• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Penyangkalan Dharma

imhereyahum

IndoForum Beginner C
No. Urut
44294
Sejak
23 Mei 2008
Pesan
827
Nilai reaksi
7
Poin
18
Penyangkalan Dharma

Semoga kelak tidak ada lagi yang membanding-bandingkan aliran mana yang paling murni / benar /no1


Sumber: Liberation in our hand hal 100,114

Benar bahwa kitab Mahayana dan Hinayana, Vinaya dan Mantrayana, serta yang lainnya kadang-kadang terlihat seolah mengandung kata-kata yang bertentangan. Akan tetapi, semua ajaran ini sebenarnya adalah tanpa pertentangan, karena tanpa kecuali semua ajaran tersebut adalah cara-cara utama yang mana seseorang dapat mencapai Kebudhaan ataupun sebagai unsur tambahan dari upaya pencapaian tersebut.

Pertimbangkan kasus seseorang yang terkena demam yang parah. Seorang tabib mungkin pada awalnya akan mengharuskan ia untuk menghindari daging dan alkohol dengan memberi peringatan bahwa kegagalan menghidari hal tersebut kemungkinan akan membahayakan jiwanya. kemudian setelah unsur angin pasien tersebut menjadi dominan setelah bahaya demam telah lewat, sang tabib mungkin mengubah perlakuannya dan menasehati pasien tersebut untuk mengkonsumsi daging dan alkohol.

Secara sekilas, kedua resep yang berbeda ini -yang satu harus mengkonsumsi daging dan alkohol dan yang lainnya tidak-oleh tabib yang sama untuk seorang pasien yang sama, mungkin terlihat bertentangan.
Tapi (dalam kondisi yang digambarkan) kedua perlakuan sebenarnya adalah konsisten dan diperlukan untuk kesembuhan sipasien.

Sama halnya, ada yang percaya kitab-kitab Mahayana dan Hinayana, serta Vinaya dan Mantrayana, diajarakan untuk kepentingan berbagai tipe murid
yang berbeda, dengan demikian tidak semuanya perlu bagi seseorang untuk
mencapai Kebuddhaan. Akan tetapi sebenarnya semua ajaran ini diungkapkan oleh satu orang guru yang sama sebagai praktik-praktik yang diperlukan oleh siapapun untuk mencapai Kebuddhaan.

Pertama-tama, selama tahapan yg dijalakan oleh orang-orang yang berkapasitas kecil dan menengah, seorang praktisi memeditasikan ketidakekalan, penderitaan dan seterusnya, seperti yang diajarkan dalam kitab-kitab Hinayana.

Setelah berkembang diatas tingkatan tersebut hingga status seorang dengan kapasitas agung, ia membangkitkan batin pencerahan dan 6 paramita dan praktek lain seperti yang diajarkan dalam sutra Mahayana.

Setelah itu, ketika ia sudah menjadi wadah yang cocok untuk ajaran-ajaran Mantra, ia dapat bermeditasi pada 2 tahap bersama dengan praktek-praktek lain yang diajarkan dalam Vajrayana.

Jadi ketika dilaksanakan secara bertahap, semua instruksi2 ini memiliki kualitas yang sama untuk mencapai Kebuddhaan.

-lamrim-

Menghentikan Kesalahan besar

Kesalahan yang dimaksud dalam atribut ini adalah karma penghalang dari menyangkal Dharma. Menjelaskan bahwa jika kita gagal memahami tiga atribut agung yang pertama, kita akan membangkitkan tingkat penghormatan yang berbeda untuk berbagai bentuk kata-kata Sang Penakluk.

Sebagai contoh, kita mungkin lebih menghargai ajaran Mahayana dibanding ajaran Hinayana, atau kita mungkin akan membedakan Dharma yang "teoritis" dan "yang ditujukan untuk praktik". Dengan melakukan ini, kita akan terus-menerus melakukan karma buruk yang serius karena menyangkal Dharma. Seperti yang tertulis dalam Sarva Vaidalya Samgraha Sutra;

Manjusri, Karma penghalang dari menyangkal Dharma sangatlah substil.
Manjusri, siapapun yang menganggap salah satu bagian dari ajaran
Tathagata lebih tinggi dan yang lainnya lebih rendah, berarti
menyangkal Dharma, ketika melakukannya, ia juga merendahkan Tathagata
dan mencela Sangha. Dengan mengatakan "ajaran ini pantas, yang itu
tidak pantas" seseorang menyangkal Dharma. Dengan mengatakan "ajaran
ini dibabarkan untuk para Bodhisattva, yang itu untuk Shravaka"
seseorang menyangkal Dharma. Dengan mengatakan "ajaran ini bukanlah
yang harus dipraktekkan oleh para Bodhisattva"seseorang menyangkal
dharma.



Jika kita memperoleh pemahaman sejati akan ketiga atribut yang pertama, kita tidak akan pernah membuang bahkan satu hurufpun dari kata-kata Sang Penakluk. Jadi kecenderungan kita untuk membedakan antara ajaran "superior" dan "inferior" -yang menimbulkan kecenderungan akan penyangkalan dharma- secara alami akan berakhir.
 
katanya Vajrayana/tantra adalah tingkatan tertinggi, karena ajaran tantra memungkinkan seorang manusia mencapai pencerahan sempurna / annutara sammasambuddha bahkan dalam 1 kehidupan ini juga...

Kok malah dari aliran tantra yang sering kedengaran adalah emanasi emanasi dari rinpoche ini rinpoche itu, bahkan ada yang nama-nya sampai angka romawi XVI...

-----------

kemudian membahas tentang terminologi HINAYANA... jika MAHAYANA diterjemahkan sebagai kendaraan (YANA) besar (MAHA), maka jika lawannya adalah kendaraan kecil itu dikatakan sebagai CULAYANA (CULA = kecil) dan bukan HINAYANA (kendaraan rendah/hina). Dari terminologi penyebutan aliran di luar MAHAYANA (dimana VAJRAYANA/TANTRA juga digolongkan ke dalam MAHAYANA), maka aliran HINAYANA memiliki terminologi yang negatif... bukan dikatakan sebagai kendaraan kecil, tetapi kendaraan rendah/hina.

-----------

Kemudian sumber sutra Mahayana yang berbeda dengan Pali Kanon (Theravada) sendiri juga menjadi kontroversial, kebanyakan sutra mahayana itu ditulis oleh pandit pandit / guru besar MAhayana yang "KATANYA" bersumber dari arya manjusri (bodhisatva manjusri) dan arya maitreya (bodhisatva maitreya). Yang mana dalam hal ini, cara penerimaan ajaran itu lebih banyak melalui meditasi/penampakan/intuisi atau semacam wahyu, yang mana kebenarannya hanya dapat diketahui oleh penulis-nya sendiri. Para bodhisatva itu sendiri dikatakan tidak terlahir sebagai manusia / memiliki fisik sebagai manusia dan hanya mengunjungi para guru besar MAHAYANA melalui kedalaman meditasi atau intuisi.
 
ya, jadi supaya aman, kita harusnya latihan sampai bisa direct communication dengan para Bodhisattva itu, seperti Je Tsongkhapa yang bisa bercakap-cakap dengan Manjushri ketika ragu-ragu. Dijamin tidak akan salah jalan!
hehe
 
kalo soal emanasi-emanasi. kembali ke jawaban padma kmrn. bila jawaban yang dituju merujuk kepada theravada tentu tidak akan pernah berujung. :P karena penjelasan masing2 aliran sekilas berbeda2. seperti yang dijelaskan di LIH td.

Hinayana yang dimaksud dalam LIH sini merujuk kpd Theravada (CMMIW)
Bukan rendah/hina :D
sedang 3 atribut yang dimaksud disana adalah kendaraan:
kecil,menengah,besar. ketiganya mempunyai kualitas yang sama dalam mencapai kebudhaan.
jadi hinayana dikategorikan sbg kendaraan kecil, tetap mempunyai kualitas sama.

ya benar, Mahayana pertama diturunkan kpd arya shantideva dan nagarjuna melalui maitreya dan manjusri bodhisattva.
Disalah satu sutra tertulis manjustri mempunyai kecerdasan dan kebijaksanaan yang unggul. ia mampu mewakilkan budha sakyamuni membabarkan segala dharma.

biksu je tsongkapa mampu berkomunikasi dengan mudah dengan Manjusri semudah kita berkomunikasi dengan sesama. YM atisa juga pernah berkomunikasi dengan bodhisatva pada saat ia memutuskan apakah ia akan pergi ketibet atau menetap diindia. Bodhisatva mnjawab bila ia menetap diindia ia akan hidup hingga usia 92 bila ia pergi membabarkan dharma ke tibet ia hanya akan mencapai usia 73 saja.
 
katanya Vajrayana/tantra adalah tingkatan tertinggi, karena ajaran tantra memungkinkan seorang manusia mencapai pencerahan sempurna / annutara sammasambuddha bahkan dalam 1 kehidupan ini juga...

Kok malah dari aliran tantra yang sering kedengaran adalah emanasi emanasi dari rinpoche ini rinpoche itu, bahkan ada yang nama-nya sampai angka romawi XVI...

-----------

kemudian membahas tentang terminologi HINAYANA... jika MAHAYANA diterjemahkan sebagai kendaraan (YANA) besar (MAHA), maka jika lawannya adalah kendaraan kecil itu dikatakan sebagai CULAYANA (CULA = kecil) dan bukan HINAYANA (kendaraan rendah/hina). Dari terminologi penyebutan aliran di luar MAHAYANA (dimana VAJRAYANA/TANTRA juga digolongkan ke dalam MAHAYANA), maka aliran HINAYANA memiliki terminologi yang negatif... bukan dikatakan sebagai kendaraan kecil, tetapi kendaraan rendah/hina.

-----------

Kemudian sumber sutra Mahayana yang berbeda dengan Pali Kanon (Theravada) sendiri juga menjadi kontroversial, kebanyakan sutra mahayana itu ditulis oleh pandit pandit / guru besar MAhayana yang "KATANYA" bersumber dari arya manjusri (bodhisatva manjusri) dan arya maitreya (bodhisatva maitreya). Yang mana dalam hal ini, cara penerimaan ajaran itu lebih banyak melalui meditasi/penampakan/intuisi atau semacam wahyu, yang mana kebenarannya hanya dapat diketahui oleh penulis-nya sendiri. Para bodhisatva itu sendiri dikatakan tidak terlahir sebagai manusia / memiliki fisik sebagai manusia dan hanya mengunjungi para guru besar MAHAYANA melalui kedalaman meditasi atau intuisi.

kalo soal emanasi-emanasi. kembali ke jawaban padma kmrn. bila jawaban yang dituju merujuk kepada theravada tentu tidak akan pernah berujung. :P karena penjelasan masing2 aliran sekilas berbeda2. seperti yang dijelaskan di LIH td.

Hinayana yang dimaksud dalam LIH sini merujuk kpd Theravada (CMMIW)
Bukan rendah/hina :D
sedang 3 atribut yang dimaksud disana adalah kendaraan:
kecil,menengah,besar. ketiganya mempunyai kualitas yang sama dalam mencapai kebudhaan.
jadi hinayana dikategorikan sbg kendaraan kecil, tetap mempunyai kualitas sama.

ya benar, Mahayana pertama diturunkan kpd arya shantideva dan nagarjuna melalui maitreya dan manjusri bodhisattva.
Disalah satu sutra tertulis manjustri mempunyai kecerdasan dan kebijaksanaan yang unggul. ia mampu mewakilkan budha sakyamuni membabarkan segala dharma.

biksu je tsongkapa mampu berkomunikasi dengan mudah dengan Manjusri semudah kita berkomunikasi dengan sesama. YM atisa juga pernah berkomunikasi dengan bodhisatva pada saat ia memutuskan apakah ia akan pergi ketibet atau menetap diindia. Bodhisatva mnjawab bila ia menetap diindia ia akan hidup hingga usia 92 bila ia pergi membabarkan dharma ke tibet ia hanya akan mencapai usia 73 saja.

ya, jadi supaya aman, kita harusnya latihan sampai bisa direct communication dengan para Bodhisattva itu, seperti Je Tsongkhapa yang bisa bercakap-cakap dengan Manjushri ketika ragu-ragu. Dijamin tidak akan salah jalan!
hehe

saya sebenarnya sudah malas berdiskusi,apalagi masalah mahayana dan theravada....
di forum sebelah saja, pertanyaan sederhana malah dijawab dengan berliku-liku.

4 PANDANGAN BERBELIT-BELIT

17. “Para bhikkhu, ada beberapa pertapa dan brahmana yang berpandangan dengan bersikap “berbelit-belit”. Seandainya suatu hal ditanyakan, mereka akan menjawab dengan berbelit-belit sehingga membingungkan. Pandangan ini diuraikan dalam empat cara. Apakah asal mula dan dasarnya maka mereka berpandangan demikian?”

Pandangan Ketigabelas

18. “Para bhikkhu, ada beberapa pertapa dan brahmana yang tidak mengerti dengan baik, hal sesungguhnya yang dimaksudkan dengan “baik” atau “buruk”. Ia menyadari, “Saya tidak mengerti dengan jelas hal sesungguhnya yang dimaksudkan dengan baik atau buruk. Demikianlah, seandainya saya menyatakan bahwa “ini baik” atau “itu buruk”, maka saya akan dipengaruhi oleh perasaan-perasaan, keinginan, penolakan dan ketidaksukaan. Berdasarkan pada hal tersebut, saya akan salah, dan kesalahan tersebut menyebabkan saya menyesal, dan perasaan menyesal ini menyebabkan suatu penghalang bagiku.” Demikianlah, karena rasa takut atau tidak suka pada kesalahan disebabkan menyatakan pandangan, ia tidak akan menyatakan sesuatu itu baik atau buruk. Seandainya suatu pertanyaan diajukan kepadanya, ia akan menjawab dengan berbelit-belit dan membingungkan, dengan menyatakan: saya tidak mengatakan demikian, saya tidak mengatakan yang lainnya, saya tidak mengatakan berbeda pendapat, saya tidak menolak pendapatmu, saya tidak mengatakan begini atau begitu.”

Pandangan Keempatbelas

19. “Selanjutnya para bhikkhu, ada beberapa pertapa dan brahmana yang tidak mengerti dengan baik, hal sesungguhnya yang dimaksudkan dengan “baik” atau “buruk”. Ia menyadari, “Saya tidak mengerti dengan jelas hal sesungguhnya yang dimaksudkan dengan baik atau buruk. Demikianlah, seandainya saya menyatakan bahwa “ini baik” atau “itu buruk”, maka saya akan dipengaruhi oleh perasaan-perasaan, keinginan, penolakan dan ketidaksukaan. Berdasarkan pada hal tersebut, saya akan terikat pada keadaan batin yang menyebabkan kelahiran kembali, dan ikatan itu akan menyebabkan saya menyesal, dan perasaan menyesal ini menyebabkan suatu penghalang bagiku.” Demikianlah, karena rasa takut atau tidak suka pada kesalahan disebabkan menyatakan pandangan, ia tidak akan menyatakan sesuatu itu baik atau buruk. Seandainya suatu pertanyaan diajukan kepadanya, ia akan menjawab dengan berbelit-belit dan membingungkan, dengan menyatakan: saya tidak mengatakan demikian, saya tidak mengatakan yang lainnya, saya tidak mengatakan berbeda pendapat, saya tidak menolak pendapatmu, saya tidak mengatakan begini atau begitu.”

Pandangan Kelimabelas

20. “Selanjutnya para bhikkhu, ada beberapa pertapa dan brahmana yang tidak mengerti dengan baik, hal sesungguhnya yang dimaksudkan dengan “baik” atau “buruk”. Ia menyadari: saya tidak mengerti dengan jelas hal sesungguhnya yang dimaksudkan dengan baik atau buruk. Tetapi, ada pertapa dan brahmana yang pandai, cerdik, pengalaman dalam berdebat, pintar mencari kesalahan, pandai mengelak, yang mampu mematahkan pandangan orang lain dengan kebijaksanaan mereka. Maka, seandainya saya menyatakan ini baik atau itu buruk, mereka datang padaku, meminta pendapatku, dan menunjukkan kesalahan-kesalahanku. Karena mereka bersikap begitu padaku, saya tidak sanggup memberikan jawaban. Dan, hal ini akan menyebabkan saya menyesal, dan rasa penyesalan ini akan menjadi suatu penghalang bagiku.”

Pandangan Keenambelas

21. “Selanjutnya para bhikkhu, ada beberapa pertapa dan brahmana yang bodoh dan dungu. Dan karena kebodohan dan kedunguannya, maka seandainya ada pertanyaan yang diajukan kepadanya, ia akan menjawab berbelit-belit dan membingungkan, dengan menyatakan, bahwa seandainya ada pertanyaan kepadaku:

• Apakah ada dunia lain? Jikalau saya pikir ada, saya akan menjawab begitu. Tetapi, saya tidak mengatakan demikian. Saya tidak berpandangan begini atau begitu. Saya pun tidak berpandangan “bukan kedua-duanya”. Saya tidak membantahnya. Saya tidak mengatakan ada atau tidak ada dunia lain. Demikianlah, ia bersikap berbelit-belit. Begitu pula sikap dan jawabannya kalau ditanyakan masalah-masalah:
• Tidak ada dunia lain.
• Ada atau tidak ada dunia lain.
• Bukan ada dan bukan tidak ada dunia lain.

• Ada makhluk yang terlahir secara spontan [langsung], tanpa melalui rahim ibu (opapatika).
• Tidak ada makhluk opapatika.
• Ada atau tidak ada makhluk opapatika.
• Bukan ada dan bukan tidak ada makhluk opapatika.

• Ada buah sebagai akibat perbuatan baik atau buruk.
• Tidak ada buah sebagai akibat perbuatan baik atau buruk.
• Ada atau tidak ada buah sebagai akibat perbuatan baik atau buruk.
• Bukan ada dan bukan tidak ada buah sebagai akibat perbuatan baik atau buruk.

• Setelah meninggal, Tathagata tetap ada.
• Setelah meninggal, Tathagata tidak ada.
• Setelah meninggal, Tathagata ada atau tidak ada.
• Setelah meninggal, Tathagata bukan ada dan bukan tidak ada.”

salam metta. ^^
 
ya, jadi supaya aman, kita harusnya latihan sampai bisa direct communication dengan para Bodhisattva itu, seperti Je Tsongkhapa yang bisa bercakap-cakap dengan Manjushri ketika ragu-ragu. Dijamin tidak akan salah jalan!
hehe

nah... kalau yang bicara dengan medium kerasukan kuan im gimana ? sama gak ? Ntar ujung-ujung-nya dibilang-in boong... karena gak bisa bukti-in... sama donk dengan para pandit pandit / yogi ternama yang "katanya" bisa berkomunikasi langsung dengan para bodhisatva...

NAH HAYOOO...
 
kalo soal emanasi-emanasi. kembali ke jawaban padma kmrn. bila jawaban yang dituju merujuk kepada theravada tentu tidak akan pernah berujung. :P karena penjelasan masing2 aliran sekilas berbeda2. seperti yang dijelaskan di LIH td.

Hinayana yang dimaksud dalam LIH sini merujuk kpd Theravada (CMMIW)
Bukan rendah/hina :D
sedang 3 atribut yang dimaksud disana adalah kendaraan:
kecil,menengah,besar. ketiganya mempunyai kualitas yang sama dalam mencapai kebudhaan.
jadi hinayana dikategorikan sbg kendaraan kecil, tetap mempunyai kualitas sama.

ya benar, Mahayana pertama diturunkan kpd arya shantideva dan nagarjuna melalui maitreya dan manjusri bodhisattva.
Disalah satu sutra tertulis manjustri mempunyai kecerdasan dan kebijaksanaan yang unggul. ia mampu mewakilkan budha sakyamuni membabarkan segala dharma.

biksu je tsongkapa mampu berkomunikasi dengan mudah dengan Manjusri semudah kita berkomunikasi dengan sesama. YM atisa juga pernah berkomunikasi dengan bodhisatva pada saat ia memutuskan apakah ia akan pergi ketibet atau menetap diindia. Bodhisatva mnjawab bila ia menetap diindia ia akan hidup hingga usia 92 bila ia pergi membabarkan dharma ke tibet ia hanya akan mencapai usia 73 saja.

kalau MAHA = BESAR... YANA = Kendaraan... maka MAHAYANA = kendaraan BESAR... itu betul...

Tetapi kalau kendaraan kecil = CULAYANA... karena CULA = kecil... misalnya CULA VAGGA = Vagga Kecil, MAHA VAGGA = Vagga Besar...

Nah... kalau HINA = rendah... maka HINAYANA = kendaraan Rendah...
 
Berarti HINAYANA=merujuk kepada kendaraan berkapasitas rendah.

^marcedes

salam metta jg ^_^
 
nah... kalau yang bicara dengan medium kerasukan kuan im gimana ? sama gak ? Ntar ujung-ujung-nya dibilang-in boong... karena gak bisa bukti-in... sama donk dengan para pandit pandit / yogi ternama yang "katanya" bisa berkomunikasi langsung dengan para bodhisatva...

NAH HAYOOO...

Saya mempunyai kenalan seorang phisic. Para medium umumnya tidak akan bisa berkomunikasi dengan bodhisattva. Karena mereka tidak punya tingkat kesucian yang setara.

Umumnya spirit-spirit yang datang melalui perantara itu adalah makhluk halus sekitar ataupun dewa-dewa biasa.

Makhluk tersebut adakalanya mengaku sebagai makhluk suci, ini dikarenakan 2:
-mereka masih memiliki kemelekatan dan keakuan/kesombongan
-mereka mengaku demikian agar orang lain percaya

Orang-orang yang mampu berkomunikasi dengan bodhisattva maupun makhluk suci hanya lah mereka yang kesuciannya setingkat dengan bodhisattva juga.

Cara untuk mengenali apakah spirit yang diundang makhluk suci atau tidak, hanya dapat dibuktikan dengan cara:
-tanyakan beberapa bait pokok ajaran dari sang Buddha sendiri yang anda ingat.
-memberinya pertanyaan yang berhubungan dengan sutra dsb.
-kalau anda memahami pertanyaan yang dalam, tanyakan padanya.
-bodhisattva tidak akan diundang untuk urusan duniawi.

Umumnya mereka / para "makhluk suci" itu tidak akan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan rapi dan benar. Paling hanya pertanyaan dangkal yang bisa dijawabnya.

Karena tidak semua makhluk halus / dewa melatih dhamma. Kalau tidak percaya silakan buktikan bila suatu saat ada jasa konsultasi yang mengaku kerasukan dewi kwan im.

Untuk para Yogi terkenal sekalipun. bukan jaminan makhluk suci yang dikomunikasikan itu benar-benar bodhisattva asli.
Sangat sulit membedakan mana yang asli. mana yang palsu. Hanya ditentukan oleh yogi yang memiliki pikiran, sila, dan samadhi yang murni yang bisa melihat makhluk yang murni juga.

Tapi yang paling penting disini.

Orang-orang suci yang mampu berkomunikasi tersebut bukanlah sengaja mempelajari hal tersebut. Tapi kemampuan ini muncul secara alami sesuai dengan jodoh dan kondisi orang tersebut. Karena banyak juga orang suci yang tidak mempunyai kemampuan seperti ini. Lalu lantas bukan karena mereka ini tidak suci atau tidak mempunyai pencapaian.

Semua kembali kekondisi / karma masing-masing.
 
Saya mempunyai kenalan seorang phisic. Para medium umumnya tidak akan bisa berkomunikasi dengan bodhisattva. Karena mereka tidak punya tingkat kesucian yang setara.

Umumnya spirit-spirit yang datang melalui perantara itu adalah makhluk halus sekitar ataupun dewa-dewa biasa.

Makhluk tersebut adakalanya mengaku sebagai makhluk suci, ini dikarenakan 2:
-mereka masih memiliki kemelekatan dan keakuan/kesombongan
-mereka mengaku demikian agar orang lain percaya

Orang-orang yang mampu berkomunikasi dengan bodhisattva maupun makhluk suci hanya lah mereka yang kesuciannya setingkat dengan bodhisattva juga.

Cara untuk mengenali apakah spirit yang diundang makhluk suci atau tidak, hanya dapat dibuktikan dengan cara:
-tanyakan beberapa bait pokok ajaran dari sang Buddha sendiri yang anda ingat.
-memberinya pertanyaan yang berhubungan dengan sutra dsb.
-kalau anda memahami pertanyaan yang dalam, tanyakan padanya.
-bodhisattva tidak akan diundang untuk urusan duniawi.

Umumnya mereka / para "makhluk suci" itu tidak akan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan rapi dan benar. Paling hanya pertanyaan dangkal yang bisa dijawabnya.

Karena tidak semua makhluk halus / dewa melatih dhamma. Kalau tidak percaya silakan buktikan bila suatu saat ada jasa konsultasi yang mengaku kerasukan dewi kwan im.

Untuk para Yogi terkenal sekalipun. bukan jaminan makhluk suci yang dikomunikasikan itu benar-benar bodhisattva asli.
Sangat sulit membedakan mana yang asli. mana yang palsu. Hanya ditentukan oleh yogi yang memiliki pikiran, sila, dan samadhi yang murni yang bisa melihat makhluk yang murni juga.

Tapi yang paling penting disini.

Orang-orang suci yang mampu berkomunikasi tersebut bukanlah sengaja mempelajari hal tersebut. Tapi kemampuan ini muncul secara alami sesuai dengan jodoh dan kondisi orang tersebut. Karena banyak juga orang suci yang tidak mempunyai kemampuan seperti ini. Lalu lantas bukan karena mereka ini tidak suci atau tidak mempunyai pencapaian.

Semua kembali kekondisi / karma masing-masing.

Nah pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa mengukur tingkat "kesucian" seseorang... Ada orang yang dari luar kelihatannya memang suci, tetapi tingkat kesucian kan berkaitan dengan bathin masing-masing...
 
Nah pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa mengukur tingkat "kesucian" seseorang... Ada orang yang dari luar kelihatannya memang suci, tetapi tingkat kesucian kan berkaitan dengan bathin masing-masing...

yup benar bro. yg bisa mengetahui tingkat kesucian hanya orang itu sendiri.
 
yup benar bro. yg bisa mengetahui tingkat kesucian hanya orang itu sendiri.

Nah, ketika pada pandit / yogi tibet "terdahulu" (yang sudah meninggal) meninggalkan kitab/buku yang "kata"-nya di-dapatkan dari pengajaran oleh makhluk super-duniawi (seperti halnya bodhisatva manjusri, maitreya dsbnya), maka sama seperti kasus dimana para "medium" / tang-ki yang juga katanya "dirasuki" oleh dewa-dewa, dan bahkan ada mengaku dirasuki oleh bodhisatva avalokitesvara, MAKA... DENGAN DASAR APAKAH KITA MENGATAKAN BAHWA YANG SATU BENAR SEDANGKAN YANG LAIN BOHONG / NGACO ? Karena sama-sama tidak dapat membuktikan secara langsung, maka yang menyatakan diri-nya benar sedangkan yang lainnya salah apakah bukan sama saja SETALI TIGA UANG (SAMA SAMA TIDAK BISA DIBUKTIKAN)...

Itu maksud point saya yang NETRAL.
 
Karena sama-sama tidak dapat membuktikan secara langsung, (SAMA SAMA TIDAK BISA DIBUKTIKAN)...

ya itu benar sdr. dilbert

sependapat dengan anda. kesucian seseorang tidak bisa diukur yang satu lebih suci dari yang lainnya.

hanya saja kalau yang dimaksud siTS adalah untuk menguji kategori makhluk yang datang. mungkin itu lain cerita.

tapi nanti saya coba kalau ada tangki-tangki pada saat upacara cap go meh. =D
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.