• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Memberi terang cinta

cute_charity

IndoForum Junior D
No. Urut
21448
Sejak
3 Sep 2007
Pesan
1.819
Nilai reaksi
59
Poin
48
Para penumpang bus memandang penuh simpati ketika wanita muda berpenampilan
menarik dan bertongkat putih itu dengan hati-hati menaiki tangga. Dia membayar
sopir bus lalu, dengan tangan meraba-raba kursi, dia berjalan menyusuri lorong
sampai menemukan kursi yang tadi dikatakan kosong oleh si sopir. Kemudian ia
duduk, meletakkan tasnya di pangkuannya dan menyandarkan tongkatnya pada
tungkainya.

Setahun sudah lewat sejak Susan, 34, seorang operator telephone,
menjadi buta. Gara-gara salah diagnosa, dia kehilangan penglihatannya dan terlempar ke dunia yang gelap gulita,penuh amarah, frustrasi dan rasa kasihan pada diri sendiri. Sebagai wanita yang independen, Susan merasa terkutuk oleh nasib mengerikan yang membuatnya
kehilangan kemampuan, merasa tak berdaya dan menjadi beban bagi semua orang di
sekelilingnya.

"Bagaimana mungkin ini bisa terjadi padaku?" dia bertanya-tanya, hatinya
mengeras karena marah. Tetapi, betapa pun seringnya ia menangis atau menggerutu
atau berdoa, dia mengerti kenyataan yang menyakitkan itu--penglihatannya --
takkan pernah pulih lagi.

Depresi mematahkan semangat Susan yang tadinya selalu optimis. Mengisi waktu
seharian kini merupakan perjuangan berat yang menguras tenaga dan membuatnya
frustrasi. Dia menjadi sangat bergantung pada Mark, suaminya. Mark seorang
perwira Angkatan Udara. Dia mencintai Susan dengan tulus.

Ketika istrinya baru kehilangan penglihatan, dia melihat bagaimana Susan
tenggelam dalam keputusasaan. Mark bertekad untuk membantunya menemukan kembali
kekuatan dan rasa percaya diri yang dibutuhkan Susan untuk menjadi mandiri lagi.
Latar belakang militer Mark membuatnya terlatih untuk menghadapi berbagai situasi darurat,
tetapi dia tahu, ini adalah pertempuran yang paling sulit yang pernah dia hadapi.

Akhirnya Susan merasa siap bekerja lagi. Tetapi, bagaimana dia akan
bisa ke kantornya? Dulu Susan biasa naik bus, tetapi sekarang terlalu takut
untuk pergi ke kota sendirian. Mark menawarkan untuk mengantarkannya setiap hari,
meskipun tempat kerja mereka terletak di pinggir kota yang berseberangan.

Mula-mula, kesepakatan itu membuat Susan nyaman dan Mark puas karena
bisa melindungi istrinya yang buta, yang tidak yakin akan bisa melakukan
hal-hal paling sederhana sekalipun. Tetapi, Mark segera menyadari bahwa
pengaturan itu keliru --membuat mereka terburu-buru, dan terlalu mahal. Susan harus
belajar naik bus lagi, Mark menyimpulkan dalam hati. Tetapi, baru berpikir
untuk menyampaikan rencana itu kepada Susan telah membuatnya merasa tidak enak.

Susan masih sangat rapuh, masih sangat marah. Bagaimana reaksinya nanti?

Persis seperti dugaan Mark, Susan ngeri mendengar gagasan untuk naik bus lagi.
"Aku buta!" tukasnya dengan pahit. "Bagaimana aku bisa tahu ke mana aku
pergi? Aku merasa kau akan meninggalkanku. "

Mark sedih mendengar kata-kata itu, tetapi ia tahu apa yang harus
dilakukan. Dia berjanji bahwa setiap pagi dan sore, ia akan naik bus bersama Susan,
selama masih diperlukan, sampai Susan hapal dan bisa pergi sendiri.

Dan itulah yang terjadi. Selama 2 minggu penuh Mark, menggunakan
seragam militer lengkap, mengawal Susan ke dan dari tempat kerja, setiap hari. Dia
mengajari Susan bagimana menggantungkan diri pada indranya yang lain, terutama
pendengarannya, untuk menemukan dimana ia berada dan bagaimana
beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Dia menolong Susan berkenalan dan berkawan dengan sopir-sopir bus yang
menyisakan 1 kursi kosong untuknya. Dia membuat Susan tertawa, bahkan
pada hari-hari yang tidak terlalu menyenangkan ketika Susan tersandung dari
bus, atau menjatuhkan tasnya yang penuh berkas di lorong bus. Setiap pagi mereka
berangkat bersama-sama, setelah itu Mark akan naik taksi ke kantornya.

Meskipun pengaturan itu lebih mahal dan melelahkan daripada yang
pertama, Mark yakin bahwa hanya soal waktu, sebelum Susan mampu naik bus tanpa
dikawal. Mark percaya kepadanya, percaya kepada Susan yang dulu dikenalnya sebelum
wanita itu kehilangan penglihatannya; wanita yang tidak pernah takut menghadapi
tantangan apa pun dan tidak akan pernah menyerah.

Akhirnya, Susan memutuskan bahwa dia siap untuk melakukan perjalanan itu seorang
diri. Tibalah hari Senin. Sebelum berangkat, Susan memeluk Mark yang pernah
menjadi kawannya satu bus dan sahabatnya yang terbaik. Matanya
berkaca-kaca,
penuh air matasyukur karena kesetiaan, kesabaran dan cinta Mark. Dia
mengucapkan selamat berpisah. Untuk pertama kalinya mereka pergi kearah yang berlawanan.

Senin, Selasa, Rabu, Kamis ... Setiap hari dia jalani dengan sempurna.
Belum pernah Susan merasa sepuas itu. Dia berhasil ! Dia mampu berangkat
kerja tanpa dikawal. Pada hari Jum'at pagi, seperti biasa Susan naik bus ke tempat
kerja. Ketika dia membayar ongkos bus sebelum turun, sopir bus itu berkata:
"Wah, aku iri padamu." Susan tidak yakin apakah sopir itu bicara kepadanya atau
tidak. Lagipula, siapa yang bisa iri pada seorang wanita buta yang sepanjang
tahun lalu berusaha menemukan keberanian untk menjalani hidup?

Dengan penasaran, dia berkata kepada sopir, "Kenapa kau bilang kau iri kepadaku?"

Sopir itu menjawab, "Kau pasti senang selalu dilindungi dan dijagai seperti itu".

Susan tidak mengerti apa maksud sopir itu. Sekali lagi dia bertanya. "Apa maksudmu?"

"Kau tahu minggu kemarin, setiap pagi ada seorang pria tampan
berseragam militer berdiri di sudut jalan dan mengawasimu waktu kau turun dari bus. Dia
memastikanbahwa kau menyeberang dengan selamat dan dia mengawasimu terus sampai
kau masuk ke kantormu. Setelah itu dia meniupkan ciuman, memberi hormat ala
militer, lalu pergi. Kau wanita yang beruntung, " kata sopir itu.

Air mata bahagia membasahi pipi Susan. Karena meskipun secara fisik tidak dapat
melihat Mark, dia selalu bisa memastikan kehadirannya. Dia beruntung,sangat
beruntung, karena Mark memberikannya hadiah yang jauh lebih berharga daripada
penglihatan, hadiah yang tak perlu dilihatnya dengan matanya untuk meyakinkan
diri --hadiah cinta yang bisa menjadi penerang di mana pun ada kegelapan.

Sahabat, begitulah cinta, menjadi terang, menjadi cahaya....
 
Nice story /no1

sahabat sesuatu yang berharga dalam hidup kita /no1
 
@Cute_Charity,
Wow...Nice story
Hebat juga cowonya itu, segitu setianya ya ?
Thanks for sharing friend..:)
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.