• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

mau belajar agama budha

terifs

IndoForum Newbie E
No. Urut
26159
Sejak
19 Nov 2007
Pesan
61
Nilai reaksi
0
Poin
6
salam kenal semuanya, :)
saya ingin mulai belajar ajaran budha, tapi bener2 dari awal sekali, krn sebelumnya mungkin lebih ke kong hu chu.
bagaimana kah tahap2nya utk belajar agama budha?
dimanakah saya bisa beli tipitaka?
apakah ada yg berbahasa indonesia?

thanks
 
salam kenal semuanya, :)
saya ingin mulai belajar ajaran buddha, tapi bener2 dari awal sekali, krn sebelumnya mungkin lebih ke kong hu chu.
bagaimana kah tahap2nya utk belajar agama buddha?
dimanakah saya bisa beli tipitaka?
apakah ada yg berbahasa indonesia?

thanks

Pertama-tama harus tahu Tisarana dan inti ajaran Sang Buddha/Dhamma Sari dulu.

http://www.bhagavant.com/home.php?link=dhamma_sari

Bisa beli di vihara-vihara seperti di Bursa Dhammacakka
Vihara Jakarta Dhammacakka Jaya
Jl. Agung Permai XV/12 Blok C
Sunter Agung Podomoro
Jakarta Utara 14350
Telp. 021-64716739, 6414304
Fax. 021-6450206
Email : [email protected]


Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
 
teman2 member, saya mau tanya lagi nih
di agama budha kan tidak ada tuhan sbg subject.
mengenai karma baik & karma buruk, harusnya kan pada akhirnya jumlah karma baik harus lebih banyak, nah siapakah nanti yg menilai / menghitung jumlah karma tsb.
bagaimana kah sistemnya?
 
hehe

Karma baik itu hanya pelindung kk. jika kita berbuat baik, itu bisa melindungi kita. nggak ada hitung2an yang seperti kk kira :)
 
mengenai karma baik & karma buruk, harusnya kan pada akhirnya jumlah karma baik harus lebih banyak, nah siapakah nanti yg menilai / menghitung jumlah karma tsb.
sama sperti hukum alam..ada saat menabur tentu akan ada saat menuai..

siapa yg akan menghitung subur ato tidaknya pohon pisang?
kenapa waktu tumbuhnya berbeda2 tapi akhirnya tumbuh?
 
@Terifs, Jika hidup dipahami sebagai kesempatan langka, sebagai perjalanan untuk menuju Pencerahan, semua Jalan Dharma tentu perlu dipelajari. Belajar Budhisme yang sedemikian kuat dan baik dalam metodologi pasti akan sangat membantu.
Namun saat Anda menyebut sebelumnya adalah Kong hu cu, saya menerka itu hanya berarti Anda ikut kebudayaan yang diturunkan turun temurun, dan belum benar-benar mendalami ajaran moralitas Konfusianis. Sudahkah Anda memiliki, membaca dan memahami Keempat buku? Sangat baik dan akan membuat Anda sadar akan kekayaan kultur leluhur..
Mengapa tidak Anda coba..?

Che Pei..
 
Belajar Agama Buddha?
Lebih tepatnya, anda belajar untuk mengenal diri anda sendiri.

Agama Buddha mengajarkan kita untuk mengenal diri sendiri, membina diri dan mengurangi kekotoran batin sedikit demi sedikit.

Apakah kekotoran batin itu?
Kekotoran batin menurut saya : Apabila kita mengetahui suatu perbuatan adalah tidak benar, tetapi kita tetap melakukannya <ada unsur kesengajaan>

Setiap manusia mengincar kedamaian.
Apakah yang dimaksud dengan kedamaian?
Mengapa dipusingkan? Kedamaian adalah akhir dari kebingungan <begitulah yang saya baca>

Apakah tujuan dari kelahiran menurut Agama Buddha?
Kita dilahirkan sesungguhnya agar kita tidak dilahirkan kembali --

Teori memang tidak semudah prakteknya, saya mengakui secara jelas hal ini.
Mohon bantuan dari user lain, apakah ada step yang dapat kita tempuh untuk mencapai tujuan dari kelahiran ini??

Thanks
 
Belajar Agama Buddha?
Lebih tepatnya, anda belajar untuk mengenal diri anda sendiri.

Agama Buddha mengajarkan kita untuk mengenal diri sendiri, membina diri dan mengurangi kekotoran batin sedikit demi sedikit.

Apakah kekotoran batin itu?
Kekotoran batin menurut saya : Apabila kita mengetahui suatu perbuatan adalah tidak benar, tetapi kita tetap melakukannya <ada unsur kesengajaan>

Setiap manusia mengincar kedamaian.
Apakah yang dimaksud dengan kedamaian?
Mengapa dipusingkan? Kedamaian adalah akhir dari kebingungan <begitulah yang saya baca>

Apakah tujuan dari kelahiran menurut Agama Buddha?
Kita dilahirkan sesungguhnya agar kita tidak dilahirkan kembali --

Teori memang tidak semudah prakteknya, saya mengakui secara jelas hal ini.
Mohon bantuan dari user lain, apakah ada step yang dapat kita tempuh untuk mencapai tujuan dari kelahiran ini??

Thanks

Timbul====>Berlangsung===>Lenyap

Untuk menghentikannya,sudah diajarkan oleh Guru Agung kita yaitu Sang Buddha.
Ini jalan yang di ajarkan oleh Sang Buddha yaitu Delapan Jalan Ariya,untuk menjalankannya butuh displin, ketekunan dan usaha yang sungguh. Sang Buddha hanya sebagai penunjuk jalan,kita yang melaksanakannya.

Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangiko Magga) dibabarkan sebagai berikut:


1. Pengertian Benar (Sammã Ditthi)
Pemahaman Benar adalah pengetahuan yang disertai dengan penembusan terhadap
a. Empat Kesunyataan Mulia
b. Hukum Tilakkhana (Tiga Corak Umum)
c. Hukum Paticca-Samuppäda
d. Hukum Kamma


2. Pikiran Benar (Sammã Sankappa)
Pikiran Benar adalah pikiran yang bebas dari:
a. Pikiran yang bebas dari nafsu-nafsu keduniawian (nekkhamma-sankappa).
b. Pikiran yang bebas dari kebencian (avyäpäda-sankappa)
c. Pikiran yang bebas dari kekejaman (avihimsä-sankappa)


3. Ucapan Benar (Sammã Vãca)
Ucapan Benar adalah berusaha menahan diri dari berbohong (musãvãdã), memfitnah (pisunãvãcã), berucap kasar/caci maki (pharusavãcã), dan percakapan-percakapan yang tidak bermanfaat/pergunjingan (samphappalãpã). Dapat dinamakan Ucapan Benar, jika dapat memenuhi empat syarat di bawah ini :
a. Ucapan itu benar
b. Ucapan itu beralasan
c. Ucapan itu berfaedah
d. Ucapan itu tepat pada waktunya


4. Perbuatan Benar (Sammã Kammantã)
Perbuatan Benar adalah berusaha menahan diri dari pembunuhan, pencurian, perbuatan melakukan perbuatan seksualitas yang tidak dibenarkan (asusila), perkataan tidak benar, dan penggunaan cairan atau obat-obatan yang menimbulkan ketagihan dan melemahkan kesadaran.


5. Penghidupan Benar (Sammã Ãjiva)
Penghidupan Benar berarti menghindarkan diri dari bermata pencaharian yang menyebabkan kerugian atau penderitaan makhluk lain. "Terdapat lima objek perdagangan yang seharusnya dihindari (Anguttara Nikaya, III, 153), yaitu:

a. makhluk hidup
b. senjata
c. daging atau segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan mahluk-mahluk hidup
d. minum-minuman yang memabukkan atau yang dapat menimbulkan ketagihan,
e. racun

Dan terdapat pula lima pencaharian salah yang harus dihindari (Majjima Nikaya. 117), yaitu:

a. Penipuan
b. Ketidak-setiaan
c. Penujuman
d. Kecurangan
e. Memungut bunga yang tinggi (praktek lintah darat)


6. Usaha Benar (Sammã Vãyama)
Usaha Benar dapat diwujudkan dalam empat bentuk tindakan, yaitu: berusaha mencegah munculnya kejahatan baru, berusaha menghancurkan kejahatan yang sudah ada, berusaha mengembangkan kebaikan yang belum muncul, berusaha memajukan kebaikan yang telah ada.


7. Perhatian Benar (Sammã Sati)
Perhatian Benar dapat diwujudkan dalam empat bentuk tindakan, yaitu:

- perhatian penuh terhadap badan jasmani (kãyãnupassanã)
- perhatian penuh terhadap perasaan (vedanãnupassanã)
- perhatian penuh terhadap pikiran (cittanupassanã)
- perhatian penuh terhadap mental/batin (dhammanupassanã)

Keempat bentuk tindakan tersebut bisa disebut sebagai Vipassanã Bhãvanã.


8. Konsentrasi Benar (Sammã Samãdhi)
Konsentrasi Benar berarti pemusatan pikiran pada obyek yang tepat sehingga batin mencapai suatu keadaan yang lebih tinggi dan lebih dalam. Cara ini disebut dengan Samatha Bhãvanã. Tingkatan-tingkatan konsentrasi dalam pemusatan pemikiran tersebut dapat digambarkan dalam empat proses pencapaian Jhana, yaitu:

- Bebas dari nafsu-nafsu indria dan pikiran jahat, ia memasuki dan berdiam dalam Jhãna pertama, di mana vitakka (penempatan pikiran pada objek) dan vicãra (mempertahankan pikiran pada objek) masih ada, yang disertai dengan kegiuran dan kesenagan (piti dan sukha).

- Dengan menghilangkan vitakka dan vicara, ia memasuki dan berdiam dalam Jhãna kedua, yang merupakan ketenangan batin, bebas dari vitakka dan vicãra, memiliki kegiuran (piti) dan kesenangan (sukha) yang timbul dari konsentrasi.

- Dengan meninggalkan kegiuran, ia berdiam dalam ketenangan, penuh perhatian dan sadar, dan merasakan tubuhnya dalam keadaan senang. Dia masuk dan berdiam dalam Jhãna ketiga.

- Dengan meninggalkan kesenangan dan kesedihan, dia memasuki dan berdiam dalam Jhãna keempat, keadaan yang benar-benar tenang dan penuh kesadaran di mana kesenangan dan kesedihan tidak dapat muncul dalam dirinya.

Siswa yang telah berhasil melaksanakan Delapan Jalan Utama memperoleh :

1. Sila-visuddhi - Kesucian Sila sebagai hasil dari pelaksanaan Sila dan terkikis habisnya Kilesa (Kekotoran batin).
2. Citta-visuddhi - Kesucian Bathin sebagai hasil dari pelaksanaan Samadhi dan terkikis habisnya Nivarana (Rintangan batin).
3. Ditthi-visuddhi - Kesucian Pandangan sebagai hasil dari pelaksanaan Pañña dan terkikis habisnya Anusaya (Kecenderungan berprasangka).


Demikianlah Jalan Utama Berunsur Delapan yang telah dibabarkan oleh Guru Buddha. Satu-satunya Jalan yang menuju pada akhir Dukkha.

 
5. Penghidupan Benar (Sammã Ãjiva)
Penghidupan Benar berarti menghindarkan diri dari bermata pencaharian yang menyebabkan kerugian atau penderitaan makhluk lain. "Terdapat lima objek perdagangan yang seharusnya dihindari (Anguttara Nikaya, III, 153), yaitu:

a. makhluk hidup
b. senjata
c. daging atau segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan mahluk-mahluk hidup
d. minum-minuman yang memabukkan atau yang dapat menimbulkan ketagihan,
e. racun

Dan terdapat pula lima pencaharian salah yang harus dihindari (Majjima Nikaya. 117), yaitu:

a. Penipuan
b. Ketidak-setiaan
c. Penujuman
d. Kecurangan
e. Memungut bunga yang tinggi (praktek lintah darat)

Penggalan yang diatas, dikatakan bahwa mata pencaharian yang memperdagangkan makhluk hidup <contohnya penjual daging> dapat menyebabkan karma buruk.
Saya pernah menyaksikan seseorang yang memesan ayam untuk dibeli, dan pedagangnya lsg mengakhiri hidup si ayam, apakah karma buruknya hanya berakibat pada Pedagang?

juga ga boleh yah?:-O
 
ad beberapa pendapat tentang tukang daging dan pembeli
kasus 1 : pembeli hanya mau membeli daging yg sudah siap masak ( tidak ada adegan pembunuhan didepan mata/saat dia ingin membeli daging )

kasus 2 : pembeli menginginkan daging fresh,pada saat itu tentu daging (contoh ayam) dipotong saat masih hidup2.

pertanyaan apakah karma hanya milik sang penjual daging ??
kalau saya bilang dalam kasus 1,tentu karma adalah milik tukang daging,tapi tetap saja manusia memakan mahluk hidup lain apa tidak mendapat karma ?

sedang dalam kasus 2,tentu karma adalah milik bersama,kenapa saya blang begitu.karna ayam yg masih hidup,tiba2 pembeli memesan,dan ayam tersebut mati seketika ditangan penjual.

(pekerjaan tukang daging karmanya gd,makanya kebanyakan tukang daging pasti beramal yg tidak sedikit pula)


menurut saya sih begitu ya :D
 
ad beberapa pendapat tentang tukang daging dan pembeli
kasus 1 : pembeli hanya mau membeli daging yg sudah siap masak ( tidak ada adegan pembunuhan didepan mata/saat dia ingin membeli daging )

kasus 2 : pembeli menginginkan daging fresh,pada saat itu tentu daging (contoh ayam) dipotong saat masih hidup2.

pertanyaan apakah karma hanya milik sang penjual daging ??
kalau saya bilang dalam kasus 1,tentu karma adalah milik tukang daging,tapi tetap saja manusia memakan mahluk hidup lain apa tidak mendapat karma ?

sedang dalam kasus 2,tentu karma adalah milik bersama,kenapa saya blang begitu.karna ayam yg masih hidup,tiba2 pembeli memesan,dan ayam tersebut mati seketika ditangan penjual.

(pekerjaan tukang daging karmanya gd,makanya kebanyakan tukang daging pasti beramal yg tidak sedikit pula)


menurut saya sih begitu ya :D

Karma kita ga usah dihitung yang penting ingat untuk Berpikir,berkata dan berbuat yang baik.

Yang tau karma kita hanya The Source ;)
 
@speqlen
Bagus banget kata2nya..haha.
Yup, karma tidak bisa dihitung, bahkan cara kerjanya sangat rumit sekali, kita tidak akan bisa memprediksi efek apa yang akan timbul sebagai akibat dari karma kita.

Menurut yang saya dengar, kita berbuat hal yang tidak baik, memberikan kesenangan sesaat, tetapi efek buruknya akan berlangsung lamaaaa sekali.

Yang mau saya tanyakan adalah : apakah efek dari hal negatif ini akan berlangsung terus?
Apakah karma baik yang dilakukan terus2an dapat 100% membersihkan kekotoran batin bahkan karma buruk yang pernah kita lakukan sampai benar2 hilang?

Sori neh, nanya molo.. :D
Thanks loh yang dah jelasin
 
memang karma jangan pernah dihitung,karna kalau kita menghitung ga akan pernah kelar :D
yg penting tabur benih sebanyak mungkin >:D<

@Buddhist
hal negatif yg anda maksud dulu ?
karma buruk yg telah dibuat ga akan terhapus,karna tidak semudah itu menghapus karma yg telah dibuat (kl menurut saya sih)
 
hal negatif maksudnya adalah efek dari karma tsb.
yup, sudah lebih mengerti ^^

Thanks
 
Kisah penjagal babi pada zaman Sang Buddha

Kisah Cundasukarika

Pada suatu dusun, tidak jauh dari Vihara Veluvana, hidup seorang penjagal babi yang sangat kejam dan keras hati, bernama Cunda. Ia adalah penjagal babi yang sudah berusia lebih dari lima puluh tahun; selama hidupnya, dia belum pernah melakukan suatu perbuatan yang bermanfaat. Sebelum dia meninggal, dia sakit parah dan mengalami penderitaan yang berat. Dia mendengkur, berteriak-teriak, dan terus menggerakkan tangan dan lututnya untuk merangkak seperti babi selama tujuh hari. Sebelum meninggal dunia, dia mengalami penderitaan seperti kalau dia berada di neraka (niraya). Pada hari ketujuh, penjagal babi itu meninggal dunia, dan dilahirkan kembali di Neraka Avici (Avici Niraya).

Beberapa bhikkhu yang dalam beberapa hari berturut-turut mendengar teriakan-teriakan dan kegaduhan dari rumah Cunda, berpikir, pastilah Cunda sedang sibuk membunuhi lebih banyak babi. Mereka berpendapat bahwa Cunda adalah seorang yang sangat kejam dan keji. Yang tidak mempunyai cinta kasih dan belas kasihan sedikitpun.

Mendengar pergunjingan para bhikkhu tadi, Sang Buddha berkata, "Para bhikkhu, Cunda tidak sedang membunuhi lebih banyak babi. Perbuatan jahatnya yang lampau telah berbuah. Karena rasa sakit yang sangat, akibat penyakit yang dideritanya, ia melakukan hal-hal yang tidak normal. Sekarang ia telah meninggal dan terlahir di alam neraka. Oleh karena itu, seseorang yang melakukan perbuatan jahat, akan selalu menderita akibat dari perbuatan jahat yang dilakukannya; dia menderita dalam dunia ini, sama seperti pada alam berikutnya.

Hal itu diwejangkan oleh Sang Buddha dengan membabarkan syair 15 berikut ini:

"Idha socati pecca socati
papakari ubhayattha socati
so socati so vihannati
disva kammakilitthamattano."

Di dunia ini ia bersedih hati.
Di dunia sana ia bersedih hati.
pelaku kejahatan akan bersedih hati,
di kedua dunia itu.
Ia bersedih hati dan meratap,
karena melihat perbuatannya sendiri,
yang tidak bersih.


 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.