• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Lobha

singthung

IndoForum Junior E
No. Urut
7164
Sejak
21 Sep 2006
Pesan
1.634
Nilai reaksi
27
Poin
48
Lobha


oleh: Selamat Rodjali


Hal-hal tertentu telah memberikan kepuasan kepada kita pada waktu yang lampau sehingga kita mencoba untuk memperolehnya lebih banyak. Hal-hal tertentu lain telah mendatangkan ketidaksenangan kepada kita sehingga kita mencoba untuk menyingkirkan atau melepaskannya. Menurut Buddha Dhamma, keadaan-keadaan ini sering disebut sebagai "nafsu keinginan dan kebencian" dan keduanya memiliki kekuatan menggerakkan kita dari satu pengalaman ke pengalaman lain sampai akhirnya kita mampu mengendalikannya.

Seseorang yang kehausan akan mencoba untuk menyingkirkan perasaan tidak menyenangkan itu dengan mencari sesuatu yang dipikirnya dapat menghilangkan kehausan itu dan mendatangkan kesenangan. Apabila hal ini tidak diperolehnya, maka ia tetap kehausan. Apabila ia mendapatkannya, maka kehausan tersebut menjadi terpuasi dan untuk sementara waktu, 'haus' tersebut lenyap. Kesenangan akan sesuatu yang diharapkan dan diinginkan telah pergi dan sering kali muncul kekecewaan.

Banyak hal kita harap dapat memberikan kesenangan, namun setelah kita peroleh muncul kekecewaan. Bagi orang-orang tertentu, kedengarannya memang enak apabila memperoleh banyak uang. Namun, apabila uang telah didapat, muncul persoalan baru, kebingungan bagaimana menggunakan uang itu, bagaimana melindunginya, atau bahkan akan menjerumuskan seseorang untuk berlaku bodoh. Orang-orang kaya mungkin bertanya-tanya apakah teman-temannya menghargainya karena 'kepribadiannya' atau karena uangnya, dan ini merupakan salah satu bentuk penderitaan mental yang lain.

Ada satu ketakutan akan hilangnya barang yang dimiliki, apakah itu harta benda atau beberapa orang yang dicintai. Lalu, apabila kita mau jujur dan melihat secara mendalam apa yang kita sebut 'kesenangan', temyata kita dapati bahwa itu hanya satu macam bayangan di dalam pikiran, tak pernah sepenuhnya tergenggam, tak pemah lengkap, atau dalam arti yang lebih mendekati, berhubungan dengan rasa takut akan kehilangan.

Musuh utama dari seluruh kehidupan ini adalah nafsu yang kuat, keserakahan atau kehausan. Tentu tidak hanya keserakahan atau kemelekatan terhadap kesenangan indera, kemakmuran, kekayaan, keinginan menggulingkan orang lain dan menaklukkan negara lain saja, tetapi juga kemelekatan terhadap cita-cita, gagasan-gagasan, konsep atau pandangan, opini-opini dan kepercayaan-kepercayaan yang akan membawa kepada bencana dan kehancuran dan mendatangkan penderitaan yang tak terkatakan bagi seluruh bangsa, bagi dunia ini! Betapa dahsyatnya kekuatan lobha ini, dan tentunya umat Buddha khususnya dan makhluk hidup umumnya patut waspada akan kekuatan lobha karena pikiran yang mengandung lobha memiliki ciri khas dan kondisi unik yang menyebabkan kemunculannya.

JENIS CITTA

Sang Buddha telah membabarkan segala sesuatu yang nyata. Apa yang beliau ajarkan dapat dibuktikan melalui pengalaman kita sendiri. Namun, kita tidak mengetahui secara aktirat kesunyataan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari, yaitu fenomena batin (mental) dan fenomena fisik (jasmani) yang diterima melalui mata, telinga, hidung, lidah, badan, dan pikiran.

Di dalam kehidupan kita sehari-hari, terdapat banyak sekali benda yang kita pandang dan kita pergunakan, seperti rumah, makanan, pakaian atau alat-alat rumah tangga. Benda-benda tersebut tidak muncul demikian saja. Mereka adalah bentukan pikiran atau kesadaran (citta). Citta adalah fenomena batin yang mengetahui atau mengalami objek. Citta dapat menghasilkan berbagai akibat. Apabila kita memperhatikan segata sesuatu yang dihasilkan oleh citta, seperti perbuatan-perbuatan baik dan perbuatan-perbuatan buruk, maka dapat diterima, bahwa jenis citta tidak hanya satu macam. Apabila dikelompokkan menurut bangsa (jatibhedanaya), citta dibagi meniadi empat macam, yaitu :
1. Akusala citta, yaitu kesadaran atau pikiran yang tidak baik.
2. Kusala citta, yaitu kesadaran atau pikiran yang baik.
3. Vipaka citta, yaitu kesadaran atau pikiran yang menjadi hasil atau akibat dari akusala atau kusala.
4. Kiriya citta. yaitu kesadaran atau pikiran yang bukan sebab juga bukan akibat dari akusala dan kusala.

Dalam sehari, semua jenis citta yang beragam ini muncul! Sebagian besar dari waktu kita sehari-hari terbuang percuma, kita tidak mengetahui apakah citta yang muncul itu akusala, kusala, vipaka atau kiriya. Apabila kita belajar mengamati dan membedakan pikiran kita, maka kita akan memperoleh pengertian yang lebih banyak mengenai diri kita atau orang lain: kita akan lebih banyak memiliki belas kasihan (karuna) dan cinta kasih (metta) kepada orang lain walaupun orang lain itu bertingkah laku tidak pantas terhadap kita.

Umumnya, kita tidak menyukai akusala citta yang dimiliki orang lain; kita tidak senang apabila orang itu kikir atau berbicara kasar. Namun, apakah kita menyadari saal-saat sewaktu kita memiliki akusala citta? Ketika kita tak menyukai kata-kata kasar orang lain, kita sendiri mempunyai akusala citta dengan kebencian pada saat itu. Apabila seseorang tidak mempelajari Abhidhamma yang menielaskan realitas secara rinci, seseorang mungkin tidak mengetahui apakah akusala itu. la mungkin menganggap perbuatan buruk sebagai perbuatan baik, dan seterusnya ia menumpuk perbuatan buruknya tanpa disadari. Apabila kita lebih banyak mengetahui perbedaan jenis citta, kita dapat melihat sendiri jenis citta mana yang lebih sering muncul dalam diri kita sehingga kita lebih banyak mengenal diri kita, dan upaya untuk perbaikan diri menjadi lebih mudah.

AKUSALA CITTA

Perbuatan-perbuatan tidak baik akan memberikan hasil yang tidak menvenangkan. Tak seorang pun ingin mengalami hasil yang tidak menyenangkan, tetapi kebanyakan orang tidak mengetahui penyebab yang memberikan hasil tak menyenangkan; mereka tidak menyadari kapan citta itu tidak baik dan mereka tidak selalu tahu ketika mereka melakukan perbuatan tidak baik; pengetahuan mereka tentang akusala masih samar-samar atau bahkan gelap gulita.

Apabila kita mempelajari Buddha Dhamma dengan lebih rinci lagi, maka kita dapat mengetahui bahwa akusala citta dibagi meniadi tiga kelompok, yaitu :

1. Lobha-mula-citta, yaitu kesadaran yang berakar pada keserakahan (lobha).
2. Dosa-mula-citta, yaitu kesadaran yang berakar pada kebencian (dosa).
3. Moha-mula-citta. yaitu kesadaran yang berakar pada kebodohan (moha).

Moha (kebodohan batin) muncul pada setiap jenis akusala citta.

Akusala citta yang berakar pada lobha (lobha-mula-citta) sebenarnya memiliki dua akar. yaitu moha dan lobha. Dinamai lobha-mulacitta karena lobha cetasika yang menjadi pemimpin. Dosa-mula-citta juga memiliki dua akar, yaitu moha dan dosa. Dosa-mula-citta dipimpin oleh dosa cetasika.

CIRI KHAS LOBHA

Setiap kelompok citta dari akusala citta memiliki lebih dari satu tipe citta. lobha-mula-citta memiliki delapan tipe citta yang berbeda. Lobha adalah kesunyataan mutlak (paramattha dhamma) yang merupakan cetasika (faktor batin yang muncul bersama citta); lobha adalah kesunyataan; oleh karena itu, lobha dapat dialami.

Di dalam Visuddhi-magga dinyatakan bahwa lobha memiliki ciri khas memegang objek, seperti getah (perekat). Fungsinya adalah menempel, mirip daging di sebuah panci panas, ibarat jelaga yang secara nyata bersifat tidak menolak. Penyebabnya yang paling dekat adalah melihat kenikmatan dalam segala hal yang menjerumuskan ke perbudakan, menambah arus kecanduan.

Kadang kata lobha disebut sebagai keinginan (tanha), kadangkadang disebut Pula sebagai nafsu serakah (abhijjha), nafsu indera (kama), atau hawa nafsu (raga). Lobha memiliki banyak tingkatan, yang kasar, sedang dan halus.

Kebanyakan orang dapat mengakui lobha ini apabila munculnya sangat kasar; pada tingkah yang lebih halus, umumnya mereka tidak mengakui. Misalnya, seseorang dapat mengakui lobha ketika ia cenderung untuk makan terlalu banyak makanan yang nikmat atau ketika ia terikat kepada minuman beralkohol atau rokok. Seseorang melekat kepada orang-orang tertentu, bahkan terhadap gurunya, dan ia tidak puas, apabila kehilangan mereka yang dicintai. Juga, kita dapat melihatnya, bahwa kemelekatan membawa kesedihan.

Citta muncul dan padam cepat sekali dan disusul dengan citta-citta berikutnya. Pada tingkat lobha yang lebih halus, kita mungkin tidak menyadari ketika lobha-mula-citta muncul akibat apa yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari melalui keenam pintu indera. Setiap waktu, di mana saja, tak terhitung betapa banyaknya, lobha muncul di dalam diri kita dalam kehidupan sehari-hari!

LOBHA DAN KONDISINYA

Citta muncul karena adanya kondisi. Demikian pula, lobha muncul karena terdapat kondisi. Di dalam Maha-dukkhakkhandhasutta dapat dibaca bahwa ketika berdiam di dekat Savathi, di Hutan Jeta, Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu, sebagai berikut: "Para bhikkhu, apakah kepuasan dalam kesenangan indera itu?

Para bhikkhu, terdapat lima untai kesenangan indera. Apakah kelima hal itu? Bentuk-bentuk materi yang diterima oteh mata, serasi, menyenangkan, disukai, menarik, berhubungan dengan kesenangan indera, memikat. Suara-suara yang diterima oleh telinga,... . Bebauan yang diterima oleh hidung,... . Rasa yang diterima oleh lidah, ... . Sentuhan-sentuhan yang diterima oleh tubuh, serasi, menyenangkan, disukai, menarik, berhubungan dengan kesenangan indera, memikat. Inilah, Para bhikkhu, lima untai kesenangan indera. Apapun kesenangan, kegembiraan, yang muncul karena konsekuensi kelima untai kesenangan indera ini, merupakan kepuasan dalam kesenangan indera."

Di dalam Salayatanavagga dapat dibaca bahwa Sang Buddha ketika berdiam di Devadaha berkata kepada Para bhikkhu, sebagai berikut :

"O Para bhikkhu, Para dewa dan manusia sangat gembira di dalam obiek Penglihatan, mereka tertarik kepada objek penglihatan. Akibat ketidakstabilan mengenai akhir, musnanya obiek-obiek; Para bhikkhu; Para dewa dan manusia hidup menderita. Mereka senang kepada suara-suara, bebauan, rasa-rasa, sentuhan, mereka senang kepada bentuk-bentuk pikiran, dan tertarik kepadanya. Karena ketidakstabilan mengenai akhir, lenyapnya bentuk-bentuk pikiran; Para bhikkhu; Para dewa dan manusia hidup penuh penderitaan. Akan tetapi 0 Para bhikkhu, Tathagata, seorang Arahat, yang mencapai kesempurnaan secara mandiri, melihat hal-hal itu sebagaimana adanya, munculnya dan hancurnya, kepuasan, kesengsaraan dan jalan untuk membebaskan diri dari obiek-objek. Beliau tidak gembira di dalam objek, tak tertarik kepadanya. Akibat ketidakstabilan mengenai akhir, lenyapnya obiek-objek, Sang Tathagata tetap tenang..."

Kepuasan di dalam kesenangan indera bukantah kebahagiaan seiati. Kepuasan di dalam kesenangan indera merupakan kebahagiaan bermata kail, umpan diperoleh namun mata kail ikut -menusuk. Ikan yang bodoh tidak pernah mengetahui bahwa umpan yang diterima mengandung mata kail malapetaka.

LOBHA-MULA-CITTA DAN VEDANA

Tiga dhamma yang berkaitan di dalam lobha-niwa-citta ialah vedana (perasaan), ditthi (pandangan) dan sankhara (wujud).

Mereka yang tidak mengenal dan memahami ajaran Buddha mungkin berpikir bahwa kemelekatan adalah perbuatan baik, khususnya ketika kemelekatan itu muncul bersama perasaan senang. Mereka tidak mengetahui Perbedaan antara kemelekatan (lobha) dengan cinta kasih (metta); kedua fenomena ini dapat muncul dan disertai perasaan senang. Namun, citta yang bersekutu dengan perasaan senang belum tentu kusala citta. Perasaan (vedana) yang menyertai lobha-mula-citta adalah akusala vedana. Lobha-mula--citta dapat muncul disertai perasaan senang sangat kuat (somanassa-vedana) atau muncul diserta perasaan netral (upekkha-vedana). Akusala citta yang disertai somanassa-vedana ini akan memproduksi akusala vipaka yang lebih berat jika dibandingkan efek akusala citta dengan upekkha-vedana.

LOBHA-MULA-CITTA DAN DITTHI

Lahir, usia tua, sakit dan mati merupakan ciri khas kehidupan. Namun, kita tak pemah mau memikirkan bahwa tubuh kita atau orang lain yang dikasihi akan meniadi bangkai. Kita menerima ketahiran, namun kita sulit menerima konsekuensi dari kelahiran, yaitu usia tua, sakit dan mati. Kita menginginkan semua benda yang berkondisi selalu kekat. Ketika bercermin, kita cenderung menganggap badan kita sebagai benda yang statis dan 'milikku'. Padahal, badan hanyalah fenomena materi (rupa). Mereka secara kontinyu muncul dan padam karena partikel-partikel badan tidak pernah kekal.

Menganggap badan ini sebagai 'aku' adalah ditthi. Ditthi yang dimaksud di dalam akusala citta ini tentunya miccha ditthi (pandangan salah). Ditthi ini muncul khusus di dalam lobha-mula-citta. Pada saat lobha-mula-citta bersama ditthi muncul, maka pada saat tersebut terdapat pandangan salah. Seorang anak mungkin saia mencuri sebuah mangga dengan berpandangan bahwa tidak ada ketidakbaikan dalam perbuatannya itu.

Lobha-mula-citta yang tidak bersekutu dengan pandangan salah (ditthigatavippayutta) bukan berarti bahwa citta itu bersekutu dengan pandangan benar.

Beberapa orang percaya bahwa terdapat jiwa yang kekal yang bertransmigrasi dari kehidupan ini ke kehidupan berikutnya (sassata ditthi). Ada pula pandangan yang menganggap bahwa segala sesuatu muncul tanpa sebab (ahetuka ditthi); pandangan lain menganggap bahwa tidak ada perbuatan baik atau buruk yang memproduksi akibat, tak ada sesuatu yang bersebab atau berakibat (akiriya ditthi). Ada pula orang-orang yang berpikir bahwa mereka dapat menjadi suci semata-mata dengan mandi dalam air tertentu di tengah malam atau dengan menyebutkan mantram tertentu. Mereka menganggap bahwa kamma buruknya dapat dicuci bersih! Sementara orang berpendapat bahwa kamma tidak berakibat apapun (natthika ditthi). Semua makhluk berbuat apa saja tidak menerima akibat. Mereka yang berpandangan seperti ini cenderung menghalalkan segala cara demi cita-citanya.

LOBHA-MULA-CITTA DAN SANKHARA

Lobha-mula-citta dapat muncul karena ajakan (sasankharika) atau tanpa ajakan (asankharika). Berbagai jenis ajakan datang melalui tiga jalan, yaitu melalui jasmani seperti menunjuk, menggapai, main mata; melalui ucapan seperti anjuran, permohonan, panggilan, pujian, rayuan; melatui pikiran seperti mengenang hal-hal yang menyenangkan. Lobha-mula-citta muncul dengan ajakan apabila pikiran sedang lemah (manda), tetapi apabila pikiran sedang kuat (tikkha), maka ia muncul secara spontan. tanpa ajakan.

LOBHA DAN DHAMMACHANDA

Konflik sering terjadi pada seseorang yang senang sekali belajar Dhamma dan bercita-cita ingin merealisasi Nibbana karena pada satu hari ia 'dikuliahi' oleh oknum tertentu. "Kamu kok senang sekali mengumpulkan buku Dhamma dan belajar Dhamma. You know, itu salah satu bentuk lobha!" kata sang oknum dengan keren.

Lobha bersifat akusala (immoral), dan produk dari lobha ini bersifat tidak menyenangkan. Lobha memiliki ciri melekat terhadap objek, seperti daging yang diletakkan di panci panas. Kegiatan mengumpulkan buku Dhamma dan belajar Dhamma dengan tekun merupakan Dhammacchanda, yaitu keinginan mulia atau keinginan baik. Dhammacchanda inilah yang mendorong Pangeran, Siddhattha untuk meninggalkan megahnya kerajaan, dan dhammacchanda inilah yang dimiliki oleh semua umat Buddha untuk merealisasi Nibbana. Hal ini bukan sejenis lobha!

PENGHANCURAN LOBHA SECARA BERTAHAP

Bentuk-bentuk batin Yang dipimpin oleh bentuk batin lobha ialah lobha cetasika (ketamakan), ditthi cetasika (pandangan keliru) dan mana cetasika (kesombongan).

Lobha cetasika ditemui di dalam kedelapan jenis lobha-mulacitta, yaitu :

Somanassa-sahagatam, ditthigatasampayuttam, asankharikam
Somanassa-sahagatam, ditthigatasampayuttam, sasankharikam
Somanassa-sahagatam, ditthigatavippavuttam, asankharikam
Somanassa-sahagatam, ditthigatavippayuttam, sasankharikam
Upekkhasabagatam, ditthigatasampayuttam, asankharikam
Upekkhasahagatam, ditthigatasampayuttam, sasahkharikam
Upekkhasahagatam, ditthigatavippayutam, asatikharikam
Upekkhasahagatam, ditthigatavippayuttam, sasafikharikam

Ditthi cetasika ditemui di dalam empat jenis lobha-mula-citta yang bersekutu dengan pandangan salah (ditthigatasampayutta).

Mana cetasika ditemui di dalam empat jenis lobha-mula-citta yang tidak bersekutu dengan pandangan salah (ditthigatavippayutta).

Kita ingin menghancurkan penyebab dukkha, yaitu lobha, namun ia tak dapat dibasmi sekaligus. Kita dapat menekannya sementara, tetapi ia muncul lagi bila ada kondisi yang tepat. Bagaimanapun juga, terdapat satu cara untuk menghancurkannya, yaitu dengan senjata kebijaksanaan yang memandang segala sesuatu dengan "wajar".

Ditthi merupakan dhamma pertama yang harus dihancurkan, baru kemudian bentuk kemelekatan lain dapat dihapuskan. Seorang Sotapanna telah menyadari bahwa semua fenomena batin dan jasmani bukan 'aku'; oleh karena itu, ia telah menghancurkan ditthi; ditthigatasampayutta citta tak mungkin muncul lagi dalam batinnya. Namun, la masih memiliki ditthigatavippayutta citta 4. Sakadagami hanya mampu meringankan ditthigatavippayutta citta 4 ini. Anagami telah membasmi total (samuccheda pahana) ditthigatavippayutta citta 4 yang berkenaan dengan kamaraga. Ditthigatavippayutta citta 4 yang berkenaan dengan Ruparaga dan Aruparaga hanya dapat dibasmi total (samuccheda pahana) oleh Arahat. Jadi, delapan tipe lobha-mula-citta di atas dibasmi secara bertahap.


SUMBER BACAAN UTAMA

* Dhammananda, K.S. 1967. Why Worry. Buddhist Missionary Society, Kuala Lumpur, 116P.
* Kaharuddin, J. (tanpa tahun). Diktat Abhidhanuna 1, Jakarta.
* Kaharuddin, J. 1981. Kamus Buddha Dhamma. Edisi Niramayanara, Tangerang, 216 hal.
* Narada. 1977. The Buddha and His Teachings. Buddhist Missionarv Society, Kuala Lumpur, 713p.
* Narada. 1979. Abhidhammatthasangaha. Yayasan Dhammadipa A,-ama, Jakarta, 451p.
* Van Gorkom, N. 1979. Abhidhamma in Daily Life. H.M. Gunasekera Trust, Sri Lanka, 259P.
 
Lobha


oleh: Selamat Rodjali


Hal-hal tertentu telah memberikan kepuasan kepada kita pada waktu yang lampau sehingga kita mencoba untuk memperolehnya lebih banyak. Hal-hal tertentu lain telah mendatangkan ketidaksenangan kepada kita sehingga kita mencoba untuk menyingkirkan atau melepaskannya. Menurut Buddha Dhamma, keadaan-keadaan ini sering disebut sebagai "nafsu keinginan dan kebencian" dan keduanya memiliki kekuatan menggerakkan kita dari satu pengalaman ke pengalaman lain sampai akhirnya kita mampu mengendalikannya.

Seseorang yang kehausan akan mencoba untuk menyingkirkan perasaan tidak menyenangkan itu dengan mencari sesuatu yang dipikirnya dapat menghilangkan kehausan itu dan mendatangkan kesenangan. Apabila hal ini tidak diperolehnya, maka ia tetap kehausan. Apabila ia mendapatkannya, maka kehausan tersebut menjadi terpuasi dan untuk sementara waktu, 'haus' tersebut lenyap. Kesenangan akan sesuatu yang diharapkan dan diinginkan telah pergi dan sering kali muncul kekecewaan.

Banyak hal kita harap dapat memberikan kesenangan, namun setelah kita peroleh muncul kekecewaan. Bagi orang-orang tertentu, kedengarannya memang enak apabila memperoleh banyak uang. Namun, apabila uang telah didapat, muncul persoalan baru, kebingungan bagaimana menggunakan uang itu, bagaimana melindunginya, atau bahkan akan menjerumuskan seseorang untuk berlaku bodoh. Orang-orang kaya mungkin bertanya-tanya apakah teman-temannya menghargainya karena 'kepribadiannya' atau karena uangnya, dan ini merupakan salah satu bentuk penderitaan mental yang lain.

Ada satu ketakutan akan hilangnya barang yang dimiliki, apakah itu harta benda atau beberapa orang yang dicintai. Lalu, apabila kita mau jujur dan melihat secara mendalam apa yang kita sebut 'kesenangan', temyata kita dapati bahwa itu hanya satu macam bayangan di dalam pikiran, tak pernah sepenuhnya tergenggam, tak pemah lengkap, atau dalam arti yang lebih mendekati, berhubungan dengan rasa takut akan kehilangan.

Musuh utama dari seluruh kehidupan ini adalah nafsu yang kuat, keserakahan atau kehausan. Tentu tidak hanya keserakahan atau kemelekatan terhadap kesenangan indera, kemakmuran, kekayaan, keinginan menggulingkan orang lain dan menaklukkan negara lain saja, tetapi juga kemelekatan terhadap cita-cita, gagasan-gagasan, konsep atau pandangan, opini-opini dan kepercayaan-kepercayaan yang akan membawa kepada bencana dan kehancuran dan mendatangkan penderitaan yang tak terkatakan bagi seluruh bangsa, bagi dunia ini! Betapa dahsyatnya kekuatan lobha ini, dan tentunya umat Buddha khususnya dan makhluk hidup umumnya patut waspada akan kekuatan lobha karena pikiran yang mengandung lobha memiliki ciri khas dan kondisi unik yang menyebabkan kemunculannya.

JENIS CITTA

Sang Buddha telah membabarkan segala sesuatu yang nyata. Apa yang beliau ajarkan dapat dibuktikan melalui pengalaman kita sendiri. Namun, kita tidak mengetahui secara aktirat kesunyataan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari, yaitu fenomena batin (mental) dan fenomena fisik (jasmani) yang diterima melalui mata, telinga, hidung, lidah, badan, dan pikiran.

Di dalam kehidupan kita sehari-hari, terdapat banyak sekali benda yang kita pandang dan kita pergunakan, seperti rumah, makanan, pakaian atau alat-alat rumah tangga. Benda-benda tersebut tidak muncul demikian saja. Mereka adalah bentukan pikiran atau kesadaran (citta). Citta adalah fenomena batin yang mengetahui atau mengalami objek. Citta dapat menghasilkan berbagai akibat. Apabila kita memperhatikan segata sesuatu yang dihasilkan oleh citta, seperti perbuatan-perbuatan baik dan perbuatan-perbuatan buruk, maka dapat diterima, bahwa jenis citta tidak hanya satu macam. Apabila dikelompokkan menurut bangsa (jatibhedanaya), citta dibagi meniadi empat macam, yaitu :
1. Akusala citta, yaitu kesadaran atau pikiran yang tidak baik.
2. Kusala citta, yaitu kesadaran atau pikiran yang baik.
3. Vipaka citta, yaitu kesadaran atau pikiran yang menjadi hasil atau akibat dari akusala atau kusala.
4. Kiriya citta. yaitu kesadaran atau pikiran yang bukan sebab juga bukan akibat dari akusala dan kusala.

Dalam sehari, semua jenis citta yang beragam ini muncul! Sebagian besar dari waktu kita sehari-hari terbuang percuma, kita tidak mengetahui apakah citta yang muncul itu akusala, kusala, vipaka atau kiriya. Apabila kita belajar mengamati dan membedakan pikiran kita, maka kita akan memperoleh pengertian yang lebih banyak mengenai diri kita atau orang lain: kita akan lebih banyak memiliki belas kasihan (karuna) dan cinta kasih (metta) kepada orang lain walaupun orang lain itu bertingkah laku tidak pantas terhadap kita.

Umumnya, kita tidak menyukai akusala citta yang dimiliki orang lain; kita tidak senang apabila orang itu kikir atau berbicara kasar. Namun, apakah kita menyadari saal-saat sewaktu kita memiliki akusala citta? Ketika kita tak menyukai kata-kata kasar orang lain, kita sendiri mempunyai akusala citta dengan kebencian pada saat itu. Apabila seseorang tidak mempelajari Abhidhamma yang menielaskan realitas secara rinci, seseorang mungkin tidak mengetahui apakah akusala itu. la mungkin menganggap perbuatan buruk sebagai perbuatan baik, dan seterusnya ia menumpuk perbuatan buruknya tanpa disadari. Apabila kita lebih banyak mengetahui perbedaan jenis citta, kita dapat melihat sendiri jenis citta mana yang lebih sering muncul dalam diri kita sehingga kita lebih banyak mengenal diri kita, dan upaya untuk perbaikan diri menjadi lebih mudah.

AKUSALA CITTA

Perbuatan-perbuatan tidak baik akan memberikan hasil yang tidak menvenangkan. Tak seorang pun ingin mengalami hasil yang tidak menyenangkan, tetapi kebanyakan orang tidak mengetahui penyebab yang memberikan hasil tak menyenangkan; mereka tidak menyadari kapan citta itu tidak baik dan mereka tidak selalu tahu ketika mereka melakukan perbuatan tidak baik; pengetahuan mereka tentang akusala masih samar-samar atau bahkan gelap gulita.

Apabila kita mempelajari Buddha Dhamma dengan lebih rinci lagi, maka kita dapat mengetahui bahwa akusala citta dibagi meniadi tiga kelompok, yaitu :

1. Lobha-mula-citta, yaitu kesadaran yang berakar pada keserakahan (lobha).
2. Dosa-mula-citta, yaitu kesadaran yang berakar pada kebencian (dosa).
3. Moha-mula-citta. yaitu kesadaran yang berakar pada kebodohan (moha).

Moha (kebodohan batin) muncul pada setiap jenis akusala citta.

Akusala citta yang berakar pada lobha (lobha-mula-citta) sebenarnya memiliki dua akar. yaitu moha dan lobha. Dinamai lobha-mulacitta karena lobha cetasika yang menjadi pemimpin. Dosa-mula-citta juga memiliki dua akar, yaitu moha dan dosa. Dosa-mula-citta dipimpin oleh dosa cetasika.

CIRI KHAS LOBHA

Setiap kelompok citta dari akusala citta memiliki lebih dari satu tipe citta. lobha-mula-citta memiliki delapan tipe citta yang berbeda. Lobha adalah kesunyataan mutlak (paramattha dhamma) yang merupakan cetasika (faktor batin yang muncul bersama citta); lobha adalah kesunyataan; oleh karena itu, lobha dapat dialami.

Di dalam Visuddhi-magga dinyatakan bahwa lobha memiliki ciri khas memegang objek, seperti getah (perekat). Fungsinya adalah menempel, mirip daging di sebuah panci panas, ibarat jelaga yang secara nyata bersifat tidak menolak. Penyebabnya yang paling dekat adalah melihat kenikmatan dalam segala hal yang menjerumuskan ke perbudakan, menambah arus kecanduan.

Kadang kata lobha disebut sebagai keinginan (tanha), kadangkadang disebut Pula sebagai nafsu serakah (abhijjha), nafsu indera (kama), atau hawa nafsu (raga). Lobha memiliki banyak tingkatan, yang kasar, sedang dan halus.

Kebanyakan orang dapat mengakui lobha ini apabila munculnya sangat kasar; pada tingkah yang lebih halus, umumnya mereka tidak mengakui. Misalnya, seseorang dapat mengakui lobha ketika ia cenderung untuk makan terlalu banyak makanan yang nikmat atau ketika ia terikat kepada minuman beralkohol atau rokok. Seseorang melekat kepada orang-orang tertentu, bahkan terhadap gurunya, dan ia tidak puas, apabila kehilangan mereka yang dicintai. Juga, kita dapat melihatnya, bahwa kemelekatan membawa kesedihan.

Citta muncul dan padam cepat sekali dan disusul dengan citta-citta berikutnya. Pada tingkat lobha yang lebih halus, kita mungkin tidak menyadari ketika lobha-mula-citta muncul akibat apa yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari melalui keenam pintu indera. Setiap waktu, di mana saja, tak terhitung betapa banyaknya, lobha muncul di dalam diri kita dalam kehidupan sehari-hari!

LOBHA DAN KONDISINYA

Citta muncul karena adanya kondisi. Demikian pula, lobha muncul karena terdapat kondisi. Di dalam Maha-dukkhakkhandhasutta dapat dibaca bahwa ketika berdiam di dekat Savathi, di Hutan Jeta, Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu, sebagai berikut: "Para bhikkhu, apakah kepuasan dalam kesenangan indera itu?

Para bhikkhu, terdapat lima untai kesenangan indera. Apakah kelima hal itu? Bentuk-bentuk materi yang diterima oteh mata, serasi, menyenangkan, disukai, menarik, berhubungan dengan kesenangan indera, memikat. Suara-suara yang diterima oleh telinga,... . Bebauan yang diterima oleh hidung,... . Rasa yang diterima oleh lidah, ... . Sentuhan-sentuhan yang diterima oleh tubuh, serasi, menyenangkan, disukai, menarik, berhubungan dengan kesenangan indera, memikat. Inilah, Para bhikkhu, lima untai kesenangan indera. Apapun kesenangan, kegembiraan, yang muncul karena konsekuensi kelima untai kesenangan indera ini, merupakan kepuasan dalam kesenangan indera."

Di dalam Salayatanavagga dapat dibaca bahwa Sang Buddha ketika berdiam di Devadaha berkata kepada Para bhikkhu, sebagai berikut :

"O Para bhikkhu, Para dewa dan manusia sangat gembira di dalam obiek Penglihatan, mereka tertarik kepada objek penglihatan. Akibat ketidakstabilan mengenai akhir, musnanya obiek-obiek; Para bhikkhu; Para dewa dan manusia hidup menderita. Mereka senang kepada suara-suara, bebauan, rasa-rasa, sentuhan, mereka senang kepada bentuk-bentuk pikiran, dan tertarik kepadanya. Karena ketidakstabilan mengenai akhir, lenyapnya bentuk-bentuk pikiran; Para bhikkhu; Para dewa dan manusia hidup penuh penderitaan. Akan tetapi 0 Para bhikkhu, Tathagata, seorang Arahat, yang mencapai kesempurnaan secara mandiri, melihat hal-hal itu sebagaimana adanya, munculnya dan hancurnya, kepuasan, kesengsaraan dan jalan untuk membebaskan diri dari obiek-objek. Beliau tidak gembira di dalam objek, tak tertarik kepadanya. Akibat ketidakstabilan mengenai akhir, lenyapnya obiek-objek, Sang Tathagata tetap tenang..."

Kepuasan di dalam kesenangan indera bukantah kebahagiaan seiati. Kepuasan di dalam kesenangan indera merupakan kebahagiaan bermata kail, umpan diperoleh namun mata kail ikut -menusuk. Ikan yang bodoh tidak pernah mengetahui bahwa umpan yang diterima mengandung mata kail malapetaka.

LOBHA-MULA-CITTA DAN VEDANA

Tiga dhamma yang berkaitan di dalam lobha-niwa-citta ialah vedana (perasaan), ditthi (pandangan) dan sankhara (wujud).

Mereka yang tidak mengenal dan memahami ajaran Buddha mungkin berpikir bahwa kemelekatan adalah perbuatan baik, khususnya ketika kemelekatan itu muncul bersama perasaan senang. Mereka tidak mengetahui Perbedaan antara kemelekatan (lobha) dengan cinta kasih (metta); kedua fenomena ini dapat muncul dan disertai perasaan senang. Namun, citta yang bersekutu dengan perasaan senang belum tentu kusala citta. Perasaan (vedana) yang menyertai lobha-mula-citta adalah akusala vedana. Lobha-mula--citta dapat muncul disertai perasaan senang sangat kuat (somanassa-vedana) atau muncul diserta perasaan netral (upekkha-vedana). Akusala citta yang disertai somanassa-vedana ini akan memproduksi akusala vipaka yang lebih berat jika dibandingkan efek akusala citta dengan upekkha-vedana.

LOBHA-MULA-CITTA DAN DITTHI

Lahir, usia tua, sakit dan mati merupakan ciri khas kehidupan. Namun, kita tak pemah mau memikirkan bahwa tubuh kita atau orang lain yang dikasihi akan meniadi bangkai. Kita menerima ketahiran, namun kita sulit menerima konsekuensi dari kelahiran, yaitu usia tua, sakit dan mati. Kita menginginkan semua benda yang berkondisi selalu kekat. Ketika bercermin, kita cenderung menganggap badan kita sebagai benda yang statis dan 'milikku'. Padahal, badan hanyalah fenomena materi (rupa). Mereka secara kontinyu muncul dan padam karena partikel-partikel badan tidak pernah kekal.

Menganggap badan ini sebagai 'aku' adalah ditthi. Ditthi yang dimaksud di dalam akusala citta ini tentunya miccha ditthi (pandangan salah). Ditthi ini muncul khusus di dalam lobha-mula-citta. Pada saat lobha-mula-citta bersama ditthi muncul, maka pada saat tersebut terdapat pandangan salah. Seorang anak mungkin saia mencuri sebuah mangga dengan berpandangan bahwa tidak ada ketidakbaikan dalam perbuatannya itu.

Lobha-mula-citta yang tidak bersekutu dengan pandangan salah (ditthigatavippayutta) bukan berarti bahwa citta itu bersekutu dengan pandangan benar.

Beberapa orang percaya bahwa terdapat jiwa yang kekal yang bertransmigrasi dari kehidupan ini ke kehidupan berikutnya (sassata ditthi). Ada pula pandangan yang menganggap bahwa segala sesuatu muncul tanpa sebab (ahetuka ditthi); pandangan lain menganggap bahwa tidak ada perbuatan baik atau buruk yang memproduksi akibat, tak ada sesuatu yang bersebab atau berakibat (akiriya ditthi). Ada pula orang-orang yang berpikir bahwa mereka dapat menjadi suci semata-mata dengan mandi dalam air tertentu di tengah malam atau dengan menyebutkan mantram tertentu. Mereka menganggap bahwa kamma buruknya dapat dicuci bersih! Sementara orang berpendapat bahwa kamma tidak berakibat apapun (natthika ditthi). Semua makhluk berbuat apa saja tidak menerima akibat. Mereka yang berpandangan seperti ini cenderung menghalalkan segala cara demi cita-citanya.

LOBHA-MULA-CITTA DAN SANKHARA

Lobha-mula-citta dapat muncul karena ajakan (sasankharika) atau tanpa ajakan (asankharika). Berbagai jenis ajakan datang melalui tiga jalan, yaitu melalui jasmani seperti menunjuk, menggapai, main mata; melalui ucapan seperti anjuran, permohonan, panggilan, pujian, rayuan; melatui pikiran seperti mengenang hal-hal yang menyenangkan. Lobha-mula-citta muncul dengan ajakan apabila pikiran sedang lemah (manda), tetapi apabila pikiran sedang kuat (tikkha), maka ia muncul secara spontan. tanpa ajakan.

LOBHA DAN DHAMMACHANDA

Konflik sering terjadi pada seseorang yang senang sekali belajar Dhamma dan bercita-cita ingin merealisasi Nibbana karena pada satu hari ia 'dikuliahi' oleh oknum tertentu. "Kamu kok senang sekali mengumpulkan buku Dhamma dan belajar Dhamma. You know, itu salah satu bentuk lobha!" kata sang oknum dengan keren.

Lobha bersifat akusala (immoral), dan produk dari lobha ini bersifat tidak menyenangkan. Lobha memiliki ciri melekat terhadap objek, seperti daging yang diletakkan di panci panas. Kegiatan mengumpulkan buku Dhamma dan belajar Dhamma dengan tekun merupakan Dhammacchanda, yaitu keinginan mulia atau keinginan baik. Dhammacchanda inilah yang mendorong Pangeran, Siddhattha untuk meninggalkan megahnya kerajaan, dan dhammacchanda inilah yang dimiliki oleh semua umat Buddha untuk merealisasi Nibbana. Hal ini bukan sejenis lobha!

PENGHANCURAN LOBHA SECARA BERTAHAP

Bentuk-bentuk batin Yang dipimpin oleh bentuk batin lobha ialah lobha cetasika (ketamakan), ditthi cetasika (pandangan keliru) dan mana cetasika (kesombongan).

Lobha cetasika ditemui di dalam kedelapan jenis lobha-mulacitta, yaitu :

Somanassa-sahagatam, ditthigatasampayuttam, asankharikam
Somanassa-sahagatam, ditthigatasampayuttam, sasankharikam
Somanassa-sahagatam, ditthigatavippavuttam, asankharikam
Somanassa-sahagatam, ditthigatavippayuttam, sasankharikam
Upekkhasabagatam, ditthigatasampayuttam, asankharikam
Upekkhasahagatam, ditthigatasampayuttam, sasahkharikam
Upekkhasahagatam, ditthigatavippayutam, asatikharikam
Upekkhasahagatam, ditthigatavippayuttam, sasafikharikam

Ditthi cetasika ditemui di dalam empat jenis lobha-mula-citta yang bersekutu dengan pandangan salah (ditthigatasampayutta).

Mana cetasika ditemui di dalam empat jenis lobha-mula-citta yang tidak bersekutu dengan pandangan salah (ditthigatavippayutta).

Kita ingin menghancurkan penyebab dukkha, yaitu lobha, namun ia tak dapat dibasmi sekaligus. Kita dapat menekannya sementara, tetapi ia muncul lagi bila ada kondisi yang tepat. Bagaimanapun juga, terdapat satu cara untuk menghancurkannya, yaitu dengan senjata kebijaksanaan yang memandang segala sesuatu dengan "wajar".

Ditthi merupakan dhamma pertama yang harus dihancurkan, baru kemudian bentuk kemelekatan lain dapat dihapuskan. Seorang Sotapanna telah menyadari bahwa semua fenomena batin dan jasmani bukan 'aku'; oleh karena itu, ia telah menghancurkan ditthi; ditthigatasampayutta citta tak mungkin muncul lagi dalam batinnya. Namun, la masih memiliki ditthigatavippayutta citta 4. Sakadagami hanya mampu meringankan ditthigatavippayutta citta 4 ini. Anagami telah membasmi total (samuccheda pahana) ditthigatavippayutta citta 4 yang berkenaan dengan kamaraga. Ditthigatavippayutta citta 4 yang berkenaan dengan Ruparaga dan Aruparaga hanya dapat dibasmi total (samuccheda pahana) oleh Arahat. Jadi, delapan tipe lobha-mula-citta di atas dibasmi secara bertahap.


SUMBER BACAAN UTAMA

* Dhammananda, K.S. 1967. Why Worry. Buddhist Missionary Society, Kuala Lumpur, 116P.
* Kaharuddin, J. (tanpa tahun). Diktat Abhidhanuna 1, Jakarta.
* Kaharuddin, J. 1981. Kamus Buddha Dhamma. Edisi Niramayanara, Tangerang, 216 hal.
* Narada. 1977. The Buddha and His Teachings. Buddhist Missionarv Society, Kuala Lumpur, 713p.
* Narada. 1979. Abhidhammatthasangaha. Yayasan Dhammadipa A,-ama, Jakarta, 451p.
* Van Gorkom, N. 1979. Abhidhamma in Daily Life. H.M. Gunasekera Trust, Sri Lanka, 259P.

Dibaca sebagai serial pengetahuan boleh lah. Untuk diketahui sih ok, ok aja. Kalo diikuti sebagai buku panduan .... Gimana rasae ?
 
@akiong, bila anda ingin tau gimana rasanya, silahkan lakukan hal tersebut. lagipula apa artinya sebuah pengetahuan yang tidak dijalankan?
 
@akiong, bila anda ingin tau gimana rasanya, silahkan lakukan hal tersebut. lagipula apa artinya sebuah pengetahuan yang tidak dijalankan?

coba deh anda, @carodharmmo lakukan dulu seperti yg ditulis itu secara sistematis dan rasae gimana ? saya rasa @carodharmmo ga pernah mengikuti apa yg tertulis di dalam itu. =(( karena teori dengan praktek itu beda banget implementasinya. puyeng





Hal yg terbaik adalah mengembangkan hati menuju hati nurani. Hati nurani mengakses kesadaran sejati yakni ' the original mind '. jika original mind berperan dalam kehidupan sehari-hari , maka hal2 yg lain akan secara otomatis dari waktu ke waktu terkoreksi menuju pencerahan batin. memang butuh waktu, tetapi hasilnya nyata. kunci nya ada pada cakra sien kwan.

zaman telah berubah, orang2 tidak perlu jadi pertapa untuk mencapai pencerahan. orang2 tidak perlu bersusah payah mengatasi kilesa masa lampaunya. MLDD/ I-KwanTao menganjurkan kultivasi moral dan kebajikan. Kembangkan hati menuju HATI NURANI. Dengan demikian, semua orang akan tahu apa itu kebenaran hakiki. Saat itu tidak diperlukan perdebatan, karena tidak ada metode, tak ada dharma2 yang perlu diyakini, karena semua dharma muncul dari Hati Nurani sendiri.

saat nya berbagi kasih dan mengasihi. hidup ini sangat indah dan sangat berharga untuk dihabiskan dengan keburukan. semua kenikmatan duniawi itu tidak berlangsung lama adalah sangat tidak berharga untuk dikejar dengan mengorbankan waktu hidup yang teramat singkat, yang seharusnya dipergunakan untuk saling mengasihi dan menyayangi.

tidak seorangpun berhak hidup dibawah tekanan batin. berikan hati kita untuk peduli pada mereka yang tidak bernasib baik. ajari mereka cara2 hidup yang benar. berikan mereka peluang untuk bangkit dan sejajar dengan kita. jika saat nya tiba dikemudian hari. lepaskanlah hidup ini. anda melakukan sebagian di alam semesta ini dan biarkan orang2 lain melakukan sebagian lainnya dan seterusnya. jangan terikat pada apapun, jangan merasa memiliki, jagalah hati agar tidak memasuki wilayah : tamak, kebencian dan kebodohan. saat 3 hal ini muncul, waspadalah dan kembali ke hati yang lebih dalam dan biarlah hati nurani bekerja, jangan otak, jangan nafsu keinginan. waspadalah saja agar hal2 yg tidak baik itu tidak berkembang. usahakan hal2 yg tidak baik itu tidak muncul. karena itu perbaiki kondisi kehidupan, perbaiki sikap hidup, perbaiki mental kita , hindari lingkungan bergaul yg tidak menguntungkan perkembangan hati kita dan lakukan hal2 yang baik terus menerus sampai diakhir waktu. jangan pernah berpikir jasa maupun pahala.


alkitab tertulis yesus berkata : carilah kerajaan surga dengan demikian apa yg kamu dapat akan ditambahkan, .........
 
coba deh anda, @carodharmmo lakukan dulu seperti yg ditulis itu secara sistematis dan rasae gimana ? saya rasa @carodharmmo ga pernah mengikuti apa yg tertulis di dalam itu. =(( karena teori dengan praktek itu beda banget implementasinya. puyeng





Hal yg terbaik adalah mengembangkan hati menuju hati nurani. Hati nurani mengakses kesadaran sejati yakni ' the original mind '. jika original mind berperan dalam kehidupan sehari-hari , maka hal2 yg lain akan secara otomatis dari waktu ke waktu terkoreksi menuju pencerahan batin. memang butuh waktu, tetapi hasilnya nyata. kunci nya ada pada cakra sien kwan.

zaman telah berubah, orang2 tidak perlu jadi pertapa untuk mencapai pencerahan. orang2 tidak perlu bersusah payah mengatasi kilesa masa lampaunya. MLDD/ I-KwanTao menganjurkan kultivasi moral dan kebajikan. Kembangkan hati menuju HATI NURANI. Dengan demikian, semua orang akan tahu apa itu kebenaran hakiki. Saat itu tidak diperlukan perdebatan, karena tidak ada metode, tak ada dharma2 yang perlu diyakini, karena semua dharma muncul dari Hati Nurani sendiri.

saat nya berbagi kasih dan mengasihi. hidup ini sangat indah dan sangat berharga untuk dihabiskan dengan keburukan. semua kenikmatan duniawi itu tidak berlangsung lama adalah sangat tidak berharga untuk dikejar dengan mengorbankan waktu hidup yang teramat singkat, yang seharusnya dipergunakan untuk saling mengasihi dan menyayangi.

tidak seorangpun berhak hidup dibawah tekanan batin. berikan hati kita untuk peduli pada mereka yang tidak bernasib baik. ajari mereka cara2 hidup yang benar. berikan mereka peluang untuk bangkit dan sejajar dengan kita. jika saat nya tiba dikemudian hari. lepaskanlah hidup ini. anda melakukan sebagian di alam semesta ini dan biarkan orang2 lain melakukan sebagian lainnya dan seterusnya. jangan terikat pada apapun, jangan merasa memiliki, jagalah hati agar tidak memasuki wilayah : tamak, kebencian dan kebodohan. saat 3 hal ini muncul, waspadalah dan kembali ke hati yang lebih dalam dan biarlah hati nurani bekerja, jangan otak, jangan nafsu keinginan. waspadalah saja agar hal2 yg tidak baik itu tidak berkembang. usahakan hal2 yg tidak baik itu tidak muncul. karena itu perbaiki kondisi kehidupan, perbaiki sikap hidup, perbaiki mental kita , hindari lingkungan bergaul yg tidak menguntungkan perkembangan hati kita dan lakukan hal2 yang baik terus menerus sampai diakhir waktu. jangan pernah berpikir jasa maupun pahala.


alkitab tertulis yesus berkata : carilah kerajaan surga dengan demikian apa yg kamu dapat akan ditambahkan, .........

@akiong, gimana rasanya melakukan itu semua? sulit untuk menerapkan itu semua karena hal tersebut bukanlah hal yang mudah dilakukan dalam sekejap...

anda yakin saya tidak berusaha untuk melakukan seperti yang tertulis?memang sulit dan pusing karena saya bukanlah seorang arahat, hanya seorang manusia yang sedang berusaha mencapai sesuatu yang lebih baik salah satunya adalah hal ini.

selama ini kita masih blom sepakat tentang ajaran agama anda dan ajaran yang saya dalami.. bebas buat anda untuk menberikan pendapat tapi belum tentu pendapat anda sama dengan pendapat orang lain. apakah sulit buat anda untuk menghormati pendapat ajaran lain di forum ini sehingga anda mengeluarkan kata2 seperti itu? bila anda ingin ajaran anda dipercayai lebih diterima, silahkan jawab pr2 anda di thread2 sebelumnya yang belum anda jawab tentang perbedaan ajaran yang ada.

bila buat anda untuk mencapai pencerahan tidak perlu bersusah payah maka silahkan buktikan dan bila anda telah mencapai pencerahan maka tolong dishare tentang pencerahan yang telah anda dapatkan, sehingga semua orang di forum dapat mencapai pencerahan lebih cepat.

sekali lagi, untuk mencapai pencerahan tidak harus menjadi seorang pertapa...sepertinya hal ini telah berulang kali diungkapkan kepada anda.
 
Semuanya butuh waktu dan tekad mewujudkan semua itu......bukan sekedar SLOGAN.........panduan jg dibutuhkan ..... namun jangan dogmatis.....:)
.................
Free Thinking juga go ahead.....namun perlu menjaga batasan yg ada....
Gunung tak akan turun jika tidak didaki....;;)
.....................
Proses kehidupan spiritual pribadi jg dilatarbelakangi kehidupan sosialnya,pernahkah kita berpikir dibalik itu ada kontradiksi...dan seterusnya sudah bijak kah menyeimbanginya ????.....\>:D<
.............
Belenggu-belenggu----->putuskan ....belum....nyambung lagi...sudah putus??...wah ternyata belum......kapan putusnya ???gak tahu....:(
..........................
Pencerahan ??? Dari dulu hs mencarinya ???kok gak ada atau belum dapat??
Bingung nih!!
Tercerahkan....:D:D mungkin udah dapat.;)...tapi masih terbelenggu:(

Sie-Sie---->mungkin ini jg pencerahan ya ???:D:D
 
Semuanya butuh waktu dan tekad mewujudkan semua itu......bukan sekedar SLOGAN.........panduan jg dibutuhkan ..... namun jangan dogmatis.....:)
.................
Free Thinking juga go ahead.....namun perlu menjaga batasan yg ada....
Gunung tak akan turun jika tidak didaki....;;)
.....................
Proses kehidupan spiritual pribadi jg dilatarbelakangi kehidupan sosialnya,pernahkah kita berpikir dibalik itu ada kontradiksi...dan seterusnya sudah bijak kah menyeimbanginya ????.....\>:D<
.............
Belenggu-belenggu----->putuskan ....belum....nyambung lagi...sudah putus??...wah ternyata belum......kapan putusnya ???gak tahu....:(
..........................
Pencerahan ??? Dari dulu hs mencarinya ???kok gak ada atau belum dapat??
Bingung nih!!
Tercerahkan....:D:D mungkin udah dapat.;)...tapi masih terbelenggu:(

Sie-Sie---->mungkin ini jg pencerahan ya ???:D:D
:D

awalnya memang Abhidhamma membingunkan dan banyak teori sana sini.....
tapi itu di tulis oleh para pakar meditasi....

kalau kita mau pelajari tentu sulit kalau hanya memakai nalar atau logika semata..
walau kita pintar teori tapi kalau tidak di implementasi...susah.

lagian kemampuan setiap orang beda-beda.....
bhante Dipangkara saja dengan gampang bilang cukup 1 bulan untuk mencapai jhana 1.

kenyataan ada yg ber bulan-bulan juga masih susah.
contoh nya saya...bertahun-tahun masih blom bisa...:D
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.