• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Etnis tionghoa juga berkontribusi kepada negara ini

babehsexydotcom

IndoForum Newbie E
No. Urut
77818
Sejak
14 Agt 2009
Pesan
47
Nilai reaksi
1
Poin
8
Jangan ada unsur rasism dan agama yah balesan nya.. saya cuma mengulas saja.. :)
Tan Joe Hok
Bahagia, Jadi Kebanggaan Bangsa

Dia punya nama besar sebagai atlet kebanggan negeri ini pada masanya. Dia bahagia dapat mengharumkan nama bangsa. Tan Joe Hok, kelahiran Bandung, 11 Agustus 1937 putra pertama Indonesia yang menjuarai All England (1959) dan meraih medali emas Asian Games (1962). Selain itu, bersama enam pebulu tangkis Indonesia lainnya, merebut Piala Thomas pertama kalinya (1958) dan mempertahankan tahun berikutnya.

Dia seorang pahlawan bulutangkis Indonesia. Bayangkan dia berkorban meninggalkan bangku sekolah demi mengharumkan nama bangsa melalui bulu tangkis. Tan memulai main bulutangkis di jalanan. Ayahnya seorang pedagang yang pemain sepakbola, kemudian melihat bakatnya dan memberi dukungan. Darah pebulu tangkis mengalir dari ibunya, yang juga pebulu tangkis.

Setelah mendapat dukungan dari kedua orangtuanya, prestasi Joe menaik cepat. Pada usia 12, dia berlatih di lapangan yang dibangun ayahnya, di depan rumah mereka. Kemudian, pelatih klub Blue White, Lie Tjuk Kong, mengajaknya bergabung. Dia pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu dengan berlatih saban hari. Ia selalu bangun pukul 5 pagi, untuk berlari dua jam.

Suatu ketika, anak kedua dari enam bersaudara ini menyaksikan pertandingan tinju di Bandung. Dia sangat terkesan dengan gerak kaki petinju itu. Lalu, dia pun meniru, dengan latihan skipping.

Dalam usia 17, tahun 1954, mulai menunjukkan kehebatannya pada kejuaraan nasional di Surabaya. Dia menundukkan Njo Kiem Bie, pebulu tangkis yang sedang tenar dan terkenal dengan smash-nya yang mematikan saat itu. Dua tahun berikutnya (1956), ia mengalahkan pemain terkenal Eddy Jusuf.

Setelah itu, dia menunjukkan kehebatannya kepada dunia. Dengan mengandalkan stamina dan kecepatan, ia mengalahkan jagoan Denmark Finn Kobbero dan Erland Kops. Lalu bersama enam pebulu tangkis Indonesia lainnya, di antaranya Ferry Sonneville, mereka merebut Piala Thomas.

Pada usia 22 tahun, nama Indonesia dan namanya diulas lumayan panjang di majalah Sports Illustrated, sebuah majalah olahraga bergengsi di Amerika, ketika itu. di All England, Kanada dan AS Terbuka diulas panjang lebar.

Dia pun menjadi kebanggan banyak orang di Indonesia, mulai dari rakyat kecil, tukang becak, sopir, pedagang, mahasiswa, pejabat hingga Saat itu ia merasa menjadi orang yang paling bahagia atas keberhasilannya. Bagaimana Presiden Soekarno ketika itu.

Dia pun berkesempatan ketemu dengan Bung Karno. Saat itu, Bung Karno bilang: "Indonesia punya banyak dokter dan insinyur, tapi hanya sedikit yang seperti kamu. Saya akan dukung kamu."

Pada saat itu, Tan Joe Hok sambil kuliah dan menjadi asisten dosen bidang kimia di Universitas Baylor, Texas, Amerika Serikat. Tapi, dia secara khusus dipanggil pulang ke Indonesia untuk bertarung di arena bulu tangkis di Asian Games 1962 yang berlangsung di Jakarta.

Dia pun meraih medali emas. Saat dia mau kembali melanjutkan kuliahnya ke AS, Bung Karno memberinya selembar cek bernilai US$1.000. Tapi dia bukan mata duitan dan karena merasa punya bekal cukup, ia dengan rendah hati mengembalikan cek itu. Baginya, menjadi putra Indonesia yang dibanggakan lebih berharga dari sejumlah uang.

Sepulang belajar di AS, dia bergabung dengan regu Piala Thomas Indonesia di Tokyo. Dia menjadi bintang dengan mengalahkan Erland Kops dan K.A. Nielsen. Indonesia menang 5x4, Indonesia dan berhasil mempertahankan Piala Thomas, 1964.

Tahun berikutnya, dia menikah dengan Goei Kiok Nio (1965), dan dikaruniai dua anak. setelah itu, pemegang sabuk kuning yudo, ini sempat melatih bulu tangkis di Mexico (1969-1970) dan di Hong Kong (1971).

Lalu tahun 1972, kembali ke Indonesia. Dia pun mendirikan usaha di bidang pest control. Tapi aliran darahnya tidak bisa lepas dari bulu tangkis. Dia tak kuasa menolak manakala ditawari menjadi pelatih Pelatnas Piala Thomas 1984.

Sebagai pelatih, di bawah bimbingannya regu bulu tangkis Indonesia berhasil menundukkan Cina dalam final perebutan Piala Thomas di Kuala Lumpur, 18 Mei 1984. Lalu, SIWO/PWI Jaya menganugerahkan penghargaan sebagai Pelatih Olah Raga Terbaik (1984).

Sebagai pelatih, dia bergabung dengan PB Djarum sejak 1982. Kemudian merangkap sebagai project manager cabang PB Djarum di Jakarta. Dia melahirkan beberapa pemain nasional
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Siauw Giok Tjhan
Siauw Giok Tjhan (lahir di Kapasan, Simokerto, Surabaya, Jawa Timur, 23 Maret 1914 – meninggal di Leiden, Belanda, 20 November 1981 pada umur 67 tahun) adalah seorang politikus pejuang dan tokoh gerakan kemerdekaan Indonesia dari golongan Tionghoa-Indonesia.

Ayahnya bernama Siauw Gwan Swie, seorang peranakan dan ibunya Kwan Tjian Nio, seorang totok. Memiliki adik bernama Siauw Giok Bie. Siauw pernah menjadi ketua umum Baperki, Menteri Negara, anggota BP KNIP, anggota parlemen RIS, parlemen RI sementara, anggota DPR hasil pemilu 1955/anggota Majelis Konstituante, anggota DPRGR/MPR-S, dan anggota DPA. Salah satu warisan buah karya Siauw ialah Universitas Trisakti yang dulu didirikan oleh Baperki dengan nama Universitas Res Publika, yang kemudian diubah namanya menjadi Universitas Trisakti. Siauw Giok Tjhan wafat di Belanda pada tanggal 20 November l98l, beberapa menit sebelum memberikan ceramah di Universitas Leiden.

Siauw sejak kecil sudah mempunyai watak perlawanan atas penghinaan dan ketidakadilan yang menimpa diri dan kelompok etnisnya. Saat itu, ejekan "cina loleng" sering sekali dilayangkan oleh kelompok anti-Tionghoa untuk merendahkan orang-orang Tionghoa. Begitulah, dengan kemahiran kung-fu yang dipelajari dari kakeknya, memungkinkan Siauw Giok Tjhan untuk berkelahi melawan anak-anak Belanda, Indo, dan Ambon yang mengejek dirinya. Istilah "cina-loleng" adalah salah satu penghinaan yang biasa dilontarkan untuk etnis Tionghoa. Keteguhan dan kekerasan jiwa dalam memperjuangkan keadilan tumbuh dalam lingkungan hidup yang harus dihadapi. Terutama setelah kedua orang tuanya meninggal dalam usia muda, ia terpaksa melepaskan sekolah begitu selesai HBS, untuk mencari nafkah meneruskan hidupnya bersama adik tunggalnya, Siauw Giok Bie yang masih harus meneruskan sekolah itu.

Ada beberapa peristiwa yang memperlihatkan Siauw Giok Tjhan adalah seorang yang sangat sederhana, keras pada diri-sendiri, tapi sabar pada orang lain.

Begitu keras dan disiplinnya tidak menggunakan milik umum untuk kepentingan diri sendiri dan keluarganya. Tan Gien Hwa, istrinya ketika di Malang, September 1947 akan melahirkan anak ke-4. Adik satu-satunya, Siauw Giok Bie hendak menggunakan mobil Palang Biru. Ia melarang Siauw Giok Bie untuk mengantar kakak iparnya (Ny. Siauw Giok Tjhan) ke rumah sakit dengan menggunakan fasilitas umum. Palang Biru adalah organisasi Angkatan Muda Tionghoa untuk memberikan pertolongan pertama kepada prajurit-prajurit yang terluka di garis depan melawan agresi militer Belanda. Beruntung, sekalipun harus diantar dengan naik becak, Ibu Siauw Giok Tjhan bisa melahirkan Siauw Tiong Hian dalam keadaan selamat.

Pada saat ia dilantik menjadi menteri negara Urusan Minoritas oleh Kabinet Amir Syarifudin, Siauw yang belum mendapatkan mobil menteri, hanya bisa naik andong (kereta kuda) untuk ke ke Istana. Tapi malang, ternyata andong dilarang memasuki halaman Istana, terpaksa ia turun dari andong dan dengan jalan kaki masuk Keraton Yogyakarta. Pada saat itu ia juga terbentur dengan masalah rumah tinggal. Ternyata tidak ada perumahan pemerintah yang bisa diberikan kepadanya sebagai menteri negara. Pada saat itu, menteri yang datang dari luar Yogyakarta, boleh tinggal di Hotel Merdeka. Tapi untuk menghemat pengeluaran uang negara, Siauw memilih tinggal di gedung kementerian negara, di Jalan Jetis, Yogya, dan harus tidur di atas meja tulis.

Kesederhanaan hidup sehari-hari, sebagaimana biasa kemana-mana hanya mengenakan baju kemeja-tangan pendek, yang lebih sering terlihat hanya berwarna putih, celana-drill pantalon dan bersepatu sandalet saja itu, beliau harus berkali-kali dianggap sebagai orang kere yang tidak perlu dilayani oleh noni-noni pejabat administrasi kenegaraan Indonesian pada saat beliau harus menemui Menteri-Menteri atau Presiden-Direktur Bank. Tapi, itulah pembawaan Siauw yang sangat bersahaja, yang dikagumi oleh kawan-kawan maupun lawan-lawan politiknya.

"Lahir di Indonesia, Besar di Indonesia menjadi Putra-Putri Indonesia" adalah semboyan yang untuk pertama-kalinya dikumandangkan Kwee Hing Tjiat melalui Harian MATAHARI di Semarang sejak tahun 1933-1934. Dan semboyan ini benar-benar menjadi keyakinan-hidup Siauw Giok Tjhan sejak masa muda, berjuang menjadi putra ter-baik Indonesia yang tidak ada bedanya dengan putra-putra Indonesia bersuku lainnya dalam usaha dan memperjuangkan kemerdekaan dan kebahagiaan hidup bersama.

Dalam menghadapi persoalan Tionghoa di Indonesia, Siauw Giok Tjhan menganut konsep Integrasi yaitu konsep menjadi Warga Negara dan menjadi bagian dari masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku dan budaya tanpa menghilangkan identitas budaya dan suku dari masing masing komponen masyarakat termasuk masyarakat Tionghoa. Konsep Integrasi yang diperjuangkan oleh Siauw Giok Tjhan ini sangat identik dengan teori "pluralisme" atau "multikulturalisme".

Menurut Siauw Giok Tjhan, Indonesian Race - Ras Indonesia - tidak ada. Yang ada adalah "Nasion" Indonesia, yang terdiri dari banyak suku bangsa. Siauw berpendapat, sejak tahun 50-an, golongan Tionghoa yang sudah bergenerasi di Indonesia, harus memperoleh status suku. Dengan demikian suku Tionghoa adalah bagian dari "Nasion" Indonesia. Berdasarkan pengertian inilah, Siauw mencanangkan konsep integrasi, sebagai metode yang paling efektif dalam mewujudkan "Nasion" Indonesia - Nasion yang ber-Bhineka Tunggal Ika - berbeda-beda tetapi bersatu. Setiap suku, termasuk suku Tionghoa, harus mengintegrasikan diri mereka ke dalam tubuh "Nasion" Indonesia melalui kegiatan politik, sosial dan ekonomi, sehingga aspirasi "Nasion" Indonesia itu menjadi aspirasi setiap suku. Berpijak di atas prinsip ini, Siauw mengemukakan bahwa setiap suku tetap mempertahankan nama, bahasa dan kebudayaannya, tetapi bekerja sama dengan suku-suku lainnya dalam membangun Indonesia.

"Lahir di Indonesia, Besar di Indonesia menjadi Putra-Putri Indonesia" adalah semboyan yang untuk pertama-kalinya dikumandangkan Kwee Hing Tjiat melalui Harian MATAHARI di Semarang sejak tahun 1933-1934. Dan semboyan ini benar-benar menjadi keyakinan-hidup Siauw Giok Tjhan sejak masa muda, berjuang menjadi putra ter-baik Indonesia yang tidak ada bedanya dengan putra-putra Indonesia bersuku lainnya dalam usaha dan memperjuangkan kemerdekaan dan kebahagiaan hidup bersama.

Dalam menghadapi persoalan Tionghoa di Indonesia, Siauw Giok Tjhan menganut konsep Integrasi yaitu konsep menjadi Warga Negara dan menjadi bagian dari masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku dan budaya tanpa menghilangkan identitas budaya dan suku dari masing masing komponen masyarakat termasuk masyarakat Tionghoa. Konsep Integrasi yang diperjuangkan oleh Siauw Giok Tjhan ini sangat identik dengan teori "pluralisme" atau "multikulturalisme".

Menurut Siauw Giok Tjhan, Indonesian Race - Ras Indonesia - tidak ada. Yang ada adalah "Nasion" Indonesia, yang terdiri dari banyak suku bangsa. Siauw berpendapat, sejak tahun 50-an, golongan Tionghoa yang sudah bergenerasi di Indonesia, harus memperoleh status suku. Dengan demikian suku Tionghoa adalah bagian dari "Nasion" Indonesia. Berdasarkan pengertian inilah, Siauw mencanangkan konsep integrasi, sebagai metode yang paling efektif dalam mewujudkan "Nasion" Indonesia - Nasion yang ber-Bhineka Tunggal Ika - berbeda-beda tetapi bersatu. Setiap suku, termasuk suku Tionghoa, harus mengintegrasikan diri mereka ke dalam tubuh "Nasion" Indonesia melalui kegiatan politik, sosial dan ekonomi, sehingga aspirasi "Nasion" Indonesia itu menjadi aspirasi setiap suku. Berpijak di atas prinsip ini, Siauw mengemukakan bahwa setiap suku tetap mempertahankan nama, bahasa dan kebudayaannya, tetapi bekerja sama dengan suku-suku lainnya dalam membangun Indonesia.

Siauw Giok Tjhan adalah ketua umum Badan Permusjawaratan Kewarganegaraan Indonesia (BAPERKI), sebuah organisasi massa yang didirikan pada suatu pertemuan di Gedung Sin Ming Hui di Jakarta pada 13 Maret 1954. Pertemuan ini dihadiri oleh 44 orang Tokoh Tionghoa, kebanyakan dari mereka merupakan wakil dari berbagai organisasi Tionghoa, seperti PERWITT (Persatuan Warga Indonesia Turunan Tionghoa) yang berpusat di Kediri, PERWANIT (Persatuan Warga Indonesia Tionghoa) yang berdiri di Surabaya dan PERTIP (Perserikatan Tionghoa Peranakan) yang berdiri di Makassar. Semua peserta adalah peranakan Tionghoa yang umumnya berpendidikan Belanda. Sebagian besar dari mereka berasal dari Jawa, tetapi ada pula sebagian yang berasal dari luar Jawa, seperti Padang, Palembang, dan Banjarmasin.

Mereka mewakili semua spektrum politik di Indonesia saat itu, antara lain tokoh-tokoh golongan kanan, seperti Khoe Woen Sioe, Tan Po Goan, Auwyong Peng Koen, Tan Siang Lian. Tokoh-tokoh golongan kiri, seperti Siauw Giok Tjhan, Go Gien Tjwan dan Ang Jang Goan, dan mereka yang bergaris netral, seperti Thio Thiam Tjong, Oei Tjoe Tat, Yap Thiam Hien, Tan Eng Tie, Lim Tjong Hian dan Liem Koen Seng (adik Liem Koen Hian).

Siauw Giok Tjhan terpilih sebagai Ketua Umum, sementara wakil ketuanya adalah Oei Tjoe Tat, Khoe Woen Sioe, The Pek Siong, dan Thio Thiam Tjong. Baperki Cabang Jakarta dibentuk pada 14 Maret 1954 dan diketuai oleh Sudarjo Tjokrosisworo (seorang pribumi Indonesia).

Baperki ikut serta dalam Pemilu 1955 untuk memilih anggota DPR (29 September 1955) dan anggota Konstituante (15 Desember 1955). Dalam kedua pemilu ini, Baperki memperoleh 178.887 untuk DPR dan 160.456 untuk Konstituante, atau 70% suara dari golongan Tionghoa di Jawa. Dengan jumlah suara sebanyak ini, Baperki berhasil memperoleh satu kursi di DPR dan mendudukkan Siauw Giok Tjhan sebagai wakilnya.

Pada tahun 1958 Jajasan Pendidikan dan Kebudajaan Baperki mulai berpikir untuk mendirikan sebuah perguruan tinggi. Maka pada tahun itu dibukalah Akademi Fisika dan Matematika yang tujuan utamanya adalah mendidik guru-guru sekolah menengah. Setelah itu, pada 1959, dibuka pula Kedokteran Gigi (September), dan Teknik (November). Pada 1962 dibuka Fakultas Kedokteran dan Sastra. Rektor pertama Universitas Baperki ini adalah Ferdinand Lumban Tobing, seorang dokter yang pernah menjadi menteri dalam beberapa kabinet di masa demokrasi parlementer.

Pada 1962, nama Universitas Baperki diubah menjadi Universitas Res Publica yang biasa disingkat sebagai URECA, dengan cabang-cabang di berbagai kota di Jawa dan Sumatra. Setelah peristiwa G30S, Universitas Res Publica ditutup, dan gedungnya diambil alih oleh pemerintah. URECA di Jakarta kemudian dibuka kembali dengan kepengurusan yang baru, dengan nama Universitas Trisakti.

Untuk Konstituante, Baperki diwakili oleh Siauw Giok Tjhan, Oei Tjoe Tat, Yap Thiam Hien, Go Gien Tjwan, Liem Koen Seng, Oei Poo Djiang, Jan Ave dan C.S. Richter. Dua nama terakhir adalah wakil-wakil Baperki untuk golongan Indo.

Setelah tragedi Gerakan 30 September 1965, Baperki dibubarkan oleh pemerintah Orde Baru karena dituduh sebagai onderbouw Partai Komunis Indonesia. Sejumlah aktivisnya, seperti Siauw Giok Tjhan dan Oei Tjoe Tat dijebloskan ke penjara tanpa pernah diadili.

Siauw Giok Tjhan memasuki kancah politik nasional Indonesia melalui proses pembentukan Partai Tionghoa Indonesia (PTI) yang dipelopori oleh Liem Koen Hian pada tahun 1932. Berusia 18 tahun, Siauw menjadi salah seorang pendiri PTI termuda. PTI berkembang sebagai aliran terbaru di dalam komunitas Tionghoa di zaman Hindia Belanda. Ia mendorong semua Tionghoa di kawasan Hindia Belanda, terutama yang lahir di sana, untuk menerima Indonesia sebagai tanah airnya. Argumentasinya, menurut perspektif masa kini, sangat masuk di akal. Orang Tionghoa pada umumnya lahir, hidup dan meninggal di Indonesia. Setelah hidup bergenerasi, kaitan dengan Tiongkok semakin berkurang.

PTI mendukung berdirinya GERINDO (Gerakan Rakyat Indonesia) pada tanggal 18 Mei 1937, yang berdasarkan keputusan Kongres di Palembang, menerima Oei Gee Hwat (Sekretaris Pengurus Besar PTI) menjadi salah seorang pengurus GERINDO. Ketika itu, GERINDO dibawah pimpinan A.K. Gani, Amir Syarifudin, Mohammad Yamin dan lain lain melanjutkan usaha perjuangan tokoh-tokoh PNI, Partindo, yang di-Digul-kan dan masih dalam pembuangan. Jadi, GERINDO menjalankan garis demokrasi yang mengutamakan perlawanan terhadap fasisme dan tidak mempersoalkan warna-kulit yang berbeda, bisa membuka pintu untuk menerima etnis Tionghoa.

Siauw Giok Tjhan dianggap sebagai tokoh yang memperjuangkan hak komunitas Tionghoa. Akan tetapi sebenarnya ia senantiasa bersandar atas prinsip yang dianugrahi PTI sejak tahun 1932, yaitu pemecahan masalah Tionghoa tidak terpisahkan dari masalah nasional Indonesia. Karena prinsip ini, Siauw Giok Tjhan kerap melontarkan pandangan-pandangan, di dalam bidang politik, sosial dan ekonomi, yang sifatnya membenahkan struktur Indonesia secara keseluruhan.

Pada tahun 1950-an, Siauw tekun menyebar-luaskan pandangannya dalam hal pengembangan ekonomi domestik. Pada hakekatnya, ia menganjurkan dilaksanakannya sebuah kebijakan ekonomi pemerintah yang menyuburkan pada usaha yang dikelola oleh para pedagang Indonesia tanpa memandang latar belakang ras si pedagang.

Argumentasinya, modal domestik ini sangat dibutuhkan untuk membangun ekonomi Indonesia dan pengkonsolidasian usaha domestik akan mempercepat kemakmuran yang bisa diarahkan kemerataannya.

Siauw menentang digalakkannya usaha-usaha raksasa yang dikelola oleh kekuatan multi-nasional karena menurutnya keuntungan usaha semacam ini, yang diperoleh dari eksploitasi kekayaan negara akan ditarik keluar dari Indonesia. Ia beranggapan kebijakan ekonomi yang membunuh usaha domestik dan membangun jaringan multi-nasional akan merugikan Indonesia.

Bilamana modal domestik dikembangkan, ia berargumentasi, keuntungan yang diperoleh akan dipergunakan oleh para pengusaha domestik untuk mengembangkan usahanya, sehingga Indonesia secara keseluruhan memperoleh faedahnya. Pandangan ekonomi digambarkan di atas sebenarnya mencanangkan "perkawinan" antara paham sosialisme dan kapitalisme. Ia menginginkan kapitalisme skala domestik berkembang untuk mempercepat proses perwujudan sosialisme ala Indonesia.

Pada tahun 1950-an, pandangan ekonomi Siauw cukup banyak ditentang oleh beberapa tokoh PKI di parlemen, seperti Sakirman. Mereka mempromosikan konsep ekonomi sosialisme yang menghendaki kapitalisme dikikis habis.

Kedekatan Siauw dengan Bung Karno dan para tokoh politik di zaman Demokrasi Terpimpin memungkinkan pandangan ekonomi ini masuk ke dalam kebijakan ekonomi yang tercantum di dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1964.

Sayangnya kebijakan ini tidak pernah dilaksanakan karena kekuasaan politik beralih ke tangan Soeharto lebih tertarik ke arah Kapitalisme.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Yap Thiam Hien
Obor Pejuang Keadilan dan HAM


Yap Thiam Hien seorang pengabdi hukum sejati. Ia mengabdikan seluruh hidupnya berjuang demi menegakkan keadilan dan hak asasi manusia (HAM). Namanya telah menjadi sumber inspirasi dan obor api semangat bagi segenap pejuang keadilan dan HAM di negeri ini. Pria Tionghoa ini seorang advokat teladan yang berani dan tanpa pamrih selalu hadir paling depan membela orang-orang tertindas. Patutlah namanya diabadikan sebagai nama penghargaan penegakan HAM: Yap Thiam Hien Award.

Sehingga, walaupun pejuang HAM, kelahiran Banda Aceh 25 Mei 1913, ini telah wafat 25 April 1989, namanya tetap hidup menjadi sumber inspirasi dan obor api perjuangan hak asasi manusia yang terus menyala, tidak pernah padam. Ia telah menjadi teladan dan guru bagi banyak advokat terkenal di negeri ini. Semangat juangnya untuk menegakkan keadilan diukir dalam lambang Yap Thiam Hien Award dengan semboyan Fiat Justitia, Ruat Caelum yang artinya tegakkan keadilan, sekalipun langit runtuh.

Agaknya, itu pulalah menjadi makna paling hakiki dari penganugerahan Yap Thiam Hien Award, yaitu suatu sumber nyala api semangat meneruskan (estafet) perjuangan hak asasi manusia sebagai komitmen terhadap kemerdekaan, keadilan dan peradaban. Suatu obor estafet hak asasi manusia. Sekaligus sebagai penghormatan dan penghargaan kepada Yap Thiam Hien, walaupun dia tidak mengharapkan penghargaan itu.

Yap Thiam Hien Award yang adalah penghargaan bidang HAM yang pertama di Indonesia, telah diselenggarakan sejak 1992. Dianugerahkan kepada individu dan lembaga yang teguh berjuang di bidang penegakan HAM.

Siapa Yap Thiam Hien? Sudah banyak cerita (kisah) tentang dia. Ia seorang pejuang hak asasi manusia di Indonesia. Sebagian besar hidupnya diabdikan untuk membela siapa saja yang tertindas. Pemilik sosok tubuh kecil ini bernyali besar untuk membela siapapun yang tertindas.

Ia dikenal sebagai seorang advokat teladan yang mencerminkan prinsip dan idealisme seorang penegak hukum yang ideal. Seorang pejuang hak asasi manusia yang gigih memperjuangkan hak-hak kaum terpinggir dan minoritas. Ia sosok advokat yang menjadi teladan dan sumber inspirasi bagi para penegak hukum generasi sesudahnya.

Sebagai advokat, ia tidak pernah memilih-milih klien untuk dibela. Sejak aktif sebagai advokat tahun 1948, ia selalu melayani kepentingan masyarakat dari semua lapisan tanpa kenal lelah. Hampir setiap perkara yang ditanganinya sarat dengan isu-isu yang bersangkutan dengan hak asasi manusia, prinsip-prinsip negara hukum dan keadilan. Ia tak pernah takut berhadapan dengan kekuasaan walaupun risikonya bisa menyulitkan dirinya, ditahan dan dipenjara.

Memang, ia seorang advokat yang pantas menyandang predikat istimewa dalam penegakan hukum dan keadilan di Indonesia: Seorang ‘Singa Pengadilan’. Demi menegakkan hukum dan keadilan, ia selalu siap berjuang habis-habisan tanpa mengenal rasa takut. Sering kali ia membela klien yang sebelumnya telah ditolak advokat lain karena miskin atau unsur politik dan mengenai kepentingan pemerintah. Pada era Orde Baru itu, kerap kali para advokat menghindari membela kepentingan rakyat yang tertindas. Tetapi, Yap tetap teguh pada prinsip, ia berani dengan segala konsekuensinya membeli kepentingan para wong cilik.

Contohnya, ia pernah membela pedagang di Pasar Senen yang tempat usahanya tergusur oleh pemilik gedung. Saking ‘geram’-nya ‘Singa Pengadilan’ ini bahkan menyerang pengacara pemilik gedung itu dalam persidangan, dengan mengatakan: “Bagaimana Anda bisa membantu seorang kaya menentang orang miskin?” Yap, salah seorang pendiri Lembaga Bantuan Hukum Indonesia itu berani membangkitkan semangat wong cilik tertindas dan tergusur itu untuk menentang kebijakan pemerintah yang salah, demi tegaknya keadilan.

Pada era Bung Karno, Yap (panggilan akrabnya) menulis artikel yang mengimbau presiden agar membebaskan sejumlah tahanan politik, seperti Mohammad Natsir, Mohammad Roem, Mochtar Lubis, Subadio, Syahrir, dan Princen.

Begitu pula ketika terjadinya G-30-S/PKI, Yap, yang dikenal sebagai pribadi yang antikomunis, juga berani membela para tersangka G-30-S/PKI seperti Latief, Asep Suryawan, dan Oei Tjoe Tat. Yap bersama Aisyah Aminy, Dr Halim, Wiratmo Sukito, dan Dr Tambunan yang tergabung dalam Lembaga Hak-hak Asasi Manusia yang mereka dirikan dan sekaligus mewakili Amnesty Internasional di Indonesia, meminta supaya para tapol PKI dibebaskan.

Ia juga membela Soebandrio, bekas perdana menteri, yang menjadi sasaran cacian massa pada awal Orde Baru itu. Pembelaan Yap yang serius dan teliti kepada Soebandrio itu sempat membuat hakim-hakim militer di Mahmilub (Mahkamah Militer Luar Biasa) bingung, heran dan jengkel.

Yap juga seorang tokoh yang antikorupsi. Ia bahkan sempat ditahan selama seminggu pada tahun 1968 sebagai akibat kegigihannya menentang korupsi di lembaga pemerintah.

Pada Peristiwa Malari (Lima Belas Januari) 1974, Yap juga tampil teguh memosisikan diri membela para aktivis berhadapan dengan kekuasaan yang otoriter. Ia pun ditahan tanpa proses peradilan. Ia dianggap menghasut mahasiswa melakukan demo besar-besaran. Begitu pula ketika terjadi Peristiwa Tanjung Priok pada 1984, Yap maju ke depan membela para tersangka.

Yap Thiam Hien, anak sulung dari tiga bersaudara buah kasih Yap Sin Eng dan Hwan Tjing Nio, dibesarkan dalam lingkungan perkebunan yang sangat feodalistik. Kondisi lingkungan feodalistik ini telah menempa pribadi cucu Kapitan Yap Hun Han ini sejak kecil memberontak dan membenci segala bentuk penindasan dan kesewenang-wenangan.

Semangat antipenindasan ini telah mendorongnya untuk giat belajar. Ia sadar bahwa pendidikan adalah syarat utama untuk bisa melawan penindasan. Tanpa pendidikan akan sulit bagi seseorang melepaskan diri dari penindasan, apalagi untuk membela orang dari penindasan. Maka ia pun dengan tekun belajar di Europesche Lagere School, Banda Aceh. Kemudian melanjut ke MULO di Banda Aceh.

Setamat dari MULO, Yap meninggalkan Banda Aceh, melanjutkan studi ke AMS A-II jurusan Sastra Barat di Yogyakarta pada 1933. Ketika di AMS itu Yap banyak menghabiskan waktu membaca literatur berbahasa Belanda, Jerman, Inggris, Prancis, dan Latin.

Kemudian ia pindah ke Jakarta, dan masuk Chineesche Kweekschool. Selepas itu, Yap menjadi guru di Chinese Zendingschool, Cirebon. Berikutnya menjadi guru di Tionghwa Hwee Kwan Holl, China School di Rembang dan Christelijke School di Batavia. Lalu, sejak 1938, Yap yang pernah menjadi pencari langganan telepon, bekerja di kantor asuransi Jakarta dan di Balai Harta Peninggalan Departemen Kehakiman pada 1943.

Belum puas dengan tingkat pendidikan yang diperolehnya, setelah kemerdekaan, Yap berangkat ke negeri kincir angin melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Universitas Leiden, Belanda. Dari sana ia meraih gelar Meester de Rechten.

Sekembali ke tanah air, ia mulai berkiprah sebagai seorang advokat sejak 1948. Pada mulanya menjadi pengacara warga keturunan Tionghoa di Jakarta. Setelah lebih berpengalaman, Yap bersama John Karwin, Mochtar Kusumaatmadja dan Komar membuka kantor pengacara pada 1950. Sampai kemudian, sebagai advokat pejuang, Yap membuka kantor pengacara sendiri sejak tahun 1970.

Sejak aktif sebagai advokat itu, Yap tak jemu-jemunya melayani kepentingan masyarakat. Ia pejuang hak asasi dan gigih memperjuangkan hak-hak kaum minoritas dan kaum tertindas. Dalam profesi sebagai advokat, untuk tujuan memperkuat hukum dan melayani keperluan keadilan, ia pun memelopori berdirinya Peradin (Persatuan Advokat Indonesia) dan kemudian menjadi pimpinan asosiasi advokat itu.

Dalam rangka memperkuat perlawanannya terhadap penindasan dan tindakan diskriminatif yang dialami keturunan Tionghoa, Yap ikut mendirikan BAPERKI, suatu lembaga politik untuk orang-orang Tionghoa. Lalu, pada Pemilihan Umum 1955, ia menjadi anggota DPR dan Konstituante.

Nama Yap muncul ke permukaan setelah ia terlibat dalam perdebatan di Konstituante pada 1959. Ketika itu, sebagai seorang anggota DPR dan Konstituante keturunan Tionghoa, ia menolak kebijakan fraksinya yang mendapat tekanan dari pemerintah. Ia satu-satunya anggota Konstituante yang menentang UUD 1945 karena keberadaan Pasal 6 yang diskriminatif dan konsep kepresidenan yang terlalu kuat.

Perjalanan karir dan perjuangannya juga ditopang dengan kuat oleh Sang Isteri, Tan Gian Khing Nio, yang berprofesi guru. Mereka dikaruniai dua anak dan empat cucu. Yap, yang meraih gelar doktor honoris causa dan dikenal sebagai pengabdi hukum sejati itu, mampu dengan penuh semangat melaksanakan berbagai prinsip keadilannya, juga ditopang oleh Sang Isteri.

Bagi keluarganya, Yap juga seorang panutan. Walaupun sangat sedikit waktu yang bisa dia sediakan untuk keluarga, ia selalu berupaya memanfaatkan waktu yang sempit itu untuk bersahabat dengan isteri dan anak-cucunya. Jika ada waktu senggang ia senang memanfaatkannya dengan bepergian atau berdiskusi dengan putra-putrinya. Baginya, Sang Isteri dan putera-puterinya adalah inspiasi, gairah dan semangat tinggi.

Namun, setinggi apapun semangat itu, tak ada manusia yang kuasa menolak kematian. Begitu pula bagi Yap. Hari itu pun tiba. Dalam suatu perjalanan tugas menghadiri konferensi internasional Lembaga Donor untuk Indonesia di Brussel, Belgia, Yap menderita pendarahan usus. Setelah dua hari dirawat di Rumah Sakit Santo Agustinus, Brussel, Yap menghembuskan napas yang terakhir pada 25 April 1989. Jenazahnya diterbangkan ke Jakarta. Lima hari kemudian, diiringi ribuan pelayat, jenazahnya dikebumikan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir Jakarta.

-------------------------------------------------------------------------
 
sho bun seng

sho bun seng,pembantu letnan,lahir kota raja,aceh 12 november 1911
ikut berjuang memperjuangkan kemerdekaan melawan penjajah belanda maupun jepang.
Empat tahun setelah merdeka,thn 1949,sho bun seng yang bergabung dalam batalyon pagaruyung ditugaskan ke kalimantan barat terutama daerah pontianak,singkawang dan sekitarnya.tahun 1950 sho bun seng mengikuti pasukan yang ditugaskan di jawa barat didaerah tasikmalaya,ciamis menghadapi gerombolan di/tii pimpinan karto suwiryo.
Sho bun seng pension daritni angkatan darat tahun 1958.
Tahun 1967 pulang ke sumatera untuk membangun perikanan.atas desakan teman-teman seperjuangannya mengusulkan sho bun seng untuk mengurus pensiunnya.
Tahun 1968,rapel pensiunnya keluar.mezki kecil tapi berjumlah jutaan.dari nilai jutaan itu,yang dibawanya hanya berapa ratus ribu.sisanya dibagi keteman-teman seperjuangannya.
Tanda jasa baru diketahui dari sutan badar,yang tinggal di bandung,memberi tahu “bintang jasa kamu sudah lama terbengkalai di kantor administrasi bandung,tolong diurus”.baginya katanya,”yang penting membela kemerdekaan,kalau sudah merdeka untuk apa minta-minta tanda jasa”
beberapa penghargaan diterima sho bun seng yang berpangkat pembantu letnan dan jabatan perwira seksi batalyon pagaruyung antara lain:
Satyalancana peristiwa aksi militer kesatu
satyalancana peristiwa perang kemerdekaan kedua ditandatangani oleh menteri pertahanan djuanda
surat tanda jasa pahlawan dari presiden soekarno atas jasanya didalam perjuangan gerilya membela kemerdekaan negara
satyalancana gerakan operasi militer v yang ditandatangani menteri pertahanan djuanda
piagam penghargaan dari panglima angkatan darat djendral tni m.panggabean

meninggal dunia september 2000,pihak keluarga tidak menyangka sho bun seng akan dimakamkan di tmp kalibata.rencananya sebenarnya akan dimakamkan di tpu tonjong ,parung jawa barat karena ada makam istri.tapi ternyata sudah ada yang melapor ke garnisun.selanjutnya garnisun mengirim pasukan kehormatan dan membawa jenasah dengan iringan mobil pasukan serta dikemumikan di tmp kalibata dengan upacara kehormatan militer.

--------------------------------------------------------------------------
lie eng hok
lie eng hok,lahir desa balaraja,tangerang 7 februari 1893-wafat 27-12-1961
h junus jahya dalam buku peranakan idealis,dari lie eng hok sampai teguh karya,lie adalah keturunan tionghoa yang dituduh terlibat dalam pemberontakan 1926 di banten.untuk itu,dia sempat diasingkan di boven digoel selama lima tahun(1927-1932).
Aksi itu dilakukan sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintahan kolonial yang menindas.
Lie eng hok yang menjadi buronan pemerintah kolonial melarikan diri ke semarang.di ibu kota midden java ini,dia membuka usaha jual beli buku loak.menurut kaspin(97) kawan dekat lie yang tinggal di jalan magersari iii no 70 semarang,toko buku lie eng hok terletak di jalan gajah mada semarang.
Suatu ketika tindak tanduk lie terendus.dia tertangkap saat hendak menyampaikan surat dari kawan pergerakan yang disembunyikan di dalam buku loaknya.sebagai hukuman,lie dibuang ke boven digoel.
Usai dibebaskan,lie kembali ke semarang dan menekuni jual beli buku loaknya.pada masa pemerintahan presiden soekarno,lie dinyatakan sebagai perintis kemerdekaan ri berdasarkan sk menteri sosial ri no.pol 111 pk tertanggal 22 januari 1959.lie berhak menerima uang tunjangan sebesar rp. 400,-/bulan
lie eng hok meninggal pada 27 januari 1961.semula jenasahnya dimakamkan di pemakaman tionghoa kedungmundu.namun atas upaya kaspin yang merupakan ketua perintis kemerdekaan cabang semarang,kerangkanya dipindahkan ke taman makam pahlawan giri tunggal dengan pengesahan sk pangdam iv/diponegoro no.b/678/x/1986
------------------------------------------------------------------------------------
mayor john lie tjeng tjoan
salah satu tokoh etnis tionghoa yang berjasa kepada republik ini adalah mayor john lie tjeng tjoan.lahir di menado 19 maret 1911 dari ayah bernama lie kae tae dan ibu bernama maryam oei tjeng nie(keduanya penganut budha).john lie meninggal karena stroke 27 agustus 1988 dan dimakamkan di taman makam pahlawan kalibata,jakarta.
Mendapat tanda jasa pahlawan dari presiden soekarno tahun 1961
dianugerahi bintang mahaputera utama oleh presiden soeharto pada 10 november 1995

ia adalah mualim kapal pelayaran niaga milik belanda kpm yang lalu bergabung dengan angkatan laut ri.semula ia bertugas di cilacap dengan pangkat kapten.di pelabuhan ini selama beberapa bulan ia berhasil membersihkan ranjau yang ditanam jepang untuk menghadapi pasukan sekutu.atas jasanya pangkatnya dinaikkan menjadi mayor.
Ia lalu ditugaskan mengamankan pelayaran kapal yang mengangkut komoditas ekspor indonesia untuk diperdagangkan di luar negeri dalam rangka mengisi kas negara yang saat itu masih tipis.pada masa awal (tahun 1947),ia pernah mengawal kapal yang membawa karet 800 ton untuk diserahkan kepada kepala perwakilan ri di singapura,utoyo ramelan.sejak itu,ia secara rutin melakukan operasi menembus blockade belanda.karet atau hasil bumi lain dibawa ke singapura untuk dibarter dengan senjata.senjata yang mereka peroleh lalu diserahkan kepada pejabat republik yang ada di sumatera seperti bupati riau sebagai sarana perjuangan melawan belanda.perjuangan mereka tidak ringan karena selain menghindari patroli belanda,juga harus menghadang gelombang samudera yang relative besar untuk ukuran kapal yang mereka gunakan.
Untuk keperluan operasi ini,mayor john lie memiliki kapal kecil cepat,dinamakan the outlaw.
Seperti yang dituturkan dalam buku yang disunting kustiniyati mochtar(1992),paling sedikit sebanyak 15 kali ia melakukan operasi “penyelundupan”.pernah saat membawa 18 drum minyak kelapa sawit,ia ditangkap perwira inggris.di pengadilan singapura ia dibebaskan karena tidak terbukti melanggar hukum.ia juga mengalami peristiwa menegangkan saat membawa senjata semiotomatis dari johor ke sumatera,dihadang pesawat terbang patroli belanda.john lie mengatakan,kapalnya sedang kandas.da penembak,seorang berkulit putih dan seorang lagi berkulit gelap tampaknya berasal dari maluku,mengarahkan senjata ke kapal mereka.entah mengapa,komandan tidak mengeluarkan perintah menembak.pesawat itu lalu meninggalkan the outlaw tanpa insiden,mungkin persediaan bahan bakar menipis sehingga buru-buru pergi.setelah menyerahkan senjata kepada bupati usman effendi dan komandan batalyon abusamah,mereka lalu mendapat surat resmi dari syahbandar bahwa the outlaw adalah milik republik indonesia dan diberi nama resmi ppb 58 lb.seminggu kemudian john lie kembali ke port swettenham di malaya untuk mendirikan naval base yang menyuplai bahan bakar,bensin,makanan,senjata,dan keperluan lain perjuangan mempertahankan kemerdekaan indonesia.
Pada awal 1950 ketika ada dibangkok,ia dipanggil pulang ke surabaya oleh ksal subiyakto dan ditugaskan menjadi komandan kapal perang rajawali.pada masa berikut ia aktif dalam penumpasan rms di maluku,lalu ppri/permesta.john lie juga di kenal dengan nama jahya daniel dharma tetap berdinas di angkatan laut,terakhir berpangkat laksamana muda.
----------------------------------------------------------------------------------
sepenggal kisah etnis tionghoa dalam sejarah pergerakan kemerdekaan

pada tanggal 28 oktober 1928, ditengah-tengah acara sumpah pemuda untuk menyatakan kebulatan tekad para pemuda menjadi satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air indonesia, untuk pertama kalinya dikumandangkan lagu kebangsaan indonesia raya. Ternyata acara sumpah pemuda tersebut diikuti juga oleh beberapa orang pemuda etnis tionghoa. Hal ini membuktikan bahwa sejak awal tumbuhnya gerakan kebangsaan dan kemerdekaan, sekelompok etnis tionghoa telah turut berpartisipasi dan peduli akan hari depan bangsa indonesia.

Untuk membalas jasa koran-koran melayu tionghoa yang banyak memuat tulisan-tulisan para pemimpin pergerakan dan untuk menghormati serta menarik simpati kalangan etnis tionghoa, pada tahun 1928 para pemimpin pergerakan tersebut bersepakat bahwa mulai saat itu, mereka hanya akan menggunakan sebutan tionghoa sebagai pengganti pejoratif cina yang mengacu kepada "cina kunciran".

Pada tahun 1932 ditengah-tengah terpecahnya pandangan politik etnis tionghoa yang pro gerakan nasionalis tiongkok dan yang pro hindia belanda, di surabaya berdiri partai tionghoa indonesia (pti) di bawah pimpinan liem koen hian yang mempunyai visi dan misi memperjuangkan kemerdekaan indonesia dari penjajahan belanda. Hal ini kembali membuktikan bahwa di kalangan etnis tionghoa juga telah tumbuh kesadaran politik dan rasa nasionalisme yang tinggi, untuk bersama-sama komponen bangsa lainnya berjuang membebaskan diri dari pemerintah kolonial hindia belanda.

Pada awal masa pendudukan jepang di mana para pemimpin indonesia, soekarno dan hatta berkoloborasi dengan penguasa jepang, sekelompok etnis tionghoa aktif melakukan gerakan bawah tanah untuk melakukan sabotase. Organisasi bawah tanah tersebut di antaranya adalah organisasi rahasia chungking atau nama lengkapnya chung yang hai wei ting chin yang bermarkas di kota malang di bawah pimpinan yap bo chin. Anggota organisasi ini yang tersebar di seluruh pulau jawa dan madura berjumlah 8000 orang, termasuk 400 orang indonesia. Organisasi rahasia ini juga mempunyai dua pemancar radio yang digunakan untuk berhubungan dengan pemerintah tiongkok di chungking. Banyak aksi sabotase yang berhasil dilakukan organisasi ini, antara lain pembongkaran rel kereta api dan pemutusan jaringan telpon di lapangan terbang serta informasi-informasi lainnya yang berhasil disampaikan kepada pemerintah tiongkok di chungking. Organisasi ini akhirnya berhasil dibongkar pihak intelijen jepang dan kedua pemancar radionya berhasil disita, tetapi pemimpinnya yap bo chin berhasil meloloskan diri.

Di samping organisasi chungking yang banyak menggunakan tenaga-tenaga orang-orang tionghoa totok, masih banyak lagi gerakan-gerakan bawah tanah yang dilakukan orang-orang peranakan tionghoa untuk menentang jepang, terutama yang dilakukan bersama orang-orang belanda pada awal masa pendudukan jepang. Di surabaya ada gerakan bawah tanah yang dilakukan kelompok dr.colijn dan oei tjong ie. Di malang ada kelompok tjoa boen tek yang bekerja sama dengan organisasi chungking. Di bogor dan jakarta ada organisasi " piet van dam" yang terdiri dari wernick-tjoa tek swat-lie beng giok. Tugas organisasi ini adalah mengumpulkan segala informasi penting seperti gerakan tentara jepang, penjagaan, transportasi, pemindahan orang-orang interniran, gerakan kapal dllnya untuk disampaikan melalui pemancar radio mereka ke markas sekutu di australia. Di samping itu mereka juga bertugas untuk menyediakan dan mengantar senjata, suku cadang radio, pemancar dan surat-surat keterangan. Di jakarta organisasi ini bermarkas di toko beng, di jalan pecenongan dan di bogor di toko peng.
Karena kurang berpengalaman, pada akhir desember 1942, organisasi ini berhasil digulung kenpeitai jepang. Wernick, lie beng giok dan tjoa tek swat ditangkap dan mengalami siksaan yang luar biasa dari kenpeitai jepang. Tjoa tek swat kemudian dihukum penggal kepala diancol.

Pada tahun 1945, empat orang etnis tionghoa turut serta merancang uud ri dan menjadi anggota dokuritu zunbi tyoosa kai atau badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan indonesia (bpupki) dan seorang menjadi anggota dokuritu zunbi inkai atau panitia persiapan kemerdekaan indonesia (ppki).

Pada masa perjuangan bersenjata untuk mempertahankan kemedekaan, tidak boleh dilupakan peranan etnis tionghoa, antara lain dalam membantu supplai bahan-bahan makanan dan menyelundupkan senjata dari singapore untuk keperluan para gerilyawan.

Dalam pertempuran surabaya melawan pasukan inggris pada bulan november 1945, tidak sedikit peranan pemuda-pemuda tionghoa. Wartawan "merah putih" yang terbit di jakarta menyatakan di surakarta mengenai kunjungannya ke medan pertempuran surabaya antara lain, seorang pemimpin tionghoa telah berpidato di depan corong radio surabaya tentang kekejaman yang dilakukan tentara inggris terhadap rakyat surabaya. Pidato tersebut ditujukan kepada pemerintah tiongkok di chungking, dan sebagai jawabannya radio chungking menyerukan kepada para pemuda tionghoa agar bahu membahu bersama rakyat indonesia melawan keganasan tentara inggris. Seruan ini akibat pemboman pasukan inggris yang mengakibatkan lebih dari seribu orang tionghoa menderita luka-luka dan meninggal dunia. Menyambut seruan tersebut pemuda-pemuda tionghoa mengorganisasikan diri ke dalam pasukan bela diri di bawah bendera tiongkok. Mereka merebut senjata dan berangkat ke front pertempuran untuk melawan pasukan inggris.

Berkenaan dengan pertempuran surabaya, pada tanggal 12 november 1945, bung karno mengucapkan pidato antara lain :

"ratusan orang tionghoa dan arab yang tidak bersalah dan suka damai, yang datang di negeri ini untuk berdagang, terbunuh dan luka-luka berat. Kurban di pihak indonesia lebih banyak lagi. Saya protes keras terhadap pemakaian senjata modern, yang ditujukan kepada penduduk kota yang tidak sanggup mempertahankan diri untuk melawan".

Demikian juga perlu dicatat peranan etnis tionghoa dalam perjuangan politik untuk mempertahankan kemerdekaan. Pada kabinet sjahrir ke-2, mr.tan po gwan diangkat menjadi menteri negara urusan tionghoa. Ketika amir sjarifoeddin membentuk kabinetnya, siauw giok tjhan diangkat menjadi menteri negara yang mewakili etnis tionghoa dan dr.ong eng die dari pni sebagai wakil menteri keuangan. Dalam perundingan di kapal uss- renville di teluk jakarta, dr.tjoa siek in ditunjuk menjadi anggota delegasi, demikian juga dalam konperensi meja bundar (kmb) di den haag, dr.sim kie ay diikut sertakan oleh drs.moh.hatta sebagai anggota dan penasihat delegasi ri.

Sebagai hasil kmb dibentuk pemerintahan republik indonesia serikat (ris) dan pada tanggal 15 pebruari 1950 dibentuk parlemen. Enam orang di antara anggota parlemen ris adalah peranakan tionghoa. Dua orang mewakili pemerintah republik yaitu siauw giok tjhan dan drs.yap tjwan bing, seorang mewakili negara indonesia timur yaitu mr.tan tjin leng, dua orang mewakili negara jawa timur yaitu ir.tan boen aan dan mr.tjoa sie hwie dan tjoeng lin sen mewakili negara kalimantan barat.

Di masa demokrasi parlementer (1950-1959), delapan orang etnis tionghoa menjadi anggota dprs yaitu : Siauw giok tjhan, tan boen aan, tan po gwan, teng tjin leng, tjoa sie hwie, tjoeng lin sen (pada bulan agustus 1954 diganti tio kang soen), tjung tin jan dan yap tjwan bing (pada bulan agustus 1954 diganti tony wen alias boen kim to).`

di dalam kabinet ali satroamidjojo i dr.ong eng die ditunjuk menjadi menteri keuangan dan lie kiat teng menjadi menteri kesehatan. Dalam dpr hasil pemilihan umum tahun 1955 terpilih beberapa orang etnis tionghoa yaitu oei tjeng hien (masjumi), tan oen hong dan tan kim liong (nu), tjung tin jan (partai katholik), lie po joe (pni), tjoo tik tjoen (pki) dan ang tjiang liat (baperki). Sedangkan di konstituante terpilih sebagai anggota antara lain siauw giok tjhan, oei tjoe tat, yap thiam hien, go gien tjwan, liem koen seng, oei poo djiang-kesemuanya dari baperki, tony wen dari pni, oei hay djoen dan tan ling djie dari pki.

Di masa demokrasi terpimpin (1959-1965), siauw giok tjhan ditunjuk menjadi anggota dpr-gr mewakili golongan fungsional. Kemudian dalam kabinet kerja ke-iv, kabinet dwikora dan kabinet dwikora yang disempurnakan, oei tjoe tat diangkat menjadi menteri negara diperbantukan kepada presiden ri dan david gee cheng diangkat menjadi menteri ciptakarya & konstruksi dalam kabinet dwikora yang disempurnakan.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
tjoa tek swat
tjoa tek swat (cicurug, sukabumi, 29 september 1911 - jakarta, 12 desember 1944) adalah seorang pendeta kristen yang terlibat dalam gerakan perlawanan terhadap penjajahan jepang melalui sebuah gerakan bawah tanah yang dinamai "piet van dam". Organisasi ini bergerak di bogor dan di jakarta. Selain tjoa tek swat sendiri, dua orang anggota lainnya adalah wernick dan lie beng giok (yang belakangan berganti nama menjadi lbg suryadinata).

Pendidikan dan pekerjaan

tjoa tek swat menempuh pendidikan teologi di sekolah tinggi teologi jakarta, yang saat itu masih bernama hoogere theologische school (hts) dan terletak di kota bogor. Ia adalah salah seorang dari produk pertama sekolah ini. Kemudian ia melayani di sebuah gereja di jakarta, yang jemaatnya terdiri atas orang-orang tionghoa dan belanda.

Aktivitas

bersama dengan kedua temannya, tjoa tek swat mengumpulkan berbagai informasi penting tentang tentara jepang, penjagaan, transportasi, pemindahan para tahanan, gerakan kapal, dll. Yang semuanya diteruskan lewat pemancar radio mereka ke markas tentara sekutu di australia. Di samping itu mereka juga menyediakan dan mengantarkan senjata, suku cadang radio, pemancar dan berbagai surat keterangan.

Namun karena kelompok ini kurang berpengalaman, pada akhir desember 1942 organisasi ini berhasil terbongkar dan mereka semua ditangkap oleh kempeitai jepang. Di tahanan, mereka disiksa dengan hebat, dan tjoa tek swat dihukum penggal pada tanggal 12 desember 1944. Lie beng giok selamat, sementara wernick tak diketahui nasibnya. Setelah jepang kalah dalam perang dunia ii, oleh pihak sekutu jenazah tjoa dikebumikan di kuburan belanda ancol, jakarta utara.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
taufik halim, pejuang kemerdekaan ri keturunan tionghoa yang masih tersisa
gedung daerah di jalan diponegoro pekanbaru, selasa (18/8) lalu, dipenuhi para juang kemerdekaan ri. Memang setiap tahun tanggal 18 agustus, pemerintah provinsi (pemprov) riau menggelar silaturahmi dengan para veteran tersebut.

Kebanyakan para pejuang kemerdekaan yang masih hidup itu kini sudah tua renta dan uzur. Ada yang datang dengan dipapah anak atau cucu mereka, dan menggunakan kursi roda.

Namun di antara undangan yang hadir di antara veteran tersebut ada seorang yang mengundang perhatian wartawan. Lelaki tua itu berkulit putih, bermata sipit, dan uban bermunculan di rambutnya.

Pria ini tidak lain, tan kuan lim atau taufik halim (82), satu di antara segelintir pejuang kemerdekaan republik indonesia dari keturunan etnis tionghoa yang masih tersisa.

Pangkat terakhirnya adalah letnan dua (letda) tni angkatan darat dengan jabatan kepala seksi perlengkapan tni devisi x langsa, nangroe aceh darussalam (nad).

Sisa-sisa ketegaran tubuh sebagai seorang prajurit masih terlihat dalam diri taufik. Begitu juga dengan ingatannya. Tetapi tidak halnya dengan pendengarannya. Beberapa kali analisa harus mengulangi pertanyaan dengan setengah berteriak saat berbincang-bincang dengan taufik halim di kantor media riau, koran terbitan pekanbaru yang dirintis putranya, rahmat.

"jangan ragukan nasionalisme saya. Meski saya bermata sipit, berkulit putih dan keturunan tionghoa, tetapi beberapa kali saya ikut pertempuran melawan penjajah baik di aceh maupun di medan," tuturnya mengawali percakapan.

Taufik lahir di medan, 10 april 1927. Tahun 1945, memenuhi panggilan bung karno dirinya bergabung dengan angkatan perang pemuda indonesia (appi). Kemudian organisasi ini berubah nama menjadi barisan keamanan rakyat (bkr), cikal bakal tentera nasional indonesia (tni).

Pria yang kini akrab disapa akong ini tidak saja diserahi urusan logistik tetapi sesekali ikut bertempur di medan perang di wilayah langsa dan pangkalan brandan, sumut.

Pertempuran dipimpin langsung oleh perwira intenden mayor usman adami. Selain dirinya, ada juga beberapa pejuang tionghoa. Tetapi karena usianya yang sudah tua, ingatannya juga berkurang. Dia hanya menyebut sejumlah nama, tetapi sebagian besar dari mereka sudah dipanggil sang pencipta.

penghargaan

karena keterlibatannya langsung ke medan perang, taufik diberikan sejumlah penghargaan oleh pemerintah. Sejak pemerintahan soekarno hingga soeharto, dirinya sudah mendapatkan tujuh bintang tanda jasa seperti bintang aksi militer 1, 2, bintang gerilya, bintang pahlawan, satya lencana veteran, bintang angkatan ’45 dan bintang barisan keamanan rakyat.

Kenangan indah yang tidak terlupakan taufik halim adalah di saat diundang langsung presiden soekarno. Waktu itu, setelah upacara 19 agustus 1961, bung karno mendekati dirinya seraya menanyakan kabar dan situasi di medan.

Walau percakapan itu terjadi begitu singkat, tetapi kenangan tadi sangat membekas di hatinya karena sosok bung karno merupakan orang yang ia kagumi.

Setelah kemerdekaan, taufik pun masih sering berkomunikasi dengan beberapa petinggi tni ad. Setiap pergantian pangkowilhan dirinya kerap diundang. Taufik pun sering ditanya soal situasi negeri ini.

"bahkan kalau ada bentrok antar-suku, saya dipanggil. Pernah suatu waktu ketika di medan, saya dijemput ajudan pangkowilhan, pak mantik, untuk menyelesaikan perkelahian antara suku aceh dengan batak," tuturnya.

Di masa pensiunannya, taufik halim menjalani sebagai layaknya orang tua. Sejak isterinya meninggal pada 1997, ia tinggal di rumah anaknya. "kalau tidak (menetap) di medan, saya tinggal di rumah anak saya di sini (pekanbaru)," kata ayah dari dua anak dan kakek dari 10 cucu ini.

Namun sejak anaknya yang di medan kemudian juga meninggal dunia, kini taufik lebih banyak tinggal di rumah anaknya rahmat, pemilik dan pendiri harian media riau.

Taufik merasa bersyukur kepada tuhan, karena di usianya yang sudah lanjut ini, dirinya masih diberikan daya ingat yang lumayan baik. Selain anugerah dari tuhan, daya ingat yang bagus itu disebabkan kerana rutin berolahraga. "saya semasa muda hingga sekarang suka bermain catur dan maraton," tuturnya.

Seiring bertambah usia, dirinya kini tidak lagi berolahraga maraton ataupun berjalan kaki. Olahraga jalan kaki yang saban sore sering dilakoninya, praktis terhenti sejak dirinya nyaris menjadi korban perampokan.

"sore itu, seperti biasanya saya berolahraga jalan kaki di seputar jalan kuantan pekanbaru. Tiba-tiba ada sejumlah preman meminta uang kepada saya. Setelah saya beri rp10 ribu, temannya yang lain lalu meminta lagi. Saya tak melayaninya lagi dengan cara pura-pura tidak mendengar panggilan mereka," ucap taufik.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
liem koen hian
liem koen hian adalah seorang tokoh wartawan dan politik indonesia. Ia dilahirkan di banjarmasin pada 1897 dalam keluarga pedagang kecil tionghoa peranakan, dan wafat di medan, 5 november 1952. Ia tidak lulus sekolah di hcs—hanya sampai kelas 6 dari 7 kelas—karena dikeluarkan dari sekolah, sebab menantang berkelahi seorang gurunya yang berkebangsaan belanda. Lalu ia bekerja sebagai pegawai kecil di sebuah perusahaan. Akan tetapi minatnya pada jurnalisme membuatnya beralih kerja ke sebuah harian di balikpapan. Sulit dipastikan, apakah ia bekerja di surat kabar (sk) penimbang, sk pengharepan, atau borneo post.

menjadi wartawan

pada 1915 ia pindah ke surabaya dan bekerja di harian tjhoen tjhioe. Pada 1917 ia menerbitkan mandblad (bulanan) soe liem poo, tetapi penerbitan itu tidak bertahan lama, karena liem kemudian pindah ke aceh untuk berdagang. Pada akhir 1918 liem pindah ke padang dan menjadi pemimpin redaksi sinar soematra hingga 1921, ketika ia diminta untuk memimpin redaksi pewarta soerabaia oleh the kian sing. Tahun 1925, liem mengundurkan diri dari surat kabar ini, lalu pada 1 april 1925 mendirikan soeara poeblik yang juga terbit di surabaya hingga 1929.

Sekeluarnya dari soeara poebliek, liem koen hian (dan kwee thiam tjing) sempat bergabung dengan nanyang societie, suatu perkumpulan judi orang-orang tionghoa.

Tindakannya yang paling monumental adalah mengubah sin jit po menjadi sin tit po pada tanggal 19 desember 1929. Pada masa inilah liem mulai mengembangkan visinya tentang "indesche burgerschap yang harus menjadi indonesierschap bagi para hoakiauw di lam yang (tanah indonesia)".

terjun ke politik

dengan visi tentang kewarganegaraan indonesia itu, liem kemudian mendirikan partai tionghoa indonesia yang mendukung gerakan dan perjuangan kemerdekaan indonesia. Di samping itu, liem tetap bekerja sebagai wartawan, memimpin redaksi sin tit po (desember 1929—1932). Ia pindah sebentar ke kong hoa po (april 1937—november 1938), lalu kembali lagi ke sin tit po pada awal 1938.

Tahun 1933—1935, liem pindah ke jakarta dan, kabarnya, ia kuliah di rechts hoogereschool (sekolah tinggi hukum). Pada akhir 1930-an ia aktif melakukan propaganda anti jepang. Bahkan, ia sempat ditahan selama masa pendudukan jepang, tetapi kemudian dibebaskan berkat koneksinya dengan ny. Honda, seorang kenalannya dari kembang jepun, surabaya.

Pada 1945, ketika pemerintah jepang membentuk bpupki (badan penyelidik usaha persiapan kemerdekaan indonesia) yang dipimpin oleh soekarno dan hatta, liem dipilih menjadi salah seorang anggotanya. Pada 1947, liem ikut serta sebagai salah seorang anggota delegasi ri dalam perundingan renville.

Liem koen hian pernah menjadi penyelundup obat-obatan di daerah pendudukan. Pada akhir tahun 1951 ia punya satu apotik di kawasan tanah abang. Pada tahun itu pula, liem ditangkap dan ditahan oleh pemerintah soekiman selama beberapa waktu atas tuduhan menjadi simpatisan kiri. Kejadian ini sangat mengecewakan liem koen hian. Ditambah dengan pengaruh perkembangan dan perubahan di rrc, akhirnya liem memutuskan untuk menanggalkan kewarganegaraan indonesianya. Ia meninggal pada 1952 di medan sebagai orang asing di negeri yang pernah diperjuangkannya.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 
puluhan pejuang tionghoa tercatat di lvri jambi
selama ini, hanya dikenal para pejuang kemerdekaan republik indonesia (ri) dari kalangan non tionghoa, ternyata warga tionghoa jambi juga ikut terlibat memperjuangkan kemerdekaan di tanah air. Di jambi sendiri, sedikitnya ada puluhan pejuang veteran dari kalangan tionghoa yang tercatat di lembaga veteran republik indonesia (lvri) jambi.

Dalam penelusuran jambi independent kemarin, akhirnya berhasil mendapatkan puluhan nama pejuang veteran dari kalangan tionghoa, bahkan ada satu pejuang veteran bernama kho bak tjoa atau dikenal k. Barun, karena jasa-jasa perjuangannya akhirnya dimakamkan di taman pahlawan satria bhakti jambi, 7 september 2005 lalu.

Dari data jambi independent yang diperoleh di lvri provinsi jambi, khususnya untuk kota jambi sedikitnya tercatat ada 14 pejuang veteran yang berasal dari kalangan tionghoa.

Para pejuang veteran itu, yakni guan san atau gunawan bernomor pokok veteran (npv) 5.001.554 yang bergolongan a, kang oei hong alias kamaruddin ber- npv 5.002.579 golongan a yang dilahirkan tahun 1920, tan kuang tjing alias kasim npv 5.004.760 bergolongan a.

Kemudian tercatat nama kh bak tjoa alias k. Barun npv 5.002.687 golongan a, lie sie soa alias maskur npv 5.002.669 bergolongan a, lie goek kim alias hiu yoek kim npv 5.002.670 golongan a, tjoa tjin piaw npv 5.004.757 golongan a, tjoa hok tie alias alok npv 5.004.752 golongan b, tan kay sang npv 5.004.753 golongan b, ko bes alias abbas abdullah, kweek soei tjoa npv 5.002.574 golongan c, dan tan tjing piau alias hi pau npv 5.oo4.756 golongan c.

Selanjutnya, juga ada nama pejuang veteran tan sing tjang npv 5.004.761 golongan e dan kim tjong yong alias bujang marzuki npv 5.001.188 golongan b.

Ketua umum lvri provinsi jambi raden abdullah mengatakan, pihak lvri mengakui bahwa pejuang veteran pembela tanah air tidak hanya berasal dari kalangan non tionghoa, tapi juga ada dari kalangan tionghoa. “kita tidak bisa menyebutkan berapa jumlah seluruhnya, yang jelas mereka (warga tionghoa) punya sumbangsih kepada negara ini,” ungkap raden abdullah kepada jambi independent kemarin.

Menurutnya, para pejuang veteran dari kalangan tionghoa khususnya di kota jambi tercatat ada puluhan orang, hanya saja bisa bertambah, dengan alasan masih ada yang tercecer dari pencatatan registrasi atau memang dari pihak keluarga pejuang veteran dari kalangan tionghoa itu memang tidak mau dimasukkan dengan berbagai pertimbangan.

“selain di kota jambi, ada juga pejuang veteran dari kalangan tionghoa di bungo, belum lagi dari kabupaten lainnya,” terang raden abdullah kemarin.

Raden abdullah sendiri sempat menyarankan kepada jambi independent untuk mendapatkan data konkret nama pejuang veteran dari kalangan tionghoa, pihaknya harus membuka semua buku registrasi daftar pejuang veteran ri yang ada di jambi dan sehari tidak selesai.

Ditanya kiprah pejuang veteran dari kalangan tionghoa itu, raden sendiri hanya menjawabnya secara politis, bahwa perjuangan mereka tidak perlu dibeber ke publik, nanti terjadi pro-kontra, hanya saja raden abdullah kembali menegaskan bahwa para pejuang veteran dari kalangan tionghoa tetap dihormati atas jasa-jasanya setara dengan pejuang non tionghoa).

Apakah ada pejuang veteran dari kalangan tionghoa yang dimakamkan di taman pahlawan? Kata raden abdullah, diakui ada. “mereka ada yang dimakamkan di taman pahlawan atas jasa-jasa perjuangannya,” terangnya.

Raden sendiri sempat menyebut nama ko bes alias abbas abdullah yang dimakamkan di taman pahlawan kalibata jakarta dan kho bak tjoa atau dikenal k. Barun yang dikebumikan di taman pahlawan satria bhakti jambi. “seharusnya. Perjuangan mereka masuk dalam muatan lokal mata pelajaran sekolah di jambi,” kata raden yang juga pelaku sejarah perjuangan di jambi itu.

Hal senada diakui sekretaris lvri provinsi jambi h ihksan rusmianto, bahwa para pejuang yang terdaftar di buku register lvri provinsi jambi khusus di kota jambi sedikitnya ada puluhan pejuang veteran dari kalangan tionghoa. “pejuang veteran dari kalangan tionghoa paling banyak terdata di kota jambi,” terang ihksan kepada jambi independent, kemarin.

Lanjut ihksan, para pejuang itu menerima predikat golongan sesuai dengan lamanya berjuang mulai dari golongan a hingga e. Untuk golongan a, mereka telah berjuang empat tahun lebih, b selama tiga tahun, c perjuangannya dibawah tiga tahun, d kurang dari dua tahun dan e kurang dari setahun.

Syarat untuk dimakamkan di taman makam pahlawan, kata ihksan, harus memiliki bintang jasa gerilya dari presiden meski golongannnya belum a.(mas)
-------------------------------------------------------------------------------------
kwee thiam tjing ,berjuang lewat surat khabar
kwee thiam tjing (lahir di pasuruan, jawa timur, 9 februari 1900 – meninggal di jakarta, 28 mei 1974 pada umur 74 tahun) adalah seorang jurnalis indonesia. Ia menempuh pendidikannya di els (europeesch lagere school) di kota malang dan kemudian terjun ke dunia jurnalisme. Ia menguasai bahasa belanda, jawa, madura, dan hokkian. Bahan-bahan tulisannya mencakup segala lapisan masyarakat: Kawan-lawan, lelaki-perempuan, tua-muda dan lain-lain.

Pada 1926 ia dikenai sembilan delik pers, sehingga terpaksa mendekam selama sepuluh bulan di penjara kalisosok, surabaya dan penjara cipinang, jakarta. Kejadian ini dicatat dalam artikel "tanggal paling tjilaka" di soeara publiek, surabaya 5 januari 1926.

Tulisan-tulisannya banyak dimuat di berbagai penerbitan saat itu, seperti pewarta soerabaia, soeara poeblik (menjadi hoofredactuer antra 20 juni - 12 juli 1929 baca satoe peladjaran dalem pengidoepan), sin tit po, matahari semarang[1] hingga indonesia raja. Kwee sendiri mengelola langsung pembrita djember. Ia juga menulis karya dengan nama samaran tjamboek berdoeri.[2]

pada pertengahan 1947 kota malang berubah menjadi lautan api. Kwee melaporkan kejadian-kejadian itu dengan cermat hingga tragedi mergosono yang mungkin telah banyak dilupakan orang.

Berbagai kejadian yang diamatinya itu, termasuk masa-masa sebelumnya yang terjadi pada masa paling kacau di indonesia (1939-1947) ditulisnya dalam sebuah buku setebal 200 halaman dengan menggunakan kertas merang, tanpa penerbit (ternyata perfectas di petjinan malang sebagai penerbitnya) dan nama pengarang (namun kwee thiam tjing sendiri memberikan pengantar di buku tersebut menggunakan nama aslinya). Isinya adalah sebuah catatan peringatan untuk anak-cucu, sebuah kenangan yang diberinya judul "indonesia dalem api dan bara".

Setelah terbitnya buku kenangan itu, kwee lama menghilang dari dunia jurnalisme indonesia. Baru 24 tahun kemudian ia mendadak muncul kembali dalam sebuah tulisan semacam obituari di harian "indonesia raya" yang dikelola mochtar lubis. Tulisannya muncul dalam 34 judul dengan 91 edisi penerbitan selama 1971-1973.

Pada akhir mei 1974, kwee meninggal dunia dan dimakamkan di pemakaman tanah abang i (kini taman prasasti) di jakarta. Ketika pemakaman tanah abang i digusur, makam kwee digali kembali dan tulang-belulangnya dikremasikan dan abunya ditabur ke laut jawa

kolom di surat kabar

kwee thiam tjing mempunyai kolom khusus di kolom pewarta soerabaia yang bernama "tjorat-tjaret hari saptoe" yang diisinya dari 12 juli 1924 - 7 maret 1925, ia juga mempunya kolom khusus dalam kolom soeara poeblik yang diberi nama "pridato hari saptoe". Ia pertama kali menulis mulai 8 april 1925 hingga 11 juni 1929, selain itu ia juga memiliki kolom khusus di kolom matahari yang bernama "ngelamoen malem minggoe", "oering-oeringan" dan "gandjelan" dari tanggal 1 oktober 1934.
-------------------------------------------------------------------------------------
djiaw kie siong
djiaw kie siong (lahir ??, meninggal dunia 1964) adalah pemilik rumah di dusun bojong, rengasdengklok, kabupaten karawang, tempat bung karno dan bung hatta diinapkan oleh para pemuda (adam malik, chaerul saleh, sukarni.) yang menculik mereka dan menuntut agar kemerdekaan indonesia diproklamasikan segera. Di rumah ini pula naskah proklamasi kemerdekaan indonesia dipersiapkan dan ditulis.

Proklamasi kemerdekaan republik indonesia rencananya akan dibacakan bung karno dan bung hatta pada hari kamis, 16 agustus 1945 di rengasdengklok, di rumah djiaw kie siong itu. Naskah teks proklamasi sudah ditulis di rumah itu. Bendera merah putih sudah dikibarkan para pejuang rengasdengklok pada rabu tanggal 15 agustus, karena mereka tahu esok harinya indonesia akan merdeka.

Ketika naskah proklamasi akan dibacakan, tiba-tiba pada kamis sore datanglah ahmad subardjo. Ia mengundang bung karno dkk. Berangkat ke jakarta untuk membacakan proklamasi di jalan pegangsaan timur 56.

Selain kedua "bapak bangsa" itu, rumah itu ditinggali pula oleh sukarni yusuf kunto, dr. Sutjipto, ibu fatmawati, guntur soekarnoputra, dan lainnya selama tiga hari, pada 14 - 16 agustus 1945.

Djiaw adalah seorang petani kecil keturunan tionghoa. Ia merelakan rumahnya ditempati oleh para tokoh pergerakan yang kelak menjadi "bapak bangsa". Hingga kini rumahnya masih dihuni oleh keturunannya.

Babah (sebutan untuk laki-laki tionghoa) djiaw pernah berwasiat, keluarga yang menempati rumah bersejarah itu harus bersabar. Tak dibolehkan merengek minta-minta sesuatu kepada pihak mana pun. Bahkan, harus rela setiap hari menunggui rumah mereka demi memberi pelayanan terbaik kepada para tamu yang ingin mengetahui sejarah perjuangan bangsa.

Djiaw meninggal dunia pada 1964 dan namanya praktis hampir tidak dikenal ataupun tercatat dalam sejarah. Mayjen ibrahim adjie pada saat masih menjabat sebagai pangdam siliwangi, pernah memberikan penghargaan kepada djiaw dalam bentuk selembar piagam nomor 08/tp/ds/tahun 1961.
-------------------------------------------------------------------------------------
oen boen ing
oen boen ing (lahir 3 maret 1903, meninggal di solo, 30 oktober 1982) adalah seorang dokter terkenal yang sosiawan di kota solo. Ia juga dikenal sebagai kanjeng raden mas tumenggung oen boen ing darmohoesodo.

latar belakang

oen boen ing dilahirkan dalam sebuah keluarga pedagang tembakau yang kaya-raya, cucu seorang sinshe tionghoa yang juga suka menolong banyak orang. Karena pengaruh kakeknya itulah, ia kemudian dikenal sebagai dokter yang banyak membantu pasiennya, khususnya mereka yang tidak mampu membayar biaya dan ongkos membeli obat-obatan.

Karena itulah, sejak lulus sekolah menengah, boen ing sudah ingin mempelajari ilmu kedokteran barat dan menjadi dokter. Namun keinginan ini ditentang keras oleh keluarganya, karena mereka tidak mau ia menjadi kaya dari penderitaan orang yang sakit. Meskipun demikian, ia tetap bertekad mewujudkan cita-citanya untuk menjadi dokter. Ia pun mendaftarkan diri di school tot opleiding van inlandsche arsten (stovia) di batavia, dan lulus pada 1932.

mulai mengabdi
nama oen boen ing tidak bisa dipisahkan dari keberadaan rumah sakit panti kosala yang dimulai sebagai sebuah poliklinik kecil yang bernama tsi sheng yuan atau jisheng yuan pada 29 januari 1933, di sebuah paviliun sederhana di jl. Mesen 106, solo. Nama poliklinik itu berarti lembaga penolong kehidupan. Poliklinik ini didirikan oleh delapan orang pemuda tionghoa yang tergabung dalam hua chiao tsing nien hui (disingkat hctnh), yang artinya perhimpunan pemuda tionghoa. Mereka itu adalah jap kioe ong, tan kiong djien, the tjhioe tik, sie ngo siang, sie boen tik, gan kok sien, tan tiauw an, dan jap tiang liem.

Pada tahun 1935 dr. Oen boen ing mulai terlibat dalam pelayanan klinik tersebut dan kemudian menjadi pemprakarsa berdirinya yayasan kesehatan tsi sheng yuan, yang kemudian membentuk rs panti kosala. Hal ini terjadi sekitar tahun 1951, ketika poliklinik tsi sheng yuan dilepaskan dari hctnh. Dr. Oen boen ing menganjurkan agar tsi sheng yuan menjadi sebuah yayasan untuk menampung kegiatan poliklinik.

Rumah sakit yang didirikan oleh yayasan tsi sheng yuan ini biasa disebut sebagai rumah sakit kandang sapi, karena pada 1954 rumah sakit ini dipindahkan ke daerah kandang sapi/mojosongo (sampai sekarang) dan menjadi rumah sakit lengkap. Pada masa orde baru, nama rumah sakit ini diubah menjadi rs panti kosala.

ikut berjuang

sampai tahun 1942, poliklinik tsi sheng yuan banyak membantu chineesche burger organisatie (cbo) dan semasa pendudukan jepang dikelola oleh kakyo sokai (gabungan organisasi-organisasi tionghoa). Ketika perang kemerdekaan datang, poliklinik berubah fungsi menjadi rumah sakit darurat, menampung para pejuang dan pengungsi.

Menurut kesaksian soelarso, ketua paguyuban rumpun eks tentara pelajar detasemen ii brigade xvii, "...tanpa menghiraukan tembakan belanda, dr oen keluar masuk wilayah tni untuk mengobati para prajurit..."

angka tiga punya makna penting

sebagai dokter, oen boen ing terkenal tidak membeda-bedakan pasiennya, apapun juga kelompok etnis, suku, agama, dan kelas sosialnya. Bahkan pasien dibiarkannya mengisi ataupun tidak mengisi kotak uang yang terletak di ruang praktiknya secara suka rela. "tugas seorang dokter adalah menolong," demikian semboyan kehidupan dan pelayanan dr. Oen.

Selain itu, dr. Oen selalu membuka praktiknya sejak pk. 3.00 dini hari. Konon ini dihubungkan dengan hari kelahirannya, 3 maret 1903. "maka semua karya saya sebaiknya dimulai dengan angka 3," begitu katanya. Angka tiga memang menjadi ciri kehidupan dr. Oen boen ing. Nomor telepon di rumahnya 3333. Bangunan pertama di rumah sakit kandang sapi yang didirikannya, dinamai triganda, dan diresmikan pada 3 maret 1963.

Ketika dr. Oen meninggal dunia pada 1982, rakyat banyak sungguh merasakan kehilangan yang besar. Hal ini tampak dari kehadiran ribuan rakyat kecil kepadanya yang berdiri di tepi jalan untuk memberikan penghormatan mereka yang terakhir kepada orang yang telah berjasa memberikan kehidupan yang lebih sehat kepada mereka di tengah-tengah keberadaan mereka yang serba kekurangan.

penghargaan

karena jasa-jasanya dan pengabdiannya yang tanpa pamrih kepada masyarakat, dr. Oen boen ing mendapatkan penghargaan satya lencana bhakti sosial dari pemerintah republik indonesia pada 30 oktober 1979. Ia juga dianugerahi gelar kebangsawanan oleh sri mangkunegoro viii solo, dengan nama kanjeng raden toemenggoeng oen boen ing darmohoesodo. Pada 24 januari 1993 sri mangkunegoro ix menaikkan gelarnya dari kanjeng raden toemenggoeng menjadi kanjeng raden mas toemenggoeng hario oen boen ing darmohoesodo.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
pk ojong
jurnalis berpikir mulia


peng koen auw jong, yang kemudian populer dengan nama pk ojong (petrus kanisius ojong), adalah salah satu pendiri kelompok kompas – gramedia. Dia seorang jurnalis berpikir mulia. Baginya idealisme tak boleh berjalan sendirian, tapi harus didampingi kecerdasan, kepiawaian berusaha, dan watak nan indah. Mantan bos kompas ini meninggal tahun 1980.

Sebagai kuli tinta, sejak awal usia 30-an, pk ojong sudah dihadapkan pada pilihan rumit: Berpena tajam atau dibredel.

Rasanya, mustahil menjadi jurnalis idealis. Beruntung dia punya "penasihat spiritual" berhati emas, yang banyak memberi pelajaran. Salah satunya: Idealisme tak boleh berjalan sendirian, tapi harus didampingi kecerdasan, kepiawaian berusaha, dan watak nan indah. Jika tidak, bersiap-siaplah menjadi martir.

Cuplikan perjalanan hidup petrus kanisius ojong, yang dibesut helen ishwara dalam buku pk ojong: Hidup sederhana, berpikir mulia (2001) terasa bak tuntunan bagi wartawan dalam membangun media cetak dengan baik dan benar. Pengalamannya, berlatar belakang intrik politik orde lama dan orde baru, begitu rinci.

Sejak lahir di bukittinggi, 25 juli 1920, dengan nama peng koen auw jong, ojong sudah dikaruniai anugerah tak terkira. Yakni sang ayah, auw jong pauw, sejak dini giat membisikkan kata hemat, disiplin, dan tekun ke telinganya. Jong pauw yang petani di pulau quemoy (kini wilayah taiwan) selalu memimpikan kehidupan yang lebih baik. Maka ia merantau ke sumatra, tepatnya sumatra barat.

Kelak, meski sudah menjadi juragan tembakau, trilogi hemat, disiplin, dan tekun tetap dipedomani keluarga besar (11 anak dari dua istri; istri pertama jong pauw meninggal setelah melahirkan anak ke-7. Peng koen anak sulung dari istri kedua) yang menetap di payakumbuh ini. Saat peng koen kecil, jumlah mobil di payakumbuh tak sampai sepuluh, salah satunya milik ayahnya.

Artinya, mereka hidup berkecukupan. Tapi, jong pauw selalu berpesan, nasi di piring harus dihabiskan sampai butir terakhir. Sampai akhir hayat, peng koen tak pernah menyentong nasi lebih dari yang kira-kira dapat dihabiskan.

Bahkan setelah menjadi bos kompas – gramedia, ojong tak berubah. "uang kembalian rp 25,- pun mesti dikembalikan kepada papi," bilang putri bungsunya, mariani. Ojong mempunyai enam anak, empat di antaranya laki-laki.

Namun, ia tak "pelit" pada orang atau badan sosial yang benar-benar membutuhkan, bahkan rela menyumbang sampai puluhan juta dolar. Tapi, jangan minta duit untuk pesta kawin, atau perayaan natal sekalipun. "kalau tidak punya uang, jangan bikin pesta," kilahnya selalu.

profesor pikun dan perjaka tua
peng koen juga berdisiplin tinggi dan serius, seperti dia tunjukkan saat bersekolah di hollandsch chineesche school (hcs, sekolah dasar khusus warga cina) payakumbuh. Di masa ini, ia berkenalan dengan ajaran agama katolik.

Beberapa waktu kemudian, dia masuk katolik dan mendapat nama baptis andreas. Dolf tjoa tjeng kong, mantan teman sekelas di hcs, mengingatnya sebagai murid serius. "dia bukan cuma pandai, tapi juga banyak bertanya," tegas dolf.

Sedangkan di rumah, adik-adiknya menjadi saksi betapa disiplinnya peng koen. Dia suka bertanam, tapi tidak suka tanaman yang tak terurus. Mereka kerap dimarahi kalau membiarkan halaman terlantar.

Jika peng koen di rumah (ia sempat pindah ke hcs padang), sebelum pukul 17.00 adik-adiknya cepat-cepat mandi. Bila tidak, mereka bisa diseret ke kamar mandi. Tak heran, adik-adiknya pun takut padanya.

Di sisi lain, kakak-kakak (tiri) menganggap dia sebagai "orang dewasa". Ia memang terlihat cepat matang dan senang ngobrol dengan orang dewasa di kedai kopi. Di hollandsche chineesche kweekschool (hck, sekolah guru), ia gemar membaca koran dan majalah yang dilanggani perkumpulan penghuni asrama. Kalau murid lain cuma memperhatikan isi tajuk rencana, auwjong menelaah juga cara penulisan dan penyajian gagasan.

Sifat-sifat itu membentuk karakter auwjong. Kebiasaan hemat membuatnya hati-hati dan teliti. Disiplin dan tekun membentuk dia jadi orang yang lurus dan serius. Semasa kuliah hukum, oei tjoe tat, rekan kuliah yang kemudian menjadi menteri negara di akhir masa pemerintahan sukarno, berkomentar, "ia sering terlalu serius menanggapi segala hal. Kalau melucu, lelulonnya kering."

cerita mantan teman-temannya di hck lebih "seru". Di sekolah guru setingkat slta ini, auwjong terpilih sebagai ketua perkumpulan siswa. Ia bertugas menyediakan bahan bacaan buat anggota serta menyelenggarakan pesta malam tahun baru imlek dan piknik akhir tahun. Di malam imlek, tradisinya digelar acara polonaise, sandiwara, menyanyi, dan makan malam istimewa.

Tapi auwjong cuma ngobrol dan ngobrol. Konon, ia agak kaku jika berhadapan dengan lawan jenis. Seorang ibu, bekas teman sekelasnya dan kini pengusaha toko manisan di cianjur, oei yin hwa, masih ingat betul, di sekolah auwjong dijuluki verstrooide professor alias profesor pikun.

Mengenai julukan, nama auwjong juga punya sejarah lucu. Lain dengan ayahnya yang menulis "auw jong" terpisah, ojong justru menuliskan "auwjong" versi sambung. Bulan agustus 1937, saat memperkenalkan diri di depan teman-temannya di hck, auwjong menyebut namanya dengan aksen sumatra barat yang kental. Sampai ada teman sekelasnya mengira auwjong berkata ouwe jongen alias "perjaka tua"
 
Endang Witarsa
Drg. Endang Witarsa alias Lim Sun Yu atau Liem Soen Joe (lahir di Kebumen, Jawa Tengah, 16 Oktober 1916 – meninggal di Jakarta, 2 April 2008 pada umur 91 tahun) adalah mantan pemain sepak bola dan pernah memperkuat tim nasional sepak bola Indonesia. Setelah pensiun sebagai pemain, Witarsa beralih menjadi pelatih sepak bola dan penasehat PSSI.

Endang Witarsa lulus sebagai dokter gigi, namun memutuskan untuk berkarier di dunia sepak bola dengan memulai karir di klub UMS atau Union Makes Strength, Bandung yang saat itu masih bernama Tiong Hoa Hwee Koan Scholar Football Club. Atas predikatnya sebagi dokter gigi, oleh rekan-rekan dan anak didiknya, dia dipanggil sebagai "Dokter".

Sebagai pelatih, Endang Witarsa dikenal sebagai pelatih yang sangat disegani dan sangat keras dan disiplin, dan tak segan memaki dan menghardik pemain yang malas atau tidak menjalankan instruksinya dengan baik.

Penghargaan


* Lifetime Achievement Award dari Badan Liga Indonesia (October 2006)
* Fairplay Award dari Jawapos Group (2007)
* MURI: Pelatih sepak bola terlama (55 tahun)
* MURI: pelatih sepak bola tertua (90 tahun)

Klub

* UMS (1951, debut sebagai pelatih)
* Warna Agung
* Persija

tim nasional sepak bola Indonesia

* Juara Piala Raja, Thailand (1968)
* Juara Merdeka Games, Malaysia (1969)
* Juara Anniversary Cup (1972)
* Juara Agha Khan Cup, Pakistan)
* Mengalahkan timnas Uruguay 2-1 dalam pertandingan persahabatan di Jakarta (tahun...?)

Anak didik

Sepanjang karir panjangnya di dunia sepak bola Indonesia, Endang Witarsa telah melahirkan ratusan bahkan ribuan anak didik yang sukses dalam kancah sepak bola nasional al. Risdianto, Yudo Hadianto, Reny Salaki, Arjuna Rinaldi, Widodo C. Putro, Warta Kusumah, Thio Him Tjiang, Peng Hong, Alai, Ronny Paslah, Anwar Ujang, Mulyadi, Surya Lesmana, M. Basri, Wahyu Hidayat, Gunawan, Bambang Sunarto, Yuswardi, Yusak Susanto, Iswadi Idris, Djamiat Dalhar, Sucipto Suntoro, Kwee Kiat Sek, Thio Him Toen, dan lain-lain.

Kematian

Endang Witarsa menghembuskan nafas terakhir di RS Pluit, Jakarta, pada tanggal 2 April 2008, setelah dirawat sejak 10 Maret 2008, dalam usia 92 tahun, karena gangguan perut dan pencernaan, sehingga tidak bisa mencerna makanan. Almarhum meninggalkan 4 anak, 12 cucu, dan 9 cicit. Jenazah Endang Witarsa dikremasi di Oasis Lestari, Karawaci, Tangerang. Sebagian besar dari usianya, dihabiskan untuk sepak bola, baik sebagai pemain maupun pelatih.
-------------------------------------------------------------------------------------
Kwik Kian Gie
Eksekutif Berjiwa Pengamat

Analisisnya mengenai ekonomi selalu tajam. Menteri yang berjiwa pengamat ini, sebelumnya berprofesi manajer dan pengusaha. Namun tampaknya ia lebih pas sebagai pengamat. Lalu keaktifannya di Litbang PDIP telah mengantarkannya duduk di eksekutif sebagai Menko Ekonomi pada pemerintahan Abdurrahman Wahid dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas pada pemeritahan Megawati. Eh, lagi-lagi ia memperlihatkan sosok sebagai seorang pengamat.

Pengamat ekonomi yang dibesarkan Harian KOMPAS ini tidak berubah dari habitatnya, kendati ia sudah dalam posisi eksekutif, pengambil keputusan, sebagai menteri. Ia sering melontarkan pendapat yang berbeda dari kebijaksanaan yang diputuskan kabinet atau pemerintah. Sering tampil sebagai pengamat melontarkan pendapat yang populer. Padahal ia adalah seorang eksekutif.
Akibatnya, tim ekonomi Kabinet Gotong-Royong yang pada mulanya disebut The Dream Team itu menjadi terkesan amburadul. Tidak ada kordinasi. Ada yang berpendapat bahwa Menko Ekuin Dorodjatun Kuntjoro_Jakti tidak mampu memimpin timnya. Tapi sebagian lagi menyatakan bahwa Kwik lebih baik mengundurkan diri dan kembali kehabitatnya sebagai pengamat.
Kegaduhan tim ekonomi ini dimanfaatkan pula oleh kalangan politisi dan aktivis politik sebagai pintu masuk menyoroti lemahnya kepemimpinan Presiden Megawati. Ada juga yang memanfatkannya dengan menyarankan dilakukannya reshuffle kabinet sesegera mungkin.
Tapi Megawati tampaknya telah belajar dari ringan tangannya Gus Dur mengganti menterinya. Sehingga selamatlah Kwik dan tim ekonomi Kabinet Gotong-Royong lainnya dari pemberhentian.
Kwik sendiri sudah mengalami pergantian dengan ‘dipaksa’ mundurnya dia dari jabatan Menko Ekuin oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Ia ‘dipaksa’ mundur setelah ia dibuat frustrasi seperti ditulis Suara Pembaruan edisi Jumat (11/8) mengutip sumbernya, "Pak Kwik sering tidak tahan menghadapi ulah para menteri, utamanya yang dekat dengan Presiden, karena mereka tidak pernah mau datang ke rapat-rapat koordinasi." Mereka juga menilai bahwa Kwik lebi pas sebagai pengamat ketimbang jadi eksekutif, pengambil keputusan.
Hal yang sama hampir saja terjadi jika Kwik bukan kader PDIP dan jika Presiden Megawati menuruti keinginan para politisi dan pengamat. Hari ini mungkin Kwik tidak lagi sebagai eksekutif tapi sudah berkonsentrasi sebagai pengamat, dunia yang sangat dijiwainya.

Kwik lahir di Juwana, Jawa Tengah, 11 Januari 1935. Sebentar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, kemudian putera seorang pengusaha hasil bumi bernama The Kwie Kie ini, berangkat kuliah ke Nederlandsche Economische Hogeschool, Rotterdam, Belanda. Di sana pula ia bertemu dengan Dirkje Johanna de Widt, gadis Rotterdam yang kemudian menjadi isterinya. Dua dari tiga anaknya juga lahir di kota itu.
Lulus dari Nederlandsche Economische Hogeschool pada 1963, ia tidak langsung pulang ke Indonesia, tetapi bekerja dulu sebagai asisten atase kebudayaan dan penerangan pada Kedutaan Besar RI di Den Haag. Namun pekerjaan itu hanya dilakoninya setahun. Selanjutnya, ia menjadi direktur NV Handelsonderneming IPILO, Amsterdam. Tahun 1970 ia kembali ke tanah air, dan sempat menganggur pula selama setahun sebelum akhirnya terjun ke dunia bisnis dan mendirikan PT Indonesian Financing & Investment Company. Ia sempat pula menjadi pimpinan beberapa perusahaan lainnya.
Dunia bisnis kemudian ditinggalkan pada 1987, meskipun sampai tahun 1990 namanya masih tercatat sebagai direktur utama PT Altron Niagatama Nusa. "Saya sudah punya cukup uang untuk membiayai semua yang saya inginkan," katanya suatu kali kepada Matra. Ia pun tampil sebagai pengamat ekonomi. Analisisnya yang sering diterbitkan Harian KOMPAS telah membesarkan dan mempopulerkan namanya. Ia pun terjun ke dunia politik dan pendidikan. Untuk dunia pendidikan, bersama dua kawannya, Kaharudin Ongko dan Djoenaedi Joesoef, ia mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Institut Bisnis Indonesia (STIE IBII). Di lembaga itu ia duduk dalam jajaran dewan direktur.
Untuk politik, ia bergabung dengan PDI pro Megawati. Di sana ia duduk di Badan Penelitian dan Pengambangan (Balitbang), sekaligus menjadi salah satu Ketua DPP. Meskipun kemudian Mega disingkirkan oleh pemerintah dari PDI, ia tetap konsisten membela dan mendukung Mega. Menurut Kwik, kemanusiaan Mega sangat tinggi. "Kemanusiaannya besar sekali, sehingga Mega tidak bisa melihat darah mengalir, kerusuhan atau kematian. Dia terus menerus berpesan agar anggota PDI menjaga diri dan menghindari kerusuhan," katanya suatu kali.
Ia menambahkan, bahwa Mega itu manusia yang mirip Bung Karno, "dan logisnya luar biasa". Ia hidup untuk melayani orang lain. Itu tak lain karena Mega dilahirkan dalam keadaan untuk melayani orang lain. "Jadi kalau dia peduli terhadap kehidupan bangsa ini, itu bukan dibuat-buat, bukan agar dia menjadi orang berpangkat atau orang penting," tambah Kwik.
Keadaan memang berubah, reformasi datang, dan PDI Megawati -- kemudian bernama PDI Perjuangan -- diperbolehkan menjadi salah satu partai politik. Selanjutnya, penulis dan pengamat masalah-masalah ekonomi yang sangat produktif ini pun naik ke Senayan sebagai anggota DPR. Di sana, ia pun sempat dipercaya menjadi Wakil Ketua MPR. Kemudian diangkat Gus Dur sebagai Menko Ekuin. Lalu ‘dipaksa’ mudur dari jabatan itu. Dan, oleh Megawati diangkat lagi jadi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional merangkap Ketua Bappenas pada Kabinet Gotong-Royong

Contoh tulisan Kwik


Soal Pengurangan Subsidi kepada Perbankan


Dalam pidatonya kepada Sidang Tahunan MPR yang lalu, Presiden Megawati Soekarnoputri memberitahukan keputusannya untuk melanjutkan kerja sama dengan IMF sampai akhir tahun 2003. Keputusan ini dikukuhkan dalam rekomendasi MPR dengan isi yang sama. Beberapa pengamat ekonomi geger bahwa pengakhiran kerja sama ini perlu dipersiapkan dengan baik. Mengapa perlu dipersiapkan dengan baik, apa isi dari persiapan itu, dan apa dampak kalau tidak dipersiapkan sama sekali ?

Semuanya ini tidak dijelaskan. Beberapa hal yang sifatnya menakut-nakuti dikemukakan, seperti setelah itu tidak akan ada Paris Club lagi, sehingga Indonesia harus membayar utang luar negerinya yang jatuh tempo, sedangkan besar kemungkinan uangnya tidak ada. "Kesulitan" lain seperti kemungkinan bubarnya CGI, putusnya hubungan dengan Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan semua lembaga internasional lainnya tidak disebutkan. Menjadi sangat tidak jelas apa sebenarnya yang dirisaukan?

Saya sendiri tidak mengerti apa yang harus dipersiapkan? Kalau toh berbicara tentang persiapan, kita harus mempersiapkan diri sejak sekarang bagaimana caranya supaya antara sekarang sampai akhir tahun 2003 kita dapat mengamandemen kesepakatan dengan IMF supaya tidak menghancurleburkan keuangan negara yang membuat APBN tidak akan sustainable, entah sampai kapan.

Masalah paling besar yang harus kita hindari adalah bagaimana supaya kita dapat mengurangi subsidi kepada perbankan dalam jumlah yang setiap tahunnya sekitar Rp 90 trilyun, entah sampai berapa lama. Untuk tahun anggaran 2003, yang dapat dibaca dari APBN, subsidi dalam bentuk pembayaran pokok obligasi rekap (OR) sebesar Rp 36 trilyun, dan bunga OR sebesar Rp 55 trilyun.

Kebijakan memberi subsidi pada perbankan dalam jumlah yang demikian besarnya membuat kita mengurangi subsidi untuk BBM, listrik, dan telepon dengan dampak gejolak sosial yang kita alami bersama. Subsidi pada perbankan yang demikian besarnya juga mengakibatkan perusahaan telekomunikasi PT Indosat harus dijual untuk memperoleh dana sekitar Rp 5,4 trilyun (bandingkan dengan Rp 91 trilyun untuk subsidi perbankan), yang juga telah menimbulkan gejolak sosial seperti yang kita alami bersama.

Bagaimana menghindarinya? Apakah dengan menghentikan subsidi kepada perbankan sehingga bank-bank ambruk? Tidak. Tim Independen pimpinan Dradjad Wibowo telah mengajukan lima buah solusi yang semuanya tidak direspons sama sekali. Entah karena tak dipahami atau karena faktor lain.

Tawaran solusi

Melalui tulisan ini, saya ingin mengemukakan solusi yang semoga dapat diterima. OR yang ada di bank-bank, dinyatakan sebagai obligasi tanpa bunga atau zero coupon bond. OR yang jatuh tempo tidak dibayar. Dengan setiap kali menunda pembayaran jumlah pokok pada tanggal jatuh temponya, pemerintah tidak mengeluarkan uang yang jumlahnya signifikan. Untuk tahun anggaran 2003, jumlahnya Rp 36 trilyun dan untuk tahun-tahun selanjutnya setiap tahunnya juga akan berjumlah sekitar besaran itu, karena OR telah ditata ulang (reprofile). Adapun kewajiban membayar bunga OR tidak ada lagi, karena OR tidak mengandung kewajiban pembayaran bunga. Bank yang kehilangan pendapatan bunga OR disubsidi oleh pemerintah dengan uang tunai sampai bank tidak menderita kerugian. Jumlah yang dibutuhkan lebih kecil ketimbang jumlah yang dibayarkan sebagai bunga OR yang fixed terkait dengan jumlah nominal OR dan tingkat suku bunganya. Penghematannya sangat signifikan, yaitu sekitar Rp 18,3 trilyun dari jumlah Rp 55,18 trilyun. Ditambah dengan pengeluaran yang tidak jadi dikeluarkan sebagai pembayaran OR yang jatuh tempo sebesar Rp 36 trilyun itu tadi, untuk tahun anggaran 2003, pemerintah tidak perlu mengeluarkan uang sebesar Rp 54,3 trilyun. Ini jumlah yang sangat besar untuk satu tahun.

Namun, jumlah penghematan sebesar ini sudah tidak mungkin lagi, karena sebagian OR sudah jatuh di tangan swasta. OR dari bank yang sudah dijual kepada swasta, BCA dan Bank Niaga, sudah tidak dapat diapa-apakan lagi. Sayang, saya kalah terus dalam perjuangan mencegahnya sebelum OR dibersihkan dari bank. Beberapa OR yang melekat pada bank yang belum dijual, juga sudah dibolehkan dan sudah dijual kepada publik. OR ini tidak dapat diapa-apakan juga.

Kalau kita membatasi diri pada yang masih ada di tangan pemerintah, dari nilai OR seluruhnya yang Rp 430 trilyun, masih ada Rp 321 trilyun. Keseluruhan jumlah ini masih dapat dicegah pembayarannya dengan usulan dalam artikel ini kalau penjualan OR maupun bank yang masih dilekati OR dicegah sekarang juga. Berapa dari pembayaran pokok OR tahun 2003 yang masih dapat dicegah hanya dapat saya perkirakan bahwa kalau 75 persen masih di tangan bank-bank milik pemerintah, dari yang tercantum dalam APBN 2003 juga sekitar 75 persen yang dapat diamankan, atau 75 persen dari Rp 36 trilyun atau sekitar Rp 27 trilyun.

Adapun bunganya yang dapat dihemat kalau bank-bank rekap yang masih ada di tangan pemerintah disubsidi sebatas membuatnya impas saja (sesuai dengan perhitungan staf Bappenas), penghematannya tidak banyak, hanya sekitar Rp 4,86 trilyun. Tetapi, toh ini berarti bahwa beban OR tahun 2003 dapat dikurangi dengan Rp 27 trilyun plus Rp 4,86 trilyun atau Rp 31,86 trilyun, seandainya usulan saya dalam artikel ini dapat diterima.

Jadi, seandainya saya dari dulu didengar, untuk tahun anggaran 2003 saja dapat dihemat Rp 54,26 trilyun. Tetapi, karena sekarang sudah banyak OR yang tidak lagi di tangan pemerintah, pengeluaran untuk OR yang dapat dihemat menjadi lebih kecil, yaitu Rp 31,86 trilyun itu tadi. Lumayan. Tetapi harus ada banting setir kebijakan tentang bank-bank rekap sekarang juga. Kalau tidak, ya setiap tahun keluar Rp 90 trilyun, entah sampai kapan.

Sangat absurd kalau dibandingkan dengan kebutuhan untuk menolong orang-orang miskin, membangun infrastruktur dan membangun kembali kekuatan pertahanan dan keamanan yang jauh lebih kecil dari jumlah itu, tetapi tidak mampu dibayar oleh pemerintah. Lebih absurd lagi karena pemerintah mengambil risiko gejolak sosial sambil membuang uang demikian besarnya yang tidak ada dasar logikanya sama sekali.

Begitu absurdnya sampai masalah ini sudah menjadi obsesi dan keresahan yang mendalam setiap saat saya ingat akan hal ini. Bagaimana mungkin orang-orang sangat pandai itu tidak melihat hal yang sesimpel ini, yang dampak penderitaannya begitu riil?

Untuk jelasnya, usulan saya ini mempunyai implikasi bahwa pada neraca, jumlah OR tetap, modal sendiri di pasiva neraca tetap sehingga rasio kecukupan modal (CAR) tidak berkurang. Dalam perincian rugi/laba, selama bank tidak mampu membuat laba atas kekuatannya sendiri, bank disubsidi oleh pemerintah sampai impas atau break even. Namanya tidak lagi "Bunga OR", tetapi apa adanya, yaitu "Subsidi dari Pemerintah". Manajemen bank yang dijamin tidak pernah akan rugi tentunya mempunyai ketenangan dan bisa berkonsentrasi sepenuhnya membuat banknya menjadi sehat dengan cara perlahan-lahan memenuhi fungsinya sebagai intermediasi antara tabungan dan penyalurannya ke sektor produktif. Kepada manajemen bank memang harus diberi target membuat laba atas kekuatan sendiri dan subsidi tidak diberikan lagi dalam waktu empat tahun sejak sekarang. Manajemen bank dituntut bahwa dalam waktu empat tahun akan mampu membuat spread positif yang melebihi keseluruhan biaya fixed overhead. Maka, akan terbentuk laba neto yang ditambahkan pada modal sendiri. Sedikit demi sedikit, kelebihan modal sendiri yang dibutuhkan untuk membuat CAR sesuai persyaratan, dipakai untuk mengembalikan OR.

Bagaimana kondisi kini?

Dalam laporan keuangan, mereka (bank-bank) membuat laba. Tetapi, kalau pendapatan bunga dari OR dikeluarkan, langsung merugi luar biasa besarnya. Jelas bahwa sejak tahun 1998, bank-bank rekap disubsidi besar-besaran, tetapi tetap saja tidak sehat. Sudah tiba saatnya batas waktu lamanya subsidi harus ditentukan. Usulan dalam artikel ini tidak membayar jumlah nominal OR yang jatuh tempo. Sebagai gantinya bunga OR, pemerintah memberikan subsidi secukupnya sampai bank tidak merugi. Tetapi, dibatasi sampai 4 tahun, bank harus bisa mandiri membuat laba, tanpa subsidi lagi.

Namun, kalau perlu OR yang sudah menjadi zero coupon bond dibiarkan di sana untuk menyangga CAR yang memenuhi syarat. Zero coupon bond itu, walaupun mempunyai tanggal jatuh tempo, setiap kali ditunda pembayarannya. Toh tidak akan menggelembungkan bunga, karena bunganya sudah nol dan diganti dengan subsidi yang cukup untuk membuat bank tidak menderita kerugian (bleeding) saja.

Kritiknya, apa masuk akal? Ketika saya mengemukakan gagasan ini pertama kalinya, memang dikritik dan dilecehkan sebagai orang yang perlu dipertanyakan. Tetapi, Paul Volcker dalam nasihatnya untuk memecahkan masalah Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) antara Bank Indonesia dan Pemerintah, malah menggunakan perpetual non interest bearing capital maintenance note. Lebih gila dari saya, tetapi toh tidak ada menteri membantahnya. Mestinya, tim ekonomi pemerintah, DPR, dan IMF harus menerima pikiran saya kalau pikiran Paul Volcker diterima.

Kalau IMF mau menerima pikiran ini, kita dapat melunasi utang segera yang tersisa 9 milyar dollar AS. Tanpa uang ini, yang toh tidak boleh dipakai sebelum cadangan devisa milik Indonesia sendiri habis, kita sudah mempunyai cadangan devisa sekitar 21 milyar dollar AS. Neraca pembayaran surplus terus. Selama pemerintahan Soeharto dengan fundamental ekonomi yang katanya demikian kuatnya, cadangan devisa rata-rata 14 milyar dollar AS dan kita merasa comfortable.

Setelah melunasi segera yang 9 milyar dollar AS, kita tidak mempunyai utang kepada IMF dan dengan sendirinya tidak perlu membayar bunga yang merupakan penghematan lagi.

Dengan IMF, tidak perlu bertengkar. Kita tetap konsisten bekerja sama sampai akhir tahun 2003. Bagian-bagian dari LoI yang merugikan rakyat banyak atau tidak sensitif terhadap suasana batin rakyat banyak, tidak kita jalankan.

Inilah salah satu butir strategi pengakhiran asistensi dari IMF yang sudah telanjur harus kita teruskan sampai akhir 2003. Kalau IMF tidak mau menerima, ya apa bolah buat. Terserah, mau apa saja dan main "mafia-mafiaan" seperti apa pun juga harus kita layani. Ini bukan sikap bagaikan inlander. Inlander adalah menghamba absolut. Yang saya usulkan adalah adu cerdas dan adu logis.

Artikel ini memang padat, sehingga kemungkinan beberapa detail tidak dipahami. Sangat mungkin pikiran saya yang memang salah kaprah. Kalau demikian, harap supaya dikritik agar saya dapat menjawabnya. Kalau saya tidak mampu atau ada salah pikir, akan saya akui terus terang.

-------------------------------------------------------------------------------------
Soe Hok Gie
Soe Hok Gie (17 Desember 1942–16 Desember 1969) adalah salah seorang aktivis Indonesia dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Sejarah tahun 1962–1969.

Soe Hok Gie menamatkan pendidikan SMA di Kolese Kanisius. Nama Soe Hok Gie adalah dialek Hokkian dari namanya Su Fu-yi dalam bahasa Mandarin (Hanzi: 蘇福義). Leluhur Soe Hok Gie sendiri adalah berasal dari Provinsi Hainan, Republik Rakyat Cina.

Ia adalah seorang anak muda yang berpendirian yang teguh dalam memegang prinsipnya dan rajin mendokumentasikan perjalanan hidupnya dalam buku harian. Buku hariannya kemudian diterbitkan dengan judul Catatan Seorang Demonstran (1983).

Soe Hok Gie adalah anak keempat dari lima bersaudara keluarga Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan. Dia adik kandung Arief Budiman atau Soe Hok Djin, dosen Universitas Kristen Satya Wacana yang juga dikenal vokal dan sekarang berdomisili di Australia.

Hok Gie dikenal sebagai penulis produktif di beberapa media massa, misalnya Kompas, Harian Kami, Sinar Harapan, Mahasiswa Indonesia, dan Indonesia Raya. Sekitar 35 karya artikelnya (kira-kira sepertiga dari seluruh karyanya) selama rentang waktu tiga tahun Orde Baru, sudah dibukukan dan diterbitkan dengan judul Zaman Peralihan (Bentang, 1995).
Juga skripsi sarjana mudanya perihal Sarekat Islam Semarang, tahun 1999 diterbitkan Yayasan Bentang dengan judul Di Bawah Lentera Merah. Sebelumnya, skripsi S1-nya yang mengulas soal pemberontakan PKI di Madiun, juga sudah dibukukan dengan judul Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan (Bentang, 1997).

Sebagai bagian dari aktivitas gerakan, Soe Hok Gie juga sempat terlibat sebagai staf redaksi Mahasiswa Indonesia, sebuah koran mingguan yang diterbitkan oleh mahasiswa angkatan 66 di Bandung untuk mengkritik pemerintahan Orde Lama.

Hok Gie meninggal di gunung Semeru tahun 1969 tepat tiga hari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun di gunung tersebut. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis.

John Maxwell menulis biografi Soe Hok Gie dengan judul Soe Hok Gie - A Biography of A Young Indonesian Intellectual (Australian National University, 1997).
-------------------------------------------------------------------------------------
Judul buku karangan PK ojong yang PD II itu adalah Perang Eropa I dan II, dan Perang Pasifik.

silahkan kalo ada yang mau ngelanjutin.. :) maaf om momod ni triple post.. :D
 
Memang koq, banyak pengusaha2 Cina yg memulai usaha skala besar di Indonesia
 
yup bahkan etnis hokkien telah sejak lama tinggal di indonesia, sebelum jaman majapahit terbentuk..
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.