• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

[Ask] Mahayana dan Theravada

666

IndoForum Junior B
No. Urut
19114
Sejak
19 Jul 2007
Pesan
2.522
Nilai reaksi
67
Poin
48
Teman2 yang beragama Budha, saya mau tanya apa beda 2 aliran ini, saya perlu informasinya karena confuse, sebab kemaren2 saya baca kitab sutra mahayana dan memahami isi ajaran itu, tapi ketika saya tanya orang lain yang budha tentang ajaran, malah berbeda pendapat. Tolong teman2 yang beragama Budha menjelaskan, saya butuh untuk penelitian.

Terima Kasih.
 
Teman2 yang beragama Budha, saya mau tanya apa beda 2 aliran ini, saya perlu informasinya karena confuse, sebab kemaren2 saya baca kitab sutra mahayana dan memahami isi ajaran itu, tapi ketika saya tanya orang lain yang budha tentang ajaran, malah berbeda pendapat. Tolong teman2 yang beragama Budha menjelaskan, saya butuh untuk penelitian.

Terima Kasih.

Kalau anda ingin belajar agama Buddha,sebaiknya belajar dari aliran Theravada dulu karena pengaruh tradisi sangat sedikit sekali(bahasa Pali),setelah itu baru pelajari aliran Mahayana atau Tantrayana(sudah dipengaruhi tradisi Cina). Karena Dhamma sangat dalam sekali.
 
BUDDHISME THERAVADA DAN MAHAYANA

( Buddhism, Theravada and Mahayana by Dr. Walpola,
Dhammadesana di Kuala Lumpur, 1980
Sumber : Bunga Rampai Dhammadesana Bhikkhu Sri Subalaratano )

Marilah kita bahas suatu masalah yang sering ditanyakan oleh banyak orang. Apakah perbedaan antara Buddhisme Mahayana dan Theravada? Agar persoalannya dapat ditinjau dalam perspektif yang sewajarnya, sebaiknya kita membalik sejarah Buddhisme dan melacak timbulnya serta perkembangan aliran Mahayana dan Theravada.

Sang Buddha Gotama dilahirkan pada abad ke–6 S.M. Setelah mencapai Penerangan Agung pada usia 35 tahun sampai Beliau wafat (Mahaparinirvana) ketika berusia 80 tahun, Beliau mengisi hidupnya dengan memberi khotbah dan mengajar. Beliau merupakan orang yang paling bersemangat yang pernah hidup di dunia ini. Selama 45 tahun ia mengajar dan berkhotbah siang dan malam, tidurnya hanya kira-kira dua setengah jam sehari.

Sang Buddha berbicara kepada semua lapisan masyarakat: raja dan putri, brahmin, petani, pengemis, kaum terpelajar dan rakyat biasa. Ajaran-ajaran-Nya disesuaikan dengan pengalaman, tingkat pengertian dan kemampuan pikiran para pendengarnya. Apa yang diajarkan-Nya disebut BUDDHAVACANA, yaitu kata-kata Sang Buddha. Pada waktu itu belum ada yang disebut Theravada dan Mahayana.

Setelah mendirikan persamuan para Bhikkhu dan Bhikkhuni, Buddha menetapkan peraturan disiplin yang disebut VINAYA untuk membimbing persamuan tersebut. Ajaran-ajaran Buddha lainnya disebut DHAMMA yang termasuk percakapan-percakapan, khotbah-khotbah-Nya kepada para bhikkhu dan bhikkhuni dan masyarakat awam.

Tiga bulan setelah Buddha mencapai parinirvana, para murid dekatnya mengadakan suatu pertemuan di Rajagaha. Maha Kasyapa, bhikkhu tertua yang paling dihormati, memimpin pertemuan tersebut. Dua tokoh penting yang ahli dalam dua bidang yang berbeda : DHAMMA dan VINAYA juga hadir. Yang seorang bernama Ananda, teman dan pengikut terdekat Sang Buddha selama 25 tahun. Dengan bakat ingatan yang luar biasa, Ananda dapat mengucapkan kembali apa yang telah dikhotbahkan oleh Sang Buddha. Seorang lagi adalah Upali, yang mengingat semua peraturan Vinaya.

Hanya dua ajaran ini – Dhamma dan Vinaya – yang diulangi dalam Pertemuan Agung Pertama. Walaupun ada perbedaan pendapat mengenai Dhamma (tanpa menyinggung Abhidharma), diadakan pembahasan peraturan Vinaya. Sebelum Buddha mencapai parinirvana, Beliau memberitahu Ananda bahwa jika SANGHA (persamuan bhikkhu) menghendaki untuk merubah atau melunakkan beberapa peraturan yang kurang penting, maka mereka dapat melakukannya. Tetapi pada waktu itu Ananda sedang diliputi oleh kesedihan yang sangat menekan karena Buddha hampir wafat, sehingga tidak terpikir untuk menanyakan kepada Sang Guru mana yang dimaksudkan dengan peraturan yang kurang penting itu.

Karena anggota dewan tidak dapat mencapai kesepakatan mengenai apa yang disebut sebagai peraturan yang kurang penting, Maha Kasyapa akhirnya menetapkan bahwa tidak satupun dari peraturan disiplin yang dibuat oleh Sang Buddha boleh dirubah dan tidak ada peraturan baru yang boleh dibuat. Tiada alasan yang hakiki yang diberikan. Namun Maha Kasyapa pernah mengatakan satu hal :

"Jika kita merubah peraturan ini, orang akan berkata bahwa murid-murid Yang Ariya Gotama merubah peraturan bahkan sebelum api perabuan jenazahnya berhenti menyala."

Pada pertemuan itu, DHAMMA dibagi menjadi beberapa bagian dan setiap bagian harus dihafalkan oleh seorang murid tertua (elder) dan pengikutnya. Kemudian Dhamma disampaikan dari guru ke murid secara lisan. Dhamma diucapkan setiap hari oleh kelompok-kelompok yang sering mencocokkan satu sama lain untuk memastikan bahwa tak ada yang dihilangkan atau ditambahkan. Para ahli sejarah berpendapat bahwa tradisi lisan lebih dapat diandalkan daripada laporan yang tertulis oleh seseorang dari ingatannya beberapa tahun setelah kejadian.

Seratus tahun kemudian, pertemuan kedua diselenggarakan untuk membahas beberapa peraturan Vinaya. Tiga bulan setelah Buddha parinirvana tidak dirasa perlu untuk merubah peraturan, sebab hanya sedikit atau tidak ada perubahan-perubahan politik, ekonomi atau sosial dalam masa yang singkat itu. Tetapi 100 tahun berikutnya, beberapa bhikkhu menganggap perlu untuk mengadakan perubahan atas peraturan yang kurang penting tersebut. Para bhikkhu yang ortodoks mengatakan bahwa tidak ada perubahan yang perlu diadakan, sedangkan yang lainya mendesak adanya perubahan beberapa peraturan. Akhirnya kelompok bhikkhu yang ingin mengadakan perubahan meninggalkan persamuan dan membentuk MAHASANGHIKA - Persamuan Agung -. Sekalipun disebut Mahasanghika, himpunan ini tidak dikenal sebagai Mahayana.

Pada pertemuan kedua ini hanya hal-hal yang berhubungan dengan Vinaya saja yang dibahas dan tidak dilaporkan adanya perdebatan mengenai Dhamma.

Pada abad ke-3 S.M. selama pemerintahan Raja Asoka, pertemuan ketiga dilangsungkan untuk membicarakan perbedaan-perbedaan pendapat diantara para bhikkhu dari berbagai sekte. Dalam pertemuan ini perbedaan-perbedaan itu tidak hanya dibatasi pada Vinaya tetapi juga berkenaan dengan Dhamma. Pada akhir pertemuan ini, ketua dewan Moggalliputta Tissa menyusun sebuah kitab yang disebut KATHAVATTHU, yang mengangkal pendapat-pendapat yang bertentangan dengan Dhamma serta pandangan-pandangan dan teori-teori salah yang dianut oleh beberapa sekte. Ajaran yang disetujui dan diterima oleh Dewan ini disebut sebagai THERAVADA.

Abhidharma Pitaka juga termasuk didalam ajaran yang diterima oleh Dewan.

Setelah pertemuan ke tiga, putra Raja Asoka, Y.A. Mahinda Thera, membawa Tripitaka ke Srilanka bersama dengan komentar-komentar yang dibacakan pada Pertemuan Ketiga. Teks yang dibawa ke Srilanka disimpan sampai saat ini tanpa ada satu halaman pun yang hilang. Teks tersebut ditulis dalam bahasa Pali berdasarkan bahasa Magadhi yang dipergunakan oleh Sang Buddha. Tak ada yang dikenal sebagai Mahayana pada waktu itu.

Diantara abad ke-1 S.M. sampai abad ke-1 M. kedua istilah MAHAYANA dan HINAYANA muncul dalam SADDHARMA PUNDARIKA SUTRA atau Sutra Teratai Hukum Kebajikan (Sutra of Lotus of Good Law)

Baru kira-kira abad ke-2 M, Mahayana mendapat batasan yang jelas. Nagarjuna mengembangkan filsafat Sunyata dari Mahayana dan membuktikan bahwa segala sesuatu adalah hampa, dalam sebuah teks kecil yang dinamakan Madhyamika-Karika.

Sekitar abad ke-4 muncullah Asanga dan Vasubandhu yang menulis sejumlah karya besar mengenai Mahayana. Setelah abad ke-1 M, kaum Mahayanis mengambil sikap yang pasti dan baru pada waktu itu istilah-istilah Mahayana dan Hinayana diperkenalkan.

Kita jangan sampai mencampur-adukan Hinayana dengan Theravada, sebab kedua istilah itu bukan sinonim. Buddhisme Theravada masuk Srilanka pada abad ke-3 S.M. ketika Mahayana masih belum dikenal sama sekali. Sekte Hinayana berkembang di India dan terlepas dari bentuk Buddhisme yang ada di Srilanka. Dewasa ini tak ada lagi sekte Hinayana dimanapun di dunia. Karena itu pada tahun 1950, Persaudaraan Buddhis Sedunia yang didirikan di Kolombo dengan suara bulat memutuskan untuk menghapus istilah Hinayana bila menyebut Buddhisme yang ada di Srilanka, Thailand, Laos, Burma, Kambodia dan lain-lain.

Demikianlah sejarah singkat Theravada, Mahayana dan Hinayana.

Kini, apakah perbedaan antara Mahayana dan Theravada ?

Saya telah mempelajari Mahayana selama bertahun-tahun dan semakin lama saya mempelajarinya, semakin jelas bahwa hampir tidak ada perbedaan berarti antara Theravada dan Mahayana dalam ajaran-ajarang fundamental.

1. Kedua aliran menerima Sakyamuni Buddha sebagai Guru.
2. Kedua aliran menganut Empat Kesunyataan Mulia yang persis sama.
3. Kedua aliran menerima Jalan Mulia Beruas Delapan yang sama persis sama.
4. Kedua aliran mempunyai Pratitya Samutpadda atau sebab musabab yang saling bergantungan.
5. Kedua aliran menolak gagasan adanya Dewa tertinggi yang menciptakan dan menguasai dunia ini.
6. Kedua aliran menerima Anitya, Dukkha dan Anatman dan Sila, Samadhi dan Prajna tanpa ada perbedaan
Itulah pokok-pokok ajaran terpenting dari Sang Buddha Gotama yang semuanya diterima oleh kedua aliran tersebut tanpa mempersoalkannya.

Terdapat pula pokok-pokok pikiran yang berbeda antara mereka. Salah satu yang jelas ialah mengenai BODHISATTVA. Banyak orang mengatakan bahwa Mahayana adalah untuk tingkat ke-Bodhisattva-an yang menuju ke tingkat ke-Buddha-an, sedangkan Theravada untuk tingkat ke-Arahat-an saja. Saya perlu mengatakan bahwa Sang Buddha adalah juga seorang Arahat. Seorang murid bisa juga seorang Arahat. Naskah-naskah Mahayana tidak pernah memakai istilah Arahatyana, Kereta Arahat. Yang dipakai adalah 3 istilah : Boddhisattvayana, Pratekya Buddhayana dan Sravakayana. Dalam ajaran Theravada ketiganya disebut BODHI.

Sementara orang yang ada membayangkan bahwa Theravada mementingkan diri sendiri sebab ia mengajarkan agar orang mengusahakan penyelamatan dirinya sendiri. Tetapi tidakkah terpikir oleh kita bagaimana orang yang mementingkan diri sendiri dapat mencapai Penerangan Agung? Kedua aliran menerima tiga YANA atau BODHI yang menganggap Bodhisattva sebagai yang tertinggi.

Mahayana telah menciptakan banyak Bodhisattva mistis, sedangkan Theravada menganggap Bodhisattva sebagai seorang diantara kita yang mengabdikan seluruh hidupnya mencapai kesempurnaan dan akhirnya menjadi seorang Buddha yang mencapai Penerangan Agung guna kesejahteraan dunia, kebahagiaan umat.

Ada tiga jenis tingkat ke-Buddha-an : Samyak Sambuddha yang mencapai Penerangan Agung dengan usaha sendiri, Pratekya Buddha yang mempunyai sifat-sifat dibawah Samyak Sambuddha, berusaha sendiri tapi tidak mengajar Dhamma, dan Sravaka Buddha yang merupakan Arahat pengikut Samyak Sambuddha. Pencapaian Nirvana diantara ketiga jenis ke-Buddha-an ini persis sama. Satu-satunya perbedaan ialah bahwa Samyak Sambuddha mempunyai kelebihan-kelebihan sifat mulia dan kemampuannya dibandingkan dengan kedua jenis yang lainnya.

Ada orang yang berpendapat bahwa kehampaan atau Sunyata yang dibahas oleh Nagarjuna adalah semata-mata ajaran Mahayana. Ini berlandaskan kepada gagasan Anitya atau tiadanya inti diri atas Pratitya Samutpadda yang juga terdapat dalam naskah asli Theravada dalam Bahasa Pali.

Suatu waktu Ananda bertanya kepada Buddha : "Orang berkata bahwa dunia adalah Sunya. Apakah Sunya itu?"

Buddha menjawab: "Ananda, tak ada Inti Diri di dunia ini. Karena itu dunia adalah Hampa".

Pendapat ini diambil oleh Nagarjuna ketika ia menulis bukunya yang mengagumkan "Madyamika Karika".

Disamping gagasan Sunyata terdapat pula konsep store-consciousness (gudang kesadaran) dalam Buddhisme Mahayana yang berasal dari naskah Theravada. Kaum Mahayanis telah mengembangkannya menjadi psikologi dan filsafat yang dalam.

 
Agama Buddha berasal dari India(sekarang ada beberapa wilayah masuk Nepal) sedangkan Kong Hu Cu berasal dari Cina. Bakar kertas sembahyang dan yang sejenisnya bukan termasuk dalam agama Buddha melainkan tradisi Cina(Kong Hu Cu). Agama Buddha diajarkan oleh Sang Buddha, dalam penyebaran agama Buddha ke Cina banyak dipengaruhi budaya-budaya setempat/tradisi sehingga di sebut Tridharma(Buddha, Kong Hu Cu & Taoisme). Dan kita bisa melihat banyak sekali vihara-vihara yang kental dengan Kong Hu Cu & Taoisme kecuali vihara aliran Theravada.

Sumber : Klik disini
 
Ksitigarbha itu Mahayana ya? soalnya saya baca buku yang itu.
 
???

Ksitigarbha Boddhisatva itu biasanya sering saya lihat di aliran Mahayana,Tantrayana,Maitreya,dll (yang aq tahu di Theravada nggak ada).

Sori nih nyimpang dari topik forum nya
Sekalian mw tanya =].

kk,di setiap kota ada Church of Satan??? ato kota2 tertentu aja??
 
Ksitigarbha Boddhisatva itu biasanya sering saya lihat di aliran Mahayana,Tantrayana,Maitreya,dll (yang aq tahu di Theravada nggak ada).

Sori nih nyimpang dari topik forum nya
Sekalian mw tanya =].

kk,di setiap kota ada Church of Satan??? ato kota2 tertentu aja??

Bah kok banyak bgt alirannya :
- Mahayana
- Tantrayana
- Maitreya
- Theravada

mana sih yang benar? kok tambah pusing aku /swt

* masalah gereja setan tanyakan lsg di thread saya di flame arena.
 
Bah kok banyak bgt alirannya :
- Mahayana
- Tantrayana
- Maitreya
- Theravada

mana sih yang benar? kok tambah pusing aku /swt

* masalah gereja setan tanyakan lsg di thread saya di flame arena.

Kalau anda ingin belajar agama Buddha,sebaiknya belajar dari aliran Theravada dulu karena pengaruh tradisi sangat sedikit sekali(bahasa Pali),setelah itu baru pelajari aliran Mahayana atau Tantrayana(sudah dipengaruhi tradisi Cina).
 
Kalau anda ingin belajar agama Buddha,sebaiknya belajar dari aliran Theravada dulu karena pengaruh tradisi sangat sedikit sekali(bahasa Pali),setelah itu baru pelajari aliran Mahayana atau Tantrayana(sudah dipengaruhi tradisi Cina).

Sebenarnya Aliran theravada dan mahayana itu bertentangan apa tidak? Soalnya saya tanya orang, ada yang bilang mahayana itu ga benar lah,dll. Tolong dijelaskan.
 
Agama buddha sih ga ada yg menentang..
kan diatas da dijelasin kalo:
1. Kedua aliran menerima Sakyamuni Buddha sebagai Guru.
2. Kedua aliran menganut Empat Kesunyataan Mulia yang persis sama.
3. Kedua aliran menerima Jalan Mulia Beruas Delapan yang sama persis sama.
4. Kedua aliran mempunyai Pratitya Samutpadda atau sebab musabab yang saling bergantungan.
5. Kedua aliran menolak gagasan adanya Dewa tertinggi yang menciptakan dan menguasai dunia ini.
6. Kedua aliran menerima Anitya, Dukkha dan Anatman dan Sila, Samadhi dan Prajna tanpa ada perbedaan

-theravada it aliran yg langsung dari Sakyamuni Buddha
-Mahayana dateng dari china ,agama buddha dibawa ke china terus nyampur sama budaya disono makanya semuanya berubah walo ada sila yg ditambah sama di ubah
-Tantrayana dari china juga cuman dateng dari tibet- nepal ,itu alirannya byk
-Maitreya .... saya ga bisa jelasin kalo ini takut ada perang kontrofersi sama yg maitreya nanti.tanya bung Singthung aja kalo masalah ini ok!! ^_^

Sekian....
 
Agama buddha sih ga ada yg menentang..
kan diatas da dijelasin kalo:
1. Kedua aliran menerima Sakyamuni Buddha sebagai Guru.
2. Kedua aliran menganut Empat Kesunyataan Mulia yang persis sama.
3. Kedua aliran menerima Jalan Mulia Beruas Delapan yang sama persis sama.
4. Kedua aliran mempunyai Pratitya Samutpadda atau sebab musabab yang saling bergantungan.
5. Kedua aliran menolak gagasan adanya Dewa tertinggi yang menciptakan dan menguasai dunia ini.
6. Kedua aliran menerima Anitya, Dukkha dan Anatman dan Sila, Samadhi dan Prajna tanpa ada perbedaan

-theravada it aliran yg langsung dari Sakyamuni Buddha
-Mahayana dateng dari china ,agama buddha dibawa ke china terus nyampur sama budaya disono makanya semuanya berubah walo ada sila yg ditambah sama di ubah
-Tantrayana dari china juga cuman dateng dari tibet- nepal ,itu alirannya byk
-Maitreya .... saya ga bisa jelasin kalo ini takut ada perang kontrofersi sama yg maitreya nanti.tanya bung Singthung aja kalo masalah ini ok!! ^_^

Sekian....

Saya mau tanya, kemarin saya baca yang kitab ksitigarbha, bila ada seseorang yang melakukan dosa berat, ketika mati akan jatuh ke alam sengsara dengan hukuman yang berat. Jika ada keluarganya mengucapkan " Na mo ti cang wang pu sa " sebanyak 10 ribu kali, maka si pendosa itu akan lepas dari alam sengsara dan segera lahir di alam surga. Masa segampang itu?
 
Saya mau tanya, kemarin saya baca yang kitab ksitigarbha, bila ada seseorang yang melakukan dosa berat, ketika mati akan jatuh ke alam sengsara dengan hukuman yang berat. Jika ada keluarganya mengucapkan " Na mo ti cang wang pu sa " sebanyak 10 ribu kali, maka si pendosa itu akan lepas dari alam sengsara dan segera lahir di alam surga. Masa segampang itu?

Attana hi katam pipam
attana samkilissati
attana akatam papam
attanava visujjhati
suddhi asuddhi paccattam
nanno annanam visodhaye.

Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan,
oleh diri sendiri pula seseorang menjadi ternoda,
oleh diri sendiri kejahatan tidak dilakukan,
oleh diri sendiri pula seseorang menjadi suci.
Suci atau tidak suci tergantung pada diri sendiri.
Tak seseorang pun yang dapat mensucikan orang lain.


"Sesuai dengan benih yang di tabur, begitulah buah yang akan dipetiknya. Pembuat kebajikan akan mendapatkan kebaikan, pembuat kejahatan akan memetik kejahatan pula. Taburlah biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan merasakan buah dari padanya".

Na antalikkhe na samuddamajihe
na pabbatanam vivaram pavissa
na vijjati so jagatippadeso
yatthatthito mucceyya papakamma.

Tidak di langit, di tengah lautan, di celah-celah gunung atau di manapun juga,
dapat ditemukan suatu tempat bagi seseorang untuk dapat menyembunyikan diri dari akibat perbuatan jahatnya.



yang ada perlimpahan jasa & Tirokuddha Sutta



Tirokuddha Sutta


Pelimpahan jasa tentunya sudah tidak asing lagi bagi umat Buddha yang selalu melakukannya setelah melakukan perbuatan baik. Bahkan di zaman kehidupan Sang Buddha, pelimpahan jasa ini sudah sering dilakukan karena selain dapat membantu orang lain, juga dapat membawa manfaat bagi diri kita sendiri.

Sewaktu Raja Bimbisara meminta agar jasa kebajikan pemberian dana kepada anggota Sangha itu dilimpahkan kepada leluhurnya, Sang Buddha mengucapkan syair Tirokudda Sutta sebagai berikut:

Diluar dinding mereka berdiri dan menanti,
dipersimpangan-persimpangan jalan,
mereka kembali kerumah yang dulu dihuninnya,
dan menanti di muka pintu,
tetapi bila diadakan pesta yang meriah,
dengan makanan dan minuman yang berlimpah,
ternyata tidak seorangpun yang ingat,
kepada makhluk-makhluk itu,
yang merupakan leluhur mereka.

Hanya mereka yang hatinya welas asih,
memberikan persembahan kepada sanak keluargannya,
berupa makanan dan minuman yang lezat,
baik dan disukai pada waktu mereka masih hidup

“Semoga buah jasa-jasa baik kita,
melimpah kepada sanak keluarga yang telah meninggal,
semoga mereka bahagia.”
Sanak keluarga kita yang sedang berkumpul ditempat ini,
dengan gembira akan memberikan restu mereka,
karena diberi makanan dan minuman yang berlimpah.

“Semoga sanak keluargaku berusia panjang,
sebab karena merekalah kami memperoleh sesajian yang lezat ini

“Karena kami diberi perhormatan yang tulus,
maka yang memberinya pasti akan memperoleh,
buah jasa yang setimpal,
karena disini tidak ada pertanian,
dan juga tidak ada peternakan,
tidak ada perdagangan,
juga tidak ada peredaran uang dan emas.”
Sanak keluarga kita yang telah meninggal,
hidup disana dari pemberian kita disini.

Bagaikan air mengalir dari atas bukit,
turun kebawah untuk mencapai lembah yang kosong,
demikian pula sesajian yang diberikan,
dapat menolong sanak keluarga kita yang telah meninggal

Bagaikan sungai, bila airnya penuh,
akan mengalirkan airnya kelaut,
demikian pula sesajian yang diberikan,
dapat menolong sanak keluarga kita yang telah meninggal

“Ia memberikan kepadaku, ia bekerja untukku,
ia sanak keluargaku, ia sahabatku, kerabatku,
memberikan sesajian kepada mereka yang telah meninggal dunia,
dan mengingat kembali kepada apa yang biasa mereka lakukan,
bukan ratap tangis, bukan kesedihan hati,
bukan berkabung dengan cara apapun juga,
untuk menolong mereka yang telah meninggal dunia,
yang dilakukan sanak keluarga yang telah ditinggalkan

Tetapi bila persembahan ini dengan penuih bakti,
diberikan kepada sangha atas nama mereka,
dapat menolong mereka untuk waktu yang panjang,
dikemudian hari maupun pada saat ini

Telah diperlihatkan hakikat sesungguhnya,
Sesajian bagi sanak keluarga,
dan bagaimana penghormatan yang telah bernilai dapat diberikan kepada mereka,
serta bagaimana para bhikkhu mendapatkan kekuatan,
dan bagaimana anda sendiri dapat menimbun,
buah karma yang baik

Demikian syair dari Tirokudda Sutta yang pernah diucapkan oleh Sang Buddha. Setelah membaca Sutta ini dengan teliti, kita tentu dapat memetik manfaat yang besar, yaitu kita tidak seharusnya meratap-tangis, sedih, berkabung, membakar emas dan perak ataupun memberikan sesajian kepada sanak keluarga atau teman kita yang telah meninggal, tetapi yang dapat membantu mereka hanyalah persembahan yang diberikan kepada Sangha atas nama alm.

 
Bro triple 6 :
Belajar dulu ttg Theravada, tar klo uda ngerti maka klo belajar Mahayana dan Tantrayana gak bakal bingung2, rekomendasi baca Kalama Sutta.
 
kalo isa se blajar theravada cuman kalo mau pindah ke mahayana ama tantra bole
cuman kalo tantra kekuatan spiritnya lebih kuat (parittanya kuat)
 
^
^
tull

Tantra mah agak berat gtu...
G aj mseh di Thera am Maha.
 
ya kalo mau langsung ke mahayana juga gpp
cuman nanti dasar dhammanya ga ada hehe
 
berat tuh mksd nya gimana kk ?
berat krn susah diucapkan / emang makna ?
kyk nya nda ada yg berat deh klo gw emg nda berpikir 'itu' berat ~.~"
(baca dhamapada plg depan)
 
di tantra kalo buat orang orang yg punya kepekaan sama indra k 6 ato bisa dibilang peka sama aura/energy, orang itu biasanya langsung pusing ketika mendengar ato membaca sutra tantra soalnya sutranya sendiri mengandung kekuatan yg amat besar

ya ini si intinya cuman kalo yg lain lain jgn tanya saya
 
Sebenarnya ga ada perbedaan yang mendasar dalam semua aliran Buddhisme. Cuma masalahnya dimanakah Buddhis itu berkembang????

Theravada ya banyak di Thailand, Birmdan kamboja.
Sedangkan Mahayana berkembang di China sedangkan Tantrayana berkambang di Tibet.

Agama Buddha adalah agama yang Dinamis dan fleksibel, buktinya di negara mana aja masuk tanpa harus ribut dengan filosofi dari daerah tersebut.

Masalah Theravada lebih murni dibandingkan dengan Mahayana atau Tantrayana saya kurang sependapat. Karena menurut saya kita ga pernah tau manakah ajaran Buddha yang murni atau pertama kali diajarkan. Semuanya karena kita membaca.

Bukankah Buddha berkata bahwa semua ajaran beliau harus di teliti dahulu, dilaksanakan, jika bermanfaat maka itulah yang harus dijadikan pegangan.

Sebagai contoh, mungkin bagi kita yang masih usia muda, latihan Anapanasati Dari Theravada bermanfaat, tetapi tidak bagi orang usia lanjut. Bagi orang Lansia kalo menurut saya metode dari aliran Sukhavati yaitu membaca nama Buddha (Nian Fo) jauh lebih mudah di praktekkan (Ini ajaran dari Mahayana). Bukankah demikian???

Semoga Bermanfaat. Maaf Saya bukan ingin menjelekkan Theravada. Perlu diketahui bahwa saya mempelajari Theravada, Mahayana dan Tantrayana. walau demikian saya masih menitik beratkan lebih jauh kepada ajaran Theravada.
 
Klo Tipitaka seh yg g pake kebanyakan Theravada, cuma prakteknya Mahayana ama Theravada.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.