• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Kekuatan-Kekuatan Istimewa Sang Buddha

singthung

IndoForum Junior E
No. Urut
7164
Sejak
21 Sep 2006
Pesan
1.634
Nilai reaksi
27
Poin
48
Kekuatan-Kekuatan Istimewa Sang Buddha​

I. Sepuluh kekuatan pengetahuan dari Sang Buddha ( Dasabala Nawa atau Tathagata Nawa )

1. Tharrathawa - Nawa : Sang Buddha mengetahui dengan benar, apa yang mungkin sebagai yang mungkin, dan apa yang tidak mungkin sebagai yang tidak mungkin. Contoh Beliau mengetahui bahwa tidaklah mungkin bagi seseorang yang mempunyai pandangan benar menganggap bentuk-bentuk perpaduan ( samkhara ) sebagai kekal , tetapi itu adalah mungkin dipikirkan bagi orang-orang biasa.

2. Kammavipaka - Nawa : Sang Buddha mengetahui secara tepat masaknya suatu perbuatan yang dilakukan oleh setiap makhluk di masa lampau, sekarang, dan masa yang akan datang, dengan segala kemungkinan dan sebabnya.

3. Sabbatthagamini Patipada - Nawa : Sang Buddha mengetahui secara tepat ke mana tujuan semua jalan dari setiap tingkah laku atau praktek. Beliau mengetahui praktek-praktek yang membawa kepada manfaat masa kini ( dithadhamikattha ), manfaat masa yang akan datang ( samparayikattha) dan manfaat yang luhur atau tertinggi yakni nibbana ( paramattha ).

4. Nanadhatu - Nawa : Sang Buddha mengetahui secara tepat sifat alamiah dari dunia dan alam semesta beserta semua unsur-unsurnya yang beraneka ragam. Beliau mengetahui sifat alamiah dari bentuk-bentuk perpaduan yang berjiwa seperti manusia, binatang, dewa, maupun bentuk-bentuk perpaduan yang tak berjiwa, seperti gunung, pohon, batu, dll. Beliau mengetahui bagian-bagian dari perpaduan tersebut, keadaan dari bagian-bagian tersebut, sifat-sifat serta fungsi dari bagian-bagian tersebut, misalnya fungsi dari bagian kelompok kegemaran ( khanda ), unsur-unsur ( dhatu ), dasar / landasan indera ( ayatawa ), dan unsur-unsur lainnya dari proses kesadaran, serta mengetahui perbedaan dari kesemuanya itu.

5. Nanadhimuttika - Nawa : Sang Buddha mengetahui secara tepat tentang adhimutti, yaitu watak / kecenderungan dari makhluk-makhluk, apakah mereka mempunyai watak yang rendah atau mulia dan sebagainya.

6. Indriyaparopariyatta - Nawa : Sang Buddha mengetahui secara tepat kemampuan indera berbagai makhluk, mengetahui kekurangan dan kelebihan pengendalian indera berbagai makhluk, dan mengetahui kematangan batin seseorang.

7. Jhanadisankilesadi - Nawa : Sang Buddha mengetahui secara tepat tentang murni atau tidaknya suatu jhana, pembebasan, penyatuan pikiran, dan pencapaian serta pengembangannya.

8. Pubbenivasanussati - Nawa : Sang Buddha dapat mengingat secara tepat berbagai jenis kehidupan lampau Beliau.

9. Cutupapata - Nawa : Sang Buddha, dengan Mata Kebuddhaannya yang suci dan di atas kemampuan manusia dapat melihat makhluk-makhluk meninggal dan terlahir kembali sesuai dengan karma mereka masing-masing.

10. Asavakkhaya - Nawa : Sang Buddha mengetahui tentang lenyapnya asava ( noda-noda batin ). Pada kehidupan Beliau yang sekarang , dengan kekuatan batin yang dimilikinya, Beliau melenyapkan noda-noda batin ( asava ) melalui ketenangan batin dan melalui kebijaksanaan, dan merealisasi pembebasan batin serta berdiam di dalam keadaan tersebut.



II. Enam kekuatan khusus dari seorang Buddha
1. Indriya – Paro – Pariyatti - Nana :

Pengetahuan ini dapat membedakan apakah seseorang memiliki saddha, viriya, sati, samadhi dan panna yang dikembangkan lebih dan sesuai dengan hal itu, Sang Buddha memberikan petunjuk-petunjuk kepadanya.

Sebagai contoh, Bhikkhu Vakkali memiliki saddha yang lebih dan selalu duduk di belakang Sang Buddha di dalam Ruang Harum-Nya dan terus memandang kepada Sang Buddha. Vakkali dinasehati oleh Sang Buddha berkenaan dengan hal ini. Bhikkhu Sona memiliki viriya yang lebih. Kakinya sampai berdarah karena berlatih terlalu keras sebagai akibat dari kelebihan viriya ini.

2. Asaya – Anusaya – Nana :

Kemampuan ini membantu mengungkapkan kecenderungan laten di dalam diri seseorang. Contohnya pada kasus Cula Pantaka. Juga pada kasus Pan Chayaga, yang pada masa Buddha Kassapa telah bermeditasi pada objek Pancakkhandha, Dia menanyakan kepada Sang Gotama apa definisi dari seorang bhikkhu. Buddha Gotama mengetahui, dengan kemampuan pengetahuan Asaya – Anusaya Beliau ini, bahwa pada masa Buddha Kassapa ia telah mengembangkan meditasi dengan objek Pancakkhandha, kemudian Beliau berkata : “Seseorang yang mengetahui semua tentang Nama – Rupa adalah seorang bhikkhu.” Karena ini adalah kecenderungan latennya maka objek meditasi ini yang diberikan kepadanya dan bukan yang lainnya.

3. Anavarana – Nana : Pandangan yang tak terhalangi.

4. Sabbannuta – Nana : Maha Tahu. Dengan kekuatan ini, Sang Buddha mengetahui semua bentang 5 hal ini ;

a. Sankhara : bagaimana mereka timbul.

b. Vikara : bagaimana mereka terurai/hancur.

c. Nibbana : padamnya kebodohan.

d. Lakkhana : tentang anicca, dukkha, dan anatta.

e. Pannatti : tentang semua kebenaran konvensional, seperti konsep. Konsep tentang kursi, meja, pohon dan lain-lain.

5. Maha – Karuna – Nana : Beliau mempunyai kasih sayang yang universal.

6. Yamaka – Patiaraya – Nana :

Sang Buddha memiliki 5 cakkhu, yaitu :

a. Mansa – Cakkhu : Mata fisik yang dapat melihat benda yang amat kecil seperti biji kecil dari jarak yang jauh.

b. Dibba – cakkhu : mampu melihat bagaimana mahluk-mahluk muncul dan lenyap. Aspek khusus ini juga disebut: Catupapata Nana.

c. Buddha – cakkhu : terdiri dari Indriya – paro – pariyatti – Nana dan Asaya – Anusaya – Nana.

d. Samanta – cakkhu : Mata dari kemahatahuan. Ini sesungguhnya adalah Sabbannuta – Nana.

III. Delapan belas faktor luar biasa pada setiap Buddha :

1. Setiap Buddha memiliki pengetahuan yang tak terhalang tentang masa lampau.

2. Setiap Buddha memiliki pengetahuan yang tak terhalang tentang masa sekarang.

3. Setiap Buddha memiliki pengetahuan yang tak terhalang tentang masa yang akan datang.

4. Semua perbuatan melalui fisik/jasmani dari seorang Buddha didahului oleh Pandangan Terang.

5. Semua perbuatan melalui ucapan dari seorang Buddha didahului oleh Pandangan Terang.

6. Semua perbuatan melalui pikiran dari seorang Buddha didahului oleh Pandangan Terang.

7. Tidak seorangpun yang dapat menentang kemauan seorang Buddha.

8. Tidak akan ada gangguan/rintangan dalam konsentrasi batin seorang Buddha.

9. Tidak akan ada gangguan/rintangan dalam Pengetahuan Pandangan Terang seorang Buddha.

10. Vimulthi : tak seorang pun dapat menghalangi keadaan kebebasan Beliau.

11. Tiada yang dapat merintangi jalan usaha Beliau.

12. Tiada yang dapat merintangi jalan pembabaran Dharma Beliau.

13. Tiada sikap main-main pada seorang Buddha.

14. Seorang Buddha tidak membuat kegaduhan.

15. Seorang Buddha tidak memberikan tepuk tangan ketika Beliau merasa senang/gembira.

16. Seorang Buddha tidak terburu-buru pada setiap aktivitas. Beliau selalu tenang dan terkendali.

17. Seorang Buddha tidak melakukan aktivitas yang tidak bermanfaat.

18. Seorang Buddha tidak pernah lalai yang disebabkan oleh ketidaktahuan.

Tentu saja, Sang Buddha Gotama telah mencapai kesempurnaan dalam 15 Sikap Perilaku dan 8 jenis Pandangan Jernih yaitu :

1. Pengendalian Moral (Sila)

2. Menjaga pintu-pintu indera (Indriyasamvara – Sila)

3. Sederhana / tak berlebihan dalam makan.

4. Mengembangkan kewaspadaan atau tekun dalam Kesadaran (Dikatakan bahwa Sang Buddha tidur hanya 1 jam sehari, Beliau senantiasa sadar-waspada)

5. Memiliki 7 Ariyardana, yaitu:

a. Keyakinan (Saddha).

b. Takut melakukan kejahatan (Ottappa).

c. Malu melakukan perbuatan tercela (Hiri).

d. Terpelajar atau memiliki pengetahuan (Bahusuta).

e. Semangat (Viriya).

f. Penuh sadar (Sati).

g. Kebijaksanaan (Panna).

Selain itu, ditambahkan pula 4 Brahma – Rupa – Jhana. Karena hanya dengan melalui merekalah, seorang siswa mulia menjaga tingkah lakunya, dan berjalan menuju ke Keadaan Tanpa Kematian. Karena Sang Buddha memiliki kedelapan jenis Pandangan Jernih ini dan 15 macam Sikap Perilaku maka Beliau adalah Vijja – carana- sampanno.



IV. Kecepatan berbicara Sang Buddha :

Dikatakan bahwa Y.A. Ananda, bilamana Beliau berbicara, selalu berbicara 8 kali lebih cepat daripada manusia biasa. Sang Buddha berbicara 8 kali lebih cepat dari pada Y.A. Ananda. Ini berarti bahwa Sang Buddha berbicara 64 kali lebih cepat daripada manusia biasa.

Sumber : Questions and The Buddha’s Answer , by Egerton C. Baptist
 
penjelasan yang bagus.nice singthung......
 
buat suhu shintung

apakah jaman sekarang ini kalau ada orang yang mempunyai kesaktian seperti sang budha ini,apakah ia mempunyai kebijaksanaan seperti beliau?
 
apakah jaman sekarang ini kalau ada orang yang mempunyai kesaktian seperti sang budha ini,apakah ia mempunyai kebijaksanaan seperti beliau?

Mempunyai kesaktian belum tentu mencapai tingkat kesucian. Seperti Devadatta,walaupun memiliki kesaktian tetapi tidak pernah mencapai tingkat kesucian.
 
hmmm...dalam sejarah hidupnya jujur gw baru tau kemampuan tentang jhana-nya saja.....
saya mo nanya....kemampuan sang buddha itu smua diperoleh dari meditasi hingga mencapai penerangan sempurna ato gimana ya? mungkin ada bisa menjelaskan :D
 
hmmm...dalam sejarah hidupnya jujur gw baru tau kemampuan tentang jhana-nya saja.....
saya mo nanya....kemampuan sang buddha itu smua diperoleh dari meditasi hingga mencapai penerangan sempurna ato gimana ya? mungkin ada bisa menjelaskan :D

Kemampuan diperoleh dari meditasi hingga mencapai penerangan sempurna.
 
Sembilan Kemuliaan Agung Buddha

Buddha memiliki kualitas mulia yang tidak terbatas. Tetapi, yang penting diingat oleh para umat manusia, dewa dan brahmà, hanya sembilan kemuliaan yang dimulai dengan Arahaÿ, yang diajarkan oleh Bhagavà secara khusus dalam berbagai khotbah-Nya. (Hal yang sama berlaku pada Dhamma, yaitu enam Kemuliaan Agung Dhamma dan sembilan Kemuliaan Agung Saÿgha).
Sembilan Kemuliaan Agung Buddha Dalam Bahasa Pàli
Iti pi so Bhagavà Araham Sammàsambuddho Vijjàcaranasampanno Sugato Lokavidu Anuttaropurisadammasàrathi Satthàdevamanussànam Buddho Bhagavà.

Terjemahannya:

Buddha yang telah mencapai Pencerahan Sempurna setelah memenuhi tiga puluh jenis Kesempurnaan Pàramã, dan telah menghancurkan semua kotoran memiliki ciri mulia sebagai berikut:

(1) Araham
(a) Murni sempurna dari kotoran, sehingga tidak berbekas, bahkan yang samar-samar sekalipun, yang dapat menunjukkan keberadaannya,
(b) Tidak memiliki kemampuan untuk melakukan kejahatan, bahkan pada saat tidak ada seorang pun yang mengetahui,
(c) Telah mematahkan jeruji lingkaran kelahiran,
(d) Layak dihormati oleh semua makhluk di tiga alam, manusia, dewa dan brahmà.

(2) Sammàsambuddho
Telah mencapai Pencerahan Sempurna, dalam arti Beliau benar-benar memahami Dhamma oleh kecerdasan dan Pandangan Cerah dan mampu menjelaskannya kepada makhluk-makhluk lain.

(3) Vijjàcaranasampanno
Memiliki tiga pengetahuan, yaitu, Pengetahuan tentang kehidupan lampau semua makhluk, mata-dewa, dan padamnya semua noda moral, yang mana pengetahuan ini terdiri dari delapan pengetahuan beserta praktik moralitas yang sempurna yang dijelaskan dalam lima belas cara.

(4) Sugato
Karena Buddha mencapai Nibbàna melalui Empat Magga ¥àõa, karena Buddha hanya mengatakan hal-hal yang benar dan bermanfaat.

(5) Lokavidu
Karena Beliau mengetahui kondisi-kondisi yang muncul dalam diri semua makhluk, penyebab kelahiran mereka dalam berbagai alam kehidupan, dan fenomena jasmani dan batin yang berkondisi.

(6) Anuttaropurisadammasàrathi
Karena Beliau tidak ada bandingnya dalam hal menjinakkan mereka yang layak dijinakkan.

(7) Satthàdevamanussànam
Karena Beliau adalah guru para dewa dan manusia, yang menunjukkan Jalan menuju Nibbàna kepada para dewa dan manusia.

(8) Buddha
Karena Beliau telah mencapai Pencerahan Sempurna, mengetahui dan mengajarkan Empat Kebenaran Mulia.

(9) Bhagavà
Karena Beliau memiliki enam kualitas mulia, yaitu, keagungan (issariya), pengetahuan akan sembilan faktor spiritual, yaitu Magga-Phala Nibbàna (Dhamma), kemasyhuran dan pengikut (yasa), keagungan kesempurnaan fisik (sirã), kekuasaan dan prestasi (kàmma), dan ketekunan (payatta).

(jika di jelaskan secara terperinci maka akan panjang sekali)


semoga keyakinan kita terhadap buddha dhamma dan sangha menjadi lebih
 
@singthung
8. Pubbenivasanussati - Nawa : Sang Buddha dapat mengingat secara tepat berbagai jenis kehidupan lampau Beliau.

Bisakah anda menjelaskan kisah kehidupan lampau Sang Buddha?
 
Sori, saya minim pengetahuan nih.
Jataka - jataka itu apa kk Singthung ???
 
saudaraku... apakah budha itu seorang nabi? maaf saya hanya hendak mencari tahu saja..
 
@Bunaya, Nabi yang saya tahu adalah utusan dari Tuhan. kalo pengertiannya seperti itu maka jawabannya bukan.

Pertapa Siddharta Gotama adalah seorang manusia biasa. Tapi karena usaha dan kerja kerasnya beliau mencapai penerangan sempurna (Buddha) sehingga sekarang banyak orang yang memanggil Pertapa Siddharta Gotama sebagai Buddha Gotama atau Buddha.

Atau bila arti Nabi yang saya jelaskan diatas beda dengan arti yang anda maksud, tolong diberi tahu biar lebih jelas.
 
terima kasih jawabannya saudaraku...

kalo dalam pengertian saya...nabi pun manusia biasa dah beliau diberi wahyu...tentunya wahyu itu pun di didapat dengan cara sebuah perjuangan... maaf saudaraku...saya adalah seorang muslim..dan saya hanya sekedar ingin tahu saja....saya ingin bertanya sang budha itu hidupnya dari tahun berapa? kalo dalam kalender islam sama berbarengan dengan nabi siapa ya?:)
 
Kl sepengertian sy Nabi adalah orang biasa,lalu memperoleh pengetahuan dan kesucian berkat usahanya sendiri selama perjalanan kehidupannya. Lalu karena dianggap panutan/suci scr religi oleh orang2 banyak, maka individu tsb digelari dgn sebutan Nabi. Misalnya Muhammad, Confucius, Lau Tze, dll..dlm masyarakat Chinese, Conf/Lau tze dipandang sebagai nabi. tentunya gelar Nabi mereka tdk diperoleh pd saat mereka turun kedunia / masih bayi.

^Bunaya

Sidharta gautama hidup sekitar abad ke 5 SM. selisih 1 abad lebih dengan nabi Muhammad (570M)
 
sayang yah...kenapa ga hidup berbarengan sama muhammad saw ya? hanya tuhan yang tahu...
 
nabi, rasul , budha, ...anak Tuhan....sebutan berbeda.
 
dalam ajaran saya, tuhan tak beranak juga tak diperanakan...semuanya turunan adam...ciptaan tuhan
 
@bunaya
memang dalam hal konteks nya demikian pada kepercayaan anda.^^

tetapi buddhis lebih dikenal tidak menggunakan TUHAN.....
makanya buddhis masuk dalam aturan sesuai pancasila KE-TUHANAN.
jadi lebih ke sifat-sifat "kesempurnaan"

Tuhan sendiri dari bahasa kawi yang artinya "disembah"

jadi harap maklum perbedaan tersebut.^^

Dalam suatu kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Indonesia, salah seorang bhikkhu kita ditanya apakah agama Buddha mengakui adanya Tuhan. Bhikkhu tersebut menjawab tidak mengakui Tuhan kalau Tuhan itu suatu makhluk. Paus sempat bingung, mungkin juga kebanyakan orang yang belum mengenal betul agama Buddha akan mengalami kebingungan seperti beliau. agama buddha tidak mengenal tuhan?
Pernah dalam suatu pertemuan dengan tokoh-tokoh agama, bhikkhu kita ditanya oleh salah seorang tokoh agama sebagai berikut : “Bapak Bhikkhu yang terhormat, saya telah membaca banyak kitab suci agama Buddha tetapi saya tidak bisa menemukan kata-kata Tuhan di manapun juga. Apakah agama Buddha tidak ber-Tuhan?” Bhikkhu kita tersebut lalu menjawab dengan enteng “Lho, bukankah di kitab-kitab suci Bapak-Bapak sekalian juga tidak ada kata-kata Tuhan?” Jawaban tersebut tentunya menimbulkan reaksi keras dari para tokoh agama yang hadir di situ, salah satunya bahkan berinisiatif menunjukkan betapa banyaknya tulisan Tuhan di kitab sucinya. Bhikkhu tersebut lalu berkata : “ Itu kan kitab suci yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, kalau dalam kitab suci yang asli kan tidak ada kata Tuhan”. Mereka terdiam dan berpikir. Akhirnya mereka mengakui bahwa apa yang diucapkan bhikkhu tersebut mengandung kebenaran. Kitab suci Nasrani dalam bahasa aslinya Ibrani menyebut Tuhan sebagai Yahwe, sedangkan di Al Quran menyebut Tuhan dengan Allah, di Hindu dengan Sang Trimurti Brahma Siwa Wisnu (mohon maaf bila ada kesalahan istilah dan ejaan). Sedangkan kata Tuhan sendiri berasal dari bahasa kawi, dari kata 'TUAN' yang artinya 'yang disembah'. Bhikkhu tersebut kemudian bertanya kepada para tokoh agama tersebut “atas dasar apa kata Yahwe, Allah, Sang Trimurti lalu diterjemahkan menjadi kata Tuhan, apakah sosok Tuhannya sama?” Kata water, banyu, sui bisa diterjemahkan menjadi kata air dalam Bahasa Indonesia karena mengacu pada benda yang sama. Lalu apakah Tuhan dari agama-agama tersebut mengacu pada Sesuatu yang sama? Para tokoh agama tersebut akhirnya sepakat mengakui bahwa secara umum kelihatannya sama tetapi sebenarnya memiliki banyak perbedaan konsep yang cukup signifikan. Sangat diragukan mengacu pada Tuhan yang sama, kalau toh mau dianggap sama itupun hanya berupa anggapan belaka, bukan suatu kebenaran. Oleh karena itu wajar dan sah saja bila konsep Tuhan di dalam agama Buddha berbeda dengan konsep Tuhan di agama-agama lain. Bhikkhu tersebut juga menjelaskan bahwa konsep Tuhan dalam agama Buddha jarang sekali diterjemahkan menjadi kata Tuhan karena menghindari pemahaman yang bias. NIBBANA sebagai konsep Ketuhanan dalam agama Buddha lebih sering ditulis dalam bahasa aslinya
 
oke makasih penjelasannya... maaf saya tak mengetahui banyak tentang budha...itulah kenapa saya bertanya
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.