Janda-janda kaya menggelar pesta di akhir pekan atau akhir bulan. Sekedar merayakan ulang tahun, arisan sampai foya-foya. Ujung-ujungnya, berakhir menjadi pesta memabukkan. Tidak saja oleh ragam minuman beralkohol, tapi juga perilaku masygul.
Lembaran Jakarta mengukir cerita yang amat beragam. Kehidupan duniawi yang serba metropolis dan kosmopolit tak ubahnya seperti anggur manis yang menggiurkan dan siapapun tergoda untuk mereguknya. Tapi banyak yang terlena, hingga mabuk dan larut lupa diri. Anggur itu pun berubah menjadi racun yang memabukkan. Tak ayal, racun itupun terus deras mengalir ke urat nadi membuat beberapa wanita harus berstatus janda. Harta kekayan yang melimpah, ternyata tak menjadi jaminan seorang wanita bisa mereguk kebahagiaan sejati. Rumah tangga retak, adalah hal biasa yang seolah menjadi agenda rutin. Harta kekayaan sebenarnya menjadi anggur manis yang enak dan lezat, asal tahu batasannya. Rumah tangga ibarat surga dunia buat pasangan suami istri ketika dibangun di atas pondasi kasih sa-yang tanpa pamrih. Tapi apa lacur, banyak orang mereguk anggur tak tahu kadarnya hingga lupa daratan. Harta kekayaan menjadi berhala yang memperbudak diri, dan rumah tangga cerai-berai tanpa makna yang tersisa.
Akibatnya, ketika semua terbuang lepas, status janda membuat beberapa wanita kaya hidup dalam kegamangan. Paling tidak, itulah yang dialami Shinta, 27 tahun, janda seorang pengusaha kafe yang bekerja di sebuah perusahaan tambang dan Monica, 29 tahun, janda anak mantan wali kota satu di salah satu wilayah DKI Jakarta. Mereka yang dalam hal materi serba kecukupan bahkan boleh dibilang berlebih, harus hidup dalam canda tawa semu. Hambar dan basi. Gaya hidup kafe, hura-hura dan senang-senang seperti menjadi hiasan luar. Di dalam batin, mereka menjerit di alam kesepian.
Nyambung >>>
Lembaran Jakarta mengukir cerita yang amat beragam. Kehidupan duniawi yang serba metropolis dan kosmopolit tak ubahnya seperti anggur manis yang menggiurkan dan siapapun tergoda untuk mereguknya. Tapi banyak yang terlena, hingga mabuk dan larut lupa diri. Anggur itu pun berubah menjadi racun yang memabukkan. Tak ayal, racun itupun terus deras mengalir ke urat nadi membuat beberapa wanita harus berstatus janda. Harta kekayan yang melimpah, ternyata tak menjadi jaminan seorang wanita bisa mereguk kebahagiaan sejati. Rumah tangga retak, adalah hal biasa yang seolah menjadi agenda rutin. Harta kekayaan sebenarnya menjadi anggur manis yang enak dan lezat, asal tahu batasannya. Rumah tangga ibarat surga dunia buat pasangan suami istri ketika dibangun di atas pondasi kasih sa-yang tanpa pamrih. Tapi apa lacur, banyak orang mereguk anggur tak tahu kadarnya hingga lupa daratan. Harta kekayaan menjadi berhala yang memperbudak diri, dan rumah tangga cerai-berai tanpa makna yang tersisa.
Akibatnya, ketika semua terbuang lepas, status janda membuat beberapa wanita kaya hidup dalam kegamangan. Paling tidak, itulah yang dialami Shinta, 27 tahun, janda seorang pengusaha kafe yang bekerja di sebuah perusahaan tambang dan Monica, 29 tahun, janda anak mantan wali kota satu di salah satu wilayah DKI Jakarta. Mereka yang dalam hal materi serba kecukupan bahkan boleh dibilang berlebih, harus hidup dalam canda tawa semu. Hambar dan basi. Gaya hidup kafe, hura-hura dan senang-senang seperti menjadi hiasan luar. Di dalam batin, mereka menjerit di alam kesepian.
Nyambung >>>