China-AS Ciptakan Teleskop Terbesar di Dunia
SHANGHAI, KOMPAS.com — Para astronom China dan Amerika Serikat mungkin akan bekerja sama dalam pembangunan teleskop terbesar di dunia yang ditujukan untuk memberikan penglihatan lebih dalam ke tahap sangat awal dari alam semesta. Demikian laporan kantor berita Xinhua,
Teleskop 30 meter atau TMT (Thirty-Meter-Telescope) yang disusun dan dipimpin oleh Universitas California dan Institut Teknologi California (Caltech) itu diperkirakan rampung pada 2019. Demikian kantor berita resmi China itu menjelaskan.
“Itu adalah usaha yang besar dan akan menentukan masa depan astronomi dan astrofisika selama antara 60 dan 70 tahun, jadi itu akan secara otomatis melibatkan masyarakat internasional,” kata pemimpin Caltech, Jean-Lou Chameau, dalam wawancara dengan Xinhua.
Xinhua membeberkan kabar dari universitas tersebut, dan Caltech telah berbicara dengan sejumlah astronom dan ilmuwan China mengenai kerja sama pendanaan dan teknologi, meskipun belum ada keputusan akhir yang dibuat. Kanada dan Jepang telah mencatatkan diri untuk ikut dalam proyek yang memerlukan total pembiayaan 1 miliar dollar AS itu.
Teleskop dengan kaca berdiameter 30 meter tersebut akan memiliki kemampuan untuk memperoleh pemandangan paling cepat tentang alam semesta, serta mengambil citra Bimasakti dan bintang-bintang yang terbentuk sejauh 13 miliar tahun cahaya. Teleskop itu akan ditempatkan di puncak Mauna Kea, Hawaii.
Iran Uji Pesawat Pembom Anti Radar Tanpa Awak Baru
Komandan Angkatan Udara Republik Islam Iran, Brigjen Hassan Shah Safi, mengkonfirmasikan produksi jenis baru pesawat tanpa awak. Sebagaimana dilansir kantor berita Fars, Brigjen Hassan Shah Safi Ahad mengatakan,”Jenis baru pesawat tanpa awak akan mengalami pengujian baru hingga akhir September 2009.”
Brigjen Hassan Shah Safi menegaskan, jenis riil pesawat tanpa awak ini akan diserahkan ke depertemen pertahanan setelah melewati berbagai pengujian hingga model riil yang dibuat tersebut bisa menambah perlengkapan angkatan udara Iran.
Menurut Komandan Angkatan Udara Iran, pesawat tanpa awak ini telah berhasil melewati tes pertama di salah satu wilayah di Tehran. Pesawat ini merupakan jenis pesawat pengintai dan juga pembom anti radar.
Mahasiswa Gaza Bisa Buat Mobil Sendiri
Sebuah tim yang terdiri dari beberapa mahasiswa Universitas Khan Younes, Gaza, berhasil membuat inovasi dan menatah prestasi yang mencengangkan: mereka mampu membuat mobil sendiri. Mobil tersebut bekerja dengan mesin diesel dan dinamo elektronik, serta dibuat dari sisa-sisa onderdil mobil tua dan bobrok.
Meski mobil hasil kreasi mereka terbilang rakitan, namun tentu saja ini adalah prestasi yang sangat membanggakan. Pasalnya, mereka berinovasi di tengah kecamuk kondisi Gaza yang remuk redam akibat penjajahan, blokade, dan agresi Israel.
Ide awal dari kreasi itu bermula dari gagasan cemerlang dekan fakultas teknik Universitas Khan Younes, Dr. Ghassan Abu Araf, yang berangan-angan kampusnya bisa ikut serta dalam kompetensi pembuatan mobil taraf internasional yang rutin digelar setiap tahunnya di Inggris.
Namun, Abu Araf mendapat banyak kendala untuk keikut sertaan fakultas binaannya dalam sayembara itu karena beberapa kendala. Selain karena minimnya fasilitas teknologi di Gaza, kondisi wilayah itu yang carut-marut, juga karena sayembara itu menstandarkan hasil kreasi yang diikut sertakan berupa mobil bertenaga cahaya, bukan lagi elektronik.
Akhirnya, gagasan dan semangat kreatif Abu Araf untuk dapat membuat mobil sendiri itu pun ia sampaikan kepada para mahasiswanya. Mereka pun menyambut baik dan dimulailah proyek kerja bareng ini.
Sejak awal mula penggarapan, para mahasiwa sudah menampakkan keoptimisannya jika mereka bisa membuat mobil rakitan. "Kami yakin kami mampu membuatnya jika dikerjakan dan dijalani dengan serius dan telaten," tutur Ahmad Shaydam, ketua tim.
Selain itu, tutur Shaydam, tim juga terdorong oleh semangat kuat ingin membuktikan kepada dunia, bahwa sekalipun Gaza terpuruk dan hancur akibat blokade dan agresi Israel, namun tidak menjadikan orang-orang Gaza mengangkat bendera putih, apalagi menjadi kambing congek-nya Israel.
"Dan melalui karya, kami hendak curi perhatian dunia agar lebih dapat melihat kami," tambah Shaydam.
Dan, simsalabim, setelah kerja keras yang dilaluinya enam bulah, akhirnya lahirlah kreasi cerdas para mahasiswa Gaza ini.
Shaydam mengisahkan, bahan utama "jeroan" mobil kreasi timnya itu merupakan ramuan dari sisa-sisa onderdil mobil tua dan bobrok yang sudah tidak dipakai, beberapa di antaranya diambil dari bangkai mobil yang menjadi korban serangan Israel.
Setelah selesai merancang bagian dalam, tim mahasiswa itu pun mulai merancang struktur bagian dan tampilan luar mobil yang memakai bahan fiberglas.
"Alhamdulillah, mobil ini mampu berjalan hingga kecepatan 100 KM/jam," terang Shaydam.
Ditambahkan Shaydam, biaya yang dihabiskan untuk membuat mobil rakitan timnya ini pun tak banyak, hanya sekitar 4000 dolar Amerika saja, atau setara dengan 40 juta rupiah.
Tentu saja, pihak yang pertamakali terbelalak atas kreasi para mahasiswa Gaza ini adalah para saudaranya sesama negara-negara Arab, terlebih lagi Arab Teluk seperti Saudi Arabia, yang nota benenya adalah negara kaya raya namun miskin kreasi. (L2/jzr)