eagleflyfree
IndoForum Newbie B
- No. Urut
- 42206
- Sejak
- 30 Apr 2008
- Pesan
- 244
- Nilai reaksi
- 2
- Poin
- 18
Salam
Kalo gw perhatiin kayanya dikit banget tred baru yang dibikin para muslimers neh, apa pada sibuk ya, apa lg males karena itu gw nyoba bikin-bikin walaupun bukan original tapi gw ambil dari beberapa kisah yang pernah gw baca gpp yah.
Gw mo ngajak bro n sis tuk memecahkan persoalan yang dulu pernah terjadi tp udah berhasi dipecahkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib, begini neh ;
1. Berapakah bagian yang adil???
Dua orang sahabat melakukan perjalanan bersama. Disuatu tempat, mereka berhenti untuk makan siang. Sambil duduk, mulailah masing-masing membuka bekalnya. Orang yang pertama membawa tiga potong roti, sedang orang yang kedua membawa lima potong roti.
Ketika keduanya telah siap untuk makan, tiba-tiba datang seorang musafir yang baru datang ini pun duduk bersama mereka.
“Mari, silakan, kita sedang bersiap-siap untuk makan siang,”kita salah seorang dari dua orang tadi.
“Aduh…saya tidak membawa bekal,” jawab musafir itu.
Maka mulailah mereka bertiga menyantap roti bersama-sama. Selesai makan, musafir tadi meletakkan uang delapan dirham di hadapan dua orang tersebut seraya berkata: “Biarkan uang ini sebagai pengganti roti yang aku makan tadi.” Belum lagi mendapat jawaban dari pemilik roti itu, si musafir telah minta diri untuk melanjutkan perjalanannya lebih dahulu.
Sepeninggal si musafir, dua orang sahabat itu pun mulai akan membagi uang yang diberikan.
“Baiklah, uang ini kita bagi saja,” kata si empunya lima roti.
“Aku setuju,”jawab sahabatnya.
“Karena aku membawa lima roti, maka aku mendapat lima dirham, sedang bagianmu adalah tiga dirham.
“Ah, mana bisa begitu. Karena dia tidak meninggalkan pesan apa-apa, maka kita bagi sama, masing-masing empat dirham.”
“Itu tidak adil. Aku membawa roti lebih banyak, maka aku mendapat bagian lebih banyak”
“Jangan begitu dong…”
Alhasil, kedua orang itu saling berbantah. Mereka tidak berhasil mencapai kesepakatan tentang pembagian tersebut. Maka, mereka bermaksud menghadap Imam Ali bin Abi Thalib r.a. untuk meminta pendapat.
Di hadapan Imam Ali, keduanya bercerita tentang masalah yang mereka hadapi. Imam Ali mendengarkannya dengan saksama. Setelah orang itu selesai berbicara, Imam Ali kemudian berkata kepada orang yang mempunyai tiga roti: “Terima sajalah pemberian sahabatmu yang tiga dirham itu!”
“Tidak! Aku tak mau menerimanya. Aku ingin mendapat penyelesaian yang seadil-adilnya, “Jawab orang itu.
Berapa bagiankah yang adil menurut imam Ali???
2. Bagaimana caranya???
Seorang istri datang kepda Imam Ali dalam keadaan sangat gelisah dan tidak tenang. Di tangannya tampak sebuah kantong kecil. Wajahnya pucat dan memeras.
“Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikum salam warahmatullah wa barakatuh…” jawab Imam Ali sambil membukakan pintu.
“Tolong aku wahai Abal Hasan…,” kata wanita itu dengan suara seakan menahan tangis.
“Ada apakah kiranya?”Tanya Imam Ali r.a.
“Aku dan suamiku saat ini di ambang perceraian.
“Aku masih tidak mengerti, coba ceritakan dengan tenang persoalan mu, insya Allah aku dapat membantu.”
“Begini. Aku dan suamiku baru saja duduk-duduk sambil menikmati buah kurma. Kami berdua menikmati kurma itu dan memasukkan biji-bijinya ke dalam katong ini. Setelah habis, suamiku berkata:’Pisahkanlah biji yang aku makan dengan yang engkau makan. Kalau tidak, engkau aku cerai!’ Sekarang aku dan suamiku kebingungan. Dia sebenarnya tak bermaksud menceraikan ku, begitu pula aku tak ingin bercerai darinya. Tetapi bagaimana mungkin aku memisahkan biji-biji yang aku makan dengan biji-biji yang dimakannya, sedang keduanya telah tercampur dalam kaleng ini…?”
Imam Ali terharu melihat keadaan wanita di hadapannya itu.
bagaimana jawaban pemecahan Imam ALi atas maslah tersebut???
3. Bagaimana ????
“Ada dua orang yang menitipkan barangnya kepada seorang wanita. Keduanya berkata kepada wanita itu untuk tidak memberikan barang tersebut bila mereka datang sendiri-sendiri. Barang akan diberikan dengan syarat keduanya harus berkumpul. Keduanya kemudian pergi.
Setelah berjalan beberapa waktu, salah seorang dari kedua pria itu mendatangi wanita tersebut. Ia berkata: “Berikan aku barang yang kami titipkan kepadamu! Temanku yang datang bersamaku dulu itu telah meninggal”.
Wanita itu menolak untuk memberikan barang titipan. Keduanya akhirnya bertengkar hebat. Akhirnya, karena pria tadi bersikeras, akhirnya wanita itu mengalah dan memberikan barang titipan mereka.
Tidak berapa lama, datang pula pria yang satunya lagi. Ia berkata: “Berikan barangku! Wanita itu menjawab: “Temanmu yang satunya lagi telah mengambilnya. Katanya engkau telah meninggal”. Keduanya bertengkar hebat. Akhirnya mereka sepakat untuk mengadukan masalah ini ke Umar bin Khatthab.
Setelah menceritakan segalanya, Umar berkata kepada wanita itu: “Menurutku engkau menjadi penjamin barang tersebut. Karena sekarang tidak ada padamu, maka engkau harus menggantinya”.
Wanita itu meminta izin kepada Umar: “Kalau engkau izinkan, jadikan Ali bin Abi Thalib sebagai pengadil di antara kami!
Umar berkata kepada Ali, yang kebetulan hadir dalam majelis itu: “Engkau menjadi hakim atas mereka berdua!
Bagaimana jawaban Imam Ali???
Segitu dulu deh, gpp yeh walau cm nyadur
Kalo gw perhatiin kayanya dikit banget tred baru yang dibikin para muslimers neh, apa pada sibuk ya, apa lg males karena itu gw nyoba bikin-bikin walaupun bukan original tapi gw ambil dari beberapa kisah yang pernah gw baca gpp yah.
Gw mo ngajak bro n sis tuk memecahkan persoalan yang dulu pernah terjadi tp udah berhasi dipecahkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib, begini neh ;
1. Berapakah bagian yang adil???
Dua orang sahabat melakukan perjalanan bersama. Disuatu tempat, mereka berhenti untuk makan siang. Sambil duduk, mulailah masing-masing membuka bekalnya. Orang yang pertama membawa tiga potong roti, sedang orang yang kedua membawa lima potong roti.
Ketika keduanya telah siap untuk makan, tiba-tiba datang seorang musafir yang baru datang ini pun duduk bersama mereka.
“Mari, silakan, kita sedang bersiap-siap untuk makan siang,”kita salah seorang dari dua orang tadi.
“Aduh…saya tidak membawa bekal,” jawab musafir itu.
Maka mulailah mereka bertiga menyantap roti bersama-sama. Selesai makan, musafir tadi meletakkan uang delapan dirham di hadapan dua orang tersebut seraya berkata: “Biarkan uang ini sebagai pengganti roti yang aku makan tadi.” Belum lagi mendapat jawaban dari pemilik roti itu, si musafir telah minta diri untuk melanjutkan perjalanannya lebih dahulu.
Sepeninggal si musafir, dua orang sahabat itu pun mulai akan membagi uang yang diberikan.
“Baiklah, uang ini kita bagi saja,” kata si empunya lima roti.
“Aku setuju,”jawab sahabatnya.
“Karena aku membawa lima roti, maka aku mendapat lima dirham, sedang bagianmu adalah tiga dirham.
“Ah, mana bisa begitu. Karena dia tidak meninggalkan pesan apa-apa, maka kita bagi sama, masing-masing empat dirham.”
“Itu tidak adil. Aku membawa roti lebih banyak, maka aku mendapat bagian lebih banyak”
“Jangan begitu dong…”
Alhasil, kedua orang itu saling berbantah. Mereka tidak berhasil mencapai kesepakatan tentang pembagian tersebut. Maka, mereka bermaksud menghadap Imam Ali bin Abi Thalib r.a. untuk meminta pendapat.
Di hadapan Imam Ali, keduanya bercerita tentang masalah yang mereka hadapi. Imam Ali mendengarkannya dengan saksama. Setelah orang itu selesai berbicara, Imam Ali kemudian berkata kepada orang yang mempunyai tiga roti: “Terima sajalah pemberian sahabatmu yang tiga dirham itu!”
“Tidak! Aku tak mau menerimanya. Aku ingin mendapat penyelesaian yang seadil-adilnya, “Jawab orang itu.
Berapa bagiankah yang adil menurut imam Ali???
2. Bagaimana caranya???
Seorang istri datang kepda Imam Ali dalam keadaan sangat gelisah dan tidak tenang. Di tangannya tampak sebuah kantong kecil. Wajahnya pucat dan memeras.
“Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikum salam warahmatullah wa barakatuh…” jawab Imam Ali sambil membukakan pintu.
“Tolong aku wahai Abal Hasan…,” kata wanita itu dengan suara seakan menahan tangis.
“Ada apakah kiranya?”Tanya Imam Ali r.a.
“Aku dan suamiku saat ini di ambang perceraian.
“Aku masih tidak mengerti, coba ceritakan dengan tenang persoalan mu, insya Allah aku dapat membantu.”
“Begini. Aku dan suamiku baru saja duduk-duduk sambil menikmati buah kurma. Kami berdua menikmati kurma itu dan memasukkan biji-bijinya ke dalam katong ini. Setelah habis, suamiku berkata:’Pisahkanlah biji yang aku makan dengan yang engkau makan. Kalau tidak, engkau aku cerai!’ Sekarang aku dan suamiku kebingungan. Dia sebenarnya tak bermaksud menceraikan ku, begitu pula aku tak ingin bercerai darinya. Tetapi bagaimana mungkin aku memisahkan biji-biji yang aku makan dengan biji-biji yang dimakannya, sedang keduanya telah tercampur dalam kaleng ini…?”
Imam Ali terharu melihat keadaan wanita di hadapannya itu.
bagaimana jawaban pemecahan Imam ALi atas maslah tersebut???
3. Bagaimana ????
“Ada dua orang yang menitipkan barangnya kepada seorang wanita. Keduanya berkata kepada wanita itu untuk tidak memberikan barang tersebut bila mereka datang sendiri-sendiri. Barang akan diberikan dengan syarat keduanya harus berkumpul. Keduanya kemudian pergi.
Setelah berjalan beberapa waktu, salah seorang dari kedua pria itu mendatangi wanita tersebut. Ia berkata: “Berikan aku barang yang kami titipkan kepadamu! Temanku yang datang bersamaku dulu itu telah meninggal”.
Wanita itu menolak untuk memberikan barang titipan. Keduanya akhirnya bertengkar hebat. Akhirnya, karena pria tadi bersikeras, akhirnya wanita itu mengalah dan memberikan barang titipan mereka.
Tidak berapa lama, datang pula pria yang satunya lagi. Ia berkata: “Berikan barangku! Wanita itu menjawab: “Temanmu yang satunya lagi telah mengambilnya. Katanya engkau telah meninggal”. Keduanya bertengkar hebat. Akhirnya mereka sepakat untuk mengadukan masalah ini ke Umar bin Khatthab.
Setelah menceritakan segalanya, Umar berkata kepada wanita itu: “Menurutku engkau menjadi penjamin barang tersebut. Karena sekarang tidak ada padamu, maka engkau harus menggantinya”.
Wanita itu meminta izin kepada Umar: “Kalau engkau izinkan, jadikan Ali bin Abi Thalib sebagai pengadil di antara kami!
Umar berkata kepada Ali, yang kebetulan hadir dalam majelis itu: “Engkau menjadi hakim atas mereka berdua!
Bagaimana jawaban Imam Ali???
Segitu dulu deh, gpp yeh walau cm nyadur