• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Bendera Merah Putih Terpaksa Menjadi Seragam Sekolah SD

Rosetta

IndoForum Beginner C
No. Urut
2047
Sejak
10 Jun 2006
Pesan
715
Nilai reaksi
20
Poin
18
twEQ2.jpg

Buyung masih terisak-isak, tangisnya tak terdengar siapapun di lembah bukit itu. Badannya terasa sakit dan perih disekujur tubuhnya, lima menit tadi ia terjerembab pada sebuah jurang dangkal dipenuhi semak belukar.

Seperti biasa, di pagi buta buyung harus segera berangkat ke sekolah. Ia juga harus membawa seikat kayu bakar yang akan ia jual ketika melewati pasar dekat sekolahnya. Saat pulang sekolah uang penjualan kayu bakar itu akan dibelikan sedikit beras untuk makan Buyung dan Emak malam hari dan esok paginya meski hanya ditaburi garam. Ikatan kayu bakar itu sebenarnya cukup berat dipanggul oleh badan mungil Buyung yang kurus. Tak ada pilihan bagi Buyung, meski punggungnya terasa sakit karena keberatan ia tetap lakukan pekerjaan itu agar dia dan Emak bisa makan.

Tertatih-tatih Buyung berjalan, jarak 5 km harus ia tempuh untuk sampai ke sekolah, belum lagi harus melewati lembah bukit berkelok yang terkadang licin karena hujan. Bulan Romadhon atau tidak, tak ada perbedaan bagi buyung untuk merasakan lapar dan dahaga. Kesehariannya Buyung dan Emak memang hidup menderita, namun mereka tak mau pasrah agar tetap bisa menghirup udara. Pagi ini memang lembah bukit sangat licin, kaki kecil Buyung sudah berhati-hati melangkah namun akhirnya ia terpeleset juga terperosok ke dalam jurang dangkal.

Seragam sekolah SD buyung yang sudah lapuk dan tipis tak ayal compang-camping terkoyal semak belukar. Buyung meringis memperhatikan seragam yang ia kenakan,

“Aduh, seragamku compang-camping dan kotor, bagaimana aku akan sekolah hari ini ?”

Di tengah kebingungannya repleks Buyung bangkit dan masih meringis menahan sakit tubuhnya. Buyung mencari-cari ikatan kayu bakar yang dibawanya tadi. Rupanya tersangkut pada sebuah pohon kecil tak jauh dari tempatnya bediri.

“Syukurlah, kayu bakarku tidak jatuh jauh ! Aku masih bisa makan nasi nanti malam bersama Emak !”

Buyung tak peduli dengan keadaannya, dengan semangat ia mencari jalan menuju ke atas. Susah payah Buyung sampai pada jalan yang ia lalui tadi. Terik matahari mulai hangat di lembah bukit sunyi itu, Buyung kecil terus berjan gontai untuk sebuah cita-cita luhur anak bangsa yang katanya sudah merdeka ini.
***​

Tiba di pasar Buyung langsung menemui langganan pedagang yang biasa mau membeli kayu bakarnya. Pak Kasim kaget melihat keadaan buyung seperti itu, ia langsung bertanya kepada Buyung,

“Mengapa badanmu seperti itu Buyung, seragammu sudah tak karuan bentuknya ?

Buyung hanya tersenyum kecut tak menjawabnya, ia sudah kelelahan merasakan semuanya. Mulutnya malas untuk menerangkan.

Lima Ribu Rupiah saja untuk seikat kayu bakar itu, namun Pak Kasim kali ini beriba hati dan memberikan uang lebih kepada Buyung. Buyung sangat berterima kasih dalam senyumnya, Buyung segera berlari menuju sekolahnya di belakang pasar.

Di depan pintu kelas ia mengetuk, tak lama gurunya tersayang membukakan pintu. Tadinya Pak Guru akan memarahi siapa yang terlambat kali ini, namun begitu melihat siapa yang datang dan melihat keadaan Buyung, Pak Guru segera bertanya kepada Buyung,

“Buyung, mengapa kau terlambat dan mengapa seragammu robek semua ?”

Pak Guru bertanya seraya tak kuasa meneteskan air mata melihat keadaan Buyung.

“Aku terjerembab masuk jurang Pak Guru, jalanan begitu licin mungkin juga aku tadi kurang hati-hati.” Buyung coba menerangkan kejadian tadi dengan penuh rasa hormat kepada gurunya.

Pak Guru membimbing buyung memsuki kelas, teman-teman Buyung memperhatikan dengan seksama dari ujung rambut hingga ujung kaki. Beberapa diantaranya bisik-bisik dengan teman sebangkunya, sahabat buyung segera menghampirinya dan menggandeng Buyung duduk pada kursi.
***​

Lima langkah lagi Buyung sampai di rumahnya yang sangat sederhana, dinding biliknya sudah bolong-bolong sebagian karena rapuh. Langkahnya terhenti sejenak, kata-kata apa yang harus ia lontarkan ketika Emak bertanya tentang keadaannya ini. Buyung pasrah saja kepada nasibnya, tangannya mendorong pintu kusam kehitaman seraya mengucapkan salam,

“Assalamu’alaikum Mak ! Buyung pulang Mak.”

Wanita paruh baya segera menyambutnya dengan senyum, tak lama senyum itu mengembang, Emak segera secara serius memperhatikan baju dan keadaan Buyung.

“Mengapa kamu Buyung, apa yang sudah terjadi ?”

Emak segera memeluk Buyung kecil dengan senggukan tangis, Buyung lirih berkata kepada Emak,

“Aku tadi pagi terjerembab masuk jurang karena jalanan begitu licin akibat hujan tadi malam.”

Emak hanya mampu mengusap rambut buyung dan tak mampu lagi berkata, tangis Emak semakin menjadi. Emak memeluk Buyung sangar erat.
***​

Saat makan sahur Buyung mengadu kepada Emak,

“Mak, seragamku sudah tak bisa lagi dipakai untuk sekolah besok !” Buyung bertanya dengan harap kepada Emak tersayang. Buyung sangat bingung, maklum bocah sekecil itu tak mampu menghadapi kejadian itu dengan tenang. Buyung sangat khawatir jika ia tidak bisa bersekolah, bagaikan terhenti cita-citanya.

Emak tersenyum dan berjalan menuju sebuah lemari butut di sudut ruangan. Emak mengeluarkan Bendera Merah Putih warisan berharga Almarhum Bapak. Buyung terheran-heran melihat Emak malah membawa Bendera ke hadapannya.

“Buat apa Emak mengeluarkan Bendera ini ?” Buyung bertanya polos.

Emak sekali lagi tersenyum dan berkata,

“Hari ini kau tidak usah dulu berangkat sekolah, Emak akan jadikan seragam Bendera ini !”

Buyung sangat terkejut dengan perkataan Emak, tetapi sesaat kemudian ia terdiam dan tertunduk. Buyung kini sangat merasa bersalah, gara-gara kecelakaan tadi Bendera kebanggaannya terpaksa dijadikan seragam. Harta warisan satu-satunya dari Bapak kini harus berubah fungsinya, tahun lalu ia selalu hormati Bendera itu yang ia ikatkan pada sebatang Bambu yang ditancapkan di halaman, kini Bendera itu harus menemani tubuhnya untuk bisa bersekolah.
Pekik Kemerdekaan memang sudah membahana disegala penjuru tanah air namun arti kemerdekaan belum dirasakan oleh seluruh rakyat bangsa ini…

Di beberapa pelosok Tanah Air tiada perubahan yang berarti sejak Proklamasi dibacakan hingga kini…

Rakyat masih merasakan penjajahan dekat dengan kehidupannya, walau tak jelas Bangsa Asing kah atau Bangsa Sendiri yang menjajah mereka…
 
tiada ada artinya kalau bendera hanya berkibar di saat rakyat sedang menderita,
makanya emang pantas dijadikan seragam sekolah.

Maju terus pendidikan Indonesia,
cia you.......
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.