• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Saat Dakwah Terabaikan (Amal ma'ruf Nahi Munkar)

sibin

IndoForum Newbie A
No. Urut
29651
Sejak
3 Jan 2008
Pesan
268
Nilai reaksi
4
Poin
18
Saat Dakwah Terabaikan

Mengerikan. Mungkin, itulah kata yang cocok untuk menggambarkan akibat dakwah ditinggalkan. Tentang hal ini, Al-Qur'an dan as-Sunnah sangat keras dalam memberi peringatan. Nas-nas yang tegas, menyeruak di alam realita yang panas. Mulai dari tertimpa laknat Alloh, terancam azab, tidak dikabulkannya do'a, tersebarnya kerusakan dan kebinasaan secara massal, hingga orang-orang jahat menjadi penguasa, leluasa menzholimi umat.

“Telah dilaknati orang-orang kafir darikalangan Bani Israel melalui lisan Dawud dan Isa putra Maryam. Hal itu dikarenakan kemaksiatan mereka dan perbuatan mereka yang selalu melampaui batas. Mereka tidak melarang kemungkaran yang dilakukan oleh sebagian di antara mereka, amat buruk perbuatan yang mereka lakukan itu.”(QS. Al-Ma’idah: 78-79)

Bani Israel itu dikutuk oleh Alloh, ka-rena tidak melarang tindakan mungkar diantara mereka. Sebagian dikutuk menjadi kera, sebagian lagi menjadi babi, sedang sisanya hidup terlunta-lunta hingga saat ini. Nama Yahudi semacam identik dengan licik, angkuh, pengecut, tak pernah menepati janji hingga semua orang benci. Banyak Ne-gara yang tidak rela negerinya ditinggali orang Yahudi, seperti Spanyol, sampai de-ngan hari ini tidak menerima eksistensi Yahudi.

Kisah terkutuknya mereka berawal ke-tika mereka melanggar larangan Allohsubhanahu wa ta’ala menangkap ikan di hari sabtu. Sebagian mempermainkan larangan itu dengan me-masang perangkap ikan pada jum’at sore, lalu mengambil hasilnya di hari ahad pagi. Kelompok pertama mengingatkan bahwa itu adalah pelanggaran, kelompok kedua diam. Kelompok pertama yang berdakwah diselamatkan oleh Alloh, sedang orang-orang yang bermaksiat dikutuk menjadi kera. Sedang kelompok yang diam para ulama berbeda pendapat, menurut pendapat yang kuat, mereka diazab dengan azab se-rupa. (Lihat tafsir QS.al-Baqarah: 65-66)

Kutukan ini tidak hanya khusus bagi Yahudi di masa lampau, tapi bisa menimpa kepada orang-orang yang semisal mereka dimana saja. Rosululloh shalallohu ‘alaihi wa sallamsudah memberi tahu kita bahwa hukuman semacam itu bisa saja mengena umat Islam.

"Beberapa saat sebelum Hari Kiamat tiba, manusia akan diubah menjadi kera dan babi, ditelan bumi dan dihujani batu." (Shahih Ibnu Majah no.3280)

Kutukan itu bisa sirna jika dakwah di-tegakkan, sebab da’wah adalah obat mu-jarab pencegah laknat dan azab.

Dari Hudzaifah bin Al-Yamanrodhiallohu ‘anhu, Rosululloh shalallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya! Benar-benar kalian harus memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar, atau Alloh akan mengirimkan untuk kalian hu-kuman dari sisi-Nya kemudian kalian pun berdoa kepada-Nya namun permohonan kalian tak lagi dikabulkan.”(HR. Ahmad, dihasankan oleh Al-Albani)

“Tidaklah suatu kaum yang di hadapanmereka ada orang yang melakukan kemak-siatan, padahal mereka lebih perkasa dari-nya dan lebih mampu (untuk mengubah-nya), namun mereka tidak mengubahnya, melainkan Alloh menimpakan azab kepada mereka karenanya.” (HR. Ahmad)

"Perumpamaan orang-orang yang men-cegah berbuat maksiat dan yang melanggar-nya adalah seperti kaum yang menumpangkapal. Sebagian dari mereka berada di ba-gian atas dan yang lain berada di bagian bawah. Jika orang-orang yang berada di bawah membutuhkan air, mereka harus melewati orang-orang yang berada di atas-nya. Lalu mereka berkata: 'Andai saja kamilubangi (kapal) pada bagian kami, tentu kami tidak akan menyakiti orang-orang yang berada di atas kami'. Tetapi jika yang demikian itu dibiarkan oleh orang-orang yang berada di atas (padahal mereka tidak menghendaki), akan binasalah seluruhnya. Dan jika dikehendaki dari tangan mereka keselamatan, maka akan selamatlah semua-nya".(HR. Bukhari)

Kapal yang sudah bocor lalu tenggelamtelah pernah dialami negeri ini. Hantaman gelombang Tsunami, semburan Lumpur Lapindo, gempa bumi di Sumatera Barat, letusan gunung berapi di Yogyakarta, banjir dimana-mana memusnahkan anak bangsa beserta harta bendanya. Kapal karam, pe-sawat hilang di lautan dan di belantara hu-tan. Semua adalah akibat kemaksiatan yangtidak segera diingatkan, akibat da’wah ter-abaikan.

"Sesungguhnya Alloh tidak akan meng-azab orang-orang secara keseluruhan akibatperbuatan mungkar yang dilakukan oleh seseorang, kecuali mereka melihat kemung-karan itu di depannya, dan mereka sanggup menolaknya, akan tetapi mereka tidak me-nolaknya. Apabila mereka seperti itu, nis-caya Alloh akan mengazab orang yang me-lakukan kemungkaran tadi dan semua orangsecara menyeluruh." (HR. Imam Ahmad)

“Hendaklah kalian memerintahkan ke-ma’rufan dan mencegah kemungkaran, kalau tidak, Alloh pasti akan menjadikan orang-orang jahat di antara kalian menguasai kalian”(HR al-Bazzar dan ath-Thabrani).

Di depan mata, kita sudah bisa menyak-sikan kerusakan besar akibat da’wah di-tinggalkan. Kebodohan tumbuh subur de-ngan dianggapnya kebathilan sebagai kebe-naran. Manusia tenggelam dalam pelang-garan hukum-hukum-Nya, sedangdi waktuyang sama pelanggaran dipahami sebagai sebuah kebanggaan. Tindak kriminal bak wabah, menyebar luas lebar, tinggi dan me-ngakar. Hatihati menjadi keras lagi bebal tak mempan lagi dinasehati. Kebencian antar sesama terjadi setiap saat hampir me-nyelimuti segala sisi kehidupan. Sangat mengerikan.

Saat ini, kita semua sedang dalam si-tuasi genting sekali. Masa ini adalah masa darurat da’wah. Terabaikannya da’wah berarti kengerian akan terus saja mengaliri ruas-ruas kehidupan kita bahkan anak ke-turunan kita sepanjang hari. Kita tak bisa untuk tidak peduli.

Sebab, tidak peduli terhadap kemung-karan adalah tindak kriminal. Suatu waktu,sekelompok pemabuk dihadapkan pada Khalifah Umar bin Abdul Aziz untuk men-dapatkan hukuman.

Sementara di sana juga ada seorang muslim yang duduk bersama mereka, tetapi dia tidak ikut-ikutan karena sedang berpuasa. Saat itu, polisi diperintah-kan untuk mencambuk semua orang yang ada di sana.

Namun, sang polisi bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, si fulan ini tidak ikut minum bersama mereka; dia sedang ber-puasa.”
Umar bin Abdul Aziz tegas berkata,
“Cambuklah delapan puluh kali deraan, karena ia seperti orang-orang yang mabuk itu!” Me-ngapa demikian? Karena tindakan ini se-suai dengan firman Alloh QS.an-Nisa: 140.

وَقَدْنَزَّلَعَلَيْكُمْفِيالْكِتَابِأَنْ إِذَاسَمِعْتُمْآيَاتِاللّهِ يُكَفَرُبِهَاوَيُسْتَهْزَأُبِهَا فَلاَتَقْعُدُواْمَعَهُمْحَتَّىيَخُوضُواْفِي حَدِيثٍغَيْرِهِإِنَّكُمْإِذًا مِّثْلُهُمْإِنَّاللّهَجَامِعُالْمُنَافِقِينَوَالْكَافِرِينَفِيجَهَنَّمَجَمِيعًا

Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam.
(QS. 4:140)
http://c.1asphost.com/sibin/Alquran_Tafsir.asp?pageno=7&SuratKe=4#140


sumber:
http://www.hasmi.org/725.html
 
Download ebook
Amar Ma'ruf Nahi Munkar dalam Masyarakat Muslim
http://s1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/chain/Masyarakat_Muslim/id_04_masyarakat_muslim.doc



Masyarakat Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar

Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dalam masyarakat muslim

Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran merupakan ciri utama masyarakat orang-orang yang beriman; setiap kali al-Qur'an memaparkan ayat yang berisi sifat-sifat orang-orang beriman yang benar, dan menjelaskan risalahnya dalam kehidupan ini, kecuali ada perintah yang jelas, atau anjuran dan dorongan bagi orang-orang beriman untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, maka tidak heran jika masyarakat muslim menjadi masyarakat yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran; karena kebaikan negara dan rakyat tidak sempurna kecuali dengannya.

Al-Qur'an al karim telah menjadikan rahasia kebaikan yang menjadikan umat Islam istimewa adalah karena ia mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, dan beriman kepada Allah:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (QS. Ali Imran: 110)
http://c.1asphost.com/sibin/Alquran_Tafsir.asp?SuratKe=3&No=110#110

Ayat ini mengedepankan mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran atas iman, padahal iman merupakan dasar bagi setiap amal shalih, sebagai isyarat tentang pentingnya mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran, dimana umat Islam dikenal dengannya, bahkan ia merupakan ciri utama yang membedakannya dari umat-umat lain, dan dilahirkan bagi umat manusia untuk melaksanakan kewajiban mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Sesungguhnya Allah yang maha tinggi dan maha kuasa mengingatkan umat Islam agar tidak lupa pada tugas utamanya dalam kehidupan ini, atau bermalas-malasan dalam melaksanakannya, yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran: 104)

Amar ma'ruf nahi mungkar merupakan mahkota bagi sifat-sifat orang-orang beriman dalam masyarakat muslim, yaitu orang-orang yang menjual diri mereka kepada Allah, mereka memberikan nyawa dan harta mereka dengan murah di jalan Allah:

Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu. (QS. at Taubah: 112)
http://c.1asphost.com/sibin/Alquran_Tafsir.asp?SuratKe=9&No=112#112

Sifat ini yang merupakan sifat masyarakat muslim baik laki-laki maupun wanita dipertegas lagi bahwa amar ma'ruf nahi mungkar merupakan tugas kedua jenis, dan ia didahulukan atas shalat dan zakat, sebagai isyarat tentang fadhilahnya, dan mengagungkan kedudukannya dalam masyarakat muslim yang lurus:
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. at Taubah: 71)
http://c.1asphost.com/sibin/Alquran_Tafsir.asp?SuratKe=9&No=71#71

Amar Ma'ruf Nahi Munkar dalam Masyarakat Muslim
http://s1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/chain/Masyarakat_Muslim/id_04_masyarakat_muslim.doc

---------- Post added at 20:46 ---------- Previous post was at 20:43 ----------

Amar ma'ruf nahi mungkar termasuk kewajiban terpenting bagi masyarakat muslim

Amar ma'ruf nahi mungkar termasuk kewajiban terpenting dalam masyarakat muslim, selain shalat dan zakat, terutama di waktu umat Islam berkuasa di muka bumi, dan menang atas musuh, bahkan kemenangan tidak datang dari Allah, kecuali bagi orang-orang yang tahu bahwa mereka termasuk orang-orang yang melakukannya:

Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (QS. al Hajj: 40, 41)

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh bukhari, Rasulullah  menggambarkan masyarakat yang amar ma'ruf dan nahi mungkar, dan masyarakat tidak melakukan amar ma'ruf nahi mungkar, dengan para penumpang kapal yang mengundi tempat di kapal, sebagian mendapat tempat di atas dan sebagian mendapat tempat di bawah, orang-orang yang bertempat di bawah apabila ingin mengambil air, mereka harus melewati orang-orang yang ada di bagian atas, maka mereka berkata: kalau saja kita melubangi kapal agar tidak mengganggu orang di atas. Jika mereka membiarkan kemauan mereka, maka akan binasa semua, dan jika mereka dihalangi maka semuanya akan selamat.

Ini adalah gambaran yang indah bagi pengaruh amar ma'ruf dan nahi mungkar dalam masyarakat, dari hadits tersebut jelas bahwa amar ma'ruf dan nahi mungkar bisa menyelamatkan orang-orang lalai dan orang-orang ahli maksiat dan juga orang lain yang taat dan istiqamah, dan bahwa sikap diam atau tidak peduli terhadap amar ma'ruf dan nahi mungkar merupakan suatu bahaya dan kehancuran, ini tidak hanya mengenai orang-orang yang bersalah saja, akan tetapi mencakup semuanya, yang baik dan yang buruk, yang taat dan yang jahat, yang takwa dan yang fasik.

Amar ma'ruf dan nahi mungkar merupakan hak dan kewajiban rakyat

Dalam masyarakat muslim amar ma'ruf dan nahi mungkar merupakan hak dan juga kewajiban bagi mereka, ia merupakan salah satu prinsip politik dan sosial, al-Qur'an dan hadits nabi telah menjelaskan hal itu dan memerintah orang untuk memberikan nasihat atau kritik bagi pemangku kekuasaan dalam masyarakat, dan minta penjelasan hal-hal yang menjadi kemaslahatan rakyat, atau mengingkari hal-hal yang tidak menjadi maslahat bagi rakyat.

Tolok ukur kebaikan dan kemungkaran adalah syari'at dalam satu sisi, dan kemaslahatan rakyat dari sisi lain. Ini merupakan persoalan yang luas dari tuntutan rakyat pada penguasa, khususnya dalam mencegah kezaliman, tidak menerimanya atau bersabar atasnya. Al-Qur'an telah menganggap terjadinya kezaliman dari penguasa, dan diamnya rakyat atas kezaliman tersebut merupakan suatu dosa besar dari kedua belah pihak, yang bisa mengakibatkan turunnya siksa di dunia, dan juga di akhirat kelak.

Allah  berfirman: Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. (QS. Ibrahim: 42)

Dan berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri[342], (kepada mereka) malaikat bertanya : "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (QS. an Nisaa': 97)
http://c.1asphost.com/sibin/Alquran_Tafsir.asp?SuratKe=4&No=97#97

Rasulullah  memperingatkan orang-orang hina dan lemah yang bersikap diam atas kezaliman dan tidak mencegah orang yang zalim dengan siksa Allah yang akan mengenai mereka semua, tidak ada di antara mereka yang luput:
إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوا عَلَى يَدَيْهِ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمْ اللَّهُ بِعِقَابٍ مِنْهُ
«Sesungguhnya apabila manusia melihat orang zalim dan mereka tidak mencgahnya dari kezaliman, maka Allah akan menimpakan siksa atas mereka semua» (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Nasa'i)
 
Akibat buruk bagi diabaikannya amar ma'ruf dan nahi mungkar

Musibah paling buruk yang menimpa suatu umat dan masyarakat adalah berkuasanya diktator, mulut dikekang, lisan dipasung, dan pena dipatahkan, sehingga tidak ada yang berani bersuara, atau menulis kata-kata untuk mengungkapkan kebenaran yang disia-siakan, atau keinginan yang dikekang, atau nasihat yang tulus. Dengan demikian kehidupan menjadi buruk, hidup menjadi susah, sumber-sumber kebaikan menjadi kering, duri-duri kejahatan dan kerusakan tumbuh, kenistaan merajalela, dan tidak ada yang bisa menghentikan, serta harga diri manusia diinjak-injak.

Apabila keburukan sampai ke batas ini, maka semua anggota masyarakat wajib bergerak untuk memperbaikinya dan menyingkirkan kerusakan, jika tidak melakukanya, maka mereka berhak mendapat balasan dan siksa dari Allah, dan Allah telah menurunkan bencana dan kerusakan kepada orang-orang yang melakukan kemungkaran dan yang mendiamkannya:
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (QS. al Anfal: 25)

Dan Rasulullah  bersabda: «Sesungguhnya apabila manusia melihat orang zalim dan mereka tidak mencegah kezalimannya, Allah akan menurunkan siksa kepada mereka semua» (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Nasa'i)

Nabi juga bersabda:
إذا رأيت أمتي تهاب، فلا تقول للظالم : يا ظالم، فقد تودع منهم
«Jika engkau melihat umatku takut, sehingga tidak berani mengatakan kepada orang zalim: wahai orang zalim, maka mereka tidak berarti lagi» (HR. Ahmad, al Hakim dan al Bazzar)

Allah telah melaknat bani israil, mempertentangkan antara hati mereka dan menurunkan siksa yang pedih kepada mereka, tatkala kemungkaran merajalela di antara mereka, dan tidak ada seorangpun dari mereka yang bangkit untuk mencegahnya, itulah firman Allah :
Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (QS. al Maidah: 78, 79)

Terkadang kemungkaran merajalela di masyarakat, orang-orang sudah terbiasa dan akrab, dan tidak ada lagi yang berbicara, sehingga ia meracuni perasaan mereka, dan mereka tidak lagi merasa bahwa ia merusak agama, akhlak dan adapt yang mulia, mereka tidak lagi bisa membedakan antara yang ma'ruf dan yang mungkar, antara yang baik dan buruk, halal dan haram, ketika itu pemahaman masyarakat berubah, dan ukuran kebenaran sudah tidak jelas, sehingga kejujuran, amanat, beragama dipandang sebagai keterbelakangan dan kebodohan, sementara dusta, khianat, dan jauh dari agama dipandang sebagai kemajuan, yang baik mereka katakan mungkar dan yang mungkar dikatakan baik.

Ini diperburuk lagi ketika di masyarakat banyak orang-orang munafik, yang mempengaruhi penguasa yang zalim, mereka berkumpul di sekitar penguasa, membisiki penguasa untuk melakukan kebatilan dan menyembunyikan kebenaran, suara-suara mereka mengajak kepada kebatilan, mencegah kebaikan, menciptakan sifat masyarakat munafik yang akan ditempatkan oleh di dasar neraka paling bawah:
Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya[648]. mereka Telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. (QS. at Taubah: 67)

Ini sangat bertentangan dengan masyarakat beriman:

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. at Taubah: 71)

Inilah masyarakat muslim yang penuh dengan para da'I kepada Allah, yang mengerti agamanya, yang menjaga syari'atnya, suara kebenaran tidak pernah padam, melaksanakan amar ma'ruf dan nahi mungkar, walaupun kegelapan meliputi mereka, dan suara-suara kebatilan membahana.

Tidak diragukan bahwasanya suara-suara mereka yang keras dalam membela kebenaran akan menebarkan kesadaran di masyarakat muslim, membangkitkan rasa izzah dengan agama Allah, dan membuat opini umum yang disinari oleh petunjuk Allah dan rasulnya.
 
Assalaamu'alaikum !

Post yang bagus shadiq ! Mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Namun ingin saya tambahkan, demikian :

Melihat kenyataan kehidupan umat Islam Bangsa Indonesia yang semakin rusak saat ini, adalah menunjukan satu kegagalan dalam ruang dakwah yang dilakukan oleh para ulama kita. Kegagalan dakwah yang dimaksud ialah bahwa tidak dilaksanakannya tuntunan dakwah yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad Saw. Bentuk dakwah Beliau Saw merupakan satu pola yang konstan, konsekwen, dan tepat sasaran. Tidak mempedulikan perubahan zaman, namun seperti itulah Dakwah Dinul Islam. Yaitu dengan konteks :

1. Faktuluu anfusakum, berupa peleburan batu karang "EGO" atau ke-Akuan. Dakwah tidak dapat menghasilkan satu pemahaman jika Ego si Pendakwah maupun Mustami'annya masih sekokoh batu karang.

2. Lihat penanggapan lawan bicara. Ungkapan dakwah harus sesuai dengan kemampuan berfikir para pendengarnya.

3. Andzir asyitatakal aqrabin. Dakwah disampaikan kepada siapa saja yang sudah akrab. Sehingga materi disampaikan dari hati ke hati. Akrab bukan berarti terdapat hubungan darah, akrab berarti saling memahami perasaan masing-masing. Maka Islam sebenarnya tidak mengajukan istilah "Tablik Akbar". Seperti Nabi, wahyu pertama tidak beliau sampaikan kepada pamannya Abu Thalib, melainkan ke fihak luar dulu yaitu sahabatnya Abu Bakar Shiddiq. Itu karena Abu Bakar adalah seorang sahabat karib yang lebih memahami perasaan Nabi saat itu. Jadi seorang ayah dengan anaknya belum tentu akrab.

4. Laa ikraaha fiddiin. Tidak ada paksaan dalam Dinul Islam ! dakwah pada prinsipnya hanya menyampaikan satu risalah, bukan ingin membentuk seseorang supaya menjadi seperti yang kita inginkan. Maka Al Qur-an pada hakikatnya mengajarkan dua perkara, yaitu Haq dan Bathil. Artinya kedua hal yang bertolakbelakang ini haruslah dijelaskan beserta segala konsekwensinya. Maka itulah yang dinamakan "Lengkap Ajar". Tapi jika si pendakwah hanya menyampaikan hal yang baik-baiknya saja, itulah yang disebut "Kurang Ajar". Ingat ! setiap "Kebaikan" belum tentu "Benar", tapi setiap "Kebenaran" sudah pasti "Baik", walaupun terkadang pahit untuk disampaikan. Dan tanamkan pula sikap obyektif bagi para penerima dakwah, artinya agar mereka tidak melihat siapa yang berbicara, melainkan lihatlah dari apa yang dibicarakan.

5. Dakwah tidak bersifat "Dogmatis", berikan ruang pada para penerima dakwah untuk memberikan tanggapannya, sekritis mungkin jika perlu hingga dia dapat memahami segala yang disampaikan. Tidak memaksakan kehendak dakwah. begitupun di kala Nabi Saw menerima wahyu pertama, yaitu pada kalimat IQRA- ! hingga 3x. Di saat itu Nabi Saw memberikan tanggapannya berupa kalimat "MAA ANAA BIQARII ?" (apa yang harus saya iqra ?). Maka seseorang tidak begitu saja menerima segala apa yang disampaikan.

6. Dakwah harus dilakukan dengan satu pendataan. Yaitu dengan sistem diktat. Bahwa tegaskan kepada si penerima dakwah untuk mencatat segala yang disampaikan sebagai pendataan proses belajarnya. Tidak masuk kuping kanan keluar di kuping kiri.

7. Dakwah harus berdasarkan satu kurikulum yang benar menurut Al Qur-an. Artinya harus terdapat segi kontinuitas, artinya bagi seorang pemula, tidak serta merta langsung belajar shalat, melainkan diawali pada pembicaraan dasar ajaran terlebih dahulu, seperti contoh yang pertama disampaikan adalah masalah Iman sebagai pondasi dari ajaran.

8. Menjadikan Al Qur-an sebagai satu-satunya standard book atau poros pola fikirnya. Tidak ada sumber lain selain dari pada al Qur-an. Jika berbicara haditspun, haruslah dapat dirujuk kepada Al Qur-an. Karena Al Qur-an merupakan satu bentuk teori dari Allah, maka Sunnah Rasul adalah bentuk pelaksanaannya (Praktikum) yang dicontohkan oleh Rasulullah.

Dengan demikian, jika hala-hal tsb di atas diperhatikan oleh Si Pendakwah, maka insya Allah dakwah ini akan tepat sasaran. Ingat yang disampaikan dalam dakwah ini adalah "Sistem Pendidikan Al Qur-an". Dengan prinsip bahwa "Pendidikan adalah induk semang dari kehidupan", maka jika kehidupan semakin rusak, adalah karena telah rusaknya sistem pendidikan yang ada !. Di mana orientasinya adalah materi dan keuntungan. Sehingga terjadilah satu "Kurikulum Pasar", yaitu hanya yang si mampulah yang dapat mengenyam pendidikan. Yaitu terjadinya jual beli Ilmu. Yang mana HARAM HUKUMNYA ILMU INI DIPERJUAL BELIKAN ! Gambarannya adalah, Nabi Saw-pun seorang pengajar, begitupun dengan Abu Bakar, Umar, Utsman, bahkan Hasan Al Bashri adalah murid dari Ali bin Abi Thalib sekalipun, mereka semua adalah guru atau pengajar. Tapi untuk urusan perut mereka, maka mereka harus berjualan qorma (menjadi pedagang). Jadi istilah guru / pengajar sebenarnya bukanlah sebuah profesi, melainkan tugas dari Allah untuk menyampaikan.

Wassalam...
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.