• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Semakin Lama Semakin Meresap

stanza

IndoForum Beginner E
No. Urut
44969
Sejak
31 Mei 2008
Pesan
441
Nilai reaksi
3
Poin
18
"Semakin lama semakin meresap", kalimat tersebut seperti layaknya sebuah iklan. Mungkin iklan makanan, iklan koyo dengan daya resapnya yang kuat atau iklan bumbu dapur yang menawarkan rasa khas yang meresap. Ada satu jenis masakan tradisional yang dibuat dari bahan tertentu, berasal dari daerah tertentu, dengan rasa tertentu dan cara penyajiaannya pun memiliki keunikan tersendiri, yaitu " gudeg "' masakan yang berasal dari daerah Yogyakarta. Keunikan dari masakan gudeg adalah semakin lama semakin meresap. Gudeg yang baru dimasak kurang diminati orang, karena bumbu- bumbunya belum meresap. Setelah beberapa hari barulah gudeg itu semakin enak, karena bumbu- bumbunya telah meresap. Konon di tempat asalnya, gudeg ditempatkan dalam sebuah kendil yang terbuat dari tanah liat, karena kendil itu akan membuat rasa gudeg semakin nikmat.
Falsafah " semakin lama semakin meresap " juga dapat diterapkan dalam kehidupan manusia. Misalnya, murid- murid yang tekun belajar, akan merasakan bahwa semakin lama dirinya semakin memahami pelajarannya. Seorang pembantu tukang batu atau tukang kayu dengan pengalamannya mengikuti seorang tukang yang senior, semakin lama cara kerja sebagai tukang batu semakin meresap pada dirinya. Penduduk yang baru pindah ke daerah tertentu dengan bahasa daerah yang asing baginya, semakin lama akan mengenal bahasa tersebut, bahkan fasih menggunakannya.
Orang Kristen, minimal seminggu sekali, hatinya akan diisi dengan firman Tuhan, tetapi tidak tertutup juga pada hari- hari lain dalam persekutuan- persekutuan lainnya. Apakah falsafah tersebut dapat diberlakukan bagi jemaat Tuhan? Kehidupan berjemaat tentunya tidak berbeda dengan bidang kehidupan lainnya. Semakin sering hati seseorang diisi dengan firman Tuhan, semakin meresaplah firman itu di dalam hatinya, yang pada akhirnya dapat membawanya semakin layak di hadapan-Nya.
Pisau yang sering diasah, dengan cara yang benar, tidak akan pernah tumpul bahkan semakin lama semakin tajam. Pisau seorang penjual daging sapi, harus selalu tajam agar dapat memotong daging sapi dengan mudah. Karena itu ia selalu menyediakan batu asah untuk mengasah pisaunya setiap hari. Kalau seseorang mengatakan telah mengasah pisaunya berulang kali, tetapi pisaunya tidak semakin tajam, tentunya ada kekeliruan dalam pengasahan tersebut. Pertama, posisi pisau atau golok yang salah, mungkin terlalu tegak atau terlalu miring. Kekeliruan kedua, mungkin batu yang digunakan untuk mengasah bukan batu asah yang benar. Dengan demikian, keadaan pisau masih tetap tumpul seperti sediakala, tidak semakin tajam.
Contoh di atas dapat kita umpamakan dengan kondisi iman jemaat yang walaupun tampaknya setiap saat diasah dengan firman Tuhan, tetapi ketajaman imannya tidak semakin tampak. Mungkin telah terjadi kekeliruan yang selama ini tidak disadari. Walaupun kelihatannya orang Kristen setiap hari Minggu pergi ke gereja, tetapi bisa saja mereka pulang tanpa mendapat sesuatu untuk pertumbuhan imannya alias pulang dengan tangan hampa. Mungkin saja hal itu disebabkan pada saat pendeta berkhotbah ia tidak dapat menahan rasa kantuknya, konsentrasinya beralih kepada hal- hal lain, asyik mengobrol dengan rekan yang duduk di sebelahnya, atau mengingat rencana rekreasinya setelah kebaktian selesai. Itulah sederet penyebab mengapa firman Tuhan tidak dapat tertanam dalam hati jemaat dalam suatu kebaktian. Dengan cara- cara beribadah yang demikian, tak ayal lagi kalau kesempatan jemaat untuk mengasah imannya yang hanya seminggu sekali tidak dapat menumbuhkan imannya. Penyebab lain, yakni kurang mempersiapkan hatinya di hadapan Tuhan.
Bila ingin bertumbuh dan diresapi oleh firman Tuhan, maka penyerahan diri sangat diperlukan. Dan, menjauhkan sifat keakuan dan kedegilan, karena sifat- sifat tersebut akan menghambat penyebran firman Tuhan. Kekeliruan yang lebih fatal lagi adalah salah memakai batu asah. Hanya ada satu batu asah untuk mengasah dan menumbuhkan iman orang Kristen, yaitu firman Tuhan. Di tengah- tengah dunia yang semakin maju kita menemukan banyak batu asah lain, banyak ajaran lain dengan segala janji- janjinya yang menarik. Hal ini menjadi tantangan dan memerlukan kewaspadaan dari setiap orang Kristen untuk tetap mengasah imannya dengan batu asah yang benar, yaitu firman Tuhan.
Seseorang yang telah berpengalaman dalam mengasah pisau ataupun golok, akan dapat membedakan batu asah yang baik dan yang tidak baik. Orang Kristen yang telah mengikuti Kristus bertahun- tahun, seharusnya juga dapat membedakan mana ajaran yang benar yang berasal dari Tuhan dan mana ajaran palsu yang dapat menyesatkan. Oleh karenanya, jiwa- jiwa baru yang terpanggil sebagai pengikut Kristus harus senantiasa waspada dan tetap bertekun agar dapat meningkatkan ketajaman imannya, agar tidak terbawa kepada batu- batu asah yang salah, yaitu ajaran di luar firman Tuhan.
Dengan terus mengasah iman kekristenannya dengan batu asah firman Tuhan, maka firman itu semakin lama akan semakin meresap ke dalam hatinya. Dan, mereka dapat menjadi orang- orang Kristen yang benar dan berkenan di hadapan Tuhan. Dengan kondisi iman yang semakin kukuh itu, mereka mampu menghadapi setiap percobaan dan rongrongan iman, seperti Ayub yang sanggup menghadapi percobaan berat dalam kehidupannya. Yakobus 5: 11 mengatakan: " Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan".
Gudeg dengan cirinya yang khas, yaitu" semakin lama semakin meresap" dapat dijadikan sebuah falsafah bagi kehidupan iman orang Kristen yang selalu mendambakan iman yang senantiasa dapat bertumbuh. Sebuah batu asah yang dipakai dengan benar akan menambah pengertian yang lebih dalam. Setiap orang Kristen senantiasa dapat mengasah imannya dengan batu asah yang benar, yaitu firman Tuhan yang senantiasa dapat mengarahkan kehidupan imannya.
Falsafah tersebut akan menpunyai arti yang jauh berbeda, apabila huruf "p" pada kata " meresap" diganti dengan "h",karena falsafah itu akan berubah menjadi " semakin lama semakin meresah(kan) ". Jemaat Tuhan selalu diingatkan agar selalu waspada agar tidak salah mempergunakan batu asah. Karena dengan cara yang salah itu, firman Tuhan bukan semakin meresap, tetapi menjadi semakin meresah(kan).
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.