asoybanget
IndoForum Beginner A
- No. Urut
- 52516
- Sejak
- 12 Sep 2008
- Pesan
- 1.375
- Nilai reaksi
- 47
- Poin
- 48
untuk tambahan ilmu baca juga
https://www.forum.or.id/showthread.php?t=126663 Inilah Salah satu Fakta Penjajahan USA atas Indonesia! !
https://www.forum.or.id/showthread.php?t=126662 Mayor TNI AL, Membuka Rahasia Negara Kepada Publik!
https://www.forum.or.id/showthread.php?t=108140 10 Alasan menolak Obama
Meskipun tidak sampai 24 jam di Indonesia, namun kunjungan singkat Obama sungguh sangat mengesankan, terutama bagi lapisan kelas menengah dan kalangan elit di Indonesia. Di hadapan para menteri, tokoh politik, pengusaha, cedekiawan dan mahasiswa yang berjumlah 7.500 orang, Obama berpidato dengan sangat memukau dan mendapat gemuruh tepuk-tangan.
Terlebih, Obama sangat pintar menyentuh sifat-sifat inlander kalangan kelas menengah dan elit Indonesia. Dengan menyebut kata “Pulang kampung nih”, Obama berhasil membuat para inlander Indonesia sontak kegirangan. Apalagi, Obama rajin memuji-muji kebudayaan, masyarakat, dan capaian pembangunan di Indonesia.
Akan tetapi, sebagian besar pidato Obama itu masih tersangkut di langit, belum pernah membumi. Selebihnya, pidato Obama lebih banyak pujian-pujian abstrak, namun malahan melupakan persoalan-persoalan krusial, seperti Hak Azasi Manusia, kehancuran ekonomi Indonesia, keberadaan perusahaan-perusahaan AS di Indonesia, dsb.
Dalam pidato tanpa naskah itu, Obama sama sekali tidak menyebut berbagai kejahatan Hak Azasi Manusia (HAM) di Indonesia, terutama pembantaian keji terhadap jutaan rakyat Indonesia, dimana AS dituding punya andil dalam kekejian tersebut.
Obama berkali-kali menyebut pemerintahan tangan besi, dalam hal ini rejim Soeharto, tetapi telah melupakan bahwa kelahiran rejim tangan besi ini tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan AS dan CIA-nya. Imperialisme AS telah bekerjasama dengan Soeharto untuk menggulingkan Soekarno dan membantai jutaan rakyat Indonesia dengan tuduhan komunis.
Obama juga tidak menyinggung keberadaan perusahaan-perusahaan AS di Indonesia, yang telah menjadi mesin penghisapan terhadap seluruh potensi kekayaan negeri ini, sehingga nyaris tidak menyisakan sedikitpun untuk rakyat Indonesia.
Selama berpuluh-puluh tahun, ExxonMobil dan Chevron, telah menguras minyak dan gas dari bumi pertiwi. Di tanah Papua, PT.Freeport juga melakukan penjarahan kekayaan alam, terutama emas dan uranium, dengan mendapat perlindungan dari tentara Indonesia.
Tidak hanya itu, dalam satu dekade lebih penerapan kebijakan neoliberal yang sangat massif, aturan “Washington Consensus” telah menjadi senjata pemusnah massal paling mengerikan bagi rakyat Indonesia. Dengan aturan itu, pasar dalam negeri telah dibuka seluas-luasnya, menyebabkan sebagian besar industri di dalam negeri gulung tikar, usaha kecil dan produsen kecil (UKM) tergilas, dan sektor pertanian mati suri.
Obama begitu membanggakan kelas menengah Indonesia yang segelintir itu, tetapi melupakan bahwa 70% angkatan kerja telah menjadi pekerja informal (tukang parkir, tukang ojek, dsb). Juga, akibat komersialisasi pendidikan, jutaan pemuda-pemudi Indonesia terlempar dari bangku pendidikan.
Terkait kehidupan demokrasi, Obama telah melakukan kesalahan besar jika menyebut Indonesia negeri demokratis. Demokrasi liberal yang diimpor dari AS, telah menyebabkan mayoritas rakyat Indonesia ditendang keluar dari kehidupan politik negeri ini. Sementara ajang pemilu, dari kepala daerah hingga presiden, telah diwarnai dengan politik uang dan kecurangan.
Korupsi tumbuh subur di negeri ini. Kasus Bank century, kasus korupsi terbesar pasca orde baru, sudah ditutup rapat-rapat. Maklum, dua pejabat yang dituding pelakunya, yaitu Sri Mulyani dan Budiono, adalah kerabat dekat Washington. Bahkan Sri Mulyani telah diungsikan ke Amerika sana tanpa mempertanggung-jawabkan perbuatannya di Indonesia.
Di Indonesia, orang tidak bebas memeluk ideologi ataupun teori-teori yang kritis, seperti marxisme yang diharamkan. Neoliberalisme telah menghancurkan organisasi-organisasi rakyat, seperti serikat buruh, petani, dan kekuatan politik potensial, sehingga rakyat tidak punya daya tawar politik.
Soal kebebasan berkeyakinan yang disebut Obama, itu terjadi 40 tahun yang lampau, yaitu ketika Bung Karno masih berkuasa. Sekarang ini, negara telah membiarkan kebebasan berkeyakinan itu diganggu segelintir pengacau, seperti kasus penyerangan jemaat HKBP, patung budha diturunkan, dan pengrusakan terhadap masjid dan harta benda kaum ahmadiyah.
Jika sebuah pidato hanya menghidangkan separuh kebenaran, maka sudah bisa dipastikan pidato itu hanya akan menjerumuskan para pendengarnya, dan hanya cocok untuk dinikmati para penjilat.
https://www.forum.or.id/showthread.php?t=126663 Inilah Salah satu Fakta Penjajahan USA atas Indonesia! !
https://www.forum.or.id/showthread.php?t=126662 Mayor TNI AL, Membuka Rahasia Negara Kepada Publik!
https://www.forum.or.id/showthread.php?t=108140 10 Alasan menolak Obama
Meskipun tidak sampai 24 jam di Indonesia, namun kunjungan singkat Obama sungguh sangat mengesankan, terutama bagi lapisan kelas menengah dan kalangan elit di Indonesia. Di hadapan para menteri, tokoh politik, pengusaha, cedekiawan dan mahasiswa yang berjumlah 7.500 orang, Obama berpidato dengan sangat memukau dan mendapat gemuruh tepuk-tangan.
Terlebih, Obama sangat pintar menyentuh sifat-sifat inlander kalangan kelas menengah dan elit Indonesia. Dengan menyebut kata “Pulang kampung nih”, Obama berhasil membuat para inlander Indonesia sontak kegirangan. Apalagi, Obama rajin memuji-muji kebudayaan, masyarakat, dan capaian pembangunan di Indonesia.
Akan tetapi, sebagian besar pidato Obama itu masih tersangkut di langit, belum pernah membumi. Selebihnya, pidato Obama lebih banyak pujian-pujian abstrak, namun malahan melupakan persoalan-persoalan krusial, seperti Hak Azasi Manusia, kehancuran ekonomi Indonesia, keberadaan perusahaan-perusahaan AS di Indonesia, dsb.
Dalam pidato tanpa naskah itu, Obama sama sekali tidak menyebut berbagai kejahatan Hak Azasi Manusia (HAM) di Indonesia, terutama pembantaian keji terhadap jutaan rakyat Indonesia, dimana AS dituding punya andil dalam kekejian tersebut.
Obama berkali-kali menyebut pemerintahan tangan besi, dalam hal ini rejim Soeharto, tetapi telah melupakan bahwa kelahiran rejim tangan besi ini tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan AS dan CIA-nya. Imperialisme AS telah bekerjasama dengan Soeharto untuk menggulingkan Soekarno dan membantai jutaan rakyat Indonesia dengan tuduhan komunis.
Obama juga tidak menyinggung keberadaan perusahaan-perusahaan AS di Indonesia, yang telah menjadi mesin penghisapan terhadap seluruh potensi kekayaan negeri ini, sehingga nyaris tidak menyisakan sedikitpun untuk rakyat Indonesia.
Selama berpuluh-puluh tahun, ExxonMobil dan Chevron, telah menguras minyak dan gas dari bumi pertiwi. Di tanah Papua, PT.Freeport juga melakukan penjarahan kekayaan alam, terutama emas dan uranium, dengan mendapat perlindungan dari tentara Indonesia.
Tidak hanya itu, dalam satu dekade lebih penerapan kebijakan neoliberal yang sangat massif, aturan “Washington Consensus” telah menjadi senjata pemusnah massal paling mengerikan bagi rakyat Indonesia. Dengan aturan itu, pasar dalam negeri telah dibuka seluas-luasnya, menyebabkan sebagian besar industri di dalam negeri gulung tikar, usaha kecil dan produsen kecil (UKM) tergilas, dan sektor pertanian mati suri.
Obama begitu membanggakan kelas menengah Indonesia yang segelintir itu, tetapi melupakan bahwa 70% angkatan kerja telah menjadi pekerja informal (tukang parkir, tukang ojek, dsb). Juga, akibat komersialisasi pendidikan, jutaan pemuda-pemudi Indonesia terlempar dari bangku pendidikan.
Terkait kehidupan demokrasi, Obama telah melakukan kesalahan besar jika menyebut Indonesia negeri demokratis. Demokrasi liberal yang diimpor dari AS, telah menyebabkan mayoritas rakyat Indonesia ditendang keluar dari kehidupan politik negeri ini. Sementara ajang pemilu, dari kepala daerah hingga presiden, telah diwarnai dengan politik uang dan kecurangan.
Korupsi tumbuh subur di negeri ini. Kasus Bank century, kasus korupsi terbesar pasca orde baru, sudah ditutup rapat-rapat. Maklum, dua pejabat yang dituding pelakunya, yaitu Sri Mulyani dan Budiono, adalah kerabat dekat Washington. Bahkan Sri Mulyani telah diungsikan ke Amerika sana tanpa mempertanggung-jawabkan perbuatannya di Indonesia.
Di Indonesia, orang tidak bebas memeluk ideologi ataupun teori-teori yang kritis, seperti marxisme yang diharamkan. Neoliberalisme telah menghancurkan organisasi-organisasi rakyat, seperti serikat buruh, petani, dan kekuatan politik potensial, sehingga rakyat tidak punya daya tawar politik.
Soal kebebasan berkeyakinan yang disebut Obama, itu terjadi 40 tahun yang lampau, yaitu ketika Bung Karno masih berkuasa. Sekarang ini, negara telah membiarkan kebebasan berkeyakinan itu diganggu segelintir pengacau, seperti kasus penyerangan jemaat HKBP, patung budha diturunkan, dan pengrusakan terhadap masjid dan harta benda kaum ahmadiyah.
Jika sebuah pidato hanya menghidangkan separuh kebenaran, maka sudah bisa dipastikan pidato itu hanya akan menjerumuskan para pendengarnya, dan hanya cocok untuk dinikmati para penjilat.