yang aneh-aneh" itu tidak diikuti.

Masih banyak orang yang akalu mau sembahyang di klenteng atau vihara perlu mencari hari dulu, bahkan sampai ke jam berapa sebaiknya sembahyang dilakukan. Tanggal 1 dan 15 setiap bulan Imlek dipercaya sebagai hari baik untuk sembahyang di klenteng dan vihara, di hari yang lain kurang mantap, rejekinya kurang. Apakah betul demikian?

Pada klenteng dan vihara yang para dewa dan roh sucinya tidak "duduk" atau bersemayam 24 jam sehari di tempat itu, sembahyang pada tanggal 1 dan 15 bulan imlek memang benar dan baik. Sebab para suci baru banyak yang "turun" di Vihara dan Klenteng semacam itu pada hari-hari itu. Diluar waktu itu, para cuci tidak ada disitu, altar hanya dijaga dewa kecil penjaga altar atau dewa pengurus altar. Oleh karena itu ada nasehat yang diberikan oleh para "orang tua" bahwa kalau mau meminta petunjuk atau ada permohonan supaya tanya dulu dengan pak pwee. Apakah dewa atau roh suci yang "duduk di altar" ada ditempat? Kalau ada baru dilanjutkan dengan permohonan atau pertanyaan, kalau belum ada, supaya ditunggu sebentar baru ditanyakan lagi.

Pada klenteng yang ramai dikunjungi ummat, umumnya para dewa dan roh suci duduk dan bersemayam 24 jam per hari di altar. Maka para umat yang mau sembahyang tidak perlu lagi mencari hari baik untuk sembahyang, setiap waktu adalah baik untuk sembahyang. Jadi tidak perlu berdesak-desak untuk sembahyang di hari 1 dan 15 bulan Imlek. setiap waktu anda akan diterima oleh para dewa dan roh suci di altar.
 
5. Hong-Sui dan Hari Baik

Waktu saya masih bekerja sebagai kontraktor di bidang AC, saya sering menemukan masalah yang berhubungan dengan hong sui yaitu ilmu tata-letak untuk rumah. Karena banyak pengalaman yang saya dapat tentang hong sui untuk rumah tinggal, termasuk rumah teman dekat saya yang baru dapat di selesaikan setelah bongkar pasang selama 2 tahun lebih. Saya mengatakan kepada teman-teman saya bahwa kalau anda membangun rumah dengan satu ahli hong sui, maka rumah anda akan selesai dalam waktu 1 tahun, kalau dengan dua ahli hong sui, maka rumah anda baru dapat selesai 2 tahun atau lebih, kalau anda panggil tiga ahli hong sui, maka rumah anda tidak pernah selesai. Sebab ilmu hong sui mempunyai banyak cara dan metode perhitungannya, dan banyak diantaranya yang tidak sejalan atau berbeda. Oleh karena itu jangan mempersulit diri dengan mengundang banyak ahli hong sui untuk membangun rumah, makin banyak bukan makin baik, tapi makin berantakan.
Apakah hong sui diperlukan? Hong sui tidak mutlak! Jadi tidak perlu, tetapi ada sisi positifnya, ada sisi baiknya. Dan yang baik belum tentu diperlukan. Tingkat mengambil keputusan dalam kehidupan spiritual adalah : boleh atau tidak, baik atau tidak dan perlu atau tidak.
Kalau mau pakai perhitungan hong sui, pakai pokok-pokok utamanya saja, tidak perlu sampai detail. Saya beberapa kali menemukan rumah tamu saya yang dibongkar-pasang pintu dan kamarnya. Setiap panggil ahli hong sui maka pintu dan kamarnya, tata-ruangnya diubah lagi dan diubah lagi, sebab masalah kesehatannya terganggu, terganggu seluruh keluarga.
Waktu saya datang ke rumahnya, rumahnya sedang dirapikan dari perubahan yang ke-4 tata-ruangnya. Setelah saya periksa, gangguan kesehatan yang menimpa keluarga ini disebabkan tanah rumah ini berunsur yin atau negatif yang sangat kuat, tanah dimana rumah ini didirikan adalah bekas kuburan masal di jaman V.O.C, di jaman Belanda dulu dipakai untuk pem-bunuhan masal.
Oleh karena itu walaupun hong sui nya diubah berkali-kali, tetap saja kesehatan keluarga ini terganggu, terutama sang istri. Setelah saya netralkan tanah yin ini dengan pasir dari Parang Tritis, baru keadaan kesehatan keluarga ini berangsur-angsur membaik, si istri membutuhkan waktu lebih lama untuk memulihkan kesehatannya.
Hong sui tidak mutlak, hong sui tidak dapat mengubah tanah yin menjadi yang atau positif, hong sui juga tidak dapat mengusir mahluk gaib yang jahat.
Beberapa tamu saya yang menanyakan hari baik untuk upacara pernikahan maupun hari baik untuk upacara duka, banyak yang meminta sampai detail, sampai jam-nya diperlukan. Dan saya selalu mengata-kan jam tidak mutlak, tidak perlu sampai detail jam keluar pengantin, jam ketemu mempelai dan lain-lain. Begitu juga untuk upacara duka, meminta detail jam tutup-peti, jam berangkat, jam masuk liang lahat dan lain-lain. Dan saya juga selalu memberitahu bahwa jam tidak mutlak. Dilakukan baik, tidak dilakukan juga tidak apa-apa, tapi ada diantaranya yang tidak mantap dengan penjelasan saya. Maka saya anjurkan untuk memakai jam yang sudah disarankan oleh para “orang tua” atau “orang pintar” saja. Perlu dipertimbangkan, bagaimana kalau jam yang ditentukan itu menjadi mempersulit keadaan, misalnya pengantin keluar rumah jam 6 pagi, bertemu jam 10 pagi dan lain-lain. Atau pemakaman masuk liang lahat jam 6 pagi dan lain-lain.
Mengapa “jam yang sulit” ini jarang ada, sebab kalau ditentukan atau dipilih maka keluarga yang bersangkutan juga sulit melaksanakan, jadi dipilih saja yang tidak mempersulit keadaan. Jadi jam boleh dipilih sendiri, yang tidak mempersulit diri sendiri. Toh faktor jam tidak mutlak, dipakai boleh, tidak dipakai juga tidak apa-apa. Paling enak pilih sendiri jam-nya, bukan harinya.

end of BAB IV buku ke-7 yaa..
 
kutipan dari buku III bab V.4. Tata Cara Penggunaan Sarana Pak Pwee:

Di Altar Vihara Tri Dharma atau klenteng tersedia sarana komunikasi sederhana yang disebut Pak Pwee, komunikasi antara ummat dengan dewa yang duduk di altar. Komunikasi ini sifatnya searah, ummat bertanya dan dijawab dengan "ya" atau "tidak" dengan melemparkan atau menjatuhkan dua keping kayu ke lantai, yang disebut pak pwee.

Bagi ummat Tri Dharma yang sudah biasa ibadah di Vihara tentu sudah mengenal alat pak pwee ini, tapi masih banyak yang kurang mengerti dan memahami secara benar prosedur atau tata cara pelaksanaannya atau menjalankannya.

Orang atau ummat yang bertanya kepada dewa di altar perlu dapat menyusun pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab dengan "ya" atau "tidak" saja, jangan membuat pertanyaan yang tidak dapt dijawab dengan "ya" atau "tidak". Misalnya pertanyaan, baik apa tidak saya membaca manra maha Karuna Dharani? Pertanyaan seperti ini tidak dapat dijawab, sebab kalau jawabannya "ya" ini untuk yang baik atau yang tidak baik. Jadi pertenyaan yang benar adalah, apakah baik saya membaca mantera Maha Karuna Dharani?

Kalau misalnya jawabannya baik, buatlah pertanyaan kedua yang sifatnya menguatkan jawaban pertama. Misalnya, apakah mantra itu berguna untuk saya? Kalau jawabnya "ya" ini berarti anda sudah mendapatkan penjelasan dan jawaban mantra itu baik anda baca dan akan berguna atau bermanfaat untuk anda.

Sebaiknya disiapkan dulu susunan pertenyaan, baru menghadap ke altar untuk bertanya. Kalau tidak, yang belum biasa bertanya dengan pak pwee, baru dua tiga kali bertanya sudah berhenti tidak dapat bertanya lagi.

Jawaban "ya" ditandai dengan posisi kayu pak pwee "satu terbuka, satu tertutup". Jawaban "tidak" ditandai posisi kayu pak pwee keduanya tertutup. Kalau jawabannya berupa posisi kayu pak pwee terbuka keduanya, ini berarti pertanyaan yang diajukan tidak jelas atau kurang jelas. Buat pertanyaan yang lebih spesifik atau lebih rinci dan ulangi lagi bertanya. Juga dapat berarti pertanyaan anda belum waktunya untuk dijawab, atau belum boleh ditanyakan. Jawaban dengan posisi kayu pak pwee terbuka keduanya, hanya boleh diulang dua kali.

Masih banyak orang yang meremehkan cara bertanya kepada para dewa di altar dengan memakai pak pwee, cara ini dianggap untung-untungan seperti judi koprok saja. Mereka lebih percaya dan lebih mantap bertanya lewat mediup. Beberapa orang bertanya kepada saya, sampai seberapa akurat kebenaran jawaban yang diperoleh dengan cara pak pwee. Saya jawab bahwa kebenaran jawaban melalui pak pwee sangat tergantung dari sikap dan motivasi di penanya sendiri. Kalau bertanya hanya nuntuk coba-coba atau sekedar tanya dan iseng saja, maka jawabannya yang diperoleh adalah ya sekedar jawaban saja, sebab hanya untuk iseng dan coba-coba.

Akan tetapi kalau motivasi dan sikapnya serius, tulus dan percaya, hati nuraninya bersih, pertanyaan tersusun dengan baik dan jelas, maka jawaban yang akan anda terima dapat mencapai 90% atau lebih adalah benar dan cocok. Ingatlah bahwa para roh suci dan para dewa dalam menolong manusia tanpa pamrih apapun, semuanya dikembalikan kepada manusianya. mau main-main atau coba-coba, maka diberikan untuk main-main atau coba-coba, mau yang serius dan tulus, diberikan untuk yang serius dan kebenaran. Semuanya tergantung dari apa yang anda bawa di hati, yang anda mau.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.