Azazil
IndoForum Newbie E
- No. Urut
- 114893
- Sejak
- 22 Jan 2011
- Pesan
- 46
- Nilai reaksi
- 2
- Poin
- 8
Dalam tulisannya di New York Times, yang berjudul "Why Sisterly Chats Make People Happier", Deborah Tannen, profesor bidang linguistik di Georgetown University mengungkapkan bahwa kuantitas berkomunikasilah yang membuat orang bahagia, bukan isinya. Jadi, bukan berbagi pengalaman personal yang membuat seseorang bahagia usai berkomunikasi, tetapi menghabiskan waktu untuk berbicaralah yang penting.
Hasil penelitiannya terhadap beberapa remaja dan wanita dewasa membawanya kepada kesimpulan bahwa tipe perempuan berkomunikasi, dengan berbagi emosi dan detail hidupnya, tidak lebih baik dari pria yang lebih senang membicarakan masalah lain (politik, olahraga, pekerjaan, dan lainnya). Karena, menurut hasil yang ia dapat, jumlah komunikasilah yang penting.
Namun, seorang pakar hubungan, Leslie Becker-Phelps, dari situs kesehatan WebMD memiliki pendapat sedikit berbeda. Menurut Leslie, ia sepakat bahwa jumlah waktu yang diluangkan seseorang untuk berbincang memiliki peran penting terhadap kebahagiaan seseorang. Tetapi yang kurang disepakati Leslie dari tulisan Tannen adalah faktor yang membuat seseorang bahagia. Menurut Leslie, bukan apa yang diungkapkan atau lamanya waktu berbincang yang paling penting. Melainkan, bagaimana, kualitas, dan apa yang dirasa saat konektivitas itulah yang terpenting. Seseorang akan merasa bahagia saat mereka merasa dimengerti, dihargai, dan divalidasi. Manusia butuh merasa terhubung.
Berbicara secara terbuka dan jujur mengenai perasaan, tantangan personal, dan nilai pribadi memberi arahan ke dalam hati seseorang, berikut dengan kemungkinan dimengerti dalam level yang mendalam. Jika Anda menghadapi ketidaksepahaman atau pertikaian dengan seseorang, berbagi pikiran dan perasaan mengenai situasi dalam kebiasaan yang membangun bisa meningkatkan kemungkinan mendapatkan solusi dari persoalan yang dihadapi. Bersandar kepada kuantitas komunikasi saja tidak cukup untuk membuat seseorang bahagia, menurut Leslie, karena sering berkomunikasi tetapi di dalamnya tidak ada pemahaman, percuma. Menurut Anda?
Hasil penelitiannya terhadap beberapa remaja dan wanita dewasa membawanya kepada kesimpulan bahwa tipe perempuan berkomunikasi, dengan berbagi emosi dan detail hidupnya, tidak lebih baik dari pria yang lebih senang membicarakan masalah lain (politik, olahraga, pekerjaan, dan lainnya). Karena, menurut hasil yang ia dapat, jumlah komunikasilah yang penting.
Namun, seorang pakar hubungan, Leslie Becker-Phelps, dari situs kesehatan WebMD memiliki pendapat sedikit berbeda. Menurut Leslie, ia sepakat bahwa jumlah waktu yang diluangkan seseorang untuk berbincang memiliki peran penting terhadap kebahagiaan seseorang. Tetapi yang kurang disepakati Leslie dari tulisan Tannen adalah faktor yang membuat seseorang bahagia. Menurut Leslie, bukan apa yang diungkapkan atau lamanya waktu berbincang yang paling penting. Melainkan, bagaimana, kualitas, dan apa yang dirasa saat konektivitas itulah yang terpenting. Seseorang akan merasa bahagia saat mereka merasa dimengerti, dihargai, dan divalidasi. Manusia butuh merasa terhubung.
Berbicara secara terbuka dan jujur mengenai perasaan, tantangan personal, dan nilai pribadi memberi arahan ke dalam hati seseorang, berikut dengan kemungkinan dimengerti dalam level yang mendalam. Jika Anda menghadapi ketidaksepahaman atau pertikaian dengan seseorang, berbagi pikiran dan perasaan mengenai situasi dalam kebiasaan yang membangun bisa meningkatkan kemungkinan mendapatkan solusi dari persoalan yang dihadapi. Bersandar kepada kuantitas komunikasi saja tidak cukup untuk membuat seseorang bahagia, menurut Leslie, karena sering berkomunikasi tetapi di dalamnya tidak ada pemahaman, percuma. Menurut Anda?