• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Polemik Brahmarûpa

singthung

IndoForum Junior E
No. Urut
7164
Sejak
21 Sep 2006
Pesan
1.634
Nilai reaksi
27
Poin
48
Polemik Brahmarûpa

Oleh : Y.M. Maha Dhammadhiro Thera*

(Artikel ini merupakan bagian dari tulisan berjudul ‘Buddharupa’)

Brahmarûpa atau bentuk Brahma banyak dikenal belakangan ini dengan sebutan Dewa Empat Muka. Sebagian masyarakat suku Tiong Hoa menyebutnya Sie Mien Fuo (Buddha empat muka) atau Sie Mien Sen (Sie Bin Sin, Dewa empat muka). Sesungguhnya, apakah Brahma itu? Artikel di bawah ini ditampilkan untuk membantu mengkaji tentang keberadaan Brahma melalui pandangan beberapa sudut.

Arti Kata Brahma

Kata Brahma menurut konteks katanya berarti ‘besar’; makhluk yang berbadan besar disebut Brahma (mahantasarîratâya brahma, akar kata Braha = besar). Menurut pengertiannya, brahma berarti pembesar atau penguasa tiga alam, yakni; alam manusia, alam dewa dan alam brahma. Istilah Brahma memiliki banyak pengertian lain disesuai dengan ciri dan fungsinya, seperti: kakek (pitâmaha), bapak, bapak makhluk alam (pitu), penguasa tiga alam (lokesa), makhluk yang lebih luhur di antara para dewa (surajettha), pemelihara makhluk hidup (pajâpati), dsb.

Brahma dalam Tradisi Brâhmana/Hindu

Brahma, sebagaimana yang kita kenali, adalah salah satu dari tiga dewa utama dalam agama Hindu. Pengikut Hindu mempercayai dewa ini sebagai dewa pencipta, dewa yang kekal, yang lebih tinggi dari dewa lainnya. Apabila berpasangan dengan dua dewa yang lainnya, yakni: Visnu dan Siva, ketiganya ini dikenal dengan julukan Trimurti. Istilah Trimurti ini muncul sekitar dua ratus tahun setelah Buddhaparinibbâna, yakni saat kaum Brâhmana menamakan ajarannya sebagai ajaran Hindu atau Jaman Hindu.

Sebenarnya, istilah Brahma ini telah muncul lama sebelum kemunculan jaman Hindu; yakni muncul pada Jaman Veda. Jaman Veda adalah jaman kedua dari empat jaman dalam agama Brâhmana, yakni: jaman Ariyaka, jaman Veda, jaman Brâhmanaka, dan jaman Upanisada (Hindu). Teori pembedaan masyarakat berdasarkan warna kulitnya atau yang dinamakan ‘kasta’ muncul di jaman Veda ini. Dan, Brahma pada masa ini diyakini sebagai sumber dari keempat kelompok kasta di atas. Rinciannya secara berturut-turut adalah, kasta Brâhmana muncul dari mulut Brahma, kasta Ksatriya muncul dari lengan Brahma, kasta Vaisa muncul dari paha Brahma dan kasta Sudra muncul dari kaki Brahma. Kemudian pada jaman Brâhmanaka, Brahma dijadikan sebagai objek pujaan tertinggi dengan menyisihkan kebesaran dewa Indra yang sebelumnya telah menjadi pujaan tertinggi sejak awal mula berdirinya agama ini, yakni sejak jaman Ariyaka dan awal jaman Veda. Brahma dianggap sebagai dewa pencipta menggantikan dewa Indra. Dan kaum Brâhmana menyatakan diri bahwa kaum mereka adalah keturunan Brahma.

Terhitung sejak jaman Ariyaka, yakni jaman awal kaum Ariyaka menduduki wilayah India sekarang, kepercayaan terhadap dewa-dewa di jaman Brâhmanaka ini kian lama kian bertambah kompleks dan timpang tindih asal-usul maupun tugasnya. Satu sosok nama dewa bisa berasal dari bermacam-macam sumber kemunculannya dan berlainan kwalitas dan kekuasaannya. Dewa-dewa yang dulunya berderajat tinggi pada satu jaman menjadi merosot sebagai dewa lumrahan di jaman lainnya. Sebaliknya, yang dulu berderajat rendah naik menjadi berderajat tinggi yang berperanan penting dalam mengatur kelangsungan alam semesta, termasuk alam manusia. Brahma misalnya, dalam kitab Manûdharmasastra dikatakan muncul dari telor emas dan sebagai pencipta dewa Visnu. Tetapi dalam kitab Varâhapurâna disebutkan bahwa Brahma muncul dari teratai yang muncul dari pusar dewa Visnu. Dalam kitab Padmapurâna dikatakan, dewa Visnu ingin menciptakan alam, kemudian ia membagi diri dengan menciptakan Brahma dari pundak kanannya, menciptakan dirinya sendiri dari pundak kirinya dan menciptakan dewa Siva dari badannya. Kecuali di atas, masih banyak dewa-dewa objek pujaan lain yang kian lama kian tumpang tindih keberadaannya. Ketimpang tindihan sosok dewa berikut kwalitas dan kekuasaannya ini salah satu sebabnya adalah karena masing-masing kelompok masyarakat pemuja dewa tertentu berusaha mengorbitkan dewanya masing-masing. Dan terhadap dewa yang bukan pujaan mereka, keberadaannya akan dikesampingkan, bahkan didiskreditkan. Sehingga, setelah jaman Brâhmanaka yang bertahan selama beberapa ratus tahun di mana dewa-dewa agama Brâhmana pada masa itu berada pada titik puncak ketidak-jelasan dan sebagai salah satu subjek pertikaian antar kepercayaan, muncullah jaman Hindu yang berhasrat mengatur kembali, baik segi ajaran maupun objek-objek pujaan mereka. Di jaman Hindu, kaum Brâhmana berhasil meringkas bentuk-bentuk dewa yang beraneka macam itu dalam satu bentuk berupa Trimurti. Terbit satu kesepakatan bahwa, Brahma adalah sosok pencipta, Visnu adalah sosok pemelihara, dan Siva adalah sosok penghancur.

Mengapa dewa Brahma memiliki empat muka? Pertanyaan sejenis ini banyak terlontar. Keberadaan Brahma dengan empat muka ini muncul dari kalangan kaum Brâhmana sendiri. Asal usul dewa Brahma bukanlah memiliki empat muka, melainkan lima muka. Muka yang kelima terletak di ubun-ubun kepala. Namun muka yang kelima ini sirna karena adanya satu peristiwa. Ceritanya adalah sebagai berikut. Dulu, dewa Brahma hanya bermuka satu, seperti dewa-dewa lainnya. Ia mempunyai seorang shakti (dewi) bernama dewi Sarasvati, sebagai pendampingnya. Saat sang dewi, yang adalah sesosok dewi bertubuh indah, sedang memberikan pelayanan di dekat sang Brahma, sekonyong-konyong timbul sorot mata berbaur nafsu birahi tertampak di wajah sang Brahma. Karena tekanan perasaan gelisah atas pandangan itu, sang dewi menghindar sorotan mata sang Brahma dengan berpindah di sebelah kanan Brahma. Sang Brahma, atas dorongan nafsu birahinya untuk bisa mengagumi keindahan tubuh sang dewi, menciptakan muka di sisi kanan kepalanya. Sang dewi yang pemalu itu pindah lagi ke sebelah kirinya. Sang Brahma tidak pantang menyerah. Dia ciptakan muka di sisi kiri kepalanya mengikuti arah sang dewi. Sang dewi pindah lagi ke belakang dengan harapan bisa lepas dari sorot mata Brahma. Namun, sang Brahma tidak putus asa. Ia menciptakan muka di sisi belakang kepalanya. Karena merasa tidak ada tempat nyaman lagi baginya, sang dewi pun berdiam di angkasa. Di pihak lain, atas dorongan nafsu yang tiada tanda reda, sang Brahma menciptakan muka kelimanya di bidang atas kepalanya. Akhirnya, sang dewi yang tidak tahu apa yang harus diberbuat, pergi melaporkan hal tersebut kepada dewa Siva (versi lain mengatakan kepada dewa Visnu). Dewa Siva membantu mengatasi masalah sang dewi dengan menebas muka yang berada di bidang atas kepala. Brahma kehilangan muka atasnya. Dan mulai dari situlah Brahma menjadi bermuka empat. Cerita ini tampak seperti dongeng seribu satu malam. Tetapi inilah yang tercantum dalam kitab milik kaum Brâhmana tentang asal mula Brahma empat muka atau Sie Mien Sen dalam bahasa Mandarinnya.

Brahma dalam Tradisi Buddhis

Tidak seperti dalam tradisi Brâhmana/Hindu yang menempatkan Brahma di alam surgawi dan masih berlumur gairah nafsu (Kâmâvacarabhava), Brahma dalam ajaran Buddha diletakkan di alam tersendiri, yakni alam Brahma, yang bebas nafsu gairah (Rûpârûpabhava). Dalam kitab-kitab agama Buddha, istilah Brahma sering disebut di sana. Artinya, agama Buddha mengakui keberadaan Brahma. Namun, istilah brahma dalam kitab agama Buddha itu memiliki pengertian yang berbeda dari kepercayaan kaum Brâhmana. Batasan pengertian brahma diubah sedemikian rupa hingga sesuai dengan doktrin agama Buddha. Perlu diketahui juga, bahwa Sang Buddha banyak memberikan makna baru atas kata-kata yang sebelumnya telah dipakai di jaman itu, seperti misalnya kata arahanta, brâhmana, mokkha, bhagavantu, dsb. Pengubahan ini utamanya ditujukan agar para pendengar ajaran Beliau memiliki pengertian baik dan benar.

Sebuah kata atau nama bisa mengandung makna lebih dari satu arti. Tiap-tiap makna berperan dalam memahami suatu ucapan atau ajaran. Karena itu, pemilahan makna kata dari makna-makna adalah satu tugas yang amat penting untuk mencapai maksud sebenarnya si pengucap. Pengertian lebih penting daripada nama itu nama yang menjulukinya sendiri. Karena, nama adalah sekadar julukan. Sedangkan pengertian adalah arahan dari suatu nama diucapkan. Untuk kata ‘brahma’ misalnya, umat Buddha tidak diarahkan untuk memahaminya sebagai pusat dari makhluk alam semesta, sosok makhluk yang kekal, yang menentukan nasib setiap insan (yang sebenarnya juga termasuk nasib hewan dan makhluk lain), atau sosok makhluk yang secara langsung memberi anugerah sekaligus kutukan terhadap makhluk lain. ‘Brahma’ dalam pengertian sebagai sesosok makhluk, adalah makhluk-makhluk yang telah mengembangkan kebajikan besar sehingga mampu menempati alam brahma. Brahma dalam agama Buddha bukanlah mewaliki satu makhluk saja, melainkan mewakili sekelompok makhluk dengan berbagai macam tingkatannya. Alam Brahma memiliki banyak tingkat. Tiap tingkat memiliki ciri khas, kemampuan, dan batas usia penghuninya. Dewa Brahma, meskipun berusia amat lama, juga akan habis masa usianya (meninggal dari alamnya). Ia pun akan melanjutkan kehidupannya di alam-alam lain seperti halnya makhluk manusia dan binatang. Dan, semasih belum mencapai tingkat-tingkat kesucian, mereka semua tak terlepaskan dari alam samsara.

Kembali pada pengertian Brahma, Sang Buddha sendiri dalam sabdanya, pernah menyebut diri beliau sebagai Brahma, “Brahmâti kho bhikkhave tathâgatassetam adhivacanam”1 Para bhikkhu, kata brahma ini merupakan nama Tathâgata. Brahma juga dipakai untuk pengertian ‘orangtua’, seperti dalam Buddhavacana ini, “Brahmâti mâtâpitaro pubbâcariyâti vuccare”2 Ibu dan ayah pemelihara anak, disebut brahma dan disebut guru awal. Brahma berarti ‘luhur’, “Brahmacakkam pavatteti”3 Memutar roda nan luhur. “… setthatthena brahmam sabbaññutaññânam …”4 Pengetahuan si pengetahu segala yang merupakan ‘brahma’ dalam pengertian ‘luhur’. Brahma mengacu pada ‘empat keberadaan luhur’ (mettâ, karunâ, muditâ, upekkhâ), “Brahmam, bhikkhave … muditâya cetovimuttiyâ.”5 Duhai para bhikkhu, di kala itu para bhikkhu berada dalam kediaman yang luhur yakni tempat berdiam dalam muditâ, kebebasan pikiran. Keberadaan Brahma sebagai sosok penentu nasib, pemberi rejeki, kesehatan, keselamatan, dsb. tidak dikenal dalam pengertian Buddhis.

Perbandingan Brahma menurut Brâhmana dan Buddhis

Brahma dalam Ajaran Brâhmana:

1. Dikenal dalam ajaran para brâhmana sejak Jaman Veda.
2. Sebagai sang pencipta dan bersifat kekal. Pada jaman Veda dianggap merupakan bagian dari segala sesuatu.
3. Dalam cirinya sebagai paramâtman, dianggap sebagai sumber semua jiwa (âtman).
4. Pada Jaman Brâhmanaka, Brahma bersifat nonperson dan tak berjenis kelamin.
5. Masa berikutnya, bentuk Brahma lebih berbentuk person menyerupai manusia dengan memiliki empat muka.
6. Belakangan, Brahma mempunyai istri atau Shakti bernama Sarasvati (dewi kebijaksanaan) dan mempunyai angsa sebagai wahananya.
7. Dilengkapi dengan Brahmavihâradharma.

Brahma dalam Ajaran Buddha

1. Bukan makhluk kekal, bukan pencipta, bukan penentu garis hidup makhluk lain.
2. Berasal dari makhluk yang telah mengembangkan batin hingga di tingkat rûpajjhâna dan arûpajjhâna. Kehidupannya dibatasi oleh waktu.
3. Bersifat person, bermuka satu dan tidak memiliki istri atau Shakti.
4. Dilengkapi dengan Brahmavihâradhamma.
5. Istilah Brahma juga dipakai untuk pengertian ‘luhur’, ‘dewasa’, ‘orangtua’, dsb.

Menimbang perbandingan di atas, penerimaan brahmarûpa sebagai bentuk pujaan dalam tradisi Buddhis dengan hanya beralasan bahwa brahma dikenal baik dalam ajaran Buddha tidaklah cukup. Baik bentuk dan konsep brahmarûpa maupun persepsi pemuja terhadap brahmarûpa perlu mendapat pelurusan sedemikian rupa sehingga penghormatan yang dilakukan itu bisa dikatakan sebagai penghormatan secara Buddhis. Namun pernyataan ini adalah terlepas dari sikap kebebasan berkehendak dari pemuja sendiri. Satu hak penuh bagi seseorang, dengan dasar pemikiran dan tujuan yang disadarinya, untuk memuja satu bentuk pujaan. Ulasan ini hanya memberikan kejelasan tentang prinsip brahma di masing-masing kepercayaan. Sebab, penerimaan satu bentuk pujaan ‘luar’ ke dalam tradisi Buddhis akan berarti juga menghalalkan bentuk pujaan lain untuk masuk dalam tubuh Buddhis. Apa yang terjadi dalam agama Buddha apabila dalam tubuhnya penuh terisi dewa-dewa pujaan kepercayaan lain?

Brahmarûpa di Thailand

Berikut ini adalah sekilas tentang kehadiran Brahmarûpa ditengah-tengah masyarakat Thai. Artikel ini mengambil Thai sebagai kajian karena objek pujaan brahma yang sedang dibahas di sini berkaitan erat dengan yang ada di sana. Bisa dikatakan bahwa menjamurnya objek pujaan brahma oleh umat Buddha di Indonesia adalah pemasukan budaya dari negara itu.
Selain mewarisi tradisi Buddhis, masyarakat Thai mewarisi tradisi kaum Brâhmana pula. Ajaran Brâhmana berpengaruh di masyarakat ini tak kurang dari seribu tahun yang lalu dan masih tersisa pengaruhnya hingga kini. Kendati, ajaran Buddha telah menyebar luas di hampir keseluruhan negara sejak lebih dari seribu tahun. Ajaran Brâhmana datang ke negara ini hampir bersamaan dengan kedatangan agama Buddha ke sana. Namun, ajaran Brâhmana di sana lebih dikenal dari segi tradisi dan tata upacaranya, alih-alih dari ajarannya. Di sisi lain, agama Buddha mendapatkan tempat yang lebih resmi sebagai ‘agama’ panutan mereka. Tradisi dan tata upacara Brâhmana pun seolah menjadi bagian dari tradisi Buddhis. Para brâhmana sendiri, sebelum memulai upacara ala tradisinya, memimpin peserta upacara memohon Pañcasîla kepada bhikkhu.

Seiring dengan berlangsungnya pengaruh tradisi Brâhmana, kehidupan masyarakat sana pun tak terpisah dari hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan ini. Pura-pura Brâhmana, ritual-ritual, pemujaan kepada para dewa, seperti: dewa Brahma, dewa Râhû, dewi Umâ atau Durga (pendamping dewa Siva), dewa Ganesa dan lain-lain bisa dijumpai di sana. Di antara para dewa di atas, Brahma adalah paling populer dipuja, yang mana adalah hal yang jarang terjadi dalam masyarakat penganut kepercayaan Brâhmana di wilayah lain, meski di India sekalipun. Umat Brâhmana di wilayah lain justru cenderung memuja dewa Siva, dewa Visnu atau dewa-dewa lainnya. Jadi, meskipun masyarakat Thai mengaku penganut Buddhis, yang sebagian memang adalah penganut buddhis yang taat, sebagian lagi adalah pemuja Brahmarûpa juga. Brahmarûpa yang dipuja adalah brahma dalam kepercayaan Brâhmana, sosok dewa bermuka empat, yang mampu sang pencipta makhluk, pemberi anugerah, rejeki, dan penentu garis hidup.

Berhubungan dengan Brahmarûpa di Thai, ada sebuah legenda yang membuat patung dewa ini melejit tingkat kepopulerannya. Meskipun sebelumnya Brahma sudah dipuja oleh sebagian masyarakat Thai, puncak kepopuleran patung ini adalah baru sekitar duapuluh tahunan yang lalu. Satu hotel dengan nama Erawan, yang adalah nama seekor Gajah, dibangun di pusat pertokoan kota Bangkok. Konon pemilik hotel ingin membangun sebuah patung dewa yang menjadi penunggang gajah Erawan. Maka dibangunlah patung Brahma di pojok sebelah depan hotel, yang semestinya bukanlah patung dewa Brahma melainkan patung dewa Indra. Sebab gajah Erawan adalah wahana atau tunggangan dari dewa Indra. Sedangkan, dewa Brahma memiliki angsa sebagai wahana. Tidak diketahui kesalahan ini adalah suatu kesengajaan atau tidak. Belakangan, ada satu cerita tentang seorang wanita yang sedang di landa permasalahan, tidak tahu kemana harus bersandar, datanglah ia ke depan patung dewa Brahma yang kebetulan ia lihat di pojok sebuah hotel. Ia memohon penyelesaian masalah di hadapan sang patung. Tekadpun ia keluarkan, bahwa kalau masalahnya bisa terselesaikan, ia akan bertelanjang menari dihadapan sang patung. Alkisah, ia benar-benar terlepas dari kegundahan akan permasalahannya. Dilakukanlah tekadnya itu. Dari mulut ke mulut, peristiwa ini mengundang sensasi besar bagi masyarakat sekitar. Para pemandu jalan pun berpropaganda kepada para pelancong manca negara, terutama yang berasal dari wilayah Asia. Para pelancong pun, yang bak sembari menyelam minum air, beradu nasib dengan memohon segala hal yang mereka inginkan. Alhasil, meskipun yang terkabulkan permohonannya itu tidak lebih dari 1 persen dari keseluruhan jumlah pemohon, gema ketenaran sang patung di pojok sebuah hotel ini menjadi ke mana-mana. Dan, celakanya, sang patung ini akhirnya dikenal dengan istilah Sie Mien Fuo (Buddha 4 muka) alih-alih Sie Mien Sen (Dewa 4 muka), hanya karena untuk memudahkan pendengaran para pelancong. Asal berupa sebuah patung dan berada di kota Bangkok, satu kota yang padat dengan pemeluk Buddhis, semuanya dianggap sebagai Fuo, patung Buddha saja.

Dari ulasan yang cukup panjang lebar di atas, kira-kira jelaslah apa yang dimaksud Brahmarûpa; bagaimana konsep dewa Brahma menurut Brâhmana dan menurut Buddhis; dan, bagaimana pula sepantasnya seorang buddhis mengerti dan menghormat dewa Brahma. Sorot baliknya tentunya kembali kepada pengikut Buddhis masing-masing.

Catatan Kaki :

1. Majjhimanikâya, Atthakathâ.
2. Vinayapitaka, samantapâsâdikâtîkâ.
3. Mûlapannâsaka, Majjhimanikâya.
4. Sîlakkhandhavagga Atthakathâ.
5. Lonakapallavagga, dukanipâta.

(* Penulis adalah salah seorang bhikkhu anggota Sangha Theravada Indonesia yang menetap di Thailand dan menjadi dosen pengajar bahasa Pali)
 
Thx hehe kemarin ga liat.. kk aku copy semua postnya bole kan?
 
kk mao tanya knapa ritual brahma biasanya di lakukan oleh warga tionghoa hanya pada hari kamis saja... dan ritual kepercayaan sembahyang ke empat arah mukanya...?
 
Mungkin karena setiap kepala menunjuk ke setiap arah mata angin...
 
tapi klo di indonesia sendiri kayakna ene rupang buddha masi jarang keliatan..../hmm
 
sapa bilang buddha rupang jarang kelihatan...

yg di vihara yg patung buddha itu apa disebutnya?
yg dirumah apa disebutnya?
yg bentuknya buddha apa sebutannya?

ya semuanya Buddha Rupang..

Gawat sekali ini kk kodok buduk
 
Buddha ruphang kan dimana2 ada..
masa di Vihara ga ada Buddha Ruphangnya...Vihara apa itu =))

mungkin kodok salah mengartikan x y ;))
Budha ruphang == patung Buddha
 
iya, mungkin maksudnya patung Si Bin Hut..hehe.

Bntr yah, saya kasih preview Imagenya d biar ga bingung..hehe.

si_bin_sien.jpg


mudah2an bermanfaat
 
itu ma
Si Mian Fo/Tao Mahabhromma/Hatyai/Songkhla/4Faced Buddha/Buddha 4 muka

sebenernya cuma brahma itu..
sesuai dengan post yg pernah di buat sama kk singhtung

hehe
 
iya, emang Se Mien Fo..

btw, memang mau liad image dr Se Mien Fo kan? :(
 
kk mao tanya knapa ritual brahma biasanya di lakukan oleh warga tionghoa hanya pada hari kamis saja... dan ritual kepercayaan sembahyang ke empat arah mukanya...?

Sebenarnya mau tiap hari,sama saja tergantung kita yang penting kita ada niat,pikiran dan hati bersih. kalau kita berpatokan harus hari kamis dan lilin harus warna kuning ,berarti kita terjerumus dalam pandangan salah/keliru. Pandangan salah harus di musnahkan oleh umat Buddha.

Kadang-kadang kita masih banyak jumpai umat Buddha yang mengatakan bahwa untuk rupang ini harus 3 batang dupa dan rupang itu harus 1 batang dupa, sudah termasuk pandangan salah/keliru. kalau kita berpatokan pada Tipitaka tidak ada aturan semacam itu. Ini yang sering menyebabkan oleh umat lain melihat agama Buddha menyembah berhala gara-gara umatnya sendiri juga.^_^

Tanpa rupang/patung,kita juga bisa melakukan kebaktian,kalau kita berpatokan harus ada rupang, baru kita mau melakukan kebaktian ,itu juga termasuk pandangan salah/keliru. rupang hanya simbol atau suatu objek saja,tidak lebih dari itu,karena pengertian patung adalah patung. Yang terpenting kita sebagai umat Buddha sbb:

Janganlah melakukan perbuatan jahat
Perbanyaklah perbuatan baik
Sucikan hati dan pikiran
Inilah ajaran para Buddha


Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu,
pikiran adalah pemimpin,
pikiran adalah pembentuk.
Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat,
maka penderitaan akan mengikutinya,
bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya.



@ kodokbudak== orang bagan yah?
 
iya, mungkin maksudnya patung Si Bin Hut..hehe.

Bntr yah, saya kasih preview Imagenya d biar ga bingung..hehe.

si_bin_sien.jpg


mudah2an bermanfaat

/heh nah ene maksud gw rupangnya si bin hut atao apalah.... masi jarng di jumpai vihara yg ada rupang ini... btw its so cool... /heh

@sinthung
paritta ato mantranya tao nda.... mohon bantuanya /heh
 
gw adanya bahasa sansekertanya .. bahasa palinya gw ga tau alias ga bisa translatenya dari sanskrit

ini:

Oom,Sa Erl Wa, Ta Tha Cia ta,Unika, Setatapace,Hung Phe, Hung Mama ,Hung Ni, So ha


itu kalo yg gw liat dari card, cuman yg biasa gw denger palinya kaya gini...walo ada sala tulis...

om sarva , tata gatta, unika ,satabaja, hong pe , hong mama , hong ni, svaha

gw ga tau tulisannya hehe sorry kalo ada salah nulis disitu..
kalo ada yg tau mungkin bisa dibenarkan...

itu brahma 4 muka yg gw tau asalnya dari thailand..
tapi yg gw bingung kalo di indo kok bisa dimasukin ke vihara mahayana...
hhee kalo gw liat sih kalo mahayana di china ga ada brahma 4 muka...
hehe
 
selain di aliran Mahayana, ada juga loh LomX di vihara kong-hut-cu..hehe.
 
Sebagai umat Buddhis seharusnya berpegang pada Tisarana(Tiga Permata) bukan kepada yang lainnya.

NATTHI ME SARANAM ANNAM
BUDDHO ME SARANAM VARAM
ETENA SACCAVAJJENA
SOTTHI TE HOTU SABBADA

NATTHI ME SARANAM ANNAM
DHAMMO ME SARANAM VARAM
ETENA SACCAVAJJENA
SOTTHI TE HOTU SABBADA

NATTHI ME SARANAM ANNAM
SANGHO ME SARANAM VARAM
ETENA SACCAVAJJENA
SOTTHI TE HOTU SABBADA


Tiada perlindungan lain bagiku
Sang Buddha-lah sesungguhnya pelindungku
Berkat kesungguhan pernyataan ini
Semoga Anda selamat sejahtera.

Tiada perlindungan lain bagiku
Dhamma-lah sesungguhnya pelindungku
Berkat kesungguhan pernyataan ini
Semoga Anda selamat sejahtera.

Tiada perlindungan lain bagiku
Sangha-lah sesungguhnya pelindungku
Berkat kesungguhan pernyataan ini
Semoga Anda selamat sejahtera.

Kutipan dari Ratana Sutta

15. Yānīdha bhūtāni samāgatāni,
Bhummāni vā yāni va antalikkhe,
Tathāgataṃ deva-manussa-pūjitaṃ,
Buddhaṃ namassāma suvatthi hotu!

16. Yānīdha bhūtāni samāgatāni,
Bhummāni vā yāni va antalikkhe,
Tathāgataṃ deva-manussa-pūjitaṃ,
Dhammaṃ namassāma suvatthi hotu!

17. Yānīdha bhūtāni samāgatāni,
Bhummāni vā yāni va antalikkhe,
Tathāgataṃ deva-manussa-pūjitaṃ,
Saṅghaṃ namassāma suvatthi hotu!



Makhluk apa pun juga yang berada di sini
Baik dari dunia ini atau dari angkasa
Marilah bersama-sama kita menghormat Sang Buddha
Sang Tathagata, yang dipuja oleh para dewa dan manusia
Semoga kita mendapatkan kebahagiaan

Makhluk apa pun juga yang berada di sini
Baik dari dunia ini atau dari angkasa
Marilah bersama-sama kita menghormat Dhamma
Sang Tathagata, yang dipuja oleh para dewa dan manusia
Semoga kita mendapatkan kebahagiaan

Makhluk apa pun juga yang berada di sini
Baik dari dunia ini atau dari angkasa
Marilah bersama-sama kita menghormat Sangha
Sang Tathagata, yang dipuja oleh para dewa dan manusia

Semoga kita mendapatkan kebahagiaan



 
Yang penting harus diwaspadai jangan sampai terjadi kemelekatan. Karena Mantra Apapun semuanya tergantung niat, sila dan ikatan karma.....

Semoga Semua Mahluk Dapat Mempertahankan Kebahagiaannya Sendiri
Semoga Semua Mahkluk Hidup Berbahagia
 
hm..aku ada sedikit masukan nih
aku pernah jg ke thailand,tepatnya di wat phra keong.disana aku dapat banyak informasi tentang dewa brahma ini.

perlu teman2 ketahui,brahma rupa(yang sering di panggil SE MIEN FO)oleh masyarakat,sebenarnya adalah brahma sahampati yang berdiam di alam Maha brahma.seperti yang kita ketahui,di dalam agama buddha terdapat 31 alam kehidupan bukan? jika anda adalah umat buddhist,anda pasti pernah mendengar sosok brahma sahampati ini.
ingat pada saat buddha gotama mencapai penerangan sempurna,beliau sebenarnya TIDAK BERNIAT MENGAJARKAN DHAMMA nya kepada org.ini dikarenakan DHAMMA yang dipahami buddha gotama ini sungguh dalam dan halus sehingga sulit dimengerti oleh manusia maupun dewa.dhamma yang diajarkan hanya bisa dipahami oleh org BIJAKSANA.

nah setelah buddha gotama berpikir demikian,lalu muncul lah brahma sahampati di depan buddha gotama.sambil beranjali,brahma sahampati berkata, "BHANTE,ada manusia yang memiliki sedikit debu dimata mereka,Mohon ajarkanlah dhamma ini demi kasih sayang kepada mereka".(paritta ini biasanya dibaca di kebaktian tradisi theravada saat permohonan tuntunan dhamma kepada bhante).akhirnya buddha gotama pun mau mengajarkan dhamma dan mulai membabarkannya kepada 5 murid buddha yang pertama yakni : kondanna,vappa,badhiya,mahamana,assaji.

jadi brahma sahampati ini sangat dia agungkan oleh umat buddha di thailand,karena dianggap berperan penting dalam ajaran buddha.

perlu anda ketahui juga di alam maha brahma ini disebut sebagai alam cahaya ( tidak berbentuk).lalu kenapa brahma sahampati ini memiliki rupa dengan 4 wajah ?
jawabnya adalah rupa brahma sahampati yang dibuat dengan 4 wajah adalah melambangkan konsep ajaran buddha brahma viharapharana(yang biasa dibaca di kebaktian theravada di pengunjung kebaktian) yaitu

ARAH DEPAN = METTA ( cinta kasih)
ARAH KANAN = KARUNA (belas kasihan)
ARAH KIRI = MUDITA ( turut berbahagia)
ARAH BELAKANG = UPEKKHA(keseimbangan batin)

lalu kenapa dewa brahma memegang senjata ? darimana asalnya

ARAH DEPAN yang memegang tasbih dipercaya sebagai simbol adanya reinkarnasi oleh umat buddha dan tangan di dada dipercaya sebagai wujud cinta kasih yang diajarkan buddha gotama

ARAH KANAN yang memegang tongkat & kitab veda dipercaya sebagai simbol pengetahuan dan kebijaksanaan.

ARAH KIRI yang memegang Kendi air & rumah keong dipercaya sebagai simbol kehidupan

ARAH BELAKANG yang memegang cakram dan Panji dipercaya sebagai simbol kesaktian buddha


nah biasanya org melakukan ritual sembahyang ini pada hari kamis kan?ini juga di pengaruhi oleh budaya thailand.sebenarnya kapan saja boleh kok sembahyang kepada dewa brahma ini.asal jgn minta2 yah ^_^

ada jg beredar mitos bahwa seseorng yang sudah di kabulkan permintaannya wajib mendatangkan penari striptease ( tanpa busana) untuk menari di depan dewa brahma.ini benar2 entah dari mana mitosnya,sampai sekarang tidak ada org yg memberi kesaksian secara langsung tentang mitos ini.

ada juga yang mempersembahkan patung gajah kepada dewa brahma,karena di thailand gajah2 dianggap mahkluk suci.jadi cocok untuk dipersembahkan kepada dewa brahma.


buat yg ada penambahan /masukan.ditunggu

salam metta..

^^
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.