• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

[share]Pengalaman Ngiring Ida Sesuhunan

Dalam melaksanakan Pemargi Suci dikubur selama 3 hari tsb, sebenarnya hrus dilaksanakan di setra/kuburan..tp krn pihak desa adat melarang apa boleh buat, seorang damuh yg mash sodara gw merelakan tanahnya sbg tempat utk melaksanakan pemargi ini..
agar tdk melanggar hukum adat maupun hukum pemerintahan maka aparatur desa pun diundang utk menyaksikan dan mengawasi jalannya pemargi ini...

mungkin bisa dijelaskan sedikit tentang makna, tujuan, dan apa hasil yg akan didapat jika menjalankan pemargi suci tersebut??
 
bcak...bcak...ayo bawa saya, hehehehe... b'canda koq ck... :))

Nampaknya perdebatannya justru menjurus ke Hindu ketimbang cerita pengalamannya.... Kayaknya udah cukup debatnya ck, mungkin lebih jelasnya ditanyain perihal tersebut ke Hindu Dharma = SIWA BUDHA , kayaknya jawabannya bisa lebih memuaskan dan topiknya juga sesuai... CMIIW :D

Lanjutin dong ceritanya bli jaka... jadi tertarik nih cerita yang sakti2 begini :>
Apalagi sampe bisa mengalahkan leak dengan paica... weh weh weh... keren!:-O:-O

Sorry bro, silahkan dilanjutkan.......:D
dan maaf udah menyela dengan diskusi yang keluar topik........:)
 
@bcak

Ada perbedaan yg sangat tajam antara manusia Hindu zaman sekarang dgn 50 tahun yg lalu bahkan beribu-ribu tahun sebelumnya,orang Hindu Bali zaman dulu bahkan tidak pernah membaca Catur Weda dan Bhagavad Gita,mereka hanya berpedoman pada Tutur yg disampaikan turun temurun dan kpd Piteket Sesuhunan yg disampaikan melalui keadaan trans(kerasukan) tapi hebatnya sampai 50 tahun yg lalu masih banyak orang2 Bali yg mampu mencapai Moksa meskipun tanpa "ngelungsur panugrahan",namun di zaman sekarang ketika informasi tersedia secara berlimpah dimana Catur Weda dan Bhagavad Gita mudah didapat justru makin sedikit orang Bali yg mencapai Moksa.Apa perbedaan yg paling mendasar antara orang dahulu dgn yg sekarang?
1. Dahulu orang hanya dengan sedikit teori mampu mempraktekan dengan luar biasa,berbeda dgn sekarang kebanyakan teori tapi lupa dengan prakteknya.Bukannya tidak boleh belajar sastra agama,tetapi semakin padat teorinya maka prakteknya pun harus padat.
2. Dahulu orang sangat mudah bertemu dengan Pelancah dan Rencangan,tetapi sekarang mendak Sesuhunan saja sangat sulit.Sekarang orang2 lebih senang membaca sastra agama yg gak jelas dibandingkan ngelungsur ajah secara langsung kpd Sesuhunan.
Mereka meletakan secara terbalik Sruti di bawah Smerti,padahal yg benar adl Sruti di atas Smerti!
3. Dahulu jika hari raya sudah dekat maka orang2 merasa bahagia karena telah tiba waktunya utk memuja Tuhan di pura dan mereka melaksanakannya penuh rasa bakti,tetapi sekarang kalo hari raya datang orang2 malahan stres mikirin biaya utk banten.

@gronksank
Quote:
Originally Posted by JakaLoco View Post
Dalam melaksanakan Pemargi Suci dikubur selama 3 hari tsb, sebenarnya hrus dilaksanakan di setra/kuburan..tp krn pihak desa adat melarang apa boleh buat, seorang damuh yg mash sodara gw merelakan tanahnya sbg tempat utk melaksanakan pemargi ini..
agar tdk melanggar hukum adat maupun hukum pemerintahan maka aparatur desa pun diundang utk menyaksikan dan mengawasi jalannya pemargi ini...
mungkin bisa dijelaskan sedikit tentang makna, tujuan, dan apa hasil yg akan didapat jika menjalankan pemargi suci tersebut??

Baiklah akan saya jawab,latar belakang Ida Sesuhunan memerintahkan utk melaksanakan pemargi ini adl UNTUK MENUNJUKKAN BAHWA IDA SANG HYANG WIDHI ITU BENAR ADANYA,anda bayangkan saja jika seseorang dikubur hidup2 selama 3 hari masih bisa bertahan hidup dan bahkan menghilang ketika kuburannya dibongkar!Ada baiknya anda mengikuti postingan2 saya yg sebelumnya,ketika Guru Penuntun saya dikubur selama 3 hari sekala(dunia) Guru Penuntun saya membawa semua anugrah2 yg telah diberikan Sesuhunan kpd damuh2 Beliau,masing2 anugrahan itu mewakili masing2 damuh,di Niskala kami telah dipersiapkan Genah Linggih agar ketika kami mati nanti tidak perlu reinkarnasi ke dunia lagi,dgn kata lain kami mencapai Moksa..urusan kami di Niskala sudah beres,sekarang tinggal menjalankan hidup yg lurus2 aja.

Oya rekan2 sedharma,maafkan sampai sekarang Ida Sesuhunan belum "Mapica Pemargi" utk pemargi mati raga yg akan kami selenggarakan.Urusan dengan yg Niskala memang agak susah ditentukan,semuanya tergantung keputusan Sesuhunan.Kadang2 kami harus bangun di tengah malam ketika tidur sangat nyenyak karena ditelepon oleh rekan kami yg diperintahkan Guru Penuntun kami utk tangkil ke pura utk menerima panugrahan,seringkali mendadak!Bulan Desember tahun lalu beberapa semeton dan Guru Penuntun kami telah tangkil ke Pura Mandara Giri Semeru Agung utk ngelungsur tirta yg akan digunakan utk pemargi ini,dan seringkali juga Guru Penuntun kami makemit di Pura Batu Pageh karena yg menganugerahkan pemargi ini adalah Sesuhunan di sana bersama dengan Sesuhunan ring Luhurin Dalem(Kahyangan Tiga),sekali lagi maaf..tunggu aja tgl mainnya.
 
@gronksank


Baiklah akan saya jawab,latar belakang Ida Sesuhunan memerintahkan utk melaksanakan pemargi ini adl UNTUK MENUNJUKKAN BAHWA IDA SANG HYANG WIDHI ITU BENAR ADANYA,anda bayangkan saja jika seseorang dikubur hidup2 selama 3 hari masih bisa bertahan hidup dan bahkan menghilang ketika kuburannya dibongkar!Ada baiknya anda mengikuti postingan2 saya yg sebelumnya,ketika Guru Penuntun saya dikubur selama 3 hari sekala(dunia) Guru Penuntun saya membawa semua anugrah2 yg telah diberikan Sesuhunan kpd damuh2 Beliau,masing2 anugrahan itu mewakili masing2 damuh,di Niskala kami telah dipersiapkan Genah Linggih agar ketika kami mati nanti tidak perlu reinkarnasi ke dunia lagi,dgn kata lain kami mencapai Moksa..urusan kami di Niskala sudah beres,sekarang tinggal menjalankan hidup yg lurus2 aja.

Oya rekan2 sedharma,maafkan sampai sekarang Ida Sesuhunan belum "Mapica Pemargi" utk pemargi mati raga yg akan kami selenggarakan.Urusan dengan yg Niskala memang agak susah ditentukan,semuanya tergantung keputusan Sesuhunan.Kadang2 kami harus bangun di tengah malam ketika tidur sangat nyenyak karena ditelepon oleh rekan kami yg diperintahkan Guru Penuntun kami utk tangkil ke pura utk menerima panugrahan,seringkali mendadak!Bulan Desember tahun lalu beberapa semeton dan Guru Penuntun kami telah tangkil ke Pura Mandara Giri Semeru Agung utk ngelungsur tirta yg akan digunakan utk pemargi ini,dan seringkali juga Guru Penuntun kami makemit di Pura Batu Pageh karena yg menganugerahkan pemargi ini adalah Sesuhunan di sana bersama dengan Sesuhunan ring Luhurin Dalem(Kahyangan Tiga),sekali lagi maaf..tunggu aja tgl mainnya.

Jro JakaLoco, alangkah berbahayanya langkah yang diambil hanya untuk melakukan pembuktian UNTUK MENUNJUKKAN BAHWA IDA SANG HYANG WIDHI ITU BENAR ADANYA. Tidakkah cukup bukti bahwa beliau benar2 ada melalui berbagai karya agungnya di dunia ini, dimana kita sebagai manusia adalah salah satu maha karya beliau??
Pemargi suci yang jro maksud seperti mengarah kepada suatu ajaran pengilmuan kebatinan ketimbang ilmu keTuhanan (maaf, cuma dari sudut pandang saya saja. Lagian pengetahuan saya masih dangkal banget :( ).

Jika dipikir2 yang Jro sebutkan tentang pemargi suci: mulai dari hidup, kemudian dikubur layaknya seperti orang mati, kemudian bangkit lagi dari kubur. Artinya terlahir 2 kali???
Selama ini yang saya kenal untuk terlahir 2 kali adalah proses me-Dwi Jati seorang sulinggih. Tetapi Dwi Jati memiliki makna pertama terlahir dari rahim seorang ibu, kemudian terlahir kembali dalam dunia pengetahuan, dilanjutkan dengan sangaskara dan lain sebagainya.....
Lalu pemargi suci hanya untuk pembuktian?? Mungkin ada makna lain Jro?? Saya yakin Jro masih menyimpan sesuatu :D

Mengenai jro sudah memiliki tempat di sunia loka sehingga tidak perlu ber-reinkarnasi kembali, alangkah bahagianya bisa seperti itu. Tetapi apakah ber-reinkarnasi itu berarti buruk?? Sehingga nampaknya menghindar sekali dari hukum punarbhawa. Sampai sekarang ini menjadi pertanyaan saya dalam hati. Sebab ada beberapa orang juga yang mengatakan melakukan hal2 tertentu supaya nanti tidak perlu ber-reinkarnasi kembali. Mungkin Jro memiliki jawaban atas pertanyaan saya selama ini.

Nampaknya Jro JakaLoco dan rekan2 begitu dekat dengan bethara sesuhunannya. Sehingga memperoleh berbagai macam panugrahan, mulai dari barang, tirta, hingga tempat di niskala. Sungguh memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengemban misi tersebut. Tetapi selain untuk diri sendiri ataupun kelompok, apakah hal2 tersebut pernah diaplikasikan digunakan untuk membantu orang lain?? Misalnya mengobati, menuntun, atau membantu orang menemukan sulur, dan lain sebagainya?? Cerita2 dikit dong Jro..... :)

ps: untuk yang saya garis bawahi, bukankah memang seharusnya setiap orang melakukan hal tersebut sebagai bekalnya nanti jika bertemu Sang Suratma :D ???

Mohon pencerahannya Jro, maaf kalo ada kata2 yang kurang berkenan....
 
Bli Jaka, sesuai saran dari bro Gronk, saya memberikan "jawaban" saya di thread sebelah agar tidak OOT di thread ini dan melebar kemana-mana....:)

Jika dipikir2 yang Jro sebutkan tentang pemargi suci: mulai dari hidup, kemudian dikubur layaknya seperti orang mati, kemudian bangkit lagi dari kubur. Artinya terlahir 2 kali???
Selama ini yang saya kenal untuk terlahir 2 kali adalah proses me-Dwi Jati seorang sulinggih. Tetapi Dwi Jati memiliki makna pertama terlahir dari rahim seorang ibu, kemudian terlahir kembali dalam dunia pengetahuan, dilanjutkan dengan sangaskara dan lain sebagainya.....
Lalu pemargi suci hanya untuk pembuktian?? Mungkin ada makna lain Jro?? Saya yakin Jro masih menyimpan sesuatu :D
Eh bro, (bold) kasi inpoh yach......:D
 
sesuhunan itu apaan ya bro
maklum saya orang india
 
@gronksank & @bcak

Jro JakaLoco, alangkah berbahayanya langkah yang diambil hanya untuk melakukan pembuktian UNTUK MENUNJUKKAN BAHWA IDA SANG HYANG WIDHI ITU BENAR ADANYA. Tidakkah cukup bukti bahwa beliau benar2 ada melalui berbagai karya agungnya di dunia ini, dimana kita sebagai manusia adalah salah satu maha karya beliau??

Kami tidak akan mungkin berani mengambil pemargi berbahaya ini seandainya ini bukan perintah dari Sesuhunan!Artinya pemargi ini bukanlah kehendak kami melainkan atas kehendak Sesuhunan.Jika ada seseorang ingin melaksanakan pemargi ini tanpa perintah Sesuhunan dijamin orang tersebut mati walaupun niatnya mulia ingin menunjukkan bahwa Tuhan itu ada.Perlu anda tahu ada beberapa orang yg dipilih oleh Sesuhunan utk melaksanakan pemargi ini,tapi gak ada satu pun yg maw "nyanggra" pemargi ini karena menyangkut masalah nyawa!Kami pun pernah berhadapan dgn pihak desa adat dan PHDI ttg hal ini,tetapi sekarang PHDI sudah melunak karena terbukti apa yg kami lakukan ini atas perintah Tuhan,jika tidak tentu saja orang yg dikubur hidup2 pasti mati.Orang yg benar2 percaya kpd Tuhan bisa dihitung dgn jari,Lagipula ini memperkuat keimanan bagi mereka yg percaya dan pemecut bagi mereka yg setengah2 dlm meyakini Tuhan.

Saya akan menyampaikan perbedaan yg mendasar antara Ekajati dan Dwijati:
1. Ekajati hanya bisa dilaksanakan atas perintah Tuhan,sedangkan Dwijati siapapun boleh meski tanpa perintah langsung dari Sesuhunan.Dari pengertiannya Ekajati ini "lahir utk pertama kalinya",bagaimana mungkin manusia lahir utk pertama kalinya pdhl dia sudah lahir jika tidak atas restu Tuhan.
2. Karena Ekajati perintah langsung dari Tuhan maka dipastikan ritual ini diberkati,sedangkan Dwijati belum tentu tergantung orang yg dwijati.
3. Ekajati hanya perlu upasaksi dari Niskala artinya walaupun tidak ada pihak di alam Sekala yg menjadi saksi ritual ini tetap sah (saksi Sekala sifatnya opsional),sedangkan Dwijati harus ada 2 upasaksi yaitu Sekala(manusia) dan Niskala yg diwujudkan dlm simbol2 ketuhanan.

Pemargi yg kami lakukan ini tidak termasuk dlm dwijati atau ekajati karena tujuannya berbeda.Tapi perlu diketahui,semua yg ngiring panugrahan pd awal2nya pasti melaksanakan Ekajati atas perintah Sesuhanan.Kami dibalut kain seperti halnya kami sudah mati meskipun kami masih hidup.Ekajati dan dwijati merupakan simbol ketika kita mati kita tahu begitu juga kita lahir kita tahu jika kita lahir.Itu artinya kita telah menyadari jati diri kita sbg manusia,meninggalkan perbuatan dan perkataan yg buruk dan melanjutkan yg baik2,melebur kekotoran2 yg sifatnya badaniah maupun rohaniah.Ada baiknya jika anda sempat utk melaksanakan upacara dwijati.

Pemargi suci yang jro maksud seperti mengarah kepada suatu ajaran pengilmuan kebatinan ketimbang ilmu keTuhanan (maaf, cuma dari sudut pandang saya saja. Lagian pengetahuan saya masih dangkal banget ).

Ah gak juga.Kami gak pernah belajar ilmu kebatinan.Semua panugrahan yg diberikan Sesuhunan memiliki arti,setiap panugrahan tersebut memaksa umat2Nya utk mengikuti aturan2 yg Beliau berikan,dan aturan2 itulah yg disebut agama."Purun cening ngelungsur Panugrahan Dalem patut cening nginutin sesana siku sepat uger2 sane kapicang Titiang",seperti itu sabda Sesuhunan.Jika anda berani ngelungsur Panugrahan Dalem maka wajib hukumnya mentaati aturan2 Beliau.Aturan2 Beliau yg paling dasar disebut dengan Panca Bakti yaitu:
1. Bakti kpd orang tua.
2. Bakti kpd Leluhur.
3. Bakti kpd Guru Penuntun.
4. Bakti kpd segala bentuk kehidupan(manusia,hewan,tumbuhan,dll).
5. Tunggal Bakti kita kpd Ida Sesuhunan.
Walapun kami gak belajar ilmu kebatinan tapi tidak ada satu ilmu hitam maupun putih apapun yg dapat menyentuh kami,itulah janji dari Ida Sesuhunan,dan terbukti kami sering diundang oleh desa2 adat yg warganya gak ada yg berani menjadi "watang" di acara Calonarang agar kami bersedia menjadi watang,junior2 saya yg masih SD pun pernah menjadi watang di acara Calonarang akbar yg diadakan di Art Centre oleh seorang seniman terkenal yg juga ngiring penugrahan Sesuhunan,sesepuh2 ilmu leak yg diundang di acara tersebut gak ada yg bisa mengutak-atik junior saya,bahkan paranormal asal Banyuwangi yg bernama Kiai Haji Musleh pun geleng2 kepala karena ilmunya gak mempan sama anak kecil,lucu banget dah dukun2 ini.

Mengenai jro sudah memiliki tempat di sunia loka sehingga tidak perlu ber-reinkarnasi kembali, alangkah bahagianya bisa seperti itu. Tetapi apakah ber-reinkarnasi itu berarti buruk?? Sehingga nampaknya menghindar sekali dari hukum punarbhawa. Sampai sekarang ini menjadi pertanyaan saya dalam hati. Sebab ada beberapa orang juga yang mengatakan melakukan hal2 tertentu supaya nanti tidak perlu ber-reinkarnasi kembali. Mungkin Jro memiliki jawaban atas pertanyaan saya selama ini.

Nampaknya Jro JakaLoco dan rekan2 begitu dekat dengan bethara sesuhunannya. Sehingga memperoleh berbagai macam panugrahan, mulai dari barang, tirta, hingga tempat di niskala. Sungguh memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengemban misi tersebut. Tetapi selain untuk diri sendiri ataupun kelompok, apakah hal2 tersebut pernah diaplikasikan digunakan untuk membantu orang lain?? Misalnya mengobati, menuntun, atau membantu orang menemukan sulur, dan lain sebagainya?? Cerita2 dikit dong Jro.....

Sobat,jika anda terus berada dlm siklus Punarbhawa maka sebenarnya anda selalu gagal dlm menjalankan misi kehidupan sbg manusia.Tujuan tertinggi manusia adl mencapai Moksa,yaitu mengembalikan atma ke asalnya yaitu Tuhan,bukan menjelma lg menjadi makhluk fana.Apakah reinkarnasi itu buruk?tentu saja sangat buruk!Gelar profesor yg anda dapatkan,istri cantik yg anda punya,harta benda berlimpah yg anda miliki,semuanya gak ada artinya jika anda tidak mencapai Moksa.Bukankah Hindu mengajarkan Catur Purusa Artha?Dan tujuan tertingginya adl Moksa

Tentang orang2 yg ngiring di tempat kami sebagian besar awalnya adl orang2 yg mencari tamba/obat karena mereka sakit,dan di tempat kami mereka ditakdirkan utk sembuh.Kemudian lama2 mereka pun ngiring di tempat kami.Ada juga yg ngiring karena melihat mukjizat yg dilakukan oleh Guru kami misalnya Jero Mangku di Silayukti ngiring di tempat kami karena dengan mata kepalanya sendiri melihat Guru saya memasukkan tangannya ke dalam Gedong Meru Tumpang Tiga dengan cara menembus pintu gedong yg terkunci kemudian ketika tangannya keluar sudah mengenggam sebilah keris panugrahan,jero mangku jg sudah biasa melihat Guru saya menghilang begitu saja dari pandangan mata,apalagi setelah Bali TV dan koran2 lokal menyiarkan ttg Guru saya yg dikubur hidup2 selama 3 hari di Denpasar dan di hari ketiga sudah turun di Pura Silayukti.Mungkin anda bertanya-tanya mengapa Pura Silayukti sering sekali disebutkan di sini,karena Pura Silayukti adl sthana dari Bathara Hyang Mpu Kuturan yg dianggap oleh Ida Sesuhunan sebagai orang yg paling berjasa meletakkan pondasi agama yg sangat kuat di Bali,dan Mpu Kuturan ketika masih hidup sangat terkenal akan keluhuran budinya.Beliau pun berhasil mencapai Moksa tingkat Meru Tumpang Telu.

@waren

sesuhunan itu apaan ya bro
maklum saya orang india

Sesuhunan artinya adl "Yang dijunjung tinggi",Sesuhunan di sini adl Tuhan,para dewa(sinar suci),bhatara(kekuatan suci),pelancah(pemimpin malaikat),rencangan(malaikat),termasuk jg para leluhur yg telah mencapai moksa.
 
@gronksank & @bcak







Sesuhunan artinya adl "Yang dijunjung tinggi",Sesuhunan di sini adl Tuhan,para dewa(sinar suci),bhatara(kekuatan suci),pelancah(pemimpin malaikat),rencangan(malaikat),termasuk jg para leluhur yg telah mencapai moksa.

saya lihat sesuhunan lebih banyak dikonotasikan sebagai leluhur
mohon penjelasan nya
suksma
 
@gronksank & @bcak



Kami tidak akan mungkin berani mengambil pemargi berbahaya ini seandainya ini bukan perintah dari Sesuhunan!Artinya pemargi ini bukanlah kehendak kami melainkan atas kehendak Sesuhunan.Jika ada seseorang ingin melaksanakan pemargi ini tanpa perintah Sesuhunan dijamin orang tersebut mati walaupun niatnya mulia ingin menunjukkan bahwa Tuhan itu ada.Perlu anda tahu ada beberapa orang yg dipilih oleh Sesuhunan utk melaksanakan pemargi ini,tapi gak ada satu pun yg maw "nyanggra" pemargi ini karena menyangkut masalah nyawa!Kami pun pernah berhadapan dgn pihak desa adat dan PHDI ttg hal ini,tetapi sekarang PHDI sudah melunak karena terbukti apa yg kami lakukan ini atas perintah Tuhan,jika tidak tentu saja orang yg dikubur hidup2 pasti mati.Orang yg benar2 percaya kpd Tuhan bisa dihitung dgn jari,Lagipula ini memperkuat keimanan bagi mereka yg percaya dan pemecut bagi mereka yg setengah2 dlm meyakini Tuhan.

Saya akan menyampaikan perbedaan yg mendasar antara Ekajati dan Dwijati:
1. Ekajati hanya bisa dilaksanakan atas perintah Tuhan,sedangkan Dwijati siapapun boleh meski tanpa perintah langsung dari Sesuhunan.Dari pengertiannya Ekajati ini "lahir utk pertama kalinya",bagaimana mungkin manusia lahir utk pertama kalinya pdhl dia sudah lahir jika tidak atas restu Tuhan.
2. Karena Ekajati perintah langsung dari Tuhan maka dipastikan ritual ini diberkati,sedangkan Dwijati belum tentu tergantung orang yg dwijati.
3. Ekajati hanya perlu upasaksi dari Niskala artinya walaupun tidak ada pihak di alam Sekala yg menjadi saksi ritual ini tetap sah (saksi Sekala sifatnya opsional),sedangkan Dwijati harus ada 2 upasaksi yaitu Sekala(manusia) dan Niskala yg diwujudkan dlm simbol2 ketuhanan.

Pemargi yg kami lakukan ini tidak termasuk dlm dwijati atau ekajati karena tujuannya berbeda.Tapi perlu diketahui,semua yg ngiring panugrahan pd awal2nya pasti melaksanakan Ekajati atas perintah Sesuhanan.Kami dibalut kain seperti halnya kami sudah mati meskipun kami masih hidup.Ekajati dan dwijati merupakan simbol ketika kita mati kita tahu begitu juga kita lahir kita tahu jika kita lahir.Itu artinya kita telah menyadari jati diri kita sbg manusia,meninggalkan perbuatan dan perkataan yg buruk dan melanjutkan yg baik2,melebur kekotoran2 yg sifatnya badaniah maupun rohaniah.Ada baiknya jika anda sempat utk melaksanakan upacara dwijati.



Ah gak juga.Kami gak pernah belajar ilmu kebatinan.Semua panugrahan yg diberikan Sesuhunan memiliki arti,setiap panugrahan tersebut memaksa umat2Nya utk mengikuti aturan2 yg Beliau berikan,dan aturan2 itulah yg disebut agama."Purun cening ngelungsur Panugrahan Dalem patut cening nginutin sesana siku sepat uger2 sane kapicang Titiang",seperti itu sabda Sesuhunan.Jika anda berani ngelungsur Panugrahan Dalem maka wajib hukumnya mentaati aturan2 Beliau.Aturan2 Beliau yg paling dasar disebut dengan Panca Bakti yaitu:
1. Bakti kpd orang tua.
2. Bakti kpd Leluhur.
3. Bakti kpd Guru Penuntun.
4. Bakti kpd segala bentuk kehidupan(manusia,hewan,tumbuhan,dll).
5. Tunggal Bakti kita kpd Ida Sesuhunan.
Walapun kami gak belajar ilmu kebatinan tapi tidak ada satu ilmu hitam maupun putih apapun yg dapat menyentuh kami,itulah janji dari Ida Sesuhunan,dan terbukti kami sering diundang oleh desa2 adat yg warganya gak ada yg berani menjadi "watang" di acara Calonarang agar kami bersedia menjadi watang,junior2 saya yg masih SD pun pernah menjadi watang di acara Calonarang akbar yg diadakan di Art Centre oleh seorang seniman terkenal yg juga ngiring penugrahan Sesuhunan,sesepuh2 ilmu leak yg diundang di acara tersebut gak ada yg bisa mengutak-atik junior saya,bahkan paranormal asal Banyuwangi yg bernama Kiai Haji Musleh pun geleng2 kepala karena ilmunya gak mempan sama anak kecil,lucu banget dah dukun2 ini.



Sobat,jika anda terus berada dlm siklus Punarbhawa maka sebenarnya anda selalu gagal dlm menjalankan misi kehidupan sbg manusia.Tujuan tertinggi manusia adl mencapai Moksa,yaitu mengembalikan atma ke asalnya yaitu Tuhan,bukan menjelma lg menjadi makhluk fana.Apakah reinkarnasi itu buruk?tentu saja sangat buruk!Gelar profesor yg anda dapatkan,istri cantik yg anda punya,harta benda berlimpah yg anda miliki,semuanya gak ada artinya jika anda tidak mencapai Moksa.Bukankah Hindu mengajarkan Catur Purusa Artha?Dan tujuan tertingginya adl Moksa

Tentang orang2 yg ngiring di tempat kami sebagian besar awalnya adl orang2 yg mencari tamba/obat karena mereka sakit,dan di tempat kami mereka ditakdirkan utk sembuh.Kemudian lama2 mereka pun ngiring di tempat kami.Ada juga yg ngiring karena melihat mukjizat yg dilakukan oleh Guru kami misalnya Jero Mangku di Silayukti ngiring di tempat kami karena dengan mata kepalanya sendiri melihat Guru saya memasukkan tangannya ke dalam Gedong Meru Tumpang Tiga dengan cara menembus pintu gedong yg terkunci kemudian ketika tangannya keluar sudah mengenggam sebilah keris panugrahan,jero mangku jg sudah biasa melihat Guru saya menghilang begitu saja dari pandangan mata,apalagi setelah Bali TV dan koran2 lokal menyiarkan ttg Guru saya yg dikubur hidup2 selama 3 hari di Denpasar dan di hari ketiga sudah turun di Pura Silayukti.Mungkin anda bertanya-tanya mengapa Pura Silayukti sering sekali disebutkan di sini,karena Pura Silayukti adl sthana dari Bathara Hyang Mpu Kuturan yg dianggap oleh Ida Sesuhunan sebagai orang yg paling berjasa meletakkan pondasi agama yg sangat kuat di Bali,dan Mpu Kuturan ketika masih hidup sangat terkenal akan keluhuran budinya.Beliau pun berhasil mencapai Moksa tingkat Meru Tumpang Telu.

@waren



Sesuhunan artinya adl "Yang dijunjung tinggi",Sesuhunan di sini adl Tuhan,para dewa(sinar suci),bhatara(kekuatan suci),pelancah(pemimpin malaikat),rencangan(malaikat),termasuk jg para leluhur yg telah mencapai moksa.

Kalo saya boleh tahu, Jro nyungsung betare siapa yah? Maaf kalo saya terlalu lancang bertanya.
Dari sekian cerita, tampilkan dong beberapa gambar. Mungkin gambar panugrahannya, ritualnya, lokasinya, atau apa kek.... Biar seger dikit nih matanya :D


Silahkan dilanjutkan Jro Jakaloco...
 
@gronksank

Kalo saya boleh tahu, Jro nyungsung betare siapa yah? Maaf kalo saya terlalu lancang bertanya.
Dari sekian cerita, tampilkan dong beberapa gambar. Mungkin gambar panugrahannya, ritualnya, lokasinya, atau apa kek.... Biar seger dikit nih matanya

Sebaiknya anda ikuti cerita saya di thread ini sejak awal untuk tahu Dewa yang saya sungsung, terus terang saya gak berani menyebut nama Beliau di sini saya takut "ajewera"..
Saya gak berani posting ritual yang pernah direkam oleh Bali Tv karena itu haknya Bali TV,kalo anda penasaran silahkan hubungi Bali TV tentang "Ngelarin Yasa Mati Raga","Usada Toya",atau "Panugrahan Rwa Bhinneda Tanpa Sastra",saya sendiri ingin sekali merekam setiap kali ngelungsur panugrahan tetapi kesempatan utk merekam sangat langka dan saya sangat takut melakukannya..saya punya buku yg dibagikan bagi kalangan umat yg ngiring dimana buku tersebut berisi gambar beberapa panugrahan seperti mirah,sekar, maupun keris panugrahan dari Luhurin Dalem,Silayukti,Andakasa,Ulundanu Batur,Silayukti,dll..kendalanya saya gak punya scanner utk ngerubah formatnya menjadi digital,seandainya saya ada scanner saya pasti posting di sini,..
kalo saya pribadi dan umat yg ngiring pasti memiliki benda2 panugrahan namun sifatnya sebagai "bekal" kami nanti ketika mati berupa kain utk membungkus mayat kami yg telah dilukis rajah,kajang yg sudah dirajah,dan lontar yg telah diberi aksara Ongkara yg semuanya disthanakan di pelangkiran Ratu Ketut Petung di kamar masing2 dan tidak boleh sembarangan diturunkan dari pelangkiran..semua panugrahan tadi harus ikut dibakar ketika kami di-aben(di-kremasi),..panugrahan2 yg lain berupa mirah,tirta,sekar semuanya dilungsur dengan cara ditelan(masuk ke dalam tubuh) dan semuanya dilungsur dengan cara yg gaib dan penuh mukjizat..
Utk ritual, kalo pemargi yg diperintahkan oleh Sesuhunan utk mengubur diri ini jadi maka akan saya kabarkan di sini dan biasanya Bali TV dan Bali Post gak bakal ketinggalan berita..terima kasih,..
 
PANUGRAHAN BUANA AGUNG

Sekar_Jepun.jpg

Sekar Jepun dan Sekar Bang

Sekar_Bang.jpg

Sekar Bang

MIrah_Pedasaran2.jpg

Mirah Pedasaran

Mirah_Dasar1.jpg

Mirah Pedasaran​

Panugrahan ini adalah panugrahan yg paling awal dan paling dasar bagi semua pengiring. Panugrahan ini bersifat LANGSUNG(face to face antara umat dan Tuhannya) artinya turun tidaknya panugrahan ini bergantung kepada tingkat kepercayaan/sradha kpd Hyang Widhi masing2 orang yg ngelungsur. Jika orang yg ngelungsur tidak memiliki kepercayaan kpd Tuhan, uhuk uhuk maaf saja Hyang Widhi pun enggan utk memberikan panugrahanNya dan tentu saja perlu waktu lama utk berhasil ngelungsur mungkin berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Jika kepercayaannya setengah2 maka panugrahannya pun kurang bersifat "utama". Apa sebenarnya Panugrahan Buana Agung itu?Panugrahan Buana Agung itu dilungsur melalui media telur itik, setiap umat yg ngelungsur wajib menyiapkan banten dan telur itik dari rumah masing2. Panugrahan ini akan turun(masuk ke dlm telur) tanpa merusak telur dan tanpa lubang sama sekali (namanya juga mukjizat). Panugarahan ini terdiri dari :
1. Mirah Pedasaran,dewanya adalah Dewa Brahma yg menganugerahkan tubuh kpd manusia.
2. Sekar Bang, dewanya adalah Dewa Wisnu yg menganugerahkan darah/tenaga kpd manusia.
3. Sekar Jepun, dewanya adl Dewa Siwa yg menganugerahkan pikiran kpd manusia.
Disebut Panugrahan Buana Agung karena mrpkn pangejewantahan dari Buana Agung (Tuhan(Brahma,Wisnu,Siwa)),setelah manusia(Buana Alit) ngelungsur panugrahan ini maka Panugrahan Buana Agung akan melebur menjadi Buana Alit dimana Mirah Pedasaran melebur menjadi tubuh(angga),Sekar Bang melebur menjadi darah/tenaga(rah/bayu),Sekar Jepun melebur menjadi pikiran idep).Ngelungsur panugrahan ini berarti bahwa manusia adalah sesungguhnya bagian dari Hyang Widhi,"sesuatu" yg ada di Buana Agung jg ada di Buana Alit,karena itu Tuhan memanggil umat-Nya dengan sebutan Damuh yg artinya "bagian".Jika memiliki kepercayaan yg penuh kpd Hyang Widhi maka telur yg telah kami siapkan,setelah selesai "nunas panugrahan" dan jika dipecahkan maka di dalamnya sudah ada panugrahan2 tsb dan tidak ada unsur2 telur(kuning dan putih telur) yg tersisa malahan di dalam telur selain panugrahan tsb jg ada air suci yang berbau cendana yg sangat harum namun tidak menyengat.Jika kepercayaannya setengah2 maka walaupun panugrahan tsb turun,sisa2 telur seperti kuning dan putih telur masih ada dan baunya tidak harum.
Ehem,saya ini termasuk orang yg percaya penuh kpd Hyang Widhi maka panugrahan yg saya lungsur pun utama dan berbau harum.Biasanya yg setengah2 itu orang2 baru(junior2 saya).Ada pengalaman yg mengagumkan dalam ngelungsur panugrahan ini,selain kami yg ada di Bali ternyata rekan2 Hindu yg ada di Kutai jg ngelungsur dimana prosesinya via telepon dengan Guru Penuntun kami yg ada di Bali,dan ternyata panugrahan itu turun.Pernah juga ada satu klan keluarga yg berminggu-minggu ngelungsur tapi tidak turun2 panugrahannya,setelah Guru saya mohon petunjuk kpd Sesuhunan ternyata di dalam keluarga tersebut ada yg bisa dharma weci alias leak aneluh neranjana. Maka untuk menghindari kekacauan seluruh anggota keluarga tsb dilukat.
Ngomong2 soal "kepercayaan" kpd Tuhan ketika ngelungsur panugrahan ini sangat sulit untuk saya deskripsikan,saya tidak bisa mewujudkan Tuhan dlm alam pikiran saya namun saya merasakan bahwa ada sesosok "pribadi" yg bersthana di gedong medangsia yg sedang menyaksikan saya dan saya merasakan kehadiranNya dgn penuh keyakinan sampai bulu kuduk berdiri,tubuh bergetar,dan air mata menetes!Guru Penuntun saya jg pernah kesal kpd beberapa "pengiring baru" karena panugrahannya tidak turun2,Guru saya berkata:"Ten cening percaya ring Ida?(Tidakkah kalian percaya kepadaNya?)".Inilah fakta yg sungguh2 fakta banyak orang yg di KTPnya beragama namun tidak sedetikpun ia meluangkan waktunya utk berkomunikasi dgn Tuhan secara pribadi.
Maaf jika gambar yg posting kecil2 karena ini saya ambil dari buku terus saya foto pake kamera digital,kalo ngambil foto langsung saat prosesi saya gak berani!
 
PANUGRAHAN BUANA AGUNG

Sekar_Jepun.jpg

Sekar Jepun dan Sekar Bang

Sekar_Bang.jpg

Sekar Bang

MIrah_Pedasaran2.jpg

Mirah Pedasaran

Mirah_Dasar1.jpg

Mirah Pedasaran​

Panugrahan ini adalah panugrahan yg paling awal dan paling dasar bagi semua pengiring. Panugrahan ini bersifat LANGSUNG(face to face antara umat dan Tuhannya) artinya turun tidaknya panugrahan ini bergantung kepada tingkat kepercayaan/sradha kpd Hyang Widhi masing2 orang yg ngelungsur. Jika orang yg ngelungsur tidak memiliki kepercayaan kpd Tuhan, uhuk uhuk maaf saja Hyang Widhi pun enggan utk memberikan panugrahanNya dan tentu saja perlu waktu lama utk berhasil ngelungsur mungkin berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Jika kepercayaannya setengah2 maka panugrahannya pun kurang bersifat "utama". Apa sebenarnya Panugrahan Buana Agung itu?Panugrahan Buana Agung itu dilungsur melalui media telur itik, setiap umat yg ngelungsur wajib menyiapkan banten dan telur itik dari rumah masing2. Panugrahan ini akan turun(masuk ke dlm telur) tanpa merusak telur dan tanpa lubang sama sekali (namanya juga mukjizat). Panugarahan ini terdiri dari :
1. Mirah Pedasaran,dewanya adalah Dewa Brahma yg menganugerahkan tubuh kpd manusia.
2. Sekar Bang, dewanya adalah Dewa Wisnu yg menganugerahkan darah/tenaga kpd manusia.
3. Sekar Jepun, dewanya adl Dewa Siwa yg menganugerahkan pikiran kpd manusia.
Disebut Panugrahan Buana Agung karena mrpkn pangejewantahan dari Buana Agung (Tuhan(Brahma,Wisnu,Siwa)),setelah manusia(Buana Alit) ngelungsur panugrahan ini maka Panugrahan Buana Agung akan melebur menjadi Buana Alit dimana Mirah Pedasaran melebur menjadi tubuh(angga),Sekar Bang melebur menjadi darah/tenaga(rah/bayu),Sekar Jepun melebur menjadi pikiran idep).Ngelungsur panugrahan ini berarti bahwa manusia adalah sesungguhnya bagian dari Hyang Widhi,"sesuatu" yg ada di Buana Agung jg ada di Buana Alit,karena itu Tuhan memanggil umat-Nya dengan sebutan Damuh yg artinya "bagian".Jika memiliki kepercayaan yg penuh kpd Hyang Widhi maka telur yg telah kami siapkan,setelah selesai "nunas panugrahan" dan jika dipecahkan maka di dalamnya sudah ada panugrahan2 tsb dan tidak ada unsur2 telur(kuning dan putih telur) yg tersisa malahan di dalam telur selain panugrahan tsb jg ada air suci yang berbau cendana yg sangat harum namun tidak menyengat.Jika kepercayaannya setengah2 maka walaupun panugrahan tsb turun,sisa2 telur seperti kuning dan putih telur masih ada dan baunya tidak harum.
Ehem,saya ini termasuk orang yg percaya penuh kpd Hyang Widhi maka panugrahan yg saya lungsur pun utama dan berbau harum.Biasanya yg setengah2 itu orang2 baru(junior2 saya).Ada pengalaman yg mengagumkan dalam ngelungsur panugrahan ini,selain kami yg ada di Bali ternyata rekan2 Hindu yg ada di Kutai jg ngelungsur dimana prosesinya via telepon dengan Guru Penuntun kami yg ada di Bali,dan ternyata panugrahan itu turun.Pernah juga ada satu klan keluarga yg berminggu-minggu ngelungsur tapi tidak turun2 panugrahannya,setelah Guru saya mohon petunjuk kpd Sesuhunan ternyata di dalam keluarga tersebut ada yg bisa dharma weci alias leak aneluh neranjana. Maka untuk menghindari kekacauan seluruh anggota keluarga tsb dilukat.
Ngomong2 soal "kepercayaan" kpd Tuhan ketika ngelungsur panugrahan ini sangat sulit untuk saya deskripsikan,saya tidak bisa mewujudkan Tuhan dlm alam pikiran saya namun saya merasakan bahwa ada sesosok "pribadi" yg bersthana di gedong medangsia yg sedang menyaksikan saya dan saya merasakan kehadiranNya dgn penuh keyakinan sampai bulu kuduk berdiri,tubuh bergetar,dan air mata menetes!Guru Penuntun saya jg pernah kesal kpd beberapa "pengiring baru" karena panugrahannya tidak turun2,Guru saya berkata:"Ten cening percaya ring Ida?(Tidakkah kalian percaya kepadaNya?)".Inilah fakta yg sungguh2 fakta banyak orang yg di KTPnya beragama namun tidak sedetikpun ia meluangkan waktunya utk berkomunikasi dgn Tuhan secara pribadi.
Maaf jika gambar yg posting kecil2 karena ini saya ambil dari buku terus saya foto pake kamera digital,kalo ngambil foto langsung saat prosesi saya gak berani!

seperti apa wahyu yang bli terima ketika ngelungsur panugrahan
kenapa gak dibukukan saja seperti zaman dulu setiap wahyu pasti dilontarkan
sehingga tidak hilang begitu saja
suksma
 
@waren

seperti apa wahyu yang bli terima ketika ngelungsur panugrahan
kenapa gak dibukukan saja seperti zaman dulu setiap wahyu pasti dilontarkan
sehingga tidak hilang begitu saja
suksma

Tidak perlu dibukukan karena panugrahan ini disebut Panugrahan Rwa Bhinneda Tanpa Sastra,semakin suatu umat beragama mengandalkan diri kpd sastra agama semakin sulit mereka menjamah Ida Sesuhunan,karena itu kita harus berusaha tetap teguh menjaga panugrahan ini dengan tetap ajeg,langgeng memeluk agama Hindu Bali bagi orang Indonesia dan agama Hindu India bagi orang India dan non-Indonesia,walaupun kedua agama ini berbeda waktu dan tempat diturunkannya tapi sebenarnya agama ini merupakan satu tubuh(satu kesatuan).
Yang menerima wahyu bukanlah saya melainkan Guru Penuntun saya. Guru saya bisa melihat para Dewa dan mendengar sabda2 Beliau.Guru saya disebut "Jan Banggul" yg mungkin dalam agama lain sama dgn "Nabi". Guru saya orang yg terpilih utk memimpin panugrahan ini karena hanya beliau saja satu-satunya manusia yg saat ini bisa melihat para Dewa.Dari sabda2 itulah kami menjalankan nafas kehidupan spiritual,begitu juga orang Hindu Bali yg lain..

KERIS PANUGRAHAN IDA SESUHUNAN

Andakasa.jpg

Panugrahan Luhurin Andakasa

Batupageh1.jpg

Panugrahan Luhurin Batupageh

Batupageh2.jpg

Panugrahan Luhurin Batupageh

Batur1.jpg

Panugrahan Luhurin Ulundanu Batur

Batur2.jpg

Panugrahan Luhurin Ulundanu Batur

Dalem.jpg

Panugrahan Luhurin Dalem (Kahyangan Tiga)

Silayukti.jpg

Panugrahan Luhurin Silayukti​


Sebenarnya masih banyak keris panugrahan lainnya, hanya saja cuma ini yg ada fotonya, sekali lagi maaf..
Perlu diketahui keris-keris ini dilungsur dengan cara ajaib,gaib,penuh mukjizat!
 
Saya akan menceritakan sedikit ttg kejadian diangkatnya(kapingit) Guru Penuntun saya sebagai Jan Banggul Sesuhunan.
Orang, tempat, dan waktunya saya rahasiakan agar tidak menimbulkan masalah dan perdebatan di kemudian hari..

Guru Penuntun saya adalah seorang figur yg sangat biasa2 aja, dan bahkan di usia remajanya beliau termasuk remaja
yg cukup usil di kampung. Guru Penuntun saya masih satu Merajan dgn saya dan keluarga saya dan bahkan sangat akrab dgn
ayah dan paman2 saya. Kami juga merupakan keturunan Mangku Dalem (Kahyangan Tiga) jadi secara otomatis kami pun adl Mangku Dalem.

Pada suatu hari tiba2 Guru Penuntun saya (belum diangkat sbg Jan Banggul) mengalami sakit keras dan didiagnosis oleh medis
mengalami sakit kejiwaan. Dari dokter hingga "orang pintar" pernah didatangi pihak keluarga utk mengobati beliau, bahkan hingga
ke Lombok. Tapi semua usaha hanya sia2 belaka. Semakin hari penyakit beliau semakin parah dan orang2 kampung mengecap beliau
sebagai "orang gila". Keluarga pun memutuskan agar beliau dibawa ke rumah sakit, dan beliau diopname hingga 7 bulan lamanya!
Tapi tidak juga ada perubahan hingga pihak keluarga pun memutuskan utk membawanya pulang. Ketika kejadian ini saya masih kecil.
Beliau mengalami "hilang ingatan" hingga 2 tahun lamanya!

Saat di rumah, beliau pingsan. Dalam keadaan tidak sadar ini beliau merasa seperti mimpi akan tetapi sangat nyata!Dalam mimpi itu
beliau berada di sebuah perempatan jalan di dekat sebuah Pura Desa(pura dan jalan ini memang ada di dunia nyata).
Beliau diseret oleh 3 orang laki2 besar dan menyeramkan dengan
cara diseret secara paksa!Beliau diseret hingga sampai di depan Pura Dalem. Di depan Pura Dalem muncul seorang lelaki mengenakan kain
loreng(hitam putih),tanpa baju,destar batik..lelaki ini adalah salah satu Prasanak(putra dari Dewa-Dewi tertinggi Luhurin Dalem)!(Ya Dewa maafkan
hamba karena menyebutkan wujudmu yg maha agung, semoga hamba tdk terkena raja pinulah)..kemudian Beliau(Prasanak tsb) mencegat 3 orang
besar tersebut dan kurang lebih berkata seperti ini : "Mau kalian bawa ke mana Jan Banggul-Ku??(dlm bahasa Bali halus)"..
3 orang tsb ketakutan dan melarikan diri. Kemudian Guru saya digendong oleh Beliau masuk ke dalam Pura Dalem. Di Pura Dalem
inilah kami menjadi Mangku dan tentunya Guru Penuntun saya tdk asing lagi dgn Pura Dalem ini..tetapi sungguh aneh, setibanya
di dalam Pura Dalem tidak seperti biasanya!Yg tampak adl telaga, di telaga tsb tumbuh sebuah bunga teratai putih yg sedang mekar (tunjung mekar)
dan hanya ada satu bangunan suci di tengah telaga tsb berupa Padmasana!Padahal Pura Dalem tidak seperti demikian!

Tiba2 Guru saya sadar dari mimpi tersebut, kemudian mengambil sepeda motor dan bersama ayah beliau (almarhum) pergi ke rumah seorang
yg terkenal sbg seorang dukun. Di rumah dukun tsb Guru saya mengamuk, kemungkinan besar dukun ini adl praktisi ilmu hitam yg
senang menyakiti masyarakat. Dari rumah dukun itu lalu Guru saya bersama ayahnya datang ke sebuah Pura yg memiliki telaga/kolam dan
beliau menceburkan dirinya ke dalam kolam tsb. Setelah itu beliau tangkil ke Pura Dalem dan disucikan dengan tirta oleh pemangku
Dalem ketika itu. Keajaiban pun terjadi, Guru saya seketika sadar akan dirinya dan bisa dikatakan beliau telah sembuh total.

5 hari kemudian Guru saya mendengar suara yg memerintahkannya utk tangkil ke Pura Dalem tsb utk menerima Panugrahan Sesuhunan. Akan tetapi
Guru saya tidak mempercayai suara tsb. Kira2 pukul 11-12 malam akhirnya Guru saya pun memutuskan tangkil ke Pura Dalem, lagipula tdk ada salahnya
tangkil utk berterima kasih karena telah sembuh dari sakit. Beliau ditemani oleh ayahnya(alm.),kakak beliau,dan seorang sahabat.
Di Pura Dalem, mereka menghaturkan canang sari dan duduk dgn khusuk. Seketika Guru saya sudah melihat hal2 yg tdk dilihat oleh mereka2
yg menemani beliau di Pura. Pemandangannya berubah, hanya ada telaga, tunjung putih, dan Padmasana yg besar.
Di hadapan beliau muncul 2 orang laki perempuan berpakaian pengantin ala Bali yg sangat mewah dan duduk berdampingan di singgasana
layaknya raja dan ratu, mereka sangat tampan dan cantik. Mereka berdua adl Dewa Siwa dan Dewi Uma (nunas sugra titiang ring Ratu Sesuhunan ring
Dalem dumogi titiang ten keni raja pinulah), di hadapan guru saya juga ada Prasanak yg tadinya menyelamatkan beliau dari 3 orang yg menyeret
beliau. Saya tdk berani menyebut nama Prasanak ini karena nama Beliau dlm bahasa Bali sangat pingit/keramat. Kemudian dari arah Timur Laut (Padmasana)
muncul secercah cahaya putih terang benderang, dari cahaya tsb muncul seorang Dewi berbusana serba putih
yg sangat cantik. Sekali lagi saya tidak berani menyebut nama Beliau dlm bahasa Bali karena sangat keramat!Mungkin anda yg ngiring di Dalem
tahu nama Beliau, tapi sebaiknya jgn disebutkan karena gak boleh sembarangan. Dewi inilah yg berkuasa dan memiliki
puri Dalem, Beliau bukanlah permaisuri dari Dewa Siwa tetapi Beliau adl saudari dari Dewa Siwa. Saya agak kebingungan jika mencocokan
Dewi tertinggi ini siapa dlm mitologi Dewa-Dewi dlm Hindu India. Beliau juga bukan permaisuri dari Dewa siapapun!Beliau meraga Susunan,
Dewi yg Maha Agung, Dewi tertinggi dari semua Dewi!Beliaulah yg kelak akan menganugerahkan hampir sebagian besar Panugrahan yg dilungsur
oleh para damuh.
Kemudian Prasanak ini memberi sebuah bunga kpd Guru saya, tiba2 keadaannya kembali ke suasana Pura Dalem dlm dunia nyata.
Guru saya ternyata berada di depan Gedong dan membawa sebilah keris panugrahan, ternyata bunga yg tadi diberi Prasanak tsb telah
berubah menjadi keris dan harus disungsung oleh Guru saya. Orang2 yg menemani Guru saya pun sangat terkejut melihat kejadian ini, bagaimana mungkin
tiba2 ada sebilah keris di tangan Guru saya, mereka pun sadar bahwa Guru saya adl "Orang Terpilih", orang yg kapingit!Semua kejadian di atas
bertepatan dgn hari Kajeng Kliwon pd tahun 1987.

BERSAMBUNG..

Wow.... yang saya cetak tebal itu yah yang disungsung?? Jadi selama ini, sebenarnya beliaukah yang berstana di Pura Dalem?? Saya jadi tambah penasaran siapa beliau. Apalagi jro sebutkan bahwa beliau adalah saudari dari Dewa Siwa. Sebab setahu saya Ida Betara Dalem itu adalah Dewa Siwa itu sendiri, jika mengacu kepada Lontar Tutur Gong Besi. Kira2 begini isi kutipannya:
Bhatara Dalem patut dipuja dengan sepenuh hati, penuh rasa tulus iklas. Dalam setiap pemujaannya, Ida Bhatara Dalem dapat dihadirkan (utpeti puja), distanakan (stiti puja) dan dikembalikan (pralina puja). Persembahan bhakti yang utama kehadapan Ida Bhatara Dalem menyebabkan orang mendapatkan kemuliaan lahir dan batin, dan pada akhirnya akan mencapai surga loka atau siwa loka.
Arti Kata Surga Loka atau Siwa Loka : Surga Loka artinya kebahagiaan lahir batin pada tempat yang langgeng atau abadi, Siwa Loka artinya Istana atau Stana Dewa Siwa sebagai manifestasi dari Tuhan, Surga Loka atau Siwa Loka artinya mendapat kebahagiaan lahir batin pada tempat yang langgeng atau abadi disisi Tuhan.
Dalam hubungannya dengan sembah bhakti (pemujaan) kehadapan beliau, sebaiknya diketahui nama atau julukan beliau. Karena kemahakuasaan beliau sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur, beliau disebut dengan banyak nama, sesuai dengan fungsi dan tempat beliau berstana.

Ketika beliau yaitu Ida Bhatara Dalem berstana di Pura Puseh, maka Sanghyang Triyodasa Sakti nama beliau.

Ketika berstana di Pura Desa, maka Sanghyang Tri Upasedhana sebutan beliau.

Di Pura Bale Agung, beliau dipuja sebagai Sanghyang Bhagawati.

Di perempatan jalan raya beliau dipuja sebagai Sanghyang Catur Bhuwana.

Ketika beliau berstana di pertigaan jalan raya disebut dengan Sanghyang Sapu Jagat.

Ida Bhatara Dalem ketika berstana di kuburan atau setra agung beliau dipuja dengan nama Bethara Dhurga.

Ketika kemudian beliau berstana di tunon atau pemuwunan (tempat pembakaran mayat), maka beliau dipuja sebagai Sanghyang Bherawi.

Ketika beliau dipuja di Pura Pengulun Setra, maka beliau dinamakan Sanghyang Mrajapati.

Di laut, Ida Bhatara Dalem dipuja dengan sebutan Sangyang Mutering Bhuwana.

Pergi dari laut kemudian menuju langit, beliau dapat dipuja dengan sebutan Bhuwana Taskarapati. Taskara adalah surya atau matahari, sedangkan pati adalah Wulan atau bulan.

Kemudian ketika beliau berstana di Gunung Agung dinamakan beliau Sanghyang Giri Putri. Giri adalah gunung, putri adalah putra atau anak, yakni putra dari Bhatara Guru yang berstana di Sanggar Penataran, Panti Parahyangan semuanya, dan berkuasa pada seluruh parahyangan.

Pergi dari Gunung Agung kemudian berstana beliau di Gunung Lebah, maka sebutan beliau adalah Dewi Danu.

Ketika beliau berstana di Panca Tirtha atau pancuran air, maka beliau bernama Sanghyang Gayatri.

Dari pancuran, kemudian menuju ke jurang atau aliran sungai, maka beliau kemudian dipuja dengan sebutan Betari Gangga.

Bhatara Dalem ketika berstana disawah sebagai pengayom para petani dan semua yang ada disawah, maka beliau dipuja dengan sebutan sebagai Dewi Uma.

Di jineng atau lumbung padi beliau dipuja dengan sebutan Betari Sri.

Kemudian didalam bejana atau tempat beras (pulu), Ida Bhatara Dalem dipuja dengan Sanghyang Pawitra Saraswati.

Didalam periuk tempat nasi atau makanan, maka beliau disebut Sanghyang Tri Merta.

Kemudian di Sanggar Kemimitan (Kemulan) yaitu tempat suci keluarga, Ida Bhatara Dalem dipuja sebagai Sanghyang Aku Catur Bhoga. Aku berwujud laki, perempuan, dan banci. Menjadilah aku manusia seorang, bernama Aku Sanghyang Tuduh atau Sanghyang Tunggal, di Sanggar perhyangan stana beliau. Disebut pula beliau dengan Sanghyang Atma. Pada Kemulan Kanan adalah ayah yakni Sang Pratma (Paratma). Pada Kemulan Kiri adalah Ibu, Sang Siwatma. Pada Kemulan Tengah adalah dirinya atau raganya yakni roh suci yang menjadi ibu dan ayah, nantinya kembali pulang ke Dalem menjadi Sanghyang Tunggal.

Ida Bahtara Dalem adalah Sanghyang Paramawisesa, karena semua rasa baik, rasa sakit, rasa sehat, rasa lapar dan sebagainya adalah beliau sumbernya. Beliau adalah asal dari kehidupan, beliau memelihara alam semesta ini, dan beliau adalah penguasa kematian, dalam air, cahaya, udara dan akasa, tidak ada yang dapat melebihi beliau. Sehingga beliau disebut dengan Sanghyang Pamutering Jagat.

Ida Bhatara Dalem adalah Bhatara Guru atau Dewa Siwa itu sendiri sebagai sebutan Ida Sanghyang Widhi dengan segala manifestasi beliau. Dengan segala kemahakuasaan yang mencakup masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Sebagai pemuja atau penyembah yang taat akan menyebut beliau dengan banyak nama sesuai dengan fungsi dan juga dimana beliau dipuja. Demikian disebutkan dalam Tutur Gong Besi.

Sumber: http://www.parissweethome.com/bali/cultural_my.php?id=18

Nampaknya ada suatu rahasia besar terungkap dari postingan jro, bahwa Dewa Siwa memiliki seorang saudari. Sebab saya mencoba mencari2, tidak ada satupun sastra yang menyebutkan tentang saudari dari Dewa Siwa. Mungkinkah saudari angkat?? Dan beliau dipercaya untuk ngameling Pura Dalem??
Dari cerita mengenai guru jro tersebut, nampaknya sudah mencapai level tingkat tinggi :D . Apalagi jro juga kecipratan sudah mendapat jaminan tempat yang bagus di alam sana :D

Kalo pengalaman jro pribadi bagaimana (ketika tanpa kehadiran guru)?? Sebab kisahnya selalu tidak lepas dari pengalaman dengan guru jro.

Saya jadi penasaran siapa sebenarnya yang dimaksud dengan saudari dari Dewa Siwa tersebut. Saya tidak ngiring di Dalem, makanya tidak tahu siapa beliau. Mohon maaf aja kalo saya lancang. Tetapi mengapa sangat begitu dirahasiakan?? Dan malah "ajewera" menyebut nama beliau?? Jadi hanya orang2 tertentu saja yang boleh memuja beliau?? Sebegitu pelitnya kah beliau?? :(
Apakah yang jro maksud adalah Ida Ratu Niang Sakti??

Foto2 penugrahannya sudah berupa buku yah?? Btw, dimana bisa saya dapatkan bukunya?? Musti ngiring dulu yah, baru bisa dapet bukunya? Bisa pinjam gak jro?? :D
Sayang sekali ga ada foto aselinya :(

Mohon maaf jika ada salah kata. Ini hanya semata2 karena rasa keingintahuan yang begitu mendalam. Sedikitpun tidak terbersit di hati untuk menghakimi bahwa ini salah atau itu salah. Sebab kepercayaan itu adalah unik dan bersifat pribadi :) .
Jro sungguh beruntung punya seorang guru yang bisa membimbing. Jadi bisa ter-arah mau kemana dan dimana. Sedangkan saya cuma bermodalkan tanya kesana kemari, baca2 buku, dan sedikit pengalaman aneh :))

Mohon responnya segera yah jro..... :D
 
Sebab setahu saya Ida Betara Dalem itu adalah Dewa Siwa itu sendiri, jika mengacu kepada Lontar Tutur Gong Besi. Kira2 begini isi kutipannya:
Bhatara Dalem patut dipuja dengan sepenuh hati, penuh rasa tulus iklas. Dalam setiap pemujaannya, Ida Bhatara Dalem dapat dihadirkan (utpeti puja), distanakan (stiti puja) dan dikembalikan (pralina puja). Persembahan bhakti yang utama kehadapan Ida Bhatara Dalem menyebabkan orang mendapatkan kemuliaan lahir dan batin, dan pada akhirnya akan mencapai surga loka atau siwa loka.
Arti Kata Surga Loka atau Siwa Loka : Surga Loka artinya kebahagiaan lahir batin pada tempat yang langgeng atau abadi, Siwa Loka artinya Istana atau Stana Dewa Siwa sebagai manifestasi dari Tuhan, Surga Loka atau Siwa Loka artinya mendapat kebahagiaan lahir batin pada tempat yang langgeng atau abadi disisi Tuhan.
Dalam hubungannya dengan sembah bhakti (pemujaan) kehadapan beliau, sebaiknya diketahui nama atau julukan beliau. Karena kemahakuasaan beliau sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur, beliau disebut dengan banyak nama, sesuai dengan fungsi dan tempat beliau berstana.

Ketika beliau yaitu Ida Bhatara Dalem berstana di Pura Puseh, maka Sanghyang Triyodasa Sakti nama beliau.

Ketika berstana di Pura Desa, maka Sanghyang Tri Upasedhana sebutan beliau.

Di Pura Bale Agung, beliau dipuja sebagai Sanghyang Bhagawati.

Di perempatan jalan raya beliau dipuja sebagai Sanghyang Catur Bhuwana.

Ketika beliau berstana di pertigaan jalan raya disebut dengan Sanghyang Sapu Jagat.

Ida Bhatara Dalem ketika berstana di kuburan atau setra agung beliau dipuja dengan nama Bethara Dhurga.

Ketika kemudian beliau berstana di tunon atau pemuwunan (tempat pembakaran mayat), maka beliau dipuja sebagai Sanghyang Bherawi.

Ketika beliau dipuja di Pura Pengulun Setra, maka beliau dinamakan Sanghyang Mrajapati.

Di laut, Ida Bhatara Dalem dipuja dengan sebutan Sangyang Mutering Bhuwana.

Pergi dari laut kemudian menuju langit, beliau dapat dipuja dengan sebutan Bhuwana Taskarapati. Taskara adalah surya atau matahari, sedangkan pati adalah Wulan atau bulan.

Kemudian ketika beliau berstana di Gunung Agung dinamakan beliau Sanghyang Giri Putri. Giri adalah gunung, putri adalah putra atau anak, yakni putra dari Bhatara Guru yang berstana di Sanggar Penataran, Panti Parahyangan semuanya, dan berkuasa pada seluruh parahyangan.

Pergi dari Gunung Agung kemudian berstana beliau di Gunung Lebah, maka sebutan beliau adalah Dewi Danu.

Ketika beliau berstana di Panca Tirtha atau pancuran air, maka beliau bernama Sanghyang Gayatri.

Dari pancuran, kemudian menuju ke jurang atau aliran sungai, maka beliau kemudian dipuja dengan sebutan Betari Gangga.

Bhatara Dalem ketika berstana disawah sebagai pengayom para petani dan semua yang ada disawah, maka beliau dipuja dengan sebutan sebagai Dewi Uma.

Di jineng atau lumbung padi beliau dipuja dengan sebutan Betari Sri.

Kemudian didalam bejana atau tempat beras (pulu), Ida Bhatara Dalem dipuja dengan Sanghyang Pawitra Saraswati.

Didalam periuk tempat nasi atau makanan, maka beliau disebut Sanghyang Tri Merta.

Kemudian di Sanggar Kemimitan (Kemulan) yaitu tempat suci keluarga, Ida Bhatara Dalem dipuja sebagai Sanghyang Aku Catur Bhoga. Aku berwujud laki, perempuan, dan banci. Menjadilah aku manusia seorang, bernama Aku Sanghyang Tuduh atau Sanghyang Tunggal, di Sanggar perhyangan stana beliau. Disebut pula beliau dengan Sanghyang Atma. Pada Kemulan Kanan adalah ayah yakni Sang Pratma (Paratma). Pada Kemulan Kiri adalah Ibu, Sang Siwatma. Pada Kemulan Tengah adalah dirinya atau raganya yakni roh suci yang menjadi ibu dan ayah, nantinya kembali pulang ke Dalem menjadi Sanghyang Tunggal.

Ida Bahtara Dalem adalah Sanghyang Paramawisesa, karena semua rasa baik, rasa sakit, rasa sehat, rasa lapar dan sebagainya adalah beliau sumbernya. Beliau adalah asal dari kehidupan, beliau memelihara alam semesta ini, dan beliau adalah penguasa kematian, dalam air, cahaya, udara dan akasa, tidak ada yang dapat melebihi beliau. Sehingga beliau disebut dengan Sanghyang Pamutering Jagat.

Ida Bhatara Dalem adalah Bhatara Guru atau Dewa Siwa itu sendiri sebagai sebutan Ida Sanghyang Widhi dengan segala manifestasi beliau. Dengan segala kemahakuasaan yang mencakup masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Sebagai pemuja atau penyembah yang taat akan menyebut beliau dengan banyak nama sesuai dengan fungsi dan juga dimana beliau dipuja. Demikian disebutkan dalam Tutur Gong Besi.

Sumber: http://www.parissweethome.com/bali/cultural_my.php?id=18
mantap informasinya bro......:-bd

Sedangkan saya cuma bermodalkan tanya kesana kemari, baca2 buku, dan sedikit pengalaman aneh :))
(bold) share juga informasinya bro......;)
 
mantap informasinya bro......:-bd

Halah gayamu.... :)) . Jam terbangmu udah tinggi masih aja ngerendah :D
Itu baru dari 1 sumber aja. Kalo diambil dari beberapa sumber, bisa tambah puyeng dan malah bisa menimbulkan perdebatan tiada akhir :))

Btw ck, agak OOT nih....ada beberapa hal yang saya selalu tekankan dalam hati mengenai Tuhan:

1. Tuhan bagaikan udara. Jika kita membayangkan sebuah balon, maka udara akan membentuk seperti balon, jika kita membayangkan sebuah kotak, maka udara-pun akan mengisi dan membentuk sebuah kotak.

2. Oleh sebab itu, Kepercayaan itu bersifat unik dan pribadi.

3. Ekam Sat, Viprah Bahudha Vadanti [hanya satu (Eka) Tuhan (Sat) hanya orang bijaksana (Viprah) menyebutkan (Vadanti) dengan banyak nama (Bahudha)]

Kira2 begitu deh yang saya renungkan akhir2 ini.... :D


(bold) share juga informasinya bro......;)

Salah satu pengalaman anehnya yah bisa ketemu kamu di sini... :)) . Seperti kata temen kita Vasmana, tidak ada suatu hal yang kebetulan, pasti ada yang mengatur dan memiliki maksud tertentu. Jadi, saya sangat senang bisa bertemu dengan anda.... :)
 
Halah gayamu.... :)) . Jam terbangmu udah tinggi masih aja ngerendah :D
Itu baru dari 1 sumber aja. Kalo diambil dari beberapa sumber, bisa tambah puyeng dan malah bisa menimbulkan perdebatan tiada akhir :))
':D

Btw ck, agak OOT nih....ada beberapa hal yang saya selalu tekankan dalam hati mengenai Tuhan:

1. Tuhan bagaikan udara. Jika kita membayangkan sebuah balon, maka udara akan membentuk seperti balon, jika kita membayangkan sebuah kotak, maka udara-pun akan mengisi dan membentuk sebuah kotak.

2. Oleh sebab itu, Kepercayaan itu bersifat unik dan pribadi.

3. Ekam Sat, Viprah Bahudha Vadanti [hanya satu (Eka) Tuhan (Sat) hanya orang bijaksana (Viprah) menyebutkan (Vadanti) dengan banyak nama (Bahudha)]

Kira2 begitu deh yang saya renungkan akhir2 ini.... :D
=D>.........^:)^........:D

Salah satu pengalaman anehnya yah bisa ketemu kamu di sini... :)) . Seperti kata temen kita Vasmana, tidak ada suatu hal yang kebetulan, pasti ada yang mengatur dan memiliki maksud tertentu. Jadi, saya sangat senang bisa bertemu dengan anda.... :)
Saya senang juga bro......:)>-
 
Thanks ya Bro,atas share nya,pikiran saya yang udah penuh dengan air,padahal cuma sekecil mangkok serasa berubah jadi baskom yang cuma terisi semangkok air,hehe Share lagi dong;;)kk yang share,tugas saya yang terus memperluas pikiran saya,mudah2mau jadi sebesar drum:D
 
@gronksank

Begini mas, kalo saya gak salah tebak mungkin Dewi Tertinggi ini adalah Shakti(dlm Hindu India),kalo anda pernah mendengar Ardhananareswari nah maka Dewi Tertinggi ini kemungkinan besar adalah sosok feminin dari Siwa sendiri,jika anda menelusuri sosok Ardhanareswari ini mewujudkan Siwa sbg setengah pria dan setengah wanita..mengapa bukan Siwa yg ditonjolkan di Pura Dalem?saya gak tau jawabannya namun yg pasti dlm agama Hindu Bali Dewa Siwa itu adl Tuhan itu sendiri dan lebih diidentikan dengan Luhurin Gunung Agung atau sering disebut dgn Hyang Siwa Pasupati..jadi saya yakin kalo Dewi Tertinggi ini adl Siwa dlm kekuatan femininnya,berbeda namun merupakan satu kesatuan..
Soal buku itu, maaf itu tidak dijual bebas,hanya untuk umat yg ngiring saja hehehe..
Mengapa saya selalu menyinggung Guru kami,itu karena tanpa Guru kami,kami cuma manusia biasa aja,yg luar biasa itu Guru kami..kalo saya mah cuma orang biasa yg beruntung bisa ngiring panugrahan ini,...
Tentang penyebutan nama itu memang benar gak boleh sembarangan,jangan coba2 menyebut nama Sesuhunan ketika anda sedang buang air,jangan menyebut nama Sesuhunan disertai dengan kata2 jorok atau kasar,biasakan jika sebelum menyebut nama Sesuhunan ucapkan "sugra titiang" atau "tabik pakulun" disertai dengan mencakupkan tangan di atas kepala..jika ada orang yg mengajarkan anda bahwa kita bebas mengucapkan nama Tuhan dimana pun kita berada bahkan ketika lagi buang air ketahuilah orang itu gak tau yg namanya Niskala,orang itu kebanyakan baca buku yg dikarang oleh orang yg sok tahu Niskala,dan menyebut nama Sesuhunan dngn sembarangan dosanya besar!
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.