• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Belajar Mendengar Kritikan

stanza

IndoForum Beginner E
No. Urut
44969
Sejak
31 Mei 2008
Pesan
441
Nilai reaksi
3
Poin
18
Bagi masyarakat yang berasal atau tinggal dikota kecil pada umumnya mengenal pasar tradisional, yang hanya digelar pada hari- hari tertentu saja. Di jawa Tengah, hari- hari itu dikenal dengan nama "hari pasaran". Kalau kalender nasional mengenal satu minggu terdiri dari tujuh hari, berbeda halnya dengan kalender Jawa. Kalender Jawa hanya mengenal lima hari saja, yaitu Kliwon, Legi, Pahing, Pon, Wage; dan hari pasaran diselenggarakan sesuai nama kelima hari tersebut.
Pasar hewan termasuk salah satu pasar tradisional yang khusus berjual beli hewan ternak, yaitu sapi, kerbau, kambing, dan lain-lain. Di daerah saya terdapat pasar hewan yang aktivitasnya hanya dilakukan pada hari Kliwon. Setiap hari Kliwon, sejak pagi hingga menjelang petang hari, pasar tersebut penuh pengunjung. Orang yang akan beraktivitas di pasar tersebut dikenal dengan istilah " pergi kliwonan". Masyarakat di daerah tersebut banyak yang bermata pencaharian pedagang atau berjual-beli ternak dan dalam istilah bahasa Jawa dikenal sebagai " blantik ".
Seorang blantik, setelah kegiatan pasar selesai-- setelah menghitung laba-ruginya--akan segera pulang kerumahnya. Dan, dia tidak akan berjualan sapi lagi sebelum Kliwon berikutnya. Kehidupan sebagai orang Kristen mempunyai tujuan dan kewajiban sebagai umat Allah, yang terpanggil untuk menguduskan hari sabat, yaitu hari Minggu, dalam wujud nyata berkumpul dan beribadah di gereja. Setelah pendeta mengucapkan berkat dan menutup kebaktian, orang Kristen juga segera pulang kerumahnya. Di antara mereka ada yang pulang dengan wajah gembira dan sukacita, tetapi ada pula yang pulang dengan wajah biasa- biasa saja, seolah- olah tidak memperoleh sesuatu dari kebaktian tersebut. Sampai tiba hari Minggu berikutnya, gereja menjadi kosong dan orang Kristen pun bebas dari tugasnya. Secara sepintas, aktivitas kehidupan si blantik mirip dengan kehidupan umat Kristen. Hanya saja di satu pihak mereka berjual- beli ternak, sedangkan yang laain menunaikan ibadah kepada Tuhan. Umat Kristen beraktivitas pada hari Minggu dan si blantik beraktivitas pada hari Kliwon.
Si blantik dalam kegiatannya selalu mengikutsertakan anaknya, dengan harapan anaknya dapat mengenal secara langsung dunia perdagangan hewan, dan selanjutnya dapat mengikuti jejak ayahnya sebagai blantik pada generasi berikutnya. Orang Kristen mengajar anak- anaknya untuk bersama- sama beribadah di rumah Tuhan, sehingga secara tidak langsung anaknya boleh mengenal cara- cara beribadah, berdoa, bernyanyi dan akhirnya menjadi orang Kristen pada generasi yang akan datang.
Pandangan yang diuraikan secara sederhana tentang kedua hal tersebut, secar sepintas mempunyai aktivitas yang hampir serupa, kalau hanya dilihat dari kacamata luarannya saja. Tetapi, justru pandangan yang sepintas itu perlu dikaji lebih lanjut, untuk melihat kenyataan yang sebenarnya dalam kehidupan bergereja. Pandangan itu dapat dikatakan semacam kritik terhadap kehidupan insan- insan Kristen.
Sebuah kritik dapat bersifat positif dan membangun. Kritik dapat membangkitkan semangat seseorang untuk memperbaiki kesalahan. Tetapi, biasanya orang lebih suka marah apabila di kritik, padahal suatu kritik yang bernilai positif sebenarnya dapat membangun seseorang yang mental dan imannya nyaris roboh. Tak ada salahnya belajar memahami kritik yang membangun dan mana yang bukan.
Kita sering menjumpai kegiatan orang Kristen yang hanya memenuhi rutinitas. Pada hari Minggu, orang- orang Kristen berangkat ke gereja dengan membawa Alkitab. Setelah lonceng berbunyi yang menandakan kebaktian selesai, mereka segera meninggalkan bamgkunya, maka selesailah tugas rutin mingguannya. Mereka pulang tanpa mendapat kesegaran baru dari firman Tuhan yang telah didengarnya. Rutinitas yang dilakukan tersebut tak ubahnya seperti rutinitas si blantik sapi. Apa tidak marah kalau sebagai orang Kristen disindir dan dikritik sebagai Kristen blantik sapi?
Kehidupan orang Kristen yang diibaratkan mirip dengan seorang blantik yang dikemukakan di atas, merupakan suat kritik. Sebuah kiasan biasanya dicetuskan berdasar suatu faakta dan bukti yang ada. Kiasan yang diuraikan sebagai blantik, menggambarkan suatu pandangan spintas bahwa kegiatan kehidupan orang Kristen tidak jauh berbeda dengan kegiatan seorang blantik sapi dengan contoh konkret seperti telah dikemukakan diatas. Bila ada orang Kristen yang hidupnya demikian, itu menandakan bahwa dirinya belum memenuhi panggilaan Tuhan yang sesungguhnya.
Kritik yang menggambarkan orang Kristen seperti seorang blantik tersebut, di dalamnya tersirat tiga pokok permasalahan yang harus diinstrospeksi dalam diri insan- insan Kristen, agar dapat menempatkan kembali gambar yang sebenarnya sebagai umat Tuhan. Nilai kekristenan dapat terwujud dalam tugas panggilan umat Kristen dalam pelayanan, persekutuan dan kesaksian.

Kritik Pertama
Apakah pergi ke gereja itu hanya memenuhi tugas rutinitas saja, seperti layaknya pergi ke pasar hewan? Si blantik pergi ke pasar hewan dengan satu tujuan untuk berdagang dan mencari keuntungan, dan hanya pada hari Kliwon dia menunaikan tugasnya sementara hari yang lain tidak ada beban dan kewajiban lagi. Apabila pasar telah selesai, dia telah menyelesaikan kewajiban sebagai pedagang ternak, tanpa ada tuntutan lain dari siapa pun. Dan, setelah si blantik pulang dari pasar Kliwon, dia sudah tidak disebut sebagai blantik lagi. Mungkin pada hari yang lain dia berubah profesi sebagai petani, pedagang, tukang kayu, supir, dan lain- lain. Barulah pada hari Kliwon berikutnya dia menjadi blantik lagi.
Orang Kristen walaupun tampaknya hanya beribadah pada hari Minggu saja selama satu atau dua jam, sebenarnya pada hari- hari selaanjutnya mereka masih tetap berpredikat orang Kristen dan harus senantiasa dapat menunjukkan kekristenannya, baik dalam lingkungan masyarakat, pada waktu sedang belanja di pasar maupun pada waaktu di kantor. Predikat sebagai seorang Kristen dan anak- anak Allah terus disandang dan tidak dapat dilepas semenit pun. Seperti kata Tuhan Yesus dalam perumpamaan Pokok Anggur yang benar, "Tinggalah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu" ( Yoh. 15: 4 ). Orang Kristen sebagai carang- carang-Nya tidak pernah sedetik pun dapat lepas dari batangnya. Dan, apabila terlepas dari batangnya , maka carang itu akan kering, di buang dan selanjutnya dibakar ke dalam api, karena carang yang demikian sudah tidak bermanfaat lagi.
Kebaktian hari Minggu adalah salah satu kegiatan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan bersama umat yang lain dalam sebuah gereja. Dan, masih banyak kegiatan untuk bersyukur dan mendekatkan diri kepada Tuhan, bahkan setiap detik orang Kristen harus mendekatkan diri dan ingat kepada Tuhan, umpamanya bila hendak makan orang Kristen mengucap syukur, hendak memulai pekerjaan mohon penyertaan Tuhan, hendak tidur mohon perlindungan untuk kesehatan dan kesegaran jasmaani, dan seterusnya dalam setiap langkah kehidupannya.
Tugas panggilan pelayanan orang Kristen bukan semata- mata hanya pada hari Minggu. Gereja akan dapat bertumbuh apabila tangan- tangan jemaatnya dan campur tangan Tuhanlah gereja dapat mewujudkan pelayanan, persekutuan dan kesaksian kepada masyarakat di sekitarnya, khususnya kepada mereka yang belum mengenal Tuhan.

Kritik Kedua
Adakah suatu kepastian bagi kehidupan orang Kristen, atau adakah faktor spekulasi seperti seorang blantik sapi? Setiap pedagang selalu dihadapkan dengan dua kemungkinan, untung atau rugi. Seperti halnya seorang blantik saapi walaupun telah bertahun- tahun berpengalaman dalam berjual -beli sapi, tetapi pada kenyataannya tetap berhadapan dengan dua kemungkinan, yaitu untung dan rugi. Orang Kristen pergi ke gereja sebagai tugas panggilan untuk mendekatkan diri dan bersyukur kepada Tuhan, bernyanyi dan memuji nama-Nya dan yang lebih utama mendengar firman Tuhan melalui hamba-Nya. Firman Tuhan yang didengar oleh jemaat adalah wujud percakapan Tuhan kepada setiap pribadi Kristen yang hadir dan mereka boleh berbicara melalui doa- doanya kepada Tuhan. Firman Tuhan merupakan makanan rohani bagi setiap orang Kristen, dan firman itu dapat menyegarkan jiwa- jiwa yang lapar dan dahaga. Maka, seharusnya setiap orang Kristen dapat merasakan sukacita dari Tuhan dan memperoleh sesuatu setelah mereka pulang dari gereja, dan bukan pulang dengan tangan hampa. Firman Tuhan itu dapat menghibur yang berduka, menguatkan yang lemah, meluruskan yang salah jalan dan selanjutnya mendekatkan setiap jiwa- jiwa Kristen kepada Tuhan. Orang Kristen memperoleh kesegaran rohani pada hari Minggu. NIlai kesegaran rohaani yang demikian tidak dapat dihitung untung atau rugi seperti perhitungan si blantik atu dunia perdagangan pada umumnya. Tetapi, suatu sukacita yang besar dari Tuhan sendiri yang tidak dapat diukur dengan uang maupun materi.
Pada saat orang menjadi Kristen- dimana hidupnya telah diperbaharui dari yang lama kepada kehidupan yang baru-, pada saat itu seharusnya dia memiliki keyakinan bahwa jiwanya telah diselamatkan dan telah disediakan kehidupan yang kekal di dalam Tuhan, seperti yang tertulis dalam Injil Yohanes 3: 16. Jaminan ini bukan merupakan suatu perkiraan atau mudah- mudahan, tetapi suatu kepastian yang telah Tuhan firmankan sendiri. Janji Tuhan kepada setiap orang Kristen yang taat dan setia senantiasa digenapi. Jalan kehidupan orang Kristen bukan seperti seorang blantik sapi yang untung maupun ruginya masih belum dapat dipastikan. Istilah spekulasi yang umumnya dikenal dalam dunia bisnis dan perdagangan, merupakan suatu pengharapan yang belum pasti. Orang Kristen tidak mengenal istilah spekulasi atau pengharapan yang tidak menentu. Tuhan telah menjanjikan suatu kepastian yang tidak perlu diragukan lagi, yakni memperoleh anugerah kehidupan kekal bagi anak- anak Tuhan.

Kritik Ketiga
Adakah dikenal orang Kristen keturunan atau Kristen otomatis? Seorang anak yang sering diajak ayahnya menjual sapi setelah dewasa akan cenderung memilih profesi yang sama. Anak seorang petani yang selalu membantu orangtuanya akan mudah melanjutkan profesi orangtuanya sebagai petani. Orang yang berasal dari Sumatera Barat di kenal memiliki karakter yang ulet untuk berdagang, karena berdagang adalah pekerjaan yng ditekuni para pendahulu mereka. Sebagian besar orang dari daerah Jepara, Jawa Tengah mampu menghasilkan ukir- ukiran yang bermutu tinggi, karena hal itu merupakan kebiasaan yang dilakukan para orangtuanya dan terus diikuti oleh generasi berikutnya.
Tetapi, sebagai orang Kristen kita tidak mengenal istilah orang Kristen turunan. Orangtua mengajak anaknya pergi ke gereja untuk mulai mengenal Tuhan, adalah untuk memenuhi tugas dan kewajibannya. Sebagai orangtua Kristen, mereka berjanji akan mendidik dan mengajar setiap anaknya untuk mengenal Tuhan Yesus sebagaimana iman yang telah dimilikinya. Tetapi, proses selanjutnya untuk dapat menjadi orang Kristen sepenuhnya tergantung kepada mereka secara pribaadi dihadapan Tuhan. Anak- anak itu harus secara pribadi, tanpa embel- embel orangtua, mengaku dan berikrar di hadapan Tuhan atas imannya dan Tuhan memanggil dan memeteraikan jiwa- jiwa Kristen baru melalui seorang pendeta dan disaksikan oleh jemaat-Nya. Dlam kekristenan kita tidak mengenal adanya orang Kristen turunan; jika orangtuanya Kristen, maka anak- anaknya otomatis Kristen. Tetapi, setiap pribadi harus mengaku dan berikrar di hadapan Tuhan seorang demi seorang.
Dalam Roma 10:9 dikatakan: " Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan". Terasa ironis sekali apabila kegiatan kehidupan orang Kristen diidentikkan dengan kehidupan seorang blantik sapi. Kiasan itu akan menghilang dengan sendirinya apabila setiap orang Kristen mampu membuktikan bhwa kehadirannya dalam gereja bukan sekadar kegiatan rutinitas saja, dan bukan hanya memenuhi syarat sebagai pemeluk agama Kristen. Tetapi, lebih jauh dari itu bahwa setiap orang Kristen selalu mendekatkan diri daan beribadah kepada Tuhan dan berkewajiban melakukan tugas- tugas panggilan yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam perjalanan kehidupan di dunia ini, maanusia akan dipengaruhi oleh lingkungannya yang beraneka ragam bentuk, godaan, pencobaan, rasa kecewa, fitnah, dengki, iri hati, dan lain- lain. Dengan penyertaan Tuhan, orang Kristen mampu melawan segala bentuk rongrongan iman seperti firman-Nya dalam Matius 11: 28, Tuhan akan menguatkan dan memberi kelegaan baru. Kritik yang membangun patut kita dengar, karena kritik itu dapat memperbaiki kesalahan- kesalahan yang secara tidak sadar telah kita lakukan.
 
Nice one, kk!! Aku jadi ingat. Firman Tuhan hari minggu adalah tentang disiplin. Setiap kita hanya akan bisa berhasil jika kita mau diajar dan mau didisiplinkan. Kritikan seharusnya menjadi salah satu sarana untuk mendidik kita. Jika kita mau menerima kritik dan berubah menjadi lebih baik, kita kembali kepada jalan yang sesuai. :-bd
 
Nice one, kk!! Aku jadi ingat. Firman Tuhan hari minggu adalah tentang disiplin. Setiap kita hanya akan bisa berhasil jika kita mau diajar dan mau didisiplinkan. Kritikan seharusnya menjadi salah satu sarana untuk mendidik kita. Jika kita mau menerima kritik dan berubah menjadi lebih baik, kita kembali kepada jalan yang sesuai. :-bd
pengennya spt itu...
tapi adakalanya si penerima kritik malahan marah......
aku ga tw apa sebabnya bisa marah...apa bentuk kritikannya terlalu tajam atau apanya???
cuma menurutku...apapun bentuk kritikannya, mo tajam kek, mo stengah tajam kek..atau yg bersifat nyindir...tetap saja kudu seperti judul thread ini Belajar Mendengar Kritikan

nice thread...:)

GBU

regards,

novert.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.