• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Mentawai is a Christ Island, isn’t it? Why You all come there?

Status
Tidak terbuka untuk balasan lebih lanjut.

sibin

IndoForum Newbie A
No. Urut
29651
Sejak
3 Jan 2008
Pesan
268
Nilai reaksi
4
Poin
18
Judul thread saya ambil dari pertanyaan reporter NHK

Sebagai pembanding dari thread
http://forum.detik.com/pengungsi-merapi-harus-mengungsi-sesuai-agamanya-konyol-habis-t217557.html
dan
http://us.detiknews.com/read/2010/1...anjuran-bantul-dipindah-ke-rumah-dinas-bupati

Bencana Mengundang Dakwah

Relawan berbagai ormas Islam tumplek di Mentawai dan Merapi. Umat terpencil pun disambangi.

‘’Mentawai is a Christ Island, isn’t it? Why You all come there?’’ tanya reporter televisi NHK Hongkong kepada seorang relawan LAZIS Dewan Da’wah di dek Kapal Ambu Ambu di Pelabuhan Bungus Padang, Sabtu (30/10).


‘’Why You think like that. Mentawai is part of Indonesia, our biggest Islamic Country of the world,’’ sahut sang relawan yang didampingi rekannya dari beberapa ormas Islam.

Begitulah, bagi bule, Kabupaten Kepulauan Mentawai identik dengan ‘’Pulau Nasrani’’. Selain penduduknya kebanyakan animis dan Kristen, gugus kepulauan di Provinsi Sumatera Barat itu sebagian dikuasai orang asing sebagai resort pribadi. Bahkan sempat ada pemilik bule Australia yang berniat menjualnya, seperti Pulau Macaroni di Pagai Utara, Pulau Siloinak di Siberut, dan Pulau Kandui di Karambejat.

Namun, menurut Buya Mas’ud Abidin, tokoh dakwah Kota Padang yang bertahun-tahun berkeliling Mentawai, bukan berarti Mentawai identik dengan Nasrani. Bahkan kecamatan-kecamatan di Mentawai yang maju, perekonomiannya digerakkan oleh muslim Tanah Seberang alias urang awak. Misalnya Kecamatan Sikakap di Pagai Utara-Selatan dan Siberut Selatan.

Maka, ketika Mentawai digoyang gempa dan dihempas tsunami belum lama ini, berbondong-bondong ormas Islam mengirim bantuan ke sana dalam berbagai bentuk.

Misalnya, pada Jum’at (29/10) pagi, puluhan relawan dari sejumlah ormas Islam Sumatera Barat, bertolak ke Pelabuhan Sikakap, Pagai Utara-Selatan, Mentawai.

Para relawan yang dikoordinir Posko Bersama Ormas Islam Peduli Mentawai itu berasal dari
Dewan Da’wah Islamiyah,
LAZIS Dewan Da’wah,
Yayasan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina,
LAZ Al Azhar Peduli Ummat,
PPPA Daarul Qur’an,
Hidayatullah,
Majelis Mujahidin Indonesia,
Hizbut Tahrir Indonesia,
Komite Penegakan Syariat Islam (KPSI),
Gerakan Muslim Minangkabau,
Front Pembela Masyarakat Islam,
Front Anti Kristenisasi dan Pemurtadan,
Kerapatan Adat Alam Minangkabau,
Paga Nagari,
Forum Ojeker Beriman,
dan sebagainya.


Bergabung pula Azlan Muhammad Sharif, relawan dari Global Peace Mission (GPM) Malaysia dan beberapa jurnalis Akhbar Malaysia.

‘’Kami sangat prihatin dan bermaksud membantu saudara kami di Indonesia yang terkena bencana alam letusan Gunung Merapi dan gempa bumi serta tsunami Mentawai,’’ tutur Ci Azlan, Direktur Relief Operations GPM.

Dalam briefing saat pemberangkatan Tim Relawan di halaman Hotel Nabawy 2 Jalan Veteran Padang, Ketua Posko Bersama H Rusydi dari Dewan Da’wah mengatakan, Tim ini merupakan tim pertama untuk masa tanggap darurat. Tugas Tim yang dikomandoi H Irfianda Abidin, Ketua KPSI Sumbar, ini antara lain mencari dan mengevakuasi mayat korban bencana dan menyalurkan bantuan sembako pada pengungsi.

Tim kemudian membuka posko bersama di Masjid Raya Al Fuqon Sikakap. Dari sinilah bantuan didistribusikan ke kampung-kampung di gugus kepulauan Mentawai yang terkena bencana. Di antaranya Dusun Pasapuat, Desa Saumanganya, Kecamatan Pagai Utara.

Senin, 1 November, para relawan Posko Bersama berhasil menembus Pasapuat lewat jalan laut dan darat nan berat. Mereka lalu mendirikan posko di Masjid Mujahidin yang ajaib selamat dari amukan bah tsunami setinggi 4 meter yang mengepungnya.

Sebanyak 120 KK atau sekitar 600 jiwa penduduk muslim Pasapuat, selamat. Begitupun 11 KK non-Islam. Hanya saja, sebagian rumah mereka hancur kena gempa dan tsunami.

‘’Korban yang non-muslim pun kita bantu kalau mereka mau,’’ pesan Irfianda Abidin saat memimpin briefing posko Masjid Mujahidin Pasapuat.

Dalam tahap selanjutnya, Sinergi LAZIS Dewan Da’wah dan Al Azhar Peduli Ummat, berencana merelokasi warga Pasapuat ke arah perbukitan. ‘’Dalam program ini kami akan membangun Rumah Bangkit Mentawai sebanyak 10 buah sebagai awalan,’’ ungkap Rahmatullah Sidik, korlap Al Azhar di Mentawai. Sedangkan GPM, melalui LAZIS, bakal menyokong infrastruktur air dan listrik.

‘’Inilah hikmah bencana. Bencana telah membuat saudara-saudara dari jauh berdatangan menjenguk dan membantu kami. Kami juga haus binaan dakwah,’’ ucap Khoerudin Nasution, imam masjid Mujahidin.

Untuk membina umat muslim di dusun semacam Pasapuat dan Beket, Dewan Da’wah menyiapkan da’i lokal untuk ditugaskan ke sana. ‘’Kalau da’i dari seberang, biasanya tidak betah,’’ kata Anisral, korlap Dewan Da’wah Sumbar.

Bila relawan Islam di Mentawai tidak memanfaatkan bencana sebagai sarana mengislamkan warga, sebaliknya di bencana letusan Merapi Jogja-Jateng. Banyak gereja dan sekolah Kristen yang menampung pengungsi muslim. ‘’Mereka tertutup, kami tidak boleh mengajarkan keislaman buat anak-anak di dalamnya,’’ ujar Saryono, relawan di posko Masjid Agung Sleman yang bertetangga dengan sebuah gereja yang dijadikan posko pengungsi.

Khawatir pada nasib pengungsi muslim asal Dusun Cangkringan, Umbulharjo, Sleman, yang ditampung secara tertutup oleh Gereja Ganjuran di Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Sleman, sejumlah relawan mendatangi gereja tersebut. Namun gereja menolak campur tangan mereka.

Setelah Kapolsek Bambanglipuro Muryanto dan Kapolres Bantul AKPB Joas Feriko Panjaitan serta Gubernur DIY Sri Sultan HB X bersama GKR Hemas, turun tangan, barulah gereja melunak. Pada Selasa (9/11) sore, akhirnya 98 pengungsi di Gereja Ganjuran dipindahkan ke Bangsal Rumah Dinas Bupati Bantul.


Diakonia Saat Bencana

"Provinsi Aceh siap untuk Jesus.'' Demikian bunyi pesan dari sebuah tim gereja asal Waco, Texas, Amerika Serikat, saat berada di Nanggroe Aceh Darussalam.

Pesan itu dikutip International Herald Tribune edisi 24 Januari 2005, dari situs mereka pada 18 Januari 2005. ''Ini sebuah kesempatan,'' bunyi pesan berikutnya. ''Tempat itu tertutup selama lima tahun dan kaum misionaris di Indonesia menganggap itu sebagai tempat paling militan dan sulit untuk penyebaran Kristen. Sekarang, pintu terbuka lebar dan masyarakat di sana lapar,'' begitu pesan lainnya.

World Vision pun sempat kelabakan ketika diungkap rencananya untuk mengadopsi 300-an anak Aceh dan mengkristenkan mereka. LSM berbasis di Amerika itu tergopoh-gopoh menepis dugaan tersebut.

Tapi, fakta tak dapat dipungkiri. Gereja menjadikan diakonia (Pengobatan Gratis) di daerah bencana sebagai ajang penyebaran agama. Contohnya terjadi di Patamuan, Desa Padang Alai, Kecamatan V Kot Timur, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Pada Selasa, 28 Oktober 2009, sepuluhan orang yang mengaku berasal dari California, Amerika Serikat, datang ke Patamuan dengan minibus. Di sana mereka membagi-bagi uang Rp 10 ribu untuk tiap orang dewasa dan Rp 5 ribu per anak. Disusul dengan pemberian Kitab Injil, brosur, komik, dan mendakwahkan ajaran Kristen kepada umat Islam, yang sebagian besar adalah ibu-ibu berjilbab dan anak-anak.

Itu soal lama. Pada akhir November 1967 di Jakarta, sejumlah pemuka agama bertemu dalam Forum Antar Agama. Di akhir pertemuan, para wakil agama Islam, Protestan, Hindu Bali, dan Budha, sepakat membuat pernyataan bersama yang mengatur tata cara penyebaran agama.

Namun, kesepakatan itu gagal ditandatangani karena wakil Kristen-Katholik menolak klausul yang berbunyi: ‘’Tidak menjadikan ummat telah beragama sebagai sasaran penyebaran agama masing-masing.’’

Tapi, kristenisasi dengan cara dan gayanya sendiri jalan terus. Padahal, etika penyebaran agama dan pendirian tempat ibadah diatur dengan Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri tahun 1969 dan SK Menteri Agama no 70 dan no 78 tentang Pendirian Gereja dan Penyiaran Agama. Namun, banyak gereja dan kegiatan misionaris yang melanggar peraturan yang memang mereka tolak itu.:bingung:

Prihatin, Natsir bersama beberapa orang mantan menteri agama yaitu Prof HM Rasjidi, KH Masjkur, dan KH Rusli Abdul Wahid, mengirim surat kepada Paus Yohanes II saat berkunjung ke Indonesia 3 Desember 1970.

Dalam surat itu, Natsir menyebut kegiatan kristenisasi di Indonesia dilakukan dengan peaceful aggression, atau penyerangan bersemboyan kedamaian.:bingung:

http://www.suara-islam.com/news/tabloid/nasional/1459-bencana-mengundang-dakwah
 
walah... walah SARA ini :(:(:(

inviting lagi ~X(

thread reported
 
saling hormat menghormati saja, & tdk mempengaruhi satu sama lain, tentunya akan damai2 saja
 
Status
Tidak terbuka untuk balasan lebih lanjut.
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.