• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Bisakah mungkin kita terpisah keluarga sementara tetap terpersatu di Agama ?

putu v a

IndoForum Newbie F
No. Urut
78775
Sejak
27 Agt 2009
Pesan
6
Nilai reaksi
0
Poin
1
Om Swastiastu
Sy punya tantangan yg luar biasa dalam hidup sy itu yg sy ingin berbagi untuk kemungkinan jawaban akan sy dianugerahkan.Tolong,maafkan sy atas salah tata bahasa Indonesia yg sy belajar secara swadaya.Sy bule kawin dgn seorang lelaki di bali tp keluarga sy memaksakan sy untuk tinggalkan suami sy lalu kembali ke tanah air sy demi orangtua sy mereka yg membutuhkan bantuan dn dukungan sy.Jadi, sy sudah pindah kembali ke rumah orangtua sy tp kita masih dalam cinta bersama suami sy.Sy tahu dn yakin tak mau kawin lagi juga ingin tetap memeluk Agama Hindu Suci kita karena sy memutuskannya kembali ke Bali untuk melewati masa tua sy disana setelah "hutang" kepada orangtua sy dapat diselesaikan.Sy satu-satunya putri mereka oleh karenanya sy diharuskan mereka untuk melanjutkan tinggal di Eropa.Sy amat-amat sedih, kecewa jg bingung ketika menjalankan hidup sy di benua ini yg kadangkali sy alami tak mementingkan agama,ketuhanan seperti kita semua lakukan begitu sehari-hari di Pulau Suci Bali itu yg betapa sy hormati dn gemari jg yg sy senantiasa merindukan.
Ingin bertanya kepada semeton-semeton situs ini mereka yg sesungguhnya dalam keagamaan kalau sy tetap boleh sembahyang,bikin canang sari,bertapa brata,melaksanakan meditasi,berjapa mala bahkan jika sy tak berada di Bali bersama suami sy? Apakah para sesajen dn doa-doa, mantram-mantram itu yg sy panjatkan terhadap ISHWW Yg Maha Pelindung akan semuanya diterima Beliau Yg Maha Mutlak? Bolehkah sy tetap berada sebagai istri suami sy bahkan kalau dia ingin kawin lagi? Bagaimana kalau kita tak bercerai secara hukum tapi sy menyetujui keinginan suami sy untuk menikah lagi? (Tentu saja sy tak inginkan barang,uang,milik,harta benda apapun dari suami sy. Sy hanya ingin memenuhi keinginan orangtua sy yaitu berada bersama mereka agar mereka mampu dijaga sementaranya sy tetap ingin bakti kepada Tuhan Yg Maha Kuasa secaranya yg sy mengalami dn belajar dari keluarga suami sy di Bali.) Sy tahu di masa depan sy mau pindah kembali ke Bali untuk meneruskan belajar Agama dari umat-umat Hindu disana mereka yg sy begitu hormati dn kasihi dalam hati sy. Sy tahu itu sejenis dosa meninggalkan suami sy tp sy tak punya pilihan yg lain karena sy tak bisa damai,tenang dn senang ketika tahu dn merasa bahwa orangtua sy mengutuki hubungan dan perikahan sy dgn seorang dari Asia karena mereka takut yg sy tak mampu bepergian kembali ke Eropa seseringkali orangtua sy inginkan agar bisa sy bantu dn jaga mereka. Sy mengorbankan kehendak hati sy terhadap suami sy yg paling tercinta untuk kebahagiaan dn kesenangan orangtua sy jg karena sy cemas tentang phala karmanya jika sy tak menjaga orangtua sy melainkan membuat mereka kecewa dn marah atasnya sy menikah diluar harapan mereka. Sy tahu sy tak pernah akan kenal menyetujui cara kehidupan para orang Eropa itu yg seringkali sy pandang terlalu duniawi,penuh pengejaran hawa nafsu mereka saja tanpa menyadari perlu persembahan,pengorbanan,pembayaran yakni yadnya terhadap para Dewa, para Rsi,para Bhuta dn Manusa.Mereka tak pernah mengucapkan mantram apapun sebelum atau paling tidak setelah makan,tak kenal kepentingan hari-hari raya,tak tahu artinya upakara-upakara dalam sebuah upacara tp bahkan tak tahu sesuatupun tentang persembahan paling sedikit secara nirguna.(karena kebanyakan orang mungkin tak tahu banten,sesajen, upacara keagamaan khusus tp dalam jiwa mereka sebenarnya bakti dn jujur terhadap Tuhan Yg Maha Esa).
Jadi, para semeton yg terhormat, tolong karuniakan sy nasehat kalian kalau sy bisa dibolehkan Beliau Yg Maha Mutlak untuk tetap beragama Hindu jg berada sebagai istri Sang Suami sy bahkan dia ingin menikah lagi di mada mendatang itu yg dia belum bicarakan pada sy tp sy tahu seorang lelaki seharusnya menikah sesegeranya di Bali demi kelahiran keturunannya. Tolong, beritahui sy kalau sy layak dari sisi Agama melanjutkan hidup sy sebagai istri seorang lelaki Hindu walaupun sy hidup secaranya seorang brahmacari. Apakah sy dibolehkan oleh Beliau untuk mengunjungi Pura kapan sempat bepergian lagi ke Bali? Apakah sy dibiarkan Agama Suci kita untuk mendukung calon keluarga pribadi suami sy kalau dia menikah lagi? Bukankahnya dosa di pandangan Beliau Yg Maha Pelindung jika sy mengunjungi calon keluarga suami sy ataupun menjaga anak-anak mereka seolah-olah sy seorang kakak dari luar negeri?Atau mungkin Agama kita menyetujui suami sy untuk menikah lagi tanpa kita cerai menurut hukum dn awig-awig daerah kita di Bali?...dll Sy mengira para semeton Hindu sudah merasa maksud sy yg penuh kasih sayang terhadap suami sy juga keluarganya mereka yg sy tak mau kehilangan bahkan orangtua sy mungkin ingin begitu.... Entah di masa depan sy kan diterima Pulau Suci Kalian dgn senang hati untuk mengakhiri hidup sy ini disana sehingga sy bisa membantu dn mendukung para orang disana yg butuhkan kerja keras sy dn bantuan keuangan sy bila sy sudah tua dn akhirnya bebas dan dilepaskan untuk pindah kembali ke Bali.
Tolong, kalau peluangnya ada cobakan mencari jawaban permasalahan rohani sy.
Terimakasih dgn tulus dn jujur hati terhadap semua orang di Bali, di Asia dn seluruh dunia ini yg sepenuhnya punya keinginan dn kerelaan menjalankan hidup mereka sejajar Jalan Dharma Ida Sang Hyang Widhi Wasa Yg Maha Kuasa.
 
Om Swastiastu
Terimakasih dgn tulus dn jujur hati terhadap semua orang di Bali, di Asia dn seluruh dunia ini yg sepenuhnya punya keinginan dn kerelaan menjalankan hidup mereka sejajar Jalan Dharma Ida Sang Hyang Widhi Wasa Yg Maha Kuasa.
Om Swastiastu mbok Putu,
tenang aja ya mbok ntar permasalahan anda akan dibahas oleh rekan-rekan sedharma disini,......;)

tapi tunggu aja ya karena mungkin sekarang semuanya lagi pada sibuk,...:D

Om santi santi santi Om
 
kebenaran itu ada dalam diri anda ....
bukan pada jarak ataupun tempat...

apalagi tetap bersembahyang untuk beliau dengan niat suci.. :x
 
Ingin bertanya kepada semeton-semeton situs ini mereka yg sesungguhnya dalam keagamaan kalau sy tetap boleh sembahyang,bikin canang sari,bertapa brata,melaksanakan meditasi,berjapa mala bahkan jika sy tak berada di Bali bersama suami sy?

Apakah para sesajen dn doa-doa, mantram-mantram itu yg sy panjatkan terhadap ISHWW Yg Maha Pelindung akan semuanya diterima Beliau Yg Maha Mutlak?

Doa akan menguatkan daya kundalini, dan tentu tujuan utamanya adalah untuk memperoleh ketenangan, kedamaian, ketentraman.

Dalam bahasa Sanskerta, kita mengenal istilah SAMADHI, seseorang yang telah mencapai tingkat SAMADHI tidak lagi akan membedakan antara kawan dan lawan.

Dalam Bhagawad Gita, percakapan ke VI, Sloka 9 – dijelaskan bahwa:
“Dia adalah orang utama yang menganggap sama, antara kawan dan lawan, sahabat dan musuh, mereka yang bersaradha dan mereka ayng berdosa…”

Jadi tingkat kesadaran seorang yang melakukan meditasi sudah harus mencerminkan sifat semacam itu.

Doa/Meditasi bukan untuk memperoleh ilmu-ilmu gaib, magis, kesaktian-kesaktian dan lain sebagainya.

Meditasi untuk memperoleh ketenangan, ketentraman, kedamaian. Untuk lebih jelas, meditasi untuk mencapai tingkat Samadhi.
Doa dan Meditasi hanya sarana untuk mencapai Samadhi.

Dengan melakulan Doa dan Meditasi, kita menghemat energy, energy yang terhemat, tenaga yang diperoleh dapat digunakan untuk melakukan hal-hal yang lebih penting.

Meditasi membuat hidup kita lebih dinamis. Hidup menjadi lebih tenang, tentram, damai dan dengan demikian saya kira semeton ini telah mengambil langkah pertama demi tercapainya kedamaian dunia.

Seorang Hindu, tanpa membeda-bedakan kebangsaan, warna kulit, kepercayaan dan lain sebagainya, mengakhiri meditasi dengan doa universal.

LOKAA SAMASTHAA SUKHINOH BHAWANTHU…..

Semoga seluruh umat manusia, semua makhluk, semesta alam ini mendapatkan kebahagiaan.

AUM SHANTHI, SHANTHI, SHANTHI…….


Sy tahu sy tak pernah akan kenal menyetujui cara kehidupan para orang Eropa itu yg seringkali sy pandang terlalu duniawi,penuh pengejaran hawa nafsu mereka saja tanpa menyadari perlu persembahan,pengorbanan,pembayaran yakni yadnya terhadap para Dewa, para Rsi,para Bhuta dn Manusa. Mereka tak pernah mengucapkan mantram apapun sebelum atau paling tidak setelah makan,tak kenal kepentingan hari-hari raya,tak tahu artinya upakara-upakara dalam sebuah upacara tp bahkan tak tahu sesuatupun tentang persembahan paling sedikit secara nirguna.(karena kebanyakan orang mungkin tak tahu banten,sesajen, upacara keagamaan khusus tp dalam jiwa mereka sebenarnya bakti dn jujur terhadap Tuhan Yg Maha Esa).

Industri/Teknologi dapat membuat hidup kita lebih santai, Materi dapat membuat hidup kita lebih senang, lebih menyenangkan mungkin. Tetapi, Teknologi tidak dapat membuat hidup kita tenang, Materi tidak dapat membuat hidup kita bahagia.

Eropa adalah Negara-negara dengan penghasilan per capita yang cukup tinggi, juga mempunyai tingkat kematian dengan cara bunuh diri yang cukup tinggi. Mereka yang mati karena salah makan, atau kebanyakan makan di Amerika Serikat persentasenya lebih tinggi dari pada mereka yang mati kelaparan di India atau Bangladesh. Di beberapa Negara tetangga kita juga pernah tercatat hampir satu dari setiap sepuluh orang yang ditemui di jalan-jalan raya, menderita sakit jiwa.

Terbuki bahwa perkembangan atau kemajuan dibidang teknologi atau kesejahtraan materi tidak dapat membuat seseorang bahagia, kira-kira demikian kalau saya simpulkan.

Di sini saya melihat adanya kesatuan dan persatuan antara kita. Para Pujangga menyimpulkan - VASUDEVA KUTUMBKAM – seluruh umat manusia ini bagaikan satu keluarga besar. Kesimpulan semacam ini dapat dicapai, bukan karena mereka memperhatikan warna kulit, bahasa atau lain sebagainya, tetapi oleh karena mereka melihat bahwa tujuan hidup setiap orang itu sama – Ketenangan, Ketentraman, Kedamaian.
 
Bolehkah sy tetap berada sebagai istri suami sy bahkan kalau dia ingin kawin lagi?

Bagaimana kalau kita tak bercerai secara hukum tapi sy menyetujui keinginan suami sy untuk menikah lagi?

Apakah sy dibolehkan oleh Beliau untuk mengunjungi Pura kapan sempat bepergian lagi ke Bali?

Apakah sy dibiarkan Agama Suci kita untuk mendukung calon keluarga pribadi suami sy kalau dia menikah lagi?

Bukankahnya dosa di pandangan Beliau Yg Maha Pelindung jika sy mengunjungi calon keluarga suami sy ataupun menjaga anak-anak mereka seolah-olah sy seorang kakak dari luar negeri?

Atau mungkin Agama kita menyetujui suami sy untuk menikah lagi tanpa kita cerai menurut hukum dn awig-awig daerah kita di Bali?
Saya kira saudara sendiri akan dapat mengambil langkah bijaksana untuk semua pertanyaan di atas tentu semua itu dalam rangka untuk Ketenangan, Ketentraman, Kedamaian bersama.

Untuk itu perlu saya paparkan hal Kekerabatan di Bali sebagai berikut:

Perkawinan tidak terlepas dari Kekerabatan.

Kekerabatan di Bali ditandai dengan garis keturunan laki-laki dengan istilah kepurusa.
Dalam system ini, keturunan atau anak laki-laki sebagai pewaris atau dengan perkataan lain, bahwa garis kepurusa mengandung pengertian yang sama dengan system patrilineal. Di Bali tidak dikenal system bilateral melainkan yang ada adalah system unilateral. Dengan demikian, maka system unilateral di Bali adalah patrilineal.

Hukum adat waris di Bali mengatur, bahwa keturunan atau anak laki-laki menjadi pewaris. Pewaris, baru boleh dibagi apabila ayah dan ibu (pewaris) telah meninggal dan ahli waris telah dewasa. Selain itu, ahli waris telah menuntaskan kewajibannya antara lain hutang-hutang pewaris telah dibayar lunas dan jenazah pewaris telah diupacarai menurut agama Hindu yaitu : diabenkan serta keseluruhan upacara Pitrayadnya. Kewajiban lain lagi ahli waris adalah memelihara tempat suci di dalam perumahan (Sanggah/Merajan) yang dulunya dibangun atau menjadi tanggung jawab pewaris. Maka dari itu mendapat warisan selalu dibarengi dengan kewajiban-kewajiban seperti tadi.

Menurut hokum adat di Bali, suatu perkawinan mempengaruhi status kewarisannya. Sah tidaknya suatu perkawinan menurut hokum adat, mempengaruhi status anak sebagai ahli waris. Karena itu, pengesahan perkawinan menurut dan agama Hindu adalah sangat penting, karena mempunyai akibat hokum yang luas. Di dalam hal laki-laki nyentana di mana ia melakukan kawin nyeburin, maka laki-laki itu tidak berhak mewarisi orang tuanya. Perkawinan nyeburin adalah laki-laki pergi ke rumah istrinya dan berdiam di sana. Dalam hal ini laki-laki itu berstatus wanita dan istrinya berstatus laki-laki atau purusa. Maka itu, laki-laki itu tidak berhak sebagai ahli waris. Oleh karena istrinya berstatus purusa maka ia sebagai ahli waris di rumahnya sendiri.
Hal itu terjadi apabila si wanita itu tidak mempunyai saudara laki-laki sebagai ahli waris. Dengan demikian, maka si laki-laki tidak sebagai ahli waris, baik di rumahnya sendiri maupun di rumah istrinya, karena di rumahnya semula ia dianggap ke luar dari keluarganya, sedangkan di rumah istrinya ia berstatus wanita (pradhana). Demikian pula bagi wanita yang kawin meninggalkan rumahnya, ia tidak berhak mewaris, karena ia dianggap keluar dari keluarganya.

Hukum ada di Bali, membenarkan seorang laki-laki melakukan perkawinan poligami (beristri lebih dari seorang) dengan istilah ngamaduang dengan syarat tertentu. Di dalam hal poligami, semua anaknya yang laki-laki berstatus sebagai ahli waris. Sebagai pengganti utama orang tuanya adlah anaknya laki-laki tertua atau dapat juga anak laki-lakinya yang lain.
Kedudukan wanita di dalam warisan juga diakui oleh hokum adat di Bali. Anak wanita apa bila ia tidak mempunyai saudara laki-laki (saudara kandung atau saudara tiri), berhak sepenuhnya sebagai ahli waris, apabila ia kawin di rumahnya sendiri dalam arti meminang laki-laki untuk diajak di rumahnya sendiri. Apabila ia kawin ke luar rumahnya (pergi ke rumah suaminya), maka ia tidak berhak sebagai ahli waris dan ia disebut sebagai nilar kepatutan (membuang haknya).

Apabila wanita tidak kawin dan tetap tinggal di rumahnya sendiri, sedangkan saudara laki-lakinya ada, maka ia berhak mendapatkan warisan dengan pembagian yang berbeda dengan saudara laki-lakinya. Apabila ia kawin, maka pembagian warisanya itu tidak boleh di bawanya.

Apabila seorang wanita telah kawin ke luar rumah, kemudian cerai dan kembali lagi ke rumahnya sendiri (mulih daha), maka ia berhak memperoleh jaminan dari orang tuanya atau saudara-saudaranya laki-laki, tetapi tidak berhak mendapatkan pembagian warisan (berdasarkan Putusan Pengalidan Negeri Klungkung tanggal 28 November 1967 nomor 48/pdt/1967, dikuatkan oleh Putusan Pengadilan Tinggi Denpasar nomor 51/PT/1968/pdt, dan dikuatkan oelh Putusan Mahkamah Agung nomor 165/K/Sip/1970). Di dalam hukum-adat-waris di Bali dinyatakan bahwa akan terputus haknya sebagai ahli waris, apabila durhaka terhadap leluhur dan durhaka terhadap orang tua.

Kekerabatan di Bali di samping didasarkan atas hubungan vertical, namun juga atas hubungan horizontal. Hubungan vertical dan horizontal itu berdasarkan garis ka purusa atau patrilineal. Hubungan horizontal dihitung hanya samapi tingkat misan (sepupu) dan mondon (lebih jauh satu tingkat lagi dari sepupu). Kekerabatan dari garis itu, juga diakui di Bali, namun tidak mempunyai akibat warisan. Sedangkan kekerabatan dari garis purusa dapat berakibat warisan samapi tingkat misan dan mindon. Lebih jauh dari tingkat misan dan mindon, kekerabatan diperhitungkan sebagai suatu klen atau dadya. Pada masing-masing keluarga batih terdapat satu Sanggah/Merajan yaitu tempat suci untuk keluarga di tiap rumah. Kekerabatan tingkat misan dan mindon mempunyai Sanggah/Merajan Gede dan kekerabatan tingkat klen mempunyai Dadya. Di beberapa tempat, Dadya juga disebut: Ibu, Panti atau Batus. Baik Sanggah/Merajan, Sanggah/Merajan Gede maupun Dadya, adalah tempat suci untuk memuja leluhur yang sudah mendiang dan merupakan unsure pengikat warganya. Dengan system kekerabatan seperti ini, maka di Bali terdapat pengelompokan masyarakat menurut klen, di samping pengelompokan masyarakat menurut system social lainnya, seperti: Banjar, Subak dan Seka.


Sehingga dapat disimpulkan bahwa, bisa/pasti bisa walau terpisah keluarga sementara tetap terpersatu di Agama Hindu.
 
Om Swastiastu

Pak Speqlen yg terhormat,

Bolehkah putu mengucapkan terimakasih dgn bahagia hati sy atas kalimat anda yg sy begitu setujui.Putu selalu ingin menekankan kepada pr orang sekitar sy bahwa sy terpisah suami sy itu tak maksud sama sekali sy berniat mengganti Agama sy itu yg sy „terima” oleh perkawinan kita.Betapa banyak kalinya putu mengutamakan kepada teman-teman sy di Bali bahwa sy tak takut berada di Eropa meskipun pura, sarana-sarana upacara dn persembahyangan tak bisa didapatkan misalnya jenur,kelapa,bunga-bunga (jepun,dll),dupa (yg tak dibuat bagi tujuan keliru disini yaitu menyedarkan bau harum dn menyejukkan udara di rumah...karena orang Eropa tak mengerti dn tak diterangkan makna keadaan dupa dn asapnya di Agama kita). Mungkin alangkah menggelikan kelihatannya saat-saat kapan putu sedang bikin canang sari dn segehan atau daksina pd HR Saraswati dn sejenisnya jg bila putu mencoba mengucapkan mantram yg seharusnya digumam Sang Sulinggih, Pemangku, Pedanda di suatu pura agar sang tirtha diperoleh dari air umum....Betapa senang dn puas hati putu ketika membaca pernyataan dari anda Pak bahwa itu tak tempat, jarak melainkan kejujuran dn kebaktian kita itu yg bermaksud dalam keagamaan. Ya, itu benar, seperti yg dibicarakan di Sang Bhagavad Gita yakni itu sudah cukup menyembahkan satu daun sirih,air,bunga atau apapun kalau kita menyembahkannya terhadap Beliau Yang Maha Kuasa dgn tulus iklas dn bakti hati.
Tolong, para semeton lahir di Bali jg yg beruntung sekali sebab sudah „ahli”dalam bidang pembuatan banten dn sesajen apa saja yg diperlukan upacara-upacara kita maafkan putu yg tertinggal sendirian di benua ini tanpa petunjuk dn tanda di lapangannya persyaratan khusus Agama kita butuhan Lontar-Lontar istimewa di Bali itu segalanya yg putu belum diketahui dn belum dikenal. Sy hanya mencoba ingat-mengingat kurun masih berada di Bali ketika selalu sy terus memantau dn membantu ibunda tercinta (maksudmu ibunda suami sy) agar pengetahuan tentang cara sembahyang jg cara membuat para sarana upacara sy semakin dikenalkan.
Semoga ISHWW Yang Maha Pengamat tetap mengerti keadaan sy ini yg mengakibatkan ribuan kesalahan sy dalam pelaksanaan persembahan sy dari pandangannya para sarana dikehendak cermat dn tepat di bentuknya, di isinya. Bagaimanapun juga, sy akan melanjutkan menggunakan lembar-lembar kertas, bunga-bunga dn daun-daun itu yg jenisnya semuanya jauh lebih berbeda daripada kita gunakan di Pulau Suci Bali. Berharap diterima Beliau Yang Maha Pemurah.
Putu tetap membaca para situs disunting para umat Hindu Bali supaya sy mendapatkan pengetahuan yg lebih jelas, semakin mendalam di Keagamaan itu yg pasti akan mendukung sy menjadi lebih dekat pencapaian Moksa.

Pak Goesdun yg paling terhormat,

Alangkah terperinci penjelasan dari anda itu yg sy begitu kagumi dn tentang yg sy amat-amat bersyukur kepada anda Pak.
Terimakasih atasnya waktu besar yg anda korbankan agar pikiran sy dijadikan sediterangkan mungkin akan pokok pembicaraan bersangkutan.
Kebetulan putu tak peduli sama sekali tentang warisan, harta-benda apapun sy mungkin berhak diterima dari suami sy atau orangtua sy karena putu merasa dorongan diri untuk memperoleh nafkah yg secukupnya bagi orangtua sy, paman sy mereka yg semuanya butuhkan pendukungan keuangan sy jadi putu meneruskan bekerja. Walaupun putu tak pernah kenal merasa keberatan bekerja keras tiap hari di tempat kerja sy atau dirumah karena sy menganggapi pekerjaan sebagai kewajiban kita bahkan itu tak menghasilkan apapun yg berbentuk uang atau bunga pribadi yg sejenisnya.Sy melakukan begitu dgn senang hati tak berpikir macam kerja yg sy ditugaskan pada suatu saat.
Ya, tentu sy akan mengucapkan mantram Pak menyebutkan diatas. Terimakasih atas berbaginya.
Ya, pasti putu akan tetap mendoakan suami sy beserta segala keluarga sy di Bali mereka sekalian yg terpenting dalam hidup sy bahkan sy „membayar” hutang sy kepada guru-guru sy disini yaitu menjaga dn mendukung orangtua sy di Eropa.

Mudah-mudahan – sy selalu mendoakannya agar dinyatakan – sang suami tercinta sy akan kawin lagi segera jadi bisa menerima anugerahNya berwujud keturunan supaya garis suami sy takkan terganggu keadaan itu dia punya seorang istri yaitu sy yg berada jauh tanpa kemampuannya menghadiahkan dia seanak laki-laki seorang yg putu pun begitu ingin dapatkan sebelumnya tapi sy sudah tersabar dn terpuas bahwa sy akan hanya menerima peluang untuk mendukung anak-anak suami sy mereka yg dilahirkan seorang wanita lain dia yg putu sudah hormati dn sayangi karena si wanita itu akan menjaga dn membahagiakan suami sy hari demi hari menurut adat istiadat Bali jg si wanita itu akan memastikan anak-anaknya akan dibesarkan menurut persyaratan Agama kita itu yg paling utama bagi sy. Akhirnya, keadaan suami sy sebagai seorang lelaki asli Bali takkan dipengaruhi kenyataannya istri pertama dia yaitu sy seorang wanita berasal dari Eropa yg terlalu jauh darinya jg tak pernah akan mendekati Bali dalam pandangannya cara kehidupan yg diajarkanNya Yang Maha Esa dn sementaranya yg dipraktekkan seharian di Pulau Paling Terhormat kita.

Betapa beruntung putu sedang merasa diri sy atasnya sudah mulai bepergian sy menuju kebenaran itu yg merupakan jalan sy ditunjukkan para orang Bali sy tak pernah kunjung lupakan termasuk Pak Goesdun jg Pak Speqlen.

Semoga sang hari suci akan datang segera kapan putu sempat kembali ke Bali tanpa desakkan dari luar untuk tinggalkan tempat suci itu lagi. He-he-he....
Ya, putu sudah mendengar sesuatu tentang hukum dn awig-awig Bali terkait dgn perkawinan, warisan dn lain lain tapi tak tahu kalau itu disetujui Agama kita untuk melihat ataupun menjaga, membantu calon keluarga pribadi suami sy tanpa kita tercerai menurut hukum.
Bersyukur sekali sy merasa tanpa akhir terhadap para hukum bersangkutan itu yg biarkan putu tetap dianggapi sebagai istri suami sy dia yg satu-satunya lelaki putu ingin perhatikan dalam hati dn jiwa sy. Perkawinan kita dibuat dn disahkan oleh Beliau Yang Maha Penghukum di Loka Swah jadi putu takkan pernah kenal punya keinginan untuk menghapuskannya.

Tolong, terimakan salam-salam sy yg hangat dn bersyukur itu dgn hati kalian yg semakin memahami dn mengampuni kepada sy yg terus penuh kebaktian terhadap Beliau Yang Maha Pelindung jg yg terus menyayangi dn mengasihi tanpa hingga terhadap suami sy yg dipilihNya Yg Maha Tahu bagi sy untuk selama-lamanya-sebagaimana sy percayainya.

Mohon semua kalian maafkan dn ampunkan segala kesalahan dalam tata bahasa sy. Berjanji akan sy semakin memperbaikinya di masa depan sama dgn pengetahuan sy mengenai Agama Suci kita.

Semoga ISHWW tetap melindungi hidup semua manusia dn makluk hidup yg lain di Pulau Suci disana.
Selamat HR Purnama Kapat mendatang.

Om Santi Santi Santi Om
 
Om Swastiastu
Sy punya tantangan yg luar biasa dalam hidup sy itu yg sy ingin berbagi untuk kemungkinan jawaban akan sy dianugerahkan.Tolong,maafkan sy atas salah tata bahasa Indonesia yg sy belajar secara swadaya.Sy bule kawin dgn seorang lelaki di bali tp keluarga sy memaksakan sy untuk tinggalkan suami sy lalu kembali ke tanah air sy demi orangtua sy mereka yg membutuhkan bantuan dn dukungan sy.Jadi, sy sudah pindah kembali ke rumah orangtua sy tp kita masih dalam cinta bersama suami sy.Sy tahu dn yakin tak mau kawin lagi juga ingin tetap memeluk Agama Hindu Suci kita karena sy memutuskannya kembali ke Bali untuk melewati masa tua sy disana setelah "hutang" kepada orangtua sy dapat diselesaikan.Sy satu-satunya putri mereka oleh karenanya sy diharuskan mereka untuk melanjutkan tinggal di Eropa.Sy amat-amat sedih, kecewa jg bingung ketika menjalankan hidup sy di benua ini yg kadangkali sy alami tak mementingkan agama,ketuhanan seperti kita semua lakukan begitu sehari-hari di Pulau Suci Bali itu yg betapa sy hormati dn gemari jg yg sy senantiasa merindukan.
Ingin bertanya kepada semeton-semeton situs ini mereka yg sesungguhnya dalam keagamaan kalau sy tetap boleh sembahyang,bikin canang sari,bertapa brata,melaksanakan meditasi,berjapa mala bahkan jika sy tak berada di Bali bersama suami sy? Apakah para sesajen dn doa-doa, mantram-mantram itu yg sy panjatkan terhadap ISHWW Yg Maha Pelindung akan semuanya diterima Beliau Yg Maha Mutlak? Bolehkah sy tetap berada sebagai istri suami sy bahkan kalau dia ingin kawin lagi? Bagaimana kalau kita tak bercerai secara hukum tapi sy menyetujui keinginan suami sy untuk menikah lagi? (Tentu saja sy tak inginkan barang,uang,milik,harta benda apapun dari suami sy. Sy hanya ingin memenuhi keinginan orangtua sy yaitu berada bersama mereka agar mereka mampu dijaga sementaranya sy tetap ingin bakti kepada Tuhan Yg Maha Kuasa secaranya yg sy mengalami dn belajar dari keluarga suami sy di Bali.) Sy tahu di masa depan sy mau pindah kembali ke Bali untuk meneruskan belajar Agama dari umat-umat Hindu disana mereka yg sy begitu hormati dn kasihi dalam hati sy. Sy tahu itu sejenis dosa meninggalkan suami sy tp sy tak punya pilihan yg lain karena sy tak bisa damai,tenang dn senang ketika tahu dn merasa bahwa orangtua sy mengutuki hubungan dan perikahan sy dgn seorang dari Asia karena mereka takut yg sy tak mampu bepergian kembali ke Eropa seseringkali orangtua sy inginkan agar bisa sy bantu dn jaga mereka. Sy mengorbankan kehendak hati sy terhadap suami sy yg paling tercinta untuk kebahagiaan dn kesenangan orangtua sy jg karena sy cemas tentang phala karmanya jika sy tak menjaga orangtua sy melainkan membuat mereka kecewa dn marah atasnya sy menikah diluar harapan mereka. Sy tahu sy tak pernah akan kenal menyetujui cara kehidupan para orang Eropa itu yg seringkali sy pandang terlalu duniawi,penuh pengejaran hawa nafsu mereka saja tanpa menyadari perlu persembahan,pengorbanan,pembayaran yakni yadnya terhadap para Dewa, para Rsi,para Bhuta dn Manusa.Mereka tak pernah mengucapkan mantram apapun sebelum atau paling tidak setelah makan,tak kenal kepentingan hari-hari raya,tak tahu artinya upakara-upakara dalam sebuah upacara tp bahkan tak tahu sesuatupun tentang persembahan paling sedikit secara nirguna.(karena kebanyakan orang mungkin tak tahu banten,sesajen, upacara keagamaan khusus tp dalam jiwa mereka sebenarnya bakti dn jujur terhadap Tuhan Yg Maha Esa).
Jadi, para semeton yg terhormat, tolong karuniakan sy nasehat kalian kalau sy bisa dibolehkan Beliau Yg Maha Mutlak untuk tetap beragama Hindu jg berada sebagai istri Sang Suami sy bahkan dia ingin menikah lagi di mada mendatang itu yg dia belum bicarakan pada sy tp sy tahu seorang lelaki seharusnya menikah sesegeranya di Bali demi kelahiran keturunannya. Tolong, beritahui sy kalau sy layak dari sisi Agama melanjutkan hidup sy sebagai istri seorang lelaki Hindu walaupun sy hidup secaranya seorang brahmacari. Apakah sy dibolehkan oleh Beliau untuk mengunjungi Pura kapan sempat bepergian lagi ke Bali? Apakah sy dibiarkan Agama Suci kita untuk mendukung calon keluarga pribadi suami sy kalau dia menikah lagi? Bukankahnya dosa di pandangan Beliau Yg Maha Pelindung jika sy mengunjungi calon keluarga suami sy ataupun menjaga anak-anak mereka seolah-olah sy seorang kakak dari luar negeri?Atau mungkin Agama kita menyetujui suami sy untuk menikah lagi tanpa kita cerai menurut hukum dn awig-awig daerah kita di Bali?...dll Sy mengira para semeton Hindu sudah merasa maksud sy yg penuh kasih sayang terhadap suami sy juga keluarganya mereka yg sy tak mau kehilangan bahkan orangtua sy mungkin ingin begitu.... Entah di masa depan sy kan diterima Pulau Suci Kalian dgn senang hati untuk mengakhiri hidup sy ini disana sehingga sy bisa membantu dn mendukung para orang disana yg butuhkan kerja keras sy dn bantuan keuangan sy bila sy sudah tua dn akhirnya bebas dan dilepaskan untuk pindah kembali ke Bali.
Tolong, kalau peluangnya ada cobakan mencari jawaban permasalahan rohani sy.
Terimakasih dgn tulus dn jujur hati terhadap semua orang di Bali, di Asia dn seluruh dunia ini yg sepenuhnya punya keinginan dn kerelaan menjalankan hidup mereka sejajar Jalan Dharma Ida Sang Hyang Widhi Wasa Yg Maha Kuasa.

Keadaan anda memang cukup berat,..
saya akan mencoba memberikan sedikit wejangan yg diwahyukan oleh Hyang Widhi mengenai Panca Bakti :
1. Bakti kepada orang tua
2. Bakti kepada Leluhur
3. Bakti kepada Guru
4. Bakti kepada sesama makhluk hidup
5. Bakti kepada Hyang Widhi tunggal tanpa tanding!

Dlm ajaran Panca Bakti, bakti kpd orang tua adl yg paling pertama harus dilakukan..tanpa berbakti kpd orang tua mustahil anda bisa berbakti kpd Hyang Widhi. Anda meyakini bahwa Hindu adl kebenaran sejati, berusahalah dan tunjukan ke-Hindu-an anda pd orang tua anda. Seorang Hindu sejati tidak akan berani melawan orang tua, jika ia merasa orang tuanya salah maka orang tua tersebut harus diberitahu dengan sopan santun (medasar antuk nimbang wirasa), berdiskusi dengan cara yg baik. Jika orang tua anda keras kepala berdoalah selalu agar mereka bisa menemukan pencerahan.
Saya hanya bisa menyarankan sebaiknya anda menuruti orang tua anda karena anda putri satu-satunya, walaupun anda tinggal di Eropa tetaplah menjalankan ajaran2 Hindu kalo perlu anda berikan teladan bagi orang2 di sekitar anda,..jadilah seperti bunga teratai, walaupun hidup di air bunganya tidak tersentuh oleh air, ajarkan masyarakat Eropa ttg Hindu dengan demikian anda akan punya kesibukan, coba libatkan juga orang tua anda..
Soal hubungan anda dgn suami anda saya tidak bisa memberikan saran apapun, semua tergantung dari keputusan yg kalian ambil bersama, ingat "keputusan yg diambil bersama" bukan secara sepihak!
Silahkan anda sharing keluh kesah anda di sini, kami umat se-dharma akan selalu mencoba membantu...
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.