ries nandar
IndoForum Newbie E
- No. Urut
- 102781
- Sejak
- 13 Agt 2010
- Pesan
- 62
- Nilai reaksi
- 1
- Poin
- 8
Assalaamu'alaikum !
Secara bentuk kata, MUALLAF merupakan bentuk kata benda sebagai obyek penderita (Isim maf'uul) yang berasal dari arti kata "jinak / yang jinak".
Sedangkan dalam konteks Al Qur-an QS At Taubah : 60 mengandung makna "orang yang terbujuk hatinya".
Maka pengertian Mu-allaf adalah "seseorang yang melakukan perpindahan pandangan hidup dari pandangan Jahiliyyah menjadi pandangan tatanan Dinul Islam".
Adapun pengertian Jahiliyyah sendiri adalah sekelumit Ajaran di luar Dinnul Islam. Seperti pola fikir Yahudi, Nashrani, dan lain-lain ajaran, hingga termasuk pada pandangan hidup Syirik, yaitu orang yang mengaku Islam tapi anggaran hidupnya bukanlah Islam bahkan melenceng jauh.
Seseorang dikatakan Mu-allaf yaitu dia yang mengalami proses metamorfosa pola fikir, yang mengalami kegoncangan pandangan hidupnya sehingga mulai mencari satu kebenaran dan tertarik dengan Dinul Islam. Maaf, jika melihat proses hidayah seperti itu, maka termasuk Nabi kita Muhammad Sawpun dapat dikatakan sebagai seorang Mu-allaf. Begitupun dengan Abu Bakar Shiddiq, Umar Bin Khathab, Utsman Bin affan, Ali Bin Abi Thalib, serta para sahabat lainnya.
Harus diingat, bahwa sebelum beliau Saw menerima wahyu, sistem hidup yang berlaku saat itu adalah anggaran hidup Jahilliyah. Bahkan tatkala beliau Saw menjalankan modal usaha dari pamannya Abu Thalib kemudian Khadijah, yang ternyata keduanya ditinjau dari segi financial adalah anggaran hasil sistem riba. Kemudian di saat beliau Saw berdiri di atas sebuah bukit yang di bawahnya adalah sebuah pasar yang disebut dengan "Pasar Ukaz", betapa beliau melihat pemandangan Jahiliyyah yang begitu nyata, di mana terpampang perzinahan, perjudian, khammar, serta penghambaan terhadap berhala. Inilah yang membuat hati beliau Saw goncang demi melihat satu sistem hidup yang tidak benar. Namun saat itu beliau tidak tahu tentang sistem hidup mana yang benar. Pertanyaan demi pertanyaan beliau lontarkan tentang "Benarkah Ajaran peninggalan Ibrahim hingga Isa ini ?"
Saat itu istilah Islam sudah ada, bahkan Istilah Allahpun demikian populer di kalangan Arab Jahiliyyah. Terbukti dengan nama dari ayahanda beliau Saw yang bernama ABDULLAH yang berarti "hamba Allah". Islam yang berlaku merupakan Islam peninggalan dari Sunnah Ibrahim As hingga Isa As. Namun Ajaran islam yang sudah penuh dengan kotoran dan mengalami pergeseran nilainya.
Pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan, bahkan tidak jarang beliau Saw menggumam sendiri tanpa disadari. Sehingga di situlah beliau dijuluki sebagai AL MAJNUUN atau orang gila. Dari kegoncangan tersebut, sampailah beliau di mulut goa HIRA, sehingga di situlah beliau Saw melakukan perenungan dan pendataan kembali segala bentuk keterangan sejarah tentang Ajaran yang ada. Hingga pada akhirnya datanglah sesosok makhluk asing yang disebut Mala-ikat (Jibril) dengan membawa satu slogan Ajaran dari Sang Pencipta yaitu Allah SWT. Saat itulah momentum pengangkatan beliau Saw menjadi seorang rasul. Kala beliau berjabat tangan dengan Jibril, beliau bercucuran keringat dan tubuh gemetaran. Sehingga beliau berteriak kepada Zaid yang menunggunya di mulut Goa atas perintah Khadijah : ZAMILUNII...ZAMILUNII ! "Selimuti aku..! selimuti aku..!" Hal ini adalah wajar, kenapa beliau Saw sampai berkeringat bercucuran ? Itu karena beliau Saw bertatap muka dengan sesuatu yang bukan manusia. Jelas satu pengalaman yang menggoncangkan beliau. Kejadian tersebut diabadikan Allah dalam QS Al Qadr, sehingga itulah yang disebut sebagai malam Qadr atau Nuzulul Qur-an.
Dengan demikian Rasulullah pada usia 40 tahun mengalami perubahan pandangan hidupnya menjadi pandangan hidup dengan Dinul Islam di mana Al Qur-an sebagai petunjuknya. Oleh sebab itu beliaupun adalah seorang MUALLAF yang haq. Beliau masuk satu tatanan hidup Dinul Islam dan keluar dari anggaran hidup Jahiliyyah.
Namun jika pertanyaan : "Apakah Nabi Saw seorang Muallaf ?" ini dilontarkan, maka harus disikapi secara bijak dan obyektif. Karena bagi mereka yang berfikiran sempit, akan menghasilkan satu respon yang negatif karena tidak memahami konsep Muallaf.
Saya pribadipun adalah seorang muallaf, setelah tahu betapa nilai Al Qur-an ini adalah agung tiada tanding. Dan saya bangga menjadi seorang muallaf, karena ternyata Nabi saya tercinta Rasulullah Muhammad Saw ternyata adalah seorang muallaf juga.
Secara bentuk kata, MUALLAF merupakan bentuk kata benda sebagai obyek penderita (Isim maf'uul) yang berasal dari arti kata "jinak / yang jinak".
Sedangkan dalam konteks Al Qur-an QS At Taubah : 60 mengandung makna "orang yang terbujuk hatinya".
Maka pengertian Mu-allaf adalah "seseorang yang melakukan perpindahan pandangan hidup dari pandangan Jahiliyyah menjadi pandangan tatanan Dinul Islam".
Adapun pengertian Jahiliyyah sendiri adalah sekelumit Ajaran di luar Dinnul Islam. Seperti pola fikir Yahudi, Nashrani, dan lain-lain ajaran, hingga termasuk pada pandangan hidup Syirik, yaitu orang yang mengaku Islam tapi anggaran hidupnya bukanlah Islam bahkan melenceng jauh.
Seseorang dikatakan Mu-allaf yaitu dia yang mengalami proses metamorfosa pola fikir, yang mengalami kegoncangan pandangan hidupnya sehingga mulai mencari satu kebenaran dan tertarik dengan Dinul Islam. Maaf, jika melihat proses hidayah seperti itu, maka termasuk Nabi kita Muhammad Sawpun dapat dikatakan sebagai seorang Mu-allaf. Begitupun dengan Abu Bakar Shiddiq, Umar Bin Khathab, Utsman Bin affan, Ali Bin Abi Thalib, serta para sahabat lainnya.
Harus diingat, bahwa sebelum beliau Saw menerima wahyu, sistem hidup yang berlaku saat itu adalah anggaran hidup Jahilliyah. Bahkan tatkala beliau Saw menjalankan modal usaha dari pamannya Abu Thalib kemudian Khadijah, yang ternyata keduanya ditinjau dari segi financial adalah anggaran hasil sistem riba. Kemudian di saat beliau Saw berdiri di atas sebuah bukit yang di bawahnya adalah sebuah pasar yang disebut dengan "Pasar Ukaz", betapa beliau melihat pemandangan Jahiliyyah yang begitu nyata, di mana terpampang perzinahan, perjudian, khammar, serta penghambaan terhadap berhala. Inilah yang membuat hati beliau Saw goncang demi melihat satu sistem hidup yang tidak benar. Namun saat itu beliau tidak tahu tentang sistem hidup mana yang benar. Pertanyaan demi pertanyaan beliau lontarkan tentang "Benarkah Ajaran peninggalan Ibrahim hingga Isa ini ?"
Saat itu istilah Islam sudah ada, bahkan Istilah Allahpun demikian populer di kalangan Arab Jahiliyyah. Terbukti dengan nama dari ayahanda beliau Saw yang bernama ABDULLAH yang berarti "hamba Allah". Islam yang berlaku merupakan Islam peninggalan dari Sunnah Ibrahim As hingga Isa As. Namun Ajaran islam yang sudah penuh dengan kotoran dan mengalami pergeseran nilainya.
Pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan, bahkan tidak jarang beliau Saw menggumam sendiri tanpa disadari. Sehingga di situlah beliau dijuluki sebagai AL MAJNUUN atau orang gila. Dari kegoncangan tersebut, sampailah beliau di mulut goa HIRA, sehingga di situlah beliau Saw melakukan perenungan dan pendataan kembali segala bentuk keterangan sejarah tentang Ajaran yang ada. Hingga pada akhirnya datanglah sesosok makhluk asing yang disebut Mala-ikat (Jibril) dengan membawa satu slogan Ajaran dari Sang Pencipta yaitu Allah SWT. Saat itulah momentum pengangkatan beliau Saw menjadi seorang rasul. Kala beliau berjabat tangan dengan Jibril, beliau bercucuran keringat dan tubuh gemetaran. Sehingga beliau berteriak kepada Zaid yang menunggunya di mulut Goa atas perintah Khadijah : ZAMILUNII...ZAMILUNII ! "Selimuti aku..! selimuti aku..!" Hal ini adalah wajar, kenapa beliau Saw sampai berkeringat bercucuran ? Itu karena beliau Saw bertatap muka dengan sesuatu yang bukan manusia. Jelas satu pengalaman yang menggoncangkan beliau. Kejadian tersebut diabadikan Allah dalam QS Al Qadr, sehingga itulah yang disebut sebagai malam Qadr atau Nuzulul Qur-an.
Dengan demikian Rasulullah pada usia 40 tahun mengalami perubahan pandangan hidupnya menjadi pandangan hidup dengan Dinul Islam di mana Al Qur-an sebagai petunjuknya. Oleh sebab itu beliaupun adalah seorang MUALLAF yang haq. Beliau masuk satu tatanan hidup Dinul Islam dan keluar dari anggaran hidup Jahiliyyah.
Namun jika pertanyaan : "Apakah Nabi Saw seorang Muallaf ?" ini dilontarkan, maka harus disikapi secara bijak dan obyektif. Karena bagi mereka yang berfikiran sempit, akan menghasilkan satu respon yang negatif karena tidak memahami konsep Muallaf.
Saya pribadipun adalah seorang muallaf, setelah tahu betapa nilai Al Qur-an ini adalah agung tiada tanding. Dan saya bangga menjadi seorang muallaf, karena ternyata Nabi saya tercinta Rasulullah Muhammad Saw ternyata adalah seorang muallaf juga.