byakuya
IndoForum Activist C
- No. Urut
- 46894
- Sejak
- 25 Jun 2008
- Pesan
- 14.460
- Nilai reaksi
- 288
- Poin
- 83
Gaya banci dan umbar kata-kata kasar kini marak di televisi swasta. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pun melarang, sementara artis yang telibat membela diri. Meski ada yang berusaha bijaksana, namun kontroversi kadung merebak.
"Kami tidak menentang kaum homoseksual (banci, red), tapi negara kita kan mayoritas beragama. Sama artinya umat beragama juga dinaungi hukum kita," jelas Wakil Ketua KPI Pusat Fetty Fajriati, di Jakarta, baru-baru ini.
Tak hanya gaya homosesual, kata-kata kasar juga diperingatkan keras oleh KPI. Fetty mencontohkan Olga Syahputra yang kerap kasar setiap tampil di Dahsyat RCTI.
"Dia pernah mengucapkan kata 'K', yang bisa dikonotasian alat kelamin pria. Ia juga pernah bergaya seperti homoseksual saat Pasha 'Ungu' menjadi bintang tamu di Dahsyat. Jadi KPI tak akan pernah diam. KPI sudah sering memberikan teguran lisan juga peringatan tertulis. KPI sudah melayangkannya kepada lembaga penyiaran, bukan kepada individunya.
Hal semacam ini, menurut Fetty, tak hanya terjadi di RCTI, tapi hampir di semua stasiun teve swasta. Bahkan sebelumnya KPI pernah menutup acara Empat Mata Trans 7 yang dipandu Tukul, dan kini berganti nama Bukan Empat Mata. Begitu juga program Makin Malam Makin Mantap ANTV telah dihentikan KPI sejak 6 Oktober 2009.
Fetty menambahkan, "KPI berharap masyarakat melaporkannya, tapi KPI juga akan proaktif melihat keresahan masyarakat di Facebook atau Twitter."
Apa yang diungkapan KPI ternyata memang benar adanya. Banyak masyarakat yang resah dengan program tayangan yang kasar dan cenderung homoseksual.
"Saya sendiri bukan ibu rumah tangga yang full 24 jam mejaga anak. Saya juga kerja. Saya jadi suka khawatir banyak program acara yang nggak baik. Nggak baik untuk anak-anak tiru," ungkap Marini Zumarnis.
Marini yang kini berusia 35 sangat menyayangkan terjadinya fenomena acara yang kurang baik, seperti dibawakan dengan gaya banci dan kasar. Pasalnya, itu bisa berdampak terganggunya psikologis anak.
"Sedih juga tayangan seperti itu, bisa tayang di jam tayang yang nggak tepat. Tayangan itu kan membentuk karakter anak," akunya.
Dorce berpikiran sama. Sebagai sesama penghibur, ia merasa miris. "Saya agak prihatin melihat dunia seni kita yang seperti itu," ungkap mantan presenter 'Dorce Show' ini.
Dorce memang tidak setuju dengan kelakuan presenter yang kasar saat membawakan acara. Seperti menghujat, mendorong, memukul dan menyeret.
"Kalau mau lucu, ya nggak perlu kasar. Jangan terlalu dipaksakan dengan menyakiti fisik atau hati orang lain," ujarnya.
Kontroversi pun muncul. Para artis yang kerap melakukan kata-kata kasar, membela dirinya. Hampir semua beralasan hanya sebatas peran dan karakter yang dibawakannya.
"Terkadang ceplas-ceplos supaya jadi lucu. Semuanya dilakukan spontan, kayak ngata-ngatain, cela-celaan, atau kalau mukul ya ke arah pipi," ungkap Indra Bekti
Menurut Indra, asalkan tidak melukai dan saling menerima. "Iya, kan nggak kasar yang sampai melukai. Kalau sama orang yang asyik, aku noyor dia, tapi biar seru aja. Kita nggak ada yang saling sakit hati. Itu malah jadi trend tersendiri. Mereka (stasiun televisi-red), seolah membiarkan, karena memang ratingnya bagus. Tapi aku selalu bilang, 'ini kita bercanda lho, jangan dilakukan di rumah ya'," paparnya.
Sule pun menganggap semua itu wajar. Komedian yang tengah naik daun bersama Opera Van Java ini melakukan itu demi menghibur.
"Kan memang prinsipnya menghibur, jadi wajar saja, asalkan tidak berlebihan. Bagaimana juga butuh sedikit adegan kasar," ujar Sule.
Olga yang mendapat soroton pun juga berpendapat sama. "Gue nggak pernah tersinggung. Itu untuk gila-gilaan. Cuek aja. Kadang improvisasi juga buat gokil-gokilan. Kan sudah sama-sama kenal. Beda kalau misalkan gue noyor orang yang nggak gue kenal," tuturnya.
Sikap jauh lebih bijaksana ditunjukkan kekasih Yuni Shara, Raffi Ahmad. Ia mengaku teguran dan larangan KPI sebagai pengingat untuk introspeksi diri. "Kalau sekarang kita mending jangan begini dulu (berbicara kasar). Yang penting kami layak ditonton. Kemudian pakai kata-kata yang layak, tidak main fisik," terang Raffi.
Bersyukur, Raffi merasa apa yang ia lakukan selama ini masih dalam kebaikan. Ia mengataan, "Kami bercandanya masih dalam lingkaran baik. Tapi kadang konotasi yang kami sampaikan bukan itu. Tanggapan KPI wajar-wajar saja, dan bukan berarti jadi beban buat kami," ujarnya.
Sementara itu Oke Yahya, produser Dahsyat berjanji akan memperhalus program acaranya "Bercandanya harus halus, tidak boleh menghina orang, berbuat sesuatu yang tidak bagus, seperti toyor-toyoran," ujarnya.
Oke mengakui perilaku kasar sang presenter memang memberi pengaruh negatif kepada penonton. Apalagi, Dahsyat juga disaksikan banyak anak-anak. Ia pun berjanji akan lebih kreatif tanpa harus menonjolkan kata-kata kasar dan gaya homoseksual
bagaimana pendapat para IF-Ers??
"Kami tidak menentang kaum homoseksual (banci, red), tapi negara kita kan mayoritas beragama. Sama artinya umat beragama juga dinaungi hukum kita," jelas Wakil Ketua KPI Pusat Fetty Fajriati, di Jakarta, baru-baru ini.
Tak hanya gaya homosesual, kata-kata kasar juga diperingatkan keras oleh KPI. Fetty mencontohkan Olga Syahputra yang kerap kasar setiap tampil di Dahsyat RCTI.
"Dia pernah mengucapkan kata 'K', yang bisa dikonotasian alat kelamin pria. Ia juga pernah bergaya seperti homoseksual saat Pasha 'Ungu' menjadi bintang tamu di Dahsyat. Jadi KPI tak akan pernah diam. KPI sudah sering memberikan teguran lisan juga peringatan tertulis. KPI sudah melayangkannya kepada lembaga penyiaran, bukan kepada individunya.
Hal semacam ini, menurut Fetty, tak hanya terjadi di RCTI, tapi hampir di semua stasiun teve swasta. Bahkan sebelumnya KPI pernah menutup acara Empat Mata Trans 7 yang dipandu Tukul, dan kini berganti nama Bukan Empat Mata. Begitu juga program Makin Malam Makin Mantap ANTV telah dihentikan KPI sejak 6 Oktober 2009.
Fetty menambahkan, "KPI berharap masyarakat melaporkannya, tapi KPI juga akan proaktif melihat keresahan masyarakat di Facebook atau Twitter."
Apa yang diungkapan KPI ternyata memang benar adanya. Banyak masyarakat yang resah dengan program tayangan yang kasar dan cenderung homoseksual.
"Saya sendiri bukan ibu rumah tangga yang full 24 jam mejaga anak. Saya juga kerja. Saya jadi suka khawatir banyak program acara yang nggak baik. Nggak baik untuk anak-anak tiru," ungkap Marini Zumarnis.
Marini yang kini berusia 35 sangat menyayangkan terjadinya fenomena acara yang kurang baik, seperti dibawakan dengan gaya banci dan kasar. Pasalnya, itu bisa berdampak terganggunya psikologis anak.
"Sedih juga tayangan seperti itu, bisa tayang di jam tayang yang nggak tepat. Tayangan itu kan membentuk karakter anak," akunya.
Dorce berpikiran sama. Sebagai sesama penghibur, ia merasa miris. "Saya agak prihatin melihat dunia seni kita yang seperti itu," ungkap mantan presenter 'Dorce Show' ini.
Dorce memang tidak setuju dengan kelakuan presenter yang kasar saat membawakan acara. Seperti menghujat, mendorong, memukul dan menyeret.
"Kalau mau lucu, ya nggak perlu kasar. Jangan terlalu dipaksakan dengan menyakiti fisik atau hati orang lain," ujarnya.
Kontroversi pun muncul. Para artis yang kerap melakukan kata-kata kasar, membela dirinya. Hampir semua beralasan hanya sebatas peran dan karakter yang dibawakannya.
"Terkadang ceplas-ceplos supaya jadi lucu. Semuanya dilakukan spontan, kayak ngata-ngatain, cela-celaan, atau kalau mukul ya ke arah pipi," ungkap Indra Bekti
Menurut Indra, asalkan tidak melukai dan saling menerima. "Iya, kan nggak kasar yang sampai melukai. Kalau sama orang yang asyik, aku noyor dia, tapi biar seru aja. Kita nggak ada yang saling sakit hati. Itu malah jadi trend tersendiri. Mereka (stasiun televisi-red), seolah membiarkan, karena memang ratingnya bagus. Tapi aku selalu bilang, 'ini kita bercanda lho, jangan dilakukan di rumah ya'," paparnya.
Sule pun menganggap semua itu wajar. Komedian yang tengah naik daun bersama Opera Van Java ini melakukan itu demi menghibur.
"Kan memang prinsipnya menghibur, jadi wajar saja, asalkan tidak berlebihan. Bagaimana juga butuh sedikit adegan kasar," ujar Sule.
Olga yang mendapat soroton pun juga berpendapat sama. "Gue nggak pernah tersinggung. Itu untuk gila-gilaan. Cuek aja. Kadang improvisasi juga buat gokil-gokilan. Kan sudah sama-sama kenal. Beda kalau misalkan gue noyor orang yang nggak gue kenal," tuturnya.
Sikap jauh lebih bijaksana ditunjukkan kekasih Yuni Shara, Raffi Ahmad. Ia mengaku teguran dan larangan KPI sebagai pengingat untuk introspeksi diri. "Kalau sekarang kita mending jangan begini dulu (berbicara kasar). Yang penting kami layak ditonton. Kemudian pakai kata-kata yang layak, tidak main fisik," terang Raffi.
Bersyukur, Raffi merasa apa yang ia lakukan selama ini masih dalam kebaikan. Ia mengataan, "Kami bercandanya masih dalam lingkaran baik. Tapi kadang konotasi yang kami sampaikan bukan itu. Tanggapan KPI wajar-wajar saja, dan bukan berarti jadi beban buat kami," ujarnya.
Sementara itu Oke Yahya, produser Dahsyat berjanji akan memperhalus program acaranya "Bercandanya harus halus, tidak boleh menghina orang, berbuat sesuatu yang tidak bagus, seperti toyor-toyoran," ujarnya.
Oke mengakui perilaku kasar sang presenter memang memberi pengaruh negatif kepada penonton. Apalagi, Dahsyat juga disaksikan banyak anak-anak. Ia pun berjanji akan lebih kreatif tanpa harus menonjolkan kata-kata kasar dan gaya homoseksual
bagaimana pendapat para IF-Ers??