• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Planet Ekstrasolar dan Kehidupan Luar Bumi

T!T!~ch@/\/

IndoForum Banned
No. Urut
1035
Sejak
11 Mei 2006
Pesan
21.523
Nilai reaksi
1.324
Poin
113
Memburu planet di tengah maraknya isu pemanasan global mudah menerbitkan dugaan bahwa alternatif Bumi sebagai habitat perlu segera ditemukan. Akan tetapi, bagi Johny Setiawan, planet yang dicari bukanlah planet yang berada di Tata-Surya, atau sistem planet yang berbintang induk Matahari.

Planet yang dicari Johny adalah planet yang diinduki oleh bintang-bintang nun jauh di langit, yang dalam dunia astronomi disebut sebagai eksoplanet atau planet ekstrasolar. Tentu saja planet semacam ini tidak akan bisa dijadikan sebagai alternatif Bumi.

Sebagai astronom, Johny telah mulai mencari eksoplanet sejak tahun 1999, atau dua tahun setelah dia mendalami astronomi pada Universitas Freiburg, Jerman.

Mengapa dia tidak seperti astronom Amerika Serikat yang justru mencari planet ke-10, misalnya?

Johny bersama timnya pada Institut Astronomi Max Planck (MPIA) di Heidelberg, Jerman, rupanya ingin mengkaji tata- surya secara komparatif, dari sisi luar tata-surya itu sendiri.

Selain itu, risetnya juga ditujukan untuk membantu menjawab pertanyaan: "Apakah ada planet lain selain Bumi yang bisa didiami?" Dan selanjutnya, "Apakah kita sendirian di Alam Semesta ini?"

Artinya, dengan menyelidiki planet ekstrasolar, dia juga secara tidak langsung ingin mencari kehidupan lain di luar Bumi.

Seperti dilaporkan oleh jurnal ilmiah Inggris, Nature edisi 3 Januari 2008, Johny bersama tim dari MPIA telah menemukan planet ekstrasolar yang mengelilingi bintang TW Hydrae, dan umurnya menurut standar astronomi masih muda, yakni sekitar 8 juta-10 juta tahun, atau 1/500 umur Matahari yang sudah 4,5 miliar tahun.

Planet yang kemudian diberi nama TW Hydrae b ini mengelilingi bintang induknya sekali dalam tempo 3,56 hari. Bandingkan planet ini dengan Bumi yang perlu satu tahun atau 365 hari untuk menyelesaikan satu revolusi mengelilingi Matahari.

Bisa mengetahui ukuran dan periode revolusi benda langit untuk jarak yang amat jauh seperti itu sungguh menuntut pengetahuan dan teknik pengamatan cermat.

Kecepatan radial

Dalam penjelasannya, Johny menyebutkan, ia bersama tim MPIA menggunakan teknik pengukuran kecepatan radial yang sebenarnya bukan teknik baru. Bahkan teknik tersebut bisa dikatakan klasik, karena sudah digunakan untuk menemukan planet sebelumnya.

Dengan teknik itu, kecepatan bintang yang berubah mendekat dan menjauh itu—ditandai dengan perubahan warna spektrum dalam spektograf—bisa diukur.

Johny dalam riset eksoplanet Hydrae memimpin program pengamatan bersama dengan mahasiswanya, Andre Muller. Mereka menggunakan teleskop 2,2 meter milik Perhimpunan Max Planck dan Observatorium Selatan Eropa di La Silla, Cile.

Dia melakukan analisa dibantu oleh mahasiswa lain dan Dr Martin Kurster. Johny kemudian menulis makalah bersama Dr Ralf Launhardt. Sementara Direktur MPIA mengkoordinasi dan menyediakan semua hal yang dibutuhkan tim tersebut.

Bukan untuk gaji

Johny yang sudah sekitar 10 tahun menjadi astronom di luar negeri, mulai bekerja di MPIA semenjak tahun 2003. Ia mengaku kerasan bekerja di lembaga yang amat bergengsi ini.

Namun, hal itu pertama-tama bukan karena fasilitas atau gaji yang dia terima, tetapi karena Johny merasa cocok dengan teman-teman sekerja. Kata dia, untuk gaji yang lebih besar, kalau dia menginginkan, sangat mungkin bisa diperoleh bila ia bekerja di tempat lain. Bahkan apa yang dikerjakannya kini tak bisa dikatakan enteng.

Manakala jadwal pengamatan tiba, Johny selama sekitar dua pekan harus bergadang. Dia harus bekerja mulai pukul 18.00 petang hingga pukul 07.00 pagi. Kesenangan dia terhadap astronomi yang amat besar itu dilandasi oleh rasa kagum pada indahnya bintang-bintang di jagat raya.

Mengapa dia dulu tidak belajar astronomi di Institut Teknologi Bandung (ITB)?

"Saya pernah diterima di Jurusan Astronomi ITB tahun 1992, tetapi pada saat itu saya sudah berangkat ke Jerman," tutur Johny.

Meskipun dia tidak bekerja di ITB atau Observatorium Bosscha, Johny berharap lembaga astronomi di Indonesia bisa mengembangkan pengamatan dengan spektograf, dan juga mengembangkan teknik interferometri.

Ketika ditanyakan apakah suatu saat dia akan kembali ke Indonesia, Johny menjawab, "Ini tergantung pada pekerjaan. Pekerjaan saya di sini (Jerman) masih menumpuk sampai beberapa tahun ke depan, karena kami akan memulai pencarian ekstrasolar dengan teknologi baru (precise astrometry). Saya paling tidak bisa meninggalkan pekerjaan."

Kalau pekerjaan tersebut selesai, ada kemungkinan dia ingin kembali ke Indonesia.

Publikasi

Dari riset ekstrasolar yang dia lakukan dengan timnya, ada lima planet yang sudah dipublikasikan, sementara tujuh lainnya masih dalam antrean publikasi.

Johny yang dari penampilannya mengesankan sebagai sosok pemuda gaul, telah menambah deretan pemuda Indonesia yang mengukir prestasi ilmiah di mancanegara.

Untuk memelihara hubungan dengan Tanah Air, Johny yang sangat suka memasak, berolahraga kebugaran, dan berenang, serta mempelajari kebudayaan bangsa lain ini selalu meluangkan waktu untuk berlibur di Indonesia.

Bila dua tahun silam dia tampil membawakan makalah dalam Konferensi Astronomi Asia-Pasifik di Bali, maka pada akhir tahun lalu Johny kembali ke Bali untuk sekadar berlibur.

Selebihnya, hidup Johny lebih banyak diperuntukkan memburu planet-planet yang tidak tampak dengan mata telanjang, seperti Venus atau Jupiter. TW Hydrae b yang terakhir dia publikasikan adalah planet paling muda dari sekitar 250 planet ekstrasolar yang sejauh ini ditemukan.

Melalui studi komparatif ini, Johny ingin ikut dalam upaya besar ilmu pengetahuan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan, apakah sistem tata-surya merupakan hal umum di Alam Semesta?

Pertanyaan itu sudah mulai bisa dijawab pada dekade silam, yaitu ketika astronom menemukan planet ekstrasolar pertama yang mengelilingi bintang serupa Matahari pada tahun 1995.

Sumber : Kompas (9 Januari 2008)
 
itu Johny yang orang indo tp di jerman kan?
yang nemuin planet termuda kan
wah2, makin nge top aja /heh
 
wow
keren
visi na jau k depan
gk mo d dalam tata surya
tp d luar na
/no1 /no1
salut"
 
tapi bakalan susah bo
mau ke mars aja berbulan bulan
lah ini keluar tata surya bisa berabad abad
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.