• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Rahasia “Will Power” Sudhamek

yan raditya

IndoForum Addict E
No. Urut
163658
Sejak
31 Jan 2012
Pesan
24.461
Nilai reaksi
72
Poin
48
LJWlj.jpg
Sejak kecil Sudhamek akrab dengan ejekan. Itu karena namanya terdengar aneh di telinga. Tapi Sudhamek kecil juga ingat pesan ayahnya: “Jadilah tuanmu sendiri dalam hidup ini.” Dia lalu bangkit, dan menjadi lelaki yang penuh percaya diri.

Lebih setengah abad lalu, Sudhamek kecil tinggal di perkampungan nelayan miskin di Rembang, Jawa Tengah. Keluarganya tak kaya, meskipun tak juga terlalu miskin. Tak semua kebutuhan Sudhamek terpenuhi. Dia, misalkan, jarang menyantap daging ayam. Kalau pun ada, anak bungsu dari 11 bersaudara itu, kebagian potongan kecil.

Meski begitu, seperti diungkapkannya kepada Dino Patti Djalal dalam buku “Life Stories: Resep Sukses dan Etos Hidup Diaspora Indonesia di Negeri Orang”, Sudhamek bersyukur tak kurang asupan protein. Dia hidup di tepi pantai, tempat bertumpuknya ikan laut segar dan murah.

Di bangku sekolah Sudhamek kerap tertekan. Ia bercerita, nama Sudhamek yang aneh itu sungguh bak sebuah hiburan bagi temannya. Misalnya, setiap pagi tatkala guru memanggil nama murid sesuai daftar hadir, maka meledaklah tawa seisi kelas setiap giliran nama Sudhamek disebut. Semua itu membuat dia minder. Prestasinya di sekolah pun jeblok.

Tapi siapa mengira, nama itu juga membawa hoki baginya. Dengan nasihat sang ayah, Sudhamek bangkit, meski hidupnya penuh liku. Kini, Sudhamek AWS, adalah Chief Executive Officer GarudaFood Group. Namanya masuk jajaran 40 orang terkaya di Indonesia versi majalah bisnis terkemuka dunia, Forbes, 2012.

Daftar Forbes itu disusun lewat ukuran kepemilikan saham, dan informasi keuangan keluarga, individu, bursa efek, analis, serta sumber lainnya. Sudhamek adalah nama baru di daftar itu. Sejumlah nama taipan Indonesia sudah tercantum sejak tahun lalu.

Dengan kekayaan US$760 juta, Sudhamek bertengger di posisi ke-38 dalam daftar Forbes. Dia kini adalah raja makanan ringan, di bawah bendera GarudaFood. Di tangannya, bisnis warisan ayahnya itu menghasilkan merek terkenal seperti Kacang Garuda, dan makanan ringan Gerry.

Titik balik
Dari hidup tertekan sejak masa kanak-kanak, Sudhamek memilih menjadi tuan bagi dirinya sendiri. Babak baru hidupnya dimulai ketika dia pindah ke Salatiga, Jawa Tengah. Ke kota itulah Sudhamek merantau melanjutkan kuliah.

Ia masuk Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana. Dia mengaku, itu pilihan tak sengaja. Sudhamek kaget ketika nilai kuliahnya di fakultas ekonomi itu bagus. Ia mulai jatuh cinta pada ilmu ekonomi. Sudhamek merasa dirinya tak sebodoh yang ia bayangkan.

Pelan tapi pasti, Sudhamek berubah. Ia mulai mengembangkan diri.
Kepercayaan dirinya tumbuh. Dari Sudhamek cilik yang pemalu, ia menjadi mahasiswa gaul yang fasih berbicara di depan publik. Dia juga pecinta buku. Kata Sudhamek, buku adalah guru terbaiknya.

Kunci suksesnya pun sederhana. Dia percaya pada “will power”, semacam kekuatan kehendak untuk berbuat. Ia memang tak pernah menjadi murid terpandai. Namun, kata Sudhamek, karena kekuatan kehendak itu, dia bisa menyabet dua gelar sarjana sekaligus, untuk ilmu ekonomi dan hukum. “Will power” itu lalu menjadi sumber energi bagi Sudhamek.

Lulus kuliah, Sudhamek bekerja di PT Gudang Garam, Kediri. Belasan tahun ia belajar manajemen, dan kepemimpinan mengelola korporasi. Semua pelajaran itu rupanya sangat berguna ketika ia mengambil alih bisnis warisan ayahnya, PT Tudung, yang awalnya bergerak di bisnis tepung tapioka.

Di bawah Sudhamek, perusahaan yang dirintis sang ayah, Darmo Putro, itu berubah nama menjadi PT Tudung Putrajaya (TPJ). Bisnis intinya adalah kacang garing. Awalnya, TPJ menjual kacang garing tanpa merek. Namun mulai 1987, mereka menjual kacang produksinya dengan merek ‘Kacang Garing Garuda.’

Itulah cikal bakal GarudaFood. Kacang Garuda meledak di pasaran. Bisnis utama GarudaFood adalah kacang kulit oven (roasted peanut). Kesuksesan Kacang Garuda membuat GarudaFood berekspansi ke bisnis makanan lain: biskuit dan jeli. Inovasi dilakukan, sehingga produknya unggul dari para pesaing.

Ada untungnya bisnis makanan. Saat Indonesia digilas krisis moneter pada 1998, GarudaFood justru bertahan. Ini karena mereka menguasai 60-70 persen pangsa pasar. Bahkan , kini GarudaFood merambah pasar dunia.
Sudhamek, yang dulu anak kecil minder bernama aneh itu, kini meraih berbagai penghargaan. Antara lain Ernst & Young Indonesia Entrepreneur of The Year 2004, dan The Most Admired CEO 2004, 2005, 2006, 2007.
 
menarik juga perjalanan hidupnya yaa.....
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.