• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Phra Sivali

yang terakhir

IndoForum Newbie A
No. Urut
26326
Sejak
21 Nov 2007
Pesan
412
Nilai reaksi
3
Poin
18
Sivali, adalah salah satu murid dari sang buddha.
Di Thailand, Beliau sangatlah dihormati. Demikian juga di beberapa vihara di Indonesia.

Jika Thread yang sama telah dibuat sebelumnya mohon Mod men-merge nya.


The Story of Sivali Thera

At the time of the Buddha Gotama there reigned a righteous King and Queen named Koliya and Suppavasa. After some time Queen Suppavasa conceived a child. The unborn child brought great fortune to the kingdom. Not only did the queen receive many gifts from friends and relatives, the whole kingdom became prosperous. Crops grew in abundance and everyone was well-fed and healthy.

The queen grew heavy with child but when the natural time for the birth arrived, she failed to deliver the baby. She grew uneasy as time passed by with still no signs of the birth, and asked the King to invite the Buddha and His retinue of monks for a meal. After the meal the Buddha blessed the queen by saying:

"May Suppavasa, daughter of the Koliya clan,Be happy and healthy and give birth to a healthy son."

After the Buddha left, the queen gave birth to a beautiful, healthy son. As a mark of respect for the Buddha, who had eased the queen’s heavy burden with His blessings, invited the Buddha and his retinue to receive alms at the palace for seven days. They named the prince Sivali, as from the time of his conception; the people’s hardships were alleviated through an abundance of rich crops.

One day when Shariputra was on his alms round he visited the prince and informed him of the suffering that he and his mother had undergone because of the delayed pregnancy. Shariputra then went on to explain to the prince the unwholesome action that his mother and he had performed and the resulting effects of their actions.

In a previous birth Sivali had been born as the King of Benares and had waged war on a neighboring kingdom. He had surrounded the kingdom and told the citizens to surrender or fight back. When they refused to surrender, in collaboration with his consort, his present mother, he had decided to surround the city and hold them hostage until they did so. The citizens, who did not want to fight back or live under the rule of such a king, had not surrendered. As a result, they had suffered greatly without food for a very long period. Many of the sick and the elderly had died but the arrogant king and his queen had not given in. Many months later the King had withdrawn his troops and released his hostages but he had paid dearly for the suffering he had caused. At death he was reborn in Avichi hell. The delayed pregnancy and the suffering he and his mother had undergone resulting from the delay were the residual effects of this action.

After illustrating the Noble Truth of suffering, Shariputra asked the prince if he would like to join the Noble Order so that he could seek the path to end all suffering. The prince was overjoyed at this invitation and agreed to join the order with his mother’s permission.

The queen, who was a devoted follower of the Buddha, agreed. She escorted Prince Sivali in procession to the monastery to be ordained. On the day of ordination when they shave his hair, Shariputra advised Sivali to meditate on the impurities of the body. Sivali, who was spiritually advanced resulting from previous wholesome actions, focused his mind as instructed. Before the completion of the shaving of his hair, Sivali attained the supreme wisdom of Nibbána.


The monks soon noticed a strange phenomenon when they were with Sivali as Sivali always seemed to have an abundance of rich, fragrant food and the other requisites (robes, shelter and medicine). Monks who were with him also had the opportunity to share in the bounty. Wherever Sivali went, people flocked around to prepare food for him. Donors offered Sivali with all the requisites of a monk every time he went on his alms round.

Therefore, it was that wherever Sivali traveled both people and devas supported him. He and his retinue of 500 monks were in an uninhabited forest for seven days, but they were not short of food. The Devas made sure that they fulfill all his requirements. Similarly, when Sivali was traveling through the desert he was well provided with requisites.
The Buddha, seeing that Sivali was fulfilling a previous aspiration in His reign, declared that he was foremost among the monks in obtaining requisites. He also instructed monks who were traveling on long, tedious journeys through uninhabited terrain be accompanied by Sivali, as with him by their side they would be ensured of the requisites.

In fact, on one occasion when the Buddha and His retinue of 30,000 monks were traveling to visit the monk Khadhiravaniya Revata (Shariputra’s younger brother) they had to cross an uninhabited forest. Ánanda, fearing that they would not be able to obtain food in the jungle for such a large number of monks, questioned the Buddha about the logistics of the journey.
The Buddha assured Ánanda that they had nothing to worry about as Sivali was with them. With Sivali present, there would be no shortage of food because even the Devas reveled in taking care of his requirements. That's true,all gods and unseen creatures in the jungle gathered to pay respect to Sivali and brought a great deal of food for all .

Sivali is worshiped by Thai people as the greatest fortune-fetching monk. Sivali was an important disciple of Lord Buddha. He was praised by the Lord as the most miraculous monk for fortune. Some say that Thai Bhikkhu’s pay reverence to Sivali Thera that brought prosperity to Thailand, a Theravada Buddhist country. Sivali thera was also known as the deity who brought in good luck and wealth in abundance.


sumber: http://thailand-charms-amulets.blogspot.com/2008/01/story-of-sivali-thera.html
.
.
 
Kisah Sivali Thera
Putri Suppavasa, dari Kundakoliya sedang hamil selama tujuh tahun dan kemudian selama tujuh hari ia mengalami kesakitan pada saat melahirkan anaknya. Ia terus merenungkan sifat-sifat khusus Sang Buddha, Dhamma dan Sangha. Ia menyuruh suaminya pergi menemui Sang Buddha untuk memberikan penghormatan dengan membungkukkan badan demi kepentingannya dan untuk memberitahu Beliau tentang keadaannya.

Ketika diberitahu mengenai keadaan putri tersebut, Sang Buddha berkata, "Semoga Suppavasa bebas dari bahaya dan penderitaan; semoga ia melahirkan anak yang sehat dan mulia dengan selamat." Ketika kata-kata ini sedang diucapkan, Suppavasa melahirkan anak di rumahnya. Pada hari itu juga, segera setelah kelahiran anak tersebut, Sang Buddha beserta beberapa bhikkhu diundang untuk datang ke rumahnya. Dana makanan diberikan di sana dan bayi yang baru saja lahir memberikan air sudah disaring kepada Sang Buddha dan para bhikkhu.
Untuk merayakan kelahiran bayi tersebut, orang tuanya mengundang Sang Buddha dan para bhikkhu ke rumah mereka untuk memberikan dana makanan selama tujuh hari.

Ketika anaknya tumbuh dewasa, ia diterima dalam pasamuan dan sebagai bhikkhu ia dikenal dengan nama Sivali. Ia mencapai tingkat kesucian arahat segera setelah kepalanya dicukur. Kemudian, ia menjadi terkenal sebagai seorang bhikkhu yang dengan mudah selalu menerima pemberian berjumlah besar. Sebagai bhikkhu penerima dana, ia tidak terbandingkan.
Pada suatu kesempatan, para bhikkhu bertanya kepada Sang Buddha, mengapa Sivali, dengan memiliki bekal menjadi seorang arahat, dilahirkan di dalam rahim ibunya selama tujuh tahun.
Kepada mereka Sang Buddha menjawab, "Para bhikkhu! Dalam salah satu kelahirannya yang terdahulu, Sivali adalah anak dari raja yang kehilangan kerajaannya karena direbut oleh raja lain. Dalam usahanya untuk memperoleh kembali kerajaan mereka, ia (Sivali) telah mengepung kota kerajaan atas nasihat ibunya. Sebagai akibat, orang-orang di dalam kota itu kehabisan makanan dan air selama tujuh hari. Karena perbuatan jahat itulah, maka Sivali terkurung dalam rahim ibunya selama tujuh tahun. Tetapi sekarang, Sivali telah sampai pada akhir dari semua dukkha / penderitaan; ia telah merealisasi nibbana."

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 414 berikut :
Orang yang telah menyeberangi lautan kehidupan (samsara) yang kotor, berbahaya dan bersifat maya;
yang telah menyeberang dan mencapai 'Pantai Seberang' (nibbana);
yang selalu bersemadi, tenang, dan bebas dari keragu-raguan;
yang tidak terikat pada sesuatu apa pun dan telah mencapai nibbana,
maka ia Kusebut seorang 'brahmana'.

2. Dari cerita di atas, tampaklah bahwa Arahatta Sivali adalah merupakan murid Sang Buddha yang tidak terbandingkan dalam menerima dana. Beliau tidak pernah kekurangan makanan di manapun beliau berada.
Oleh karena itu, dalam tradisi Buddhis, banyak umat Buddha memuja rupang Arahatta Sivali agar mereka mendapatkan rejeki seperti yang beliau alami di jaman Sang Buddha. Tentu saja pola pikir ini kurang sesuai dengan Dhamma.
Dalam Dhamma, segala suka dan duka yang dialami oleh seseorang adalah karena buah dari perbuatannya sendiri. Dengan banyak melakukan kebajikan, barulah seseorang akan mendapatkan kebahagiaan. Apabila penghormatan kepada Arahatta Sivali direnungkan sebagai sarana untuk menambah kebajikan melalui badan, ucapan dan pikiran, maka tentu saja perhormatan ini dapat mengkondisikan kebahagiaan hidup dalam bentuk banyak rejeki seperti yang diharapkannya.
Dengan demikian, rupang Sivali hendaknya dijadikan pendorong seseorang agar terus melakukan kebajikan dengan berbagai cara agar ia mendapatkan kebahagiaan maupun rejeki.
Umat Buddha hendaknya tidak meminta sesuatu apapun juga kepada rupang Sivali, karena umat Buddha bukanlah penyembah berhala.
Semoga penjelasan ini dapat mengungkapkan makna penghormatan kepada rupang Sivali.
Semoga selalu bahagia.
Salam metta,
B. Uttamo

http://www.samaggi-phala.or.id/ftj_dtl.php?id=759
 
Apabila penghormatan kepada Arahatta Sivali direnungkan sebagai sarana untuk menambah kebajikan melalui badan, ucapan dan pikiran, maka tentu saja perhormatan ini dapat mengkondisikan kebahagiaan hidup dalam bentuk banyak rejeki seperti yang diharapkannya.
yah saya juga setuju dengan pandangan b.uttamo...
memang benar..seandainya di jadikan objek perenungan dengan 8 jalan tengah...itu bermanfaat..
teta
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.