magnum
IndoForum Activist C
- No. Urut
- 1320
- Sejak
- 27 Mei 2006
- Pesan
- 14.143
- Nilai reaksi
- 417
- Poin
- 83
Serger Larker, seorang seniman asal Australia. Saat ini, ilmuwan kedokteran asal Jepang dan Amerika tengah membantunya membuat sebuah telinga yang unik dengan teknologi bionika biologi. Yang mengherankan, telinganya tumbuh di atas lengannya sendiri.
Demi merampungkan operasi ini, Serger Larker sudah menunggu selama bertahun-tahun lamanya. Saat ini, di laboratorium kedokteran Australia sudah mulai menjalankan tugas ini. Untuk kali pertamanya fisikawan, ahli biologi membuat sebuah telinga bionika biologi kepada Serger Larker dengan teknologi paling mutahir. Telinga bionika biologi ini benar-benar mirip dengan sebuah barang seni.
Para ilmuwan terlebih dulu mengadakan sejumlah besar percobaan telinga bionika biologi ini pada tikus. Setelah itu, menanamkan telinga bionika biologi buatan yang baru dikembangbiakan ini ke lengan pasien melalui operasi. Dan segera setelah itu, memperbaiki atau merombak sekelilingnya, bak melindungi barang seni mencermati dengan cermat telinga yang tumbuh di atas lengan itu.
Karena sebelumnya tidak ada kasus seperti ini, jadi, para ilmuwan bertindak ekstra hati-hati, saat ini adalah tahap penting dalam proses percobaan menyeluruh. Selain itu, masih perlu melakukan tes medis terkait, memeriksa dan menelusuri bagian vital tubuh dan telinga.
Menurut Serger Larker : tubuh manusia berangsur-angsur menjadi tua, karena itu, teknologi kedokteran masa depan terutama akan mengubah perubahan-perubahan ini. Telinga tumbuh di atas lengan, meski terdengar aneh, tapi sesungguhnya ini juga merupakan bagian dari tubuh, walau belum pernah dengar sebelumnya, namun ini tidak menyalahi moral logika manusia. Akan tetapi, ilmuwan tetap saja khawatir, kelak tidak lama lagi, dimana seiring dengan majunya teknologi dan penyelidikan manusia yang tiada henti, penggunaan secara luas teknologi bionika biologi buatan ini mungkin akan mendatangkan sebuah bencana biologi. “Periset menciptakan manusia aneh” akan dapat menantang dasar moralitas dan logika manusia. Bila tiba saatnya, mungkin yang dihadapi bukan “kesempurnaan estetika”, tapi suatu species yang baru.