• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Manibhadra Sutra (Taisho Tripitaka 1285)

@marcedes

mengapa hrs minta maaf? anda tdk berslh apapun disni...sungguh..kl ada yg meminta maaf kpd sy justru sy yg mrs bsalah ~X( kl ada kata2 yg membuat anda emosi.

sudah dpt plugins bahasa nya?
kl ada bagi2 dunk ato di share ke forum program sharing..;) nanti kasi tau gue jg ya kl uda ada :D
 
@all,

sebelumnya saya juga ucapkan maaf lahir batin jika ada salah kata.
Sesungguhnya saya juga merasa debat santun itu tidak mudah. Tapi justru itulah yang dilakukan oleh Sang Buddha selama hidupnya, karena itu perlu kita tiru.
Kadang2 saya pikir gaya bahasa dalam sutra2 Buddhis sangat halus seolah2 Sang Buddha adalah seorang sastrawan :D.

Dengan ini saya tekankan gak bermaksud menyerang pribadi siapapun. Keep Posting dan semoga membawa manfaat bagi semuanya. >:D<

Salam Metta
 
Kita disini adalah semua murid Sang Buddha,di sini kita semua belajar,belajar dan belajar tentang Buddha Dhamma sehingga kita bertambah bijaksana serta melatih Brahmavihara dsbnya . Mengkritik terhadap ajaran sendiri merupakan suatu hal yang biasa (Datang ,melihat,telaah dan menyelidiki)dalam Buddhadhamma. Bahkan Sang Buddha menyarankan "Jangan percaya apa yang Kukatakan kepadamu sampai kamu mengkaji dengan kebijaksanaanmu sendiri secara cermat dan teliti apa yang Kukatakan." Jelaslah bahwa ajaran Buddha memberikan kemerdekaan atau kebebasan berpikir.

"Para Bhikkhu, bilamana orang mengucapkan kata-kata yang merendahkan saya4) Dhamma dan Sangha, janganlah karena hal itu kamu membenci, dendam atau memusuhinya. Bilamana karena hal tersebut kalian marah atau merasa tersinggung, maka hal itu akan menghalangi jalan pembebasan diri kalian, dan mengakibatkan kalian marah dan tidak senang. Apakah kalian dapat merenungkan ucapan mereka itu baik atau buruk?"
"Tidak demikian, Bhante".

"Tetapi bilamana ada orang mengucapkan kata-kata yang merendahkan saya, Dhamma dan Sangha, maka kalian harus menyatakan mana yang salah dan menunjukkan kesalahannya dengan mengatakan bahwa berdasarkan hal ini atau itu, ini tidak benar, atau itu bukan begitu, hal demikian tidak ada pada kami, dan bukan kami".

Tetapi para bhikkhu, bilamana orang lain memuji Saya, Dhamma dan Sangha, janganlah karena hal tersebut kamu merasa bangga, gembira dan bersuka cita. Bila kamu bersikap demikian maka hal itu akan menghalangi jalan pembebasan diri kalian. Bilamana orang lain memuji Saya, Dhamma dan Sangha, maka kamu harus menyatakan apa yang benar dan menunjukkan faktanya dengan mengatakan bahwa, 'berdasarkan hal ini atau itu, ini benar, itu memang begitu, hal demikian ada pada kami, dan benar pada kami".

NB:
4) Sang Buddha

Ucapan Benar, Bermanfaat, dan Menyenangkan


Hendaklah orang selalu menjaga rangsangan ucapannya, hendaklah ia mengendalikan ucapannya. Setelah menghentikan perbuatan-perbuatan jahat melalui ucapan, hendaklah ia giat melakukan perbuatan-perbuatan baik melalui ucapan. [Dhammapada 232]


Sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat, kita dituntut untuk menjaga tiga pintu perbuatan kita sendiri, yaitu pikiran, ucapan dan badan jasmani. Ketiga pintu perbuatan ini memang harus kita jaga setiap saat. Bisakah kita melakukan hal ini? Sebisa mungkin kita harus melakukan sehubungan dengan adanya relasi-relasi yang banyak antarsesama di sekitar kita.

Kita memang mengetahui bahwa pengucapan sebuah kata membawa pengaruh yang sangat kuat terhadap si pendengar di sekitar kita. Untuk itu marilah kita simak penjabaran secara rinci di bawah ini.

Ucapan benar itu dalam penyampaiannya tidak berarti secara terbuka penuh.

Dalam Abhayarajakumara Sutta, Majjhima Nikaya 58, Sang Buddha menunjukkan faktor-faktor yang turut menentukan suatu ucapan patut dan tidak patut dikemukakan. Faktor-faktor yang utama adalah: 1. Apakah pernyataan itu benar atau salah, 2. Apakah pernyataan itu bermanfaat atau tidak, 3. Apakah pernyataan itu dikehendaki/ disetujui oleh orang-orang lain atau tidak. Sang Buddha sendiri akan mengemukakan hal-hal yang benar dan bermanfaat, dan mengetahui saatnya yang tepat, sesuatu yang menyenangkan dan sesuatu yang tidak menyenangkan pun patut dikemukakan.

Diceritakan bahwa pada suatu saat, seorang bayi yang masih kecil sedang berbaring telungkup di pangkuan Pangeran Abhaya. Sang Buddha berkata kepada Pangeran Abhaya, “Bagaimana pendapatmu Pangeran? Karena kelalaianmu atau pun kelalaian perawat, kalau saja anak yang masih kecil itu memasukkan sebatang kayu atau sebutir batu ke dalam mulutnya sendiri, apa yang akan engkau lakukan terhadapnya?”

“Saya akan mengeluarkan kayu atau batu itu, Bhante. Jika saya tidak bisa mengeluarkannya, saya akan memegang kepalanya dengan tangan kiri saya dan membengkokkan jari tangan kanan saya, saya akan mengeluarkannya meskipun harus berdarah. Mengapa demikian? Karena saya memiliki welas kasih kepada anak itu.” Sang Buddha berkata: ‘Demikian juga Pangeran:

[1] Ucapan yang diketahui oleh Tathagata sebagai bukan fakta, tidak benar, tidak berhubungan dengan tujuan, tidak dikehendaki dan tidak menyenangkan orang-orang lain, Tathagata tidak mengemukakan ucapan-ucapan itu.

[2] Ucapan yang diketahui oleh Tathagata sebagai fakta, benar, tidak berhubungan dengan tujuan, tidak dikehendaki dan tidak menyenangkan orang-orang lain, Tathagata tidak mengemukakan ucapan-ucapan itu.

[3] Ucapan yang diketahui oleh Tathagata sebagai fakta, benar, berhubungan dengan tujuan, tetapi tidak dikehendaki dan tidak menyenangkan orang-orang lain, Tathagata mengetahui saat yang tepat untuk mengemukakan ucapan-ucapan itu.

[4] Ucapan yang diketahui oleh Tathagata sebagai bukan fakta, tidak benar, tidak berhubungan dengan tujuan, tetapi dikehendaki dan menyenangkan orang-orang lain, Tathagata tidak mengemukakan ucapan-ucapan itu.

[5] Ucapan yang diketahui oleh Tathagata sebagai fakta, benar, tidak berhubungan dengam tujuan, tetapi dikehendaki dan menyenangkan orang-orang lain, Tathagata tidak mengemukakan ucapan-ucapan itu.

[6] Ucapan yang diketahui oleh Tathagata sebagai fakta, benar, berhubungan dengan tujuan, dan dikehendaki dan menyenangkan orang-orang lain, Tathagata mengetahui saat yang tepat untuk mengemukakan ucapan-ucapan itu.

Mengapa demikian? Karena Tathagata memiliki welas kasih kepada semua makhluk hidup.” (MN 58 )

Dalam Suta Sutta, Gradual Sayings (Anguttara Nikaya II. 179 ) diceritakan bahwa Brahmana Vassakara berkata kepada Sang Buddha, demikian: “Saya berpandangan, saya berpendapat bahwa, ketika seseorang berbicara hal-hal yang telah dilihat, dengan mengatakan, ‘Demikian telah saya lihat’, tidak ada salahnya hal semacam itu. Ketika seseorang berbicara hal-hal yang telah didengar, dengan mengatakan, ‘Demikian telah saya dengar’, tidak ada salahnya hal semacam itu. Ketika seseorang berbicara hal-hal yang telah diketahui, dengan mengatakan, ‘Demikian telah saya ketahui’, tidak ada salahnya hal semacam itu.”

Sang Buddha menanggapi pernyataan Brahmana Vassakara tersebut: “Saya tidak mengatakan, Brahmana, bahwa hal-hal yang telah dilihat…, hal-hal yang telah didengar…, hal-hal yang telah diketahui patut dikemukakan. Tetapi bukan berarti hal-hal yang telah dilihat, telah didengar, telah diketahui tidak patut dikemukakan.”

“Apabila seseorang mengemukakan hal-hal yang telah didengar, hal-hal yang telah dilihat, hal-hal yang telah diketahui, mengakibatkan kualitas batin yang buruk berkembang dan kualitas batin yang baik merosot, maka hal semacam itu tidak patut dikemukakan. Akan tetapi, apabila seseorang mengemukakan hal-hal yang telah diketahui, mengakibatkan kualitas batin yang buruk berkurang dan kualitas batin yang baik berkembang, maka hal semacam itu patut dikemukakan.”

“Apabila, seseorang mengemukakan hal-hal yang telah dilihat, mengakibatkan kwalitas batin yang tidak baik berkembang dan kwalitas batin yang baik merosot, maka hal semacam itu tidak patut dikemukakan.” (AN 4.183)

Dalam menyampaikan segala sesuatu melalui ucapan apalagi mengenai Dhamma, memang ada cara-cara yang harus diketahui dengan baik, dan menggunakannya secara baik dan benar pula. Dalam menanggapi atau menjawab suatu pertanyaan pun kita harus berusaha memberikan jawaban yang sesuai. Dalam Pañha Sutta, Gradual Sayings (Anguttara Nikâya II. 53-54), Sang Buddha mengajarkan bagaimana cara menjawab suatu pertanyaan (AN 4.42).

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tentu harus dimengerti terlebih dahulu, baru memikirkan dan merancang jawaban yang tepat untuk pertanyaan-pertanyaan yang berbeda. Dalam Pañha Sutta tersebut, dikatakan ada empat cara menjawab pertanyaan-pertanyaan, yaitu: 1]. Ada pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab secara langsung dan singkat (misalnya: iya / tidak); 2]. Ada jenis pertanyaan yang harus dijawab secara analisis (mendefinisikan sebanyak mungkin dalam penjelasan dengan berbagai contoh); 3]. Ada jenis pertanyaan yang harus dijawab dengan sebuah pertanyaan balik sebagai jawabannya; 4]. Ada pula jenis pertanyaan yang harus dijawab dengan diam/ tidak perlu dijawab.”

Siapa pun yang mengetahui hal tersebut dengan benar menghubungkan dengan Dhamma, maka ia dikatakan mahir dalam empat tipe pertanyaan tersebut. Sulit untuk mengalahkannya. Ia mengetahui hal-hal yang sesuai dan yang tidak sesuai, sehingga menolak hal-hal yang tidak memiliki makna dan menguasai hal-hal yang memiliki makna.

Menurut ayat Dhammapada tersebut di atas, tentu usaha dan perjuangan kita sendiri kuncinya. Berusaha dan berjuanglah. Sukses!




 
Kita disini adalah semua murid Sang Buddha,di sini kita semua belajar,belajar dan belajar tentang Buddha Dhamma sehingga kita bertambah bijaksana serta melatih Brahmavihara dsbnya . Mengkritik terhadap ajaran sendiri merupakan suatu hal yang biasa (Datang ,melihat,telaah dan menyelidiki)dalam Buddhadhamma. Bahkan Sang Buddha menyarankan "Jangan percaya apa yang Kukatakan kepadamu sampai kamu mengkaji dengan kebijaksanaanmu sendiri secara cermat dan teliti apa yang Kukatakan." Jelaslah bahwa ajaran Buddha memberikan kemerdekaan atau kebebasan berpikir.


Nah.... itu yang tepat...... bukan menyudutkan member yah.... Salah dan emosi juga biasa saja... Asal masih bisa menyadari, pintu kearah kebaikan masih terbuka...
 
Kembali lagi pembahasan mengenai mantra dan dharani serta manfaatnya betul atau cuman isapan jempol belaka.

Seperti yg pernah saya post dibeberapa thread terdahulu, mantra dan dharani itu bisa dibuktikan apakah memang betul mempunyai kekuatan atau cuman bohong belaka. Cara pembuktiannya cukup gampang, apabila saudara2 di sini bisa masuk kedalam (minimal) Jhanna III, mantra itu bisa langsung dibuktikan efektifitasnya.

Caranya, meditasi dulu sampai anda memasuki tahap Jhanna III, kemudian pilih salah satu mantra yg ingin anda buktikan, kemudian KEDUA TANGAN DIRANGKAPKAN DIDEPAN DADA (ANJALI), trus lafalkan mantra itu tanpa berhenti penuh perhatian dan kesadaran biasanya setelah semalaman, akan ada reaksi. Pertama badan anda akan ditekuk2 dengan sendirinya supaya lentur sehingga bisa mengikuti mudra tahap berikutnya. Setelah itu biasanya baru akan keluar mudra yg sangat banyak jumlahnya dan mudra2 itu cenderung tidak pernah anda lihat sebelumnya.

Setelah latihan mudra ini selesai biasanya sekitar 3 bulanan kalo anda rajin, baru bisa anda gunakan hasil dari mantra ini, seperti mantra Payung Putih (sitatapatra) untuk perlindungan.

Jadi bagi bro2 disini sebelum dilanjutkan diskusinya, di test dulu (ehipassiko) baru kita lanjutin pembahasan apakah mantra dan dharani itu cuman bohong atau tidak.
 
Kembali lagi pembahasan mengenai mantra dan dharani serta manfaatnya betul atau cuman isapan jempol belaka.

Seperti yg pernah saya post dibeberapa thread terdahulu, mantra dan dharani itu bisa dibuktikan apakah memang betul mempunyai kekuatan atau cuman bohong belaka. Cara pembuktiannya cukup gampang, apabila saudara2 di sini bisa masuk kedalam (minimal) Jhanna III, mantra itu bisa langsung dibuktikan efektifitasnya.

Caranya, meditasi dulu sampai anda memasuki tahap Jhanna III, kemudian pilih salah satu mantra yg ingin anda buktikan, kemudian KEDUA TANGAN DIRANGKAPKAN DIDEPAN DADA (ANJALI), trus lafalkan mantra itu tanpa berhenti penuh perhatian dan kesadaran biasanya setelah semalaman, akan ada reaksi. Pertama badan anda akan ditekuk2 dengan sendirinya supaya lentur sehingga bisa mengikuti mudra tahap berikutnya. Setelah itu biasanya baru akan keluar mudra yg sangat banyak jumlahnya dan mudra2 itu cenderung tidak pernah anda lihat sebelumnya.

Setelah latihan mudra ini selesai biasanya sekitar 3 bulanan kalo anda rajin, baru bisa anda gunakan hasil dari mantra ini, seperti mantra Payung Putih (sitatapatra) untuk perlindungan.

Jadi bagi bro2 disini sebelum dilanjutkan diskusinya, di test dulu (ehipassiko) baru kita lanjutin pembahasan apakah mantra dan dharani itu cuman bohong atau tidak.

Haiya... suhu sampai turun gunung.... :D:D:D:D:P....

Thanx untuk Infonya.... siapa yang berminat?.... hayo tunggu apa lagi....
 
@Bro Mercedes
Saya juga minta maaf, kata 'minal aidin' terpaksa 2 kali saya edit. Karena itu bisa bias, sama seperti kata 'amin' yang dulu pernah dipakai siapa yah... lupa. Mengapa, karena yang namanya manusia sering sekali salah mengartikan.
sorry,saya tidak akan pakai kata itu lagi..

Terkadang begini loh.... dalam keadaan bathin bimbang, ada terpanggil untuk membaca 'karaniaya metta sutta'.... kalau mau kita cermati, bukankah ini pamrih juga.... agar bathin tidak goncang (ini pengalaman pribadi).... tapi seiring bertambah dewasanya kita, membaca paritta suci itu tidak lagi hanya karena bathin bimbang.... Coba ingat-ingat, dulu di SMA dengan guru Agama Buddha.... "Pak, kalau merasa ketakutan sama mahluk halus, baiknya baca paritta apa?" Lalu, si Bapak menjawab, "Baca saja Karaniya Metta Sutta".

Nah, sewaktu kita masih SMA tersebut, yang dibenak kita, Karaniya Metta Sutta itu semacam paritta untuk mengusir 'hantu'. Padahal tidak benar demikian kan?..... Saya melihat kasus mantranya Inhereyahum ini seperti ini.
kalau karaniya metta sutta...coba liat "ISI" dan arti dari sutta itu..
lebih bersifat membimbing alias menasehati.. bukankah itu kemajuan batin yang fantastis?

makanya saya sangat berharap dapat mengetahui arti dari bahasa sutta itu dan meneliti apa "ISI" nya.

==============
@all,

sebelumnya saya juga ucapkan maaf lahir batin jika ada salah kata.
Sesungguhnya saya juga merasa debat santun itu tidak mudah. Tapi justru itulah yang dilakukan oleh Sang Buddha selama hidupnya, karena itu perlu kita tiru.
Kadang2 saya pikir gaya bahasa dalam sutra2 Buddhis sangat halus seolah2 Sang Buddha adalah seorang sastrawan .

Dengan ini saya tekankan gak bermaksud menyerang pribadi siapapun. Keep Posting dan semoga membawa manfaat bagi semuanya.

Salam Metta
saya juga minta maaf....
sy sedikit teringat akan cerita di upali sutta. dimana sang buddha berdebat dengan seorang upali yang merupakan murid dari nighanta.

walau sang buddha tahu...nighanta bakalan meninggal sampai muntah darah membenci buddha dhamma,setidak nya dia "mengenal" buddha dhamma.

demikian juga devadatta...walau sang buddha tahu bakalan dibenci serta merusak sangha bahkan menyebabkan masuk nya ke-neraka avici...setidak nya dia akan mencicipi nibbana di kemudian hari karena telah mengenal buddha dhamma.

keep posting juga semoga membawa manfaat bagi semua makhluk ...
==========

Kembali lagi pembahasan mengenai mantra dan dharani serta manfaatnya betul atau cuman isapan jempol belaka.

Seperti yg pernah saya post dibeberapa thread terdahulu, mantra dan dharani itu bisa dibuktikan apakah memang betul mempunyai kekuatan atau cuman bohong belaka. Cara pembuktiannya cukup gampang, apabila saudara2 di sini bisa masuk kedalam (minimal) Jhanna III, mantra itu bisa langsung dibuktikan efektifitasnya.

Caranya, meditasi dulu sampai anda memasuki tahap Jhanna III, kemudian pilih salah satu mantra yg ingin anda buktikan, kemudian KEDUA TANGAN DIRANGKAPKAN DIDEPAN DADA (ANJALI), trus lafalkan mantra itu tanpa berhenti penuh perhatian dan kesadaran biasanya setelah semalaman, akan ada reaksi. Pertama badan anda akan ditekuk2 dengan sendirinya supaya lentur sehingga bisa mengikuti mudra tahap berikutnya. Setelah itu biasanya baru akan keluar mudra yg sangat banyak jumlahnya dan mudra2 itu cenderung tidak pernah anda lihat sebelumnya.

Setelah latihan mudra ini selesai biasanya sekitar 3 bulanan kalo anda rajin, baru bisa anda gunakan hasil dari mantra ini, seperti mantra Payung Putih (sitatapatra) untuk perlindungan.

Jadi bagi bro2 disini sebelum dilanjutkan diskusinya, di test dulu (ehipassiko) baru kita lanjutin pembahasan apakah mantra dan dharani itu cuman bohong atau tidak.
saya belum mampu mencapai jhana III.....tingkat konsentrasi saya masih awam...
tapi...kita tahu kalau telah mencapai jhana tidak tertutup memiliki kekuatan batin
dan SE-ANDAI-NYA..jika kita telah mampu menciptakan emas dengan kekuatan batin kita....>>>>apa ini inti ajaran buddha?
yang notabane nya bebas dari ketamakan,kebencian,kebodohan.

devadatta sangat mahir dalam jhana...memiliki kekuatan batin...tapi kebijaksanaan-nya?
jadi tujuan sutta itu untuk melatih apa? ( disini masih tidak jelas translate nya. )
kalau yang di sebutkan @roughtorer tentang karaniya metta sutta...disitu sangat jelas...karena memang bersifat MELATIH BATIN KITA..untuk memancarkan metta + tidak melekat...

Inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan

Untuk mencapai ketenangan
Ia harus mampu, jujur, sungguh jujur
Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong

Merasa puas, mudah dilayani
Tiada sibuk, sederhana hidupnya
Tenang inderanya, berhati-hati
Tahu malu, tidak melekat pada keluarga

Tak berbuat kesalahan walaupun kecil
Yang dapat dicela oleh para bijaksana
Hendaklah ia berpikir "semoga semua makhluk berbahagia dan tenteram"
Semoga semua makhluk berbahagia

Makhluk hidup apa pun juga
Yang lemah dan kuat tanpa kecuali
Yang panjang atau besar
Yang sedang, pendek, kecil atau gemuk

Yang tampak atau tak tampak
Yang jauh atau pun yang dekat
Yang terlahir atau yang akan terlahir
Semoga semua makhluk berbahagia

Jangan menipu orang lain
Atau menghina sipa saja
Jangan karena marah atu benci
Mengharap orang lain celaka

Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan jiwanya
Melindungi anaknya yang tunggal
Demikianlah terhadap semua makhluk
Dipancarkannya pikiran kasih sayang tanpa batas

Kasih sayangnya kesegenap alam semesta
Dipancarkannya pikirannya itu tanpa batas
Keatas, kebawah dan kesekeliling
Tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan

Selagi berdiri, berjalan atau duduk
Atau berbaring, selagi tiada lelap
Ia tekun mengembangkan kesadaran ini
Yang dikatakan berdiam dalam Brahma

Tidak berpegang pada pandangan salah tentang aku yang kekal
Dengan sila dan penglihatan yang sempurna
Hingga bersih dari nafsu indera
Ia tak akan lahir dalam rahim manapun juga
maaf jika kata-kata saya salah.
 
saya belum mampu mencapai jhana III.....tingkat konsentrasi saya masih awam...
tapi...kita tahu kalau telah mencapai jhana tidak tertutup memiliki kekuatan batin
dan SE-ANDAI-NYA..jika kita telah mampu menciptakan emas dengan kekuatan batin kita....>>>>apa ini inti ajaran buddha?
yang notabane nya bebas dari ketamakan,kebencian,kebodohan.

devadatta sangat mahir dalam jhana...memiliki kekuatan batin...tapi kebijaksanaan-nya?
jadi tujuan sutta itu untuk melatih apa? ( disini masih tidak jelas translate nya. )
kalau yang di sebutkan @roughtorer tentang karaniya metta sutta...disitu sangat jelas...karena memang bersifat MELATIH BATIN KITA..untuk memancarkan metta + tidak melekat...

Tidak semua makhluk hidup itu terlahir pada kondisi kehidupan yg ideal untuk melatih buddha dharma, mantra itu fungsinya sama seperti itu, mengurangi karma buruk kita yang menghalangi kemajuan dhamma.

Contohnya, apa orang yg perutnya lapar bisa memahami dharma dgn baik biarpun Buddha Gautama sendiri yg membabarkan dhamma? Yah gak toh, sang buddha aja nyuruh orang itu makan dulu baru mendengarkan dhamma, dan setelah selesai mendengarkan dhamma Buddha beliau mencapai sotapanna.

Sama seperti mantra itu, yang sakit2an semoga sakitnya berkurang dengan membaca mantra baru bisa lanjut mempelajari dhamma
Yang kekurangan materi, semoga setelah membaca mantra beban ekonominya berkurang atau banyak rejeki baru setelah gak tercekik lagi bisa belajar dhamma dgn sungguh2
 
makanya saya sangat berharap dapat mengetahui arti dari bahasa sutta itu dan meneliti apa "ISI" nya.

saya belum mampu mencapai jhana III.....tingkat konsentrasi saya masih awam...
tapi...kita tahu kalau telah mencapai jhana tidak tertutup memiliki kekuatan batin
dan SE-ANDAI-NYA..jika kita telah mampu menciptakan emas dengan kekuatan batin kita....>>>>apa ini inti ajaran buddha?
yang notabane nya bebas dari ketamakan,kebencian,kebodohan.

devadatta sangat mahir dalam jhana...memiliki kekuatan batin...tapi kebijaksanaan-nya?
jadi tujuan sutta itu untuk melatih apa? ( disini masih tidak jelas translate nya. )
kalau yang di sebutkan @roughtorer tentang karaniya metta sutta...disitu sangat jelas...karena memang bersifat MELATIH BATIN KITA..untuk memancarkan metta + tidak melekat...


maaf jika kata-kata saya salah.

Nah itu tadi, sudah kelihatan intinya..... kita mau seperti devadatta atau yang apa?

balik ke sini:

dan SE-ANDAI-NYA..jika kita telah mampu menciptakan emas dengan kekuatan batin kita....>>>>apa ini inti ajaran buddha?
yang notabane nya bebas dari ketamakan,kebencian,kebodohan.

Emas disini yang mungkin rancu.... kalau emas dalam bentuk harta dunia yah memang bagaimana yah... tentu saja ini benar menjadi ketamakan. Namun, ada kalanya emas juga apabila dipandang sebagai 'hanya' emas, orang suci tidak menganggapnya apa-apa.... hanya kesunyataan... biarlah emas tetap emas, perak tetap perak dan intan tetap intan.

Kalau saya menanggapinya, emas justru konotasi dari lambang kemuliaan. Kalau kita ganti kata emas menjadi mulia atau kemudian lebih jauh dan lebih ke Buddhis lagi, mengapa tidak menganggapnya suci? Emas yang diiming-imingkan, berarti bisa untuk mencapai kesucian.

Dalam soal jhana juga saya juga tidak tahu apa-apa.... beruntung orang yang sudah mengalaminya. Lebih beruntung lagi orang yang masih buta ini bisa merasakan nikmatnya jhana karena ada teman yang sharing, walau saya tidak tahu bagaimana jhana itu sendiri. :) Dan sama sekali tidak tahu bagaimana nikmatnya.... hanya turut berbahagia saja.

Orang yang buta saya bold. Buta bukan dalam artian bermata cacat tidak bisa melihat.... namun pengertiannya lebih kepada 'masih belum banyak tahu'... lebih ke arah rendah hati... bukan buta dalam arti yang sebenarnya.
 
Tidak semua makhluk hidup itu terlahir pada kondisi kehidupan yg ideal untuk melatih buddha dharma, mantra itu fungsinya sama seperti itu, mengurangi karma buruk kita yang menghalangi kemajuan dhamma.

Contohnya, apa orang yg perutnya lapar bisa memahami dharma dgn baik biarpun Buddha Gautama sendiri yg membabarkan dhamma? Yah gak toh, sang buddha aja nyuruh orang itu makan dulu baru mendengarkan dhamma, dan setelah selesai mendengarkan dhamma Buddha beliau mencapai sotapanna.

Sama seperti mantra itu, yang sakit2an semoga sakitnya berkurang dengan membaca mantra baru bisa lanjut mempelajari dhamma
Yang kekurangan materi, semoga setelah membaca mantra beban ekonominya berkurang atau banyak rejeki baru setelah gak tercekik lagi bisa belajar dhamma dgn sungguh2
kalau anda bicara seperti ini.....sudah lain lagi kategorinya,
saya sendiri pernah melihat hal-hal di luar logika manusia....
ada juga seperti membaca mantra / gatha, maka mempercepat suatu proses kamma berbuah
tapi kalau memang kamma nya buruk saat itu berbuah dan simpanan jasa kamma baik itu sedikit....biar baca paritta pun sampai mati maka akan sia-sia..
sang buddha mengajarkan kita untuk aktif berbuat...bukan hanya mengharapkan dengan kata-kata tanpa perbuatan.

seperti angulimala paritta
Pada suatu hari, bhikku Angulimala telah melihat seorang wanita sangat menderita karena hendak melahirkan. peristiwa yang mengharukan itu dilaporkan kepada Sang Buddha. Sang Maha Welas Asih lalu mengajarkannya sebuah paritta agar dengan pembacaan paritta itu, Angulimala Thera dapat menghindarkan penderitaan yang dialami seorang ibu yang hendak melahirkan.

Demikianlah, untuk melaksanakan usaha itu, dengan dibatasi sebuah tirai sebagai penyekat sesuai tata sila yang berlaku, Sang Thera duduk menghadapi wanita yang akan melahirkan dan melakukan pembacaan paritta. Ternyata seketika itu juga, wanita tersebut melahirkan seorang putra dengan sangat mudah dan selamat.

Kemanjuran paritta ini hingga kini masih terbukti nyata.

Air itulah yang dipergunakan,
Untuk membasuh tempat dudukNya,
Beliau yang membaca paritta ini,
Yang telah menghentikan segenap derita,
Pada saat paritta dibacakan,
Seketika itu menghasilkan kelahiran yang selamat

Yatoham bhagini ariyaya
Jatiya jato
Nabhijanami sancicca
Panam jivita voropeta
Tena saccena sotthi te
Hotu sotthi gabbhassa

"Sejak kelahiran kami sebagai seorang Ariya ( di dalam Persaudaraan Sangha ),
Seingat kami tidak pernah membunuh dengan sadar
suatu makhluk hidup apa pun
berdasarkan kesunyataan ini,
selamatlah engkau !
Selamatlah anak yang engkau lahirkan !"

jika kita melihat isi paritta ini....maka setidak nya ada yang namanya
connect,dimana angulimala berdasarkan atas kenyataan/pernyataan benar maka mengharapkan kamma itu berbuah dalam bentuk ******
jika di liat dari proses batin angulimala...malah bersifat simpati / welas asih

jika orang awam melakukan adhitana(tekad)
semoga dengan saya menanam kamma kebajikan ini,,berbuah dalam bentuk ******

tapi jika di tanya ajaran buddha seperti contoh umat awam bertekad setelah menanam kamma baik....ini malah mengharapkan sesuatu...

misalkan orang berdana ke vihara mengharapkan rejeki..
memang benar dan terbukti...orang yang sering berdana bisa saja memperoleh rejeki....tapi liat proses batin nya.....malah muncul ketamakan
tapi jika di bahas...apakah hal ini salah?
tentu tidak salah...
tapi apakah membawa pada suatu jalan nibbana?
tentu tidak bakalan.

contoh lain
jika A seorang pedagang..lalu si B adalah pembeli yang biasa nya membayar secara kredit dalam jangka waktu 1 bulan.

tiba-tiba B....tidak membayar / kredit macet.
A lalu memancarkan metta kepada si B dengan berharap bahwa B membayar utang-nya....
bagaimana melihat ini?
tentu B bisa saja membayar kembali kredit macet-nya....tapi mental si A bagaimana? ketamakan

kadang-kadang tdk tertutup pikiran kita untuk munculnya pikiran negatif dengan sendiri nya, mari kita bahas lebih dalam

ketika si A..mengetahui B sedang kredit macet...A melihat B dengan cara memancarkan metta dan bermental bahwa "semoga B mampu bangkit dari keterpurukannya"
di sini...kadang-kadang pikiran kita sendiri muncul hal negatif....seperti keraguan dimana "apakah saya memancarkan metta untuk B demi terbayarkan utang?".... pikiran ini tentu harus di sadari muncul nya. lalu di perhatikan......nanti lama-lama juga hilang dengan sendiri nya....karena kebijaksanaan kita yang terlatih mampu melihat ini.

ada pula kejadian diawali dengan ketamakan tetapi bisa di ubah.
seperti A dengan tujuan awal nya "semoga B membayar utangnya"
lalu setelah ingin memancarkan metta "pikiran kita menyadari bahwa ini adalah ketamakan" segera kita perhatikan bahwa inilah bentuk pikiran buruk.

saya rasa kalimat di ucapkan oleh buddha bahwa "pikiran adalah pelopor,pikiran adalah pembentuk,pikiran adalah yang utama"
itu benar apa adanya.

saya sendiri rasanya tidak setuju dengan menyingkirkan pikiran dengan cara langsung cut off seperti "ah pikiran ini pikiran buruk,sebaiknya saya buang jauh-jauh"...karena rasanya justru menimbulkan kebencian baru yang bersifat halus.

saya lebih enjoy dengan cara seperti satipatthana sutta....cukup disadari dan berlalu.

tapi tentu nya kata-kata tanpa praktek = 0 besar.
semoga saya bisa mempraktekkannya dengan benar.

Demikianlah yang telah saya dengar. Suatu ketika Buddha sedang berada di Shravasti, Hutan Jeta; yakni di Taman Bagi Anak Yatim Piatu dan Para Pertapa, dengan disertai sekumpulan besar bodhisattva. Pada kesempatan itu, hadirlah seorang pemimpin agung para yaksha yang bernama Manibhadra. Ia lalu menghadap serta menyembah ke kaki Buddha dan setelah itu berkata sambil merangkapkan kedua tangannya sebagai tanda hormat, "Yang Dijunjungi Dunia! Aku memiliki suatu dharani hati rahasia yang ingin kubabarkan dengan hati gembira. Aku memohon agar Yang Dijunjungi Dunia sudi berbelas kasih dan melimpahkan perlindungan padanya. Yang Dijunjungi Dunia! Bila terdapat bhikshu, bhikshuni, upasaka, dan upasika yang dalam sehari tiga kali melafalkan dharani ini dengan sepenuh hati, maka aku akan hadir dan melimpahkan segala sesuatu yang menguntungkan dan berharga bagi mereka. Baik berupa minuman, makanan, pakaian, tempat tidur, emas, perak, permata berharga, rejeki, geganduman, dan lain sebagainya. Itu semua akan selalu kuanugerahkan, sehingga dapat mengabulkan segenap dambaan mereka. Selain itu, [mereka yang melafalkan dharani ini akan dicintai dan dihormati oleh orang lain. Lebih jauh lagi, dharani ini dapat menyirnakan lobha, dosa, dan moha. Segala sesuatu akan terjadi sesuai dengan yang dikehendaki."

Yang Dijunjungi Dunia mengetahui ketulusan hati pemuka yaksha bernama Manibhadra itu, yang berniat menganugerahkan kedamaian pada seluruh makhluk yang dijerat oleh kemiskinan, kepahitan hidup, dan kekalutan pikiran. Buddha lalu berkata, "Bagus sekali, wahai Mahibhadra! Engkau berniat melimpahkan kebajikan pada semua makhluk. Oleh karena itu, aku juga dengan gembira berharap mendengarkannya. Silakan engkau babarkan dharani tersebut." Kemudian Manibhadra melafalkan dharaninya:

versi cina:
-er he
-er he
-er he
-er he wu
-er he liu
-er he qi
-er he ba
-er he jiu
-er he shi
-er he shi yi
-er he shi er
-er he shi san
-er he shi si
-er he shi wu
-er he shi liu
-er he shi qi
-er he shi ba
-er he shi jiu
-er he er shi
-er he
-er he
-yin er shi yi
-qie shen
-yin er shi er
-er he yin
-er he san shi
-er he san shi er
-er he yin san shi san
-er he

N: untuk versi tibet/sanskretanya blm saya temukan.
--

Setelah selesai melafalkan dharani-nya, Manibhadra berkata pada Buddha, "Jika ada orang yang senantiasa melafalkan dharani ini sebanyak tujuh kali, maka ia akan memperoleh pahala kebajikan dengan segera. Lebih jauh lagi, pada saat bulan purnama tanggal 15 penanggalan candrasengkala, ia hendaknya membersihkan dan menjaga kemurnian dirinya, lalu tiga kali dalam sehari membakar kayu cendana harum serta melafalkan dharani ini sebanyak 8.000 kali; maka apapun yang didambakannya akan terkabul. Emas, perak, dan benda-benda berharga akan diperoleh seturut kehendaknya." Sesudah mengucapkan hal itu, pemuka yaksha tersebut menghaturkan hormat pada Buddha dan kembali ke tempat kediamannya.

Begitu Buddha selesai membabarkan sutra ini, seluruh bodhisattva yang mendengarkan sabda Buddha tersebut merasa bergembira dan sepenuh hati menerima, meyakini, serta melaksanakannya.

maaf yah,jika kata-kata saya salah..
teks indo nya saya rasa sudah sangat jelas....

saya tidaklah penganut be-aliran keras yang ngotot bahwa ajaran aliran saya anut paling benar...
(saya hanya menggunakan nalar pengetahuan apa yang saya belajar untuk melihat sebagaimana adanya sebuah kata dan kalimat).

jika ada translate nya maka bagus sekali

@dragonhung
apa dengan melafalkan sebuah mantra seperti membaca sebanyak 8000x atau bahkan membaca terus menerus
si pembaca mampu menembus jhana?

Nah itu tadi, sudah kelihatan intinya..... kita mau seperti devadatta atau yang apa?

balik ke sini:

dan SE-ANDAI-NYA..jika kita telah mampu menciptakan emas dengan kekuatan batin kita....>>>>apa ini inti ajaran buddha?
yang notabane nya bebas dari ketamakan,kebencian,kebodohan.

Emas disini yang mungkin rancu.... kalau emas dalam bentuk harta dunia yah memang bagaimana yah... tentu saja ini benar menjadi ketamakan. Namun, ada kalanya emas juga apabila dipandang sebagai 'hanya' emas, orang suci tidak menganggapnya apa-apa.... hanya kesunyataan... biarlah emas tetap emas, perak tetap perak dan intan tetap intan.

Kalau saya menanggapinya, emas justru konotasi dari lambang kemuliaan. Kalau kita ganti kata emas menjadi mulia atau kemudian lebih jauh dan lebih ke Buddhis lagi, mengapa tidak menganggapnya suci? Emas yang diiming-imingkan, berarti bisa untuk mencapai kesucian.

Dalam soal jhana juga saya juga tidak tahu apa-apa.... beruntung orang yang sudah mengalaminya. Lebih beruntung lagi orang yang masih buta ini bisa merasakan nikmatnya jhana karena ada teman yang sharing, walau saya tidak tahu bagaimana jhana itu sendiri. :) Dan sama sekali tidak tahu bagaimana nikmatnya.... hanya turut berbahagia saja.

Orang yang buta saya bold. Buta bukan dalam artian bermata cacat tidak bisa melihat.... namun pengertiannya lebih kepada 'masih belum banyak tahu'... lebih ke arah rendah hati... bukan buta dalam arti yang sebenarnya.
saya juga sedang belajar mencoba capai jhana. setidak nya latihan saja terus menerus...pantang menyerah ^^
-----------------------
saya rasa teks indo kalimat benda-benda berharga tidak ada yang lain selain bersifat materil.
 
@Mercedes

Maslahnya bro.... teks indo dari mantra-mantra itu diambil dari kitab (yang setidaknya disucikan oleh sebahagian orang dari) Mahayana. Nah, kitab suci mengartikannya tidak sama dengan teks book.

Mantra sendiri ada yang tidak mempunyai arti, atau tidak ada padanan bahasa yang pas untuk mengartikannya. Setidaknya, dalam 'om atau aum..' yang begitu itu bagaimana menterjemahkannya, kalau tidak dengan hati. Berbeda dengan sutta atau paritta atau sutra...

kemudian, bila membaca dhammapada... bukankah kita harus menalarkannya juga. mencari makna tersembunyi yang terkandung?

------------------------

Maaf ikutan berkomentar untuk pertanyaan pada Dragon Hung...

Kalau terpatok ke 8000 kalinya... tanpa menyelami dengan hati, menurut saya tidak ada gunanya. gak beda dengan rekaman kheng atau sutra yang bisa diputar terus menerus selama battere nya masih ada.

Tapi dengan kesadaran dan pengertian kita sendiri, 8000 itu jadi tidak ada artinya, selain anjuran untuk ketekunan, terus menerus dan tidak menyerah.... mungkin bahkan lebih dari 8000 jadinya.... atau gak sampe 8000 sudah ngerti.... disitu (lagi-lagi menurut saya) beda persepsinya....
 
kalo mau membuktikan efektifitas mantra maka harus jhanna dulu baru mantra

kalo mau mencapai jhanna dengan metode mantra juga bisa, tinggal membaca mantra itu tanpa putus, penuh kesadaran dan perhatian thp mantra itu. TANPA bersikap anjali yah.

Sebenarnya jhanna itu dapat dicapai dengan banyak metode, trus "permasalahannya" dari pengalaman2 sih yg kurang pada diri kita itu biasanya intensitas dan kontinuitas saja

Kalo bener2 mau latihan sih biasanya 1-2 bulan biasanya Jhanna IV itu bisa dicapai.
 
@dragonhung
apakah membaca mantra-mantra,pencapaian jhana seperti itu bisa membawa pada lenyap nya ketamakan,kebodohan,kebencian?
tolong beri saya penjelasan

Kepada seorang pertapa penggembara bernama Subbada Sang Buddha menceritakan adanya sekte-sekte lain di luar ajaran Beliau yang menganggap ajaran merekalah yang paling benar. Bahwa ajaran merekalah yang akan membuat seseorang bisa menghapus kekotoran batin.

Dalam intisari Mahaparinibbana Sutta tertulis, ajaran apapun yang tidak mengandung empat kesunyataan mulia dan delapan jalan utama tak akan mengantarkan seseorang ke tingkat-tingkat kesucian. Delapan jalan utama hanya ditemukan di dalam Buddha Dhamma.
apa hubungannya pembaca mantra-mantra sebanyak itu dengan 4 kesunyataan mulia?

memang benar sang buddha hanya menggenggam daun yang sedikit di tangan saja....
tapi daun itu lah yang mengantar seseorang pada nibbana...
lalu belajar daun-daun lain....gunanya bagi perkembangan batin kita ini apa?

===============

tanpa beranjali......kalau beranjali memang nya kenapa?
apa tidak bisa mencapai jhana?
maaf saya orangnya suka ingin tahu.

maaf,
di post anda selalu menekankan "cobalah dulu,baru berkomentar"
seperti kita membeli HP.....sebelum kita membeli,apa langsung dikatakan beli-lah dulu baru berkomentar?
setidaknya berilah saya informasi sebanyak-banyak nya tentang HP itu.(biar ada gambaran)
 
@dragonhung
apakah membaca mantra-mantra,pencapaian jhana seperti itu bisa membawa pada lenyap nya ketamakan,kebodohan,kebencian?
tolong beri saya penjelasan

Yah enggaklah, sifat jhanna kan cuman menekan ketiga akar kejahatan itu, cuman vipasanna yang bisa membawa pada pemusnahan ketiga akar itu


apa hubungannya pembaca mantra-mantra sebanyak itu dengan 4 kesunyataan mulia?

Nanti anda tahu kok setelah selesai mempelajarinya, ternyata semua itu berhubungan dengan dukkha, anicca dan anatta.
Dalam 4 kesunyataan mulia kan dituliskan cara untuk mengatasi yg namanya tanha/keterikatan itu yah dengan Jalan tengah beruas delapan, salah satu dari itu kan konsentrasi benar. Konsentrasi benar itu dibutuhkan untuk masuk kedalam pemahaman yg lebih tinggi lagi nantinya.


memang benar sang buddha hanya menggenggam daun yang sedikit di tangan saja....
tapi daun itu lah yang mengantar seseorang pada nibbana...
lalu belajar daun-daun lain....gunanya bagi perkembangan batin kita ini apa?

Meditasi mantra itu hanya satu dari beberapa metode latihan. Ini contohnya yah, misalnya anda sekarang berlatih meditasi bhavana, nah kan nantinya anda mencapai tahap2an jhanna, biasanya setiap tahap itu ada halangan batinnya, jadi kadang2 anda tidak dapat tetap bersikukuh hanya menggunakan satu metode saja (misal annapanasatti), perlu metode yg lain untuk mengatasi halangan itu agar bisa maju. Misal sewaktu bermeditasi dalam batin cuman timbul bayangan2 erotis terus nah biasanya sih oleh guru saya diganti objek meditasinya jadi objek asubha, nah begitu gangguan itu sudah terlewati baru kembali ke objek terdahulu, begitu terus silih berganti sampai semua halangan itu bisa diatasi.

===============

tanpa beranjali......kalau beranjali memang nya kenapa?
apa tidak bisa mencapai jhana?
maaf saya orangnya suka ingin tahu.

Kalo sudah mencapai jhanna, terus membaca mantra dan tangannya dirangkapkan bersikap anjali, nantinya tangan itu akan cenderung membentuk mudra sendiri. Trus kalo konsentrasinya belum mantap, nanti pikiran itu akan cenderung hanyut kedalam gerakan mudra tangan itu, jadi salah deh latihannya.

maaf, di post anda selalu menekankan "cobalah dulu,baru berkomentar"
seperti kita membeli HP.....sebelum kita membeli,apa langsung dikatakan beli-lah dulu baru berkomentar?
setidaknya berilah saya informasi sebanyak-banyak nya tentang HP itu.(biar ada gambaran)

Udah tuh diatas.
 
Originally Posted by marcedes View Post
apa hubungannya pembaca mantra-mantra sebanyak itu dengan 4 kesunyataan mulia?
Nanti anda tahu kok setelah selesai mempelajarinya, ternyata semua itu berhubungan dengan dukkha, anicca dan anatta.
yah,masa info nya cuma segini....bisa di perjelas lebih lagi...walau panjang saya bersedia baca kok.

Meditasi mantra itu hanya satu dari beberapa metode latihan. Ini contohnya yah, misalnya anda sekarang berlatih meditasi bhavana, nah kan nantinya anda mencapai tahap2an jhanna, biasanya setiap tahap itu ada halangan batinnya, jadi kadang2 anda tidak dapat tetap bersikukuh hanya menggunakan satu metode saja (misal annapanasatti), perlu metode yg lain untuk mengatasi halangan itu agar bisa maju. Misal sewaktu bermeditasi dalam batin cuman timbul bayangan2 erotis terus nah biasanya sih oleh guru saya diganti objek meditasinya jadi objek asubha, nah begitu gangguan itu sudah terlewati baru kembali ke objek terdahulu, begitu terus silih berganti sampai semua halangan itu bisa diatasi.
kalau muncul-nya masalah seperti erotis atau yang bersifat jasmani...memang objek asubha bisa menekan rasa ketertarikan akan tubuh itu...karena melihat sebagaimana jasmani adalah jasmani....ini vipassana namanya

dan saya sudah ehipasiko-kan hal ini,memang bagus sekali...dan penipuan utama adalah kulit...kalau kulit nya dah di lepas....weleh..pikiran kita tidak lagi mengenal tampan,cantik,seksi,dsb-nya.
bisa mengikis kekotoran batin lagi.

tapi kalau mantra itu gunanya sendiri apa?
bisa berikan contoh yg bersangkutan.
kalau bisa langsung dengan memakai topik yang bersangkutan.

Kalo sudah mencapai jhanna, terus membaca mantra dan tangannya dirangkapkan bersikap anjali, nantinya tangan itu akan cenderung membentuk mudra sendiri. Trus kalo konsentrasinya belum mantap, nanti pikiran itu akan cenderung hanyut kedalam gerakan mudra tangan itu, jadi salah deh latihannya.
memang nya posisi tangan itu ada pengaruh nya dalam belajar mencapai nibbana?

maaf yah saya orang nya pengen tahu
 
yah,masa info nya cuma segini....bisa di perjelas lebih lagi...walau panjang saya bersedia baca kok.

Udah ditambahi tuh diatas.


kalau muncul-nya masalah seperti erotis atau yang bersifat jasmani...memang objek asubha bisa menekan rasa ketertarikan akan tubuh itu...karena melihat sebagaimana jasmani adalah jasmani....ini vipassana namanya

dan saya sudah ehipasiko-kan hal ini,memang bagus sekali...dan penipuan utama adalah kulit...kalau kulit nya dah di lepas....weleh..pikiran kita tidak lagi mengenal tampan,cantik,seksi,dsb-nya.
bisa mengikis kekotoran batin lagi.

Yah memang itu fungsinya objek asubha


tapi kalau mantra itu gunanya sendiri apa?
bisa berikan contoh yg bersangkutan.
kalau bisa langsung dengan memakai topik yang bersangkutan.

Ini contoh kasus penggunaan mantra yah.

Sewaktu saya baru datang ke tempat latihan meditasi guru saya, kebetulan di sana sudah ada beberapa murid beliau dan ternyata mereka itu satu daerah asal dengan saya. Kemudian saya tanya mereka, ternyata mereka sudah satu bulan latihan di sana. Nah pada malam hari pertama saya di sana, bhante mengumpulkan kami semua dan menanyakan hasil latihan kakak2 seperguruan itu selama bhante keluar.

Kemudian bhante menanyakan "Apakah kalian bisa membuat batin kalian itu jadi bersih, tenang, bening dan gak tergoyahkan?"

"Bisa bhante!" Kata mereka bertiga

"Bisa lama gak dipertahankan kondisi itu?" Tanya bhante lagi

"Lumayan lama bhante"

Kemudian oleh bhante diberi metode untuk melatih kemampuan untuk mengingat kehidupan yg dulu, trus saat itu gagal karna kami yg baru datang ikut duduk meditasi disana, kata bhante "tidak bisa, karna tingkatannya gak sama, jadinya saling mengganggu" :P:P:P (maklum nubie)

Oleh bhante ketiga teman itu disuruh untuk melanjutkannya di kamar masing2

Nah besoknya salah satu teman itu nangis terus menerus gak bisa berhenti. Asal mulai duduk meditasi dan begitu mulai tenang muncul lagi bayangan saat kematian pada kehidupan yg dulu sehingga muncul ketakutan luar biasa yg gak masuk akal. Menurut Bhante kalau dia bisa mengatasi hal itu maka dia bisa mengingat kehidupannya yg dulu.

Oleh bhante akhirnya diajarkan metode meditasi mantra ini, mantra yg dipake cuman "om mani padme hum" kok. Dan kami para nubie sewaktu melihat teman kami itu latihan sampe terpelongo2. Setelah latihan mantra itu sekitar beberapa hari, kondisinya udah baik kembali dan bisa melanjutkan kembali latihan terdahulunya.

memang nya posisi tangan itu ada pengaruh nya dalam belajar mencapai nibbana?

maaf yah saya orang nya pengen tahu

Bukan pengaruh dalam mencapai nibbana bro, kejauhan deh kayaknya.
Bisa mengganggu konsentrasi kalo yang belum terlatih kekuatan konsentrasinya
 
@dragonhung
apakah membaca mantra-mantra,pencapaian jhana seperti itu bisa membawa pada lenyap nya ketamakan,kebodohan,kebencian?
========
apa hubungannya pembaca mantra-mantra sebanyak itu dengan 4 kesunyataan mulia?

@marcedes
sblmnya sy jg minta maaf kl ada kesalahan :)
-----
kembali ketopik

kalo mnrtku hubungannya ada jg :)

menurut sang Budha metode yg dipakai untuk memahami 4 kesunyataan mulia, diantaranya melalui meditasi vipasana dan bhavana.

sbnrnya sy tdk bs bermeditasi. jg tdk bs melewati fenomena mlalui metode vipasana ataupun bhavana. anda beruntung kalo bs melakukan 2metode itu /no1 lanjutkan bro :)

kalo vipasana kan mengajarkan supaya mengamati terus melewati ya?

krn tdk mampu bermeditasi, sy mengubah metode itu menjadi melewati dgn membaca mantra..barangkali agak mirip dgn bhavana yg objek konsentrasinya nafas. sedang yg ini memperhatikan objek nafas diganti dgn memperhatikan objek mantra. mantra hanya sebagai objek fokus saja. kl muncul keinginan / khayalan / kebencian / ketamakan, semuanya kembali ke objek mantra.

setelah bbrp lama, terkadang kita sendiripun sbnrya tdk sadar kalau kita sedang membaca mantra, semuanya berjalan apa adanya.

Sebenarnya pada awalnya dulu, tujuan saya membaca mantra adalah untuk memohon :P jd saya tertarik untuk membaca mantra. ternyata setelah lama kelamaan saya baru menyadari ternyata tujuan utama membaca mantra yang sebenarnya adalah untuk memfokuskan serta mengendalikan pikiran sama halnya bhavana. hanya saja yang berbeda, bhavana pada nafas, sedang mantra pada suara dan getaran.

lalu kalau menurut guru saya, pencapaian tertinggi dari membaca mantra adalah "membaca tanpa membaca" atau "membaca hingga melebur hingga lenyap"

untuk dua hal itu,mohon maaf kl saya masih awam jadi belum mampu untuk menjelaskannya
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.