• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Rabies Di Indonesia

Constantine

IndoForum Senior A
No. Urut
64676
Sejak
19 Feb 2009
Pesan
6.946
Nilai reaksi
320
Poin
83
Penyakit anjing gila (rabies) adalah suatu penyakit menular yang akut, menyerang susunan syaraf pusat, disebabkan oleh virus rabies jenis Rhabdho virus yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia. Penyakit ini sangat ditakuti dan mengganggu ketentraman hidup manusia, karena apabila sekali gejala klinis penyakit rabies timbul maka biasanya hampir selalu diakhiri dengan kematian.

Rabies berasal dari bahasa latin “rabere” yang mempunyai arti marah atau dengan kata lain mempunyai sifat pemarah. Rabere juga kemungkinan berasal dari bahasa Sansekerta “rabhas” yang bermakna kekerasan. Orang Yunani meng-adopsi kata “Lyssa” yang juga berarti “kegilaan”.

Menurut catatan sejarah, Rabies telah dikenal 2300 SM sejak zaman Mesopotomia. Dokumen pada zaman tersebut menyatakan bahwa setiap orang yang memiliki anjing yang bersifat ” viscious”/ Ganas dan mengakibatkan gigitan pada orang lain akan diberikan
denda.

Pada abad ke 9 Inggris pernah mengalami masalah Rabies. Di Inggris Rabies tidak hanya menular pada Anjing tetapi juga kucing dan Rubah (red Fox).

Di Indonesia, pertama kali dilaporkan secara resmi oleh Esser di Jawa Barat, tahun 1884. Kemudian oleh Penning pada anjing pada tahun 1889 dan oleh E.V. de Haan pada manusia (1894). Penyebaran Rabies di Indonesia bermula dari tiga provinsi yaitu Jawa Barat, Sumatera Utara dan Sulawesi selatan sebelum perang Dunia ke-2 meletus. Pemerintahan Hindia Belanda telah membuat peraturan terkait rabies sejak tahun 1926 dengan dikeluarkannya Hondsdolsheid Ordonansi Nomor 451 dan 452, yang juga diperkuat oleh Staatsblad 1928 Nomor 180. Selanjutnya selama Indonesia dikuasai oleh Jepang situasi daerah tertular Rabies tidak diketahui secara pasti.

Setelah tahun 1945 dalam kurun waktu kurang dari 35 tahun (1945-1980) setelah merdeka Rabies menyebar hampir ke 12 provinsi lain, seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur (1953), Sulawesi Utara (1956), Sumatera Selatan (1959), DI. Aceh (1970), Lampung (1969), Jambi dan Yogyakarta (1971), DKI Jaya dan Bengkulu (1972), Kalimantan Timur (1974), Riau (1975), dan Kalimantan Tengah (1978). Dan pada era 1990-an, provinsi di Indonesia yang masih bebas rabies adalah Bali, NTB, NTT, Maluku, dan Papua.

Peraturan terkait Rabies pun telah banyak dibuat setelah warisan dari pemerintahan kolonial dengan dikeluarkannya SK Bersama Tiga Menteri (Pertanian, kesehatan, dan Dalam Negeri) pada tahun 1978 dan Pedoman Khusus dari Menteri Pertanian pada tahun 1982. Sehubungan dengan hal tersebut diatas,pemerintah secara sistematis melakukan program pembebasan secara bertahap. Program ini dimulai pada Pelita V (1989 – 1993) DI Pulau Jawa dan Kalimantan dan Kemudian pada Pelita VI (1994 – 1988) diperluas ke pulau tertular yaitu Pulau Sumatra dan Sulawesi.Dengan demikian program pemberantasan rabies ini menjadi program nasional.

Situasi rabies yang telah dicapai dalam pelaksanaan program pembebasan rabies selama ini mencakup :

Sampai saat ini 5 propinsi di Indonesia tetap bebas rabies yaitu Nusa Tenggara Barat, Maluku, Papua Dan Kalimantan Barat dan Sampai saat ini ada 18 propinsi yang belum bebas kasus rabies, pada tahun 1998 Propinsi Nusa Tenggara Timur telah menjadi tertular rabies sejak terjadinya outbreak di Pulau Flores Kabupaten Flores Timur.

Propinsi Jawa Timur, DI Yogyakarta dan Jawa Tengah telah berhasil dibebaskan dari kasus rabies dengan diterbitkan surat keputusan menteri Pertanian No.892/Kpts/TN.560/9/97 tanggal 9 September 1997. Namun untuk Pulau Jawa, Propinsi Jawa Barat Masih dinyatakan sebagai daerah tertular rabies karena masih dilaporkan adanya kasus rabies pada manusia dan hewan, namun demikian tampak terjadi juga penurunan kasus.

Jumlah rata – rata per tahun kasus gigitan pada manusia oleh hewan tersangka penular rabies selama tiga tahun terakhir (1997 - 1990) sebanyak 13880 kasus, 7509 diantaranya (54,2%) divaksinasi anti rabies (VAR) dan 170(1,2%) pemberian kombinasi Serum anti rabies (SAR). Ditemukan rata-rata per tahun 88 kasus rabies pada manusia selama tiga tahun (1997 – 1999), dan 2002 spesimen hewan yang diperiksa rata-rata pertahun, diantaranya 1111 spesimen (55,5%) menunjukkan positif rabies.

Situasi rabies pada tahun 1999,dilaporkan kasus gigitan hewan pada manusia 5930 kasus (50%) diberi VAR dan 56 kasus (0,5 %) diberi kombinasi VAR dan SAR.

Sedangkan kasus rabies pada manusia sebanyak 131 kasus, dan dari 850 spesimen hewan yang diperiksa 767 (90,2%) menunjukkan positif rabies.

Rabies saat ini masih dinyatakan bebas di beberapa pulau-pulau kecil Propinsi kawasan timur Indoensia dan pulau–pulau sekitar Sumatera kecuali Nias yang dinyatakan terjangkit Rabies di tahun 2010.

Program pembebasan rabies merupakan Kesepakatan Nasional dan merupakan kerjasama kegiatan 3 Departemen, yaitu Departemen Pertanian (Ditjen Peternakan), Departemen Dalam Negri (Ditjen PUOD) dan Departemen kesehatan (Ditjen PPM & PL) sejak awal Pelita V tahun 1989.
(Oleh : drh. Neno WS.)

Referensi: Wikipedia. Civas.net, kucingkita

Departemen Pertanian, D.J.P., Direktorat Kesehatan Hewan, 2007. KIAT VETINDO Rabies Kesiagaan Darurat Veteriner Indonesia Penyakit Rabies. Departemen

Pertanian, Indonesia.

Majalah Poultry Indonesia, O., 2010. Rabies, Luka Indonesia yang Terus Kambuh. Poultry Indonesia. Rabies, Luka Indonesia yang Terus Kambuh, Jakarta.

Wilkinson, L., 2002. History. In: Jackson, A.C., Wunner, W.H. (Eds.), RABIES. Elsevier Sciece (USA), London, UK, pp. 1-21.
 
bukan anjing doank ternyata. kucing dan rubah juga punya /no1/no1
 
ie nih gan... rabies banyak diderita oleh anjing.. bahkan monyet sekalipun
untuk mencegah rabies kita harus memvaksin anjing kita ahahah... jadi terbebas dr penyakit rabies(anjing gila) /heh nice info
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.