• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Berita Antara Skandal Seks dan paskah

byakuya

IndoForum Activist C
No. Urut
46894
Sejak
25 Jun 2008
Pesan
14.460
Nilai reaksi
288
Poin
83
436021.jpg

Skandal seks yang mewarnai gereja Katolik berpotensi menodai kesucian Hari Raya Paskah. Vatikan masih berjuang mencari penyelesaian masalah ini.

Jutaan umat Katolik dan Kristen di seluruh dunia yang sedang berdoa pada Jumat Agung dan Hari Paskah tentunya tak berharap masalah seperti ini terjadi. Tak peduli sekeras apapun usaha gereja untuk mengatasi masalah ini, masyarakat melalui media, terus ingin mengungkap rahasia terkelam di era gereja modern ini.

Monsignor John Enzler, mengungkapkan skandal semacam ini merupakan hal terakhir yang ingin orang dengar ketika merayakan hari suci terbesar bagi Katolik itu. Apalagi, skandal ini menghebohkan di sejumlah negara Eropa. “Mereka berdandan dan bergembira menyambut Paskah. Mendengar pesan semacam ini tentunya sangat mengganggu,” katanya, Jumat (2/4).

Namun pada saat bersamaan, berdiam diri juga sama buruknya. Mereka dilanda kekhawatiran, ingin jawaban, kejujuran dan transparansi dari gereja. Enzler khawatir, berdiam diri akan membuat pertanyaan itu mengambang di udara dan membuka peluang makin banyaknya kritik serta pemberitaan negatif oleh media.

Selama beberapa pekan belakangan, gereja Katolik banyak bungkam ketika kasus yang melibatkan pelecehan seksual ribuan bocah di gereja Irlandia, Jerman dan beberapa lainnya di Eropa makin banyak. Timbul pertanyaan mengenai cara Paus Benediktus XVI mengatasi masalah ini. Terutama ketika ia masih menjabat sebagai kardinal terhormat.

Klaim skandal seks pun makin banyak, di tengah kecaman media dan investigasi. Pekan ini saja, pejabat tinggi, termasuk penerus Paus sebagai kepala Konggregasi Doctrine of the Faith serta beberapa pejabat gereja, terlibat dalam kasus pelecehan pastur dari Milwaukee, AS, yang melecehkan 200 anak tuna rungu. Pihak gereja menuding media berusaha menodai kesucian Holy See.

Selasa (30/3) lalu, Konferensi Uskup Katolik AS mengeluarkan surat yang menyatakan dukungan untuk Paus. Pernyataan tertulis Uskup Agung New York Tim Dolan itu menyatakan kecaman dan tudingan kepada Paus itu tak jauh beda dengan yang dialami Yesus Kristus. Ia juga mendukung para korban dan reformasi gereja agar kejadian serupa tak berulang, terutama di AS.

Namun tak semua penganut Katolik membela gereja. Pastur Thomas Reese dari Georgetown University mengatakan, metafora penderitaan Yesus lebih cocok untuk menggambarkan nasib para korban.

Sepekan terakhir, ia meneliti skandal-skandal ini dan berencana akan menyampaikannya sebagai pesan Jumat Agung darinya. “Siapa yang lebih merasa dikhianati, menderita, dan tersiksa seperti yang pernah dialami Yesus, jika bukan para korban?” tanyanya.

Untuk lebih menegaskan hal ini, advokasi para korban berencana mengadakan acara Jumat Agung di depan Katedral St. Matthew di Washington, hari ini waktu setempat. Ketua penyelenggara event tersebut, Jessica Lillie mengatakan, aksi ini bukan sebuah unjuk rasa. Melainkan bertujuan damai dan pada saat bersamaan, merayakan hari suci.

“Jumat Agung adalah hari yang menggambarkan penderitaan dan kami ingin gereja berhenti menyembunyikan penderitaan para korban,” ujarnya.

Mencuatnya masalah skandal seks di gereja ini makin heboh diberitakan usai dugaan keterlibatan Paus ketika masih menjadi Uskup Agung dengan nama aslinya, Joseph Ratzinger.

Kardinal Ratzinger dikatakan mengetahui seluk beluk kasus pastur dari AS yang melakukan pelecehan seksual. Setelah menganjurkan terapi, Kardinal Ratzinger bahkan menyetujui pemindahan si pastur ke gerejanya di Jerman. Padahal pastur itu baru mengikuti terapi selama beberapa hari. Ada dugaan, pastur Amerika itu mengulangi kembali perbuatannya ketika di Jerman.
 
436021.jpg

Skandal seks yang mewarnai gereja Katolik berpotensi menodai kesucian Hari Raya Paskah. Vatikan masih berjuang mencari penyelesaian masalah ini.

Jutaan umat Katolik dan Kristen di seluruh dunia yang sedang berdoa pada Jumat Agung dan Hari Paskah tentunya tak berharap masalah seperti ini terjadi. Tak peduli sekeras apapun usaha gereja untuk mengatasi masalah ini, masyarakat melalui media, terus ingin mengungkap rahasia terkelam di era gereja modern ini.

Monsignor John Enzler, mengungkapkan skandal semacam ini merupakan hal terakhir yang ingin orang dengar ketika merayakan hari suci terbesar bagi Katolik itu. Apalagi, skandal ini menghebohkan di sejumlah negara Eropa. “Mereka berdandan dan bergembira menyambut Paskah. Mendengar pesan semacam ini tentunya sangat mengganggu,” katanya, Jumat (2/4).

Namun pada saat bersamaan, berdiam diri juga sama buruknya. Mereka dilanda kekhawatiran, ingin jawaban, kejujuran dan transparansi dari gereja. Enzler khawatir, berdiam diri akan membuat pertanyaan itu mengambang di udara dan membuka peluang makin banyaknya kritik serta pemberitaan negatif oleh media.

Selama beberapa pekan belakangan, gereja Katolik banyak bungkam ketika kasus yang melibatkan pelecehan seksual ribuan bocah di gereja Irlandia, Jerman dan beberapa lainnya di Eropa makin banyak. Timbul pertanyaan mengenai cara Paus Benediktus XVI mengatasi masalah ini. Terutama ketika ia masih menjabat sebagai kardinal terhormat.

Klaim skandal seks pun makin banyak, di tengah kecaman media dan investigasi. Pekan ini saja, pejabat tinggi, termasuk penerus Paus sebagai kepala Konggregasi Doctrine of the Faith serta beberapa pejabat gereja, terlibat dalam kasus pelecehan pastur dari Milwaukee, AS, yang melecehkan 200 anak tuna rungu. Pihak gereja menuding media berusaha menodai kesucian Holy See.

Selasa (30/3) lalu, Konferensi Uskup Katolik AS mengeluarkan surat yang menyatakan dukungan untuk Paus. Pernyataan tertulis Uskup Agung New York Tim Dolan itu menyatakan kecaman dan tudingan kepada Paus itu tak jauh beda dengan yang dialami Yesus Kristus. Ia juga mendukung para korban dan reformasi gereja agar kejadian serupa tak berulang, terutama di AS.

Namun tak semua penganut Katolik membela gereja. Pastur Thomas Reese dari Georgetown University mengatakan, metafora penderitaan Yesus lebih cocok untuk menggambarkan nasib para korban.

Sepekan terakhir, ia meneliti skandal-skandal ini dan berencana akan menyampaikannya sebagai pesan Jumat Agung darinya. “Siapa yang lebih merasa dikhianati, menderita, dan tersiksa seperti yang pernah dialami Yesus, jika bukan para korban?” tanyanya.

Untuk lebih menegaskan hal ini, advokasi para korban berencana mengadakan acara Jumat Agung di depan Katedral St. Matthew di Washington, hari ini waktu setempat. Ketua penyelenggara event tersebut, Jessica Lillie mengatakan, aksi ini bukan sebuah unjuk rasa. Melainkan bertujuan damai dan pada saat bersamaan, merayakan hari suci.

“Jumat Agung adalah hari yang menggambarkan penderitaan dan kami ingin gereja berhenti menyembunyikan penderitaan para korban,” ujarnya.

Mencuatnya masalah skandal seks di gereja ini makin heboh diberitakan usai dugaan keterlibatan Paus ketika masih menjadi Uskup Agung dengan nama aslinya, Joseph Ratzinger.

Kardinal Ratzinger dikatakan mengetahui seluk beluk kasus pastur dari AS yang melakukan pelecehan seksual. Setelah menganjurkan terapi, Kardinal Ratzinger bahkan menyetujui pemindahan si pastur ke gerejanya di Jerman. Padahal pastur itu baru mengikuti terapi selama beberapa hari. Ada dugaan, pastur Amerika itu mengulangi kembali perbuatannya ketika di Jerman.

lah cuman diterapi sama dipindah tugaskan,,,kenapa ga langsung dipenjara aja,,,kasian kan anak2 yang jadi korban,,,dasar pastur biadab...!!!!X(
 
semoga bisa mendapatkan tanggapan yang memadai dari pihak terkait:(
 
Jangan sampe brow jud /gawi cukup sudah,,,, menjalankan kasih yang kebablasan
 
436021.jpg

Skandal seks yang mewarnai gereja Katolik berpotensi menodai kesucian Hari Raya Paskah. Vatikan masih berjuang mencari penyelesaian masalah ini.

Jutaan umat Katolik dan Kristen di seluruh dunia yang sedang berdoa pada Jumat Agung dan Hari Paskah tentunya tak berharap masalah seperti ini terjadi. Tak peduli sekeras apapun usaha gereja untuk mengatasi masalah ini, masyarakat melalui media, terus ingin mengungkap rahasia terkelam di era gereja modern ini.

Monsignor John Enzler, mengungkapkan skandal semacam ini merupakan hal terakhir yang ingin orang dengar ketika merayakan hari suci terbesar bagi Katolik itu. Apalagi, skandal ini menghebohkan di sejumlah negara Eropa. “Mereka berdandan dan bergembira menyambut Paskah. Mendengar pesan semacam ini tentunya sangat mengganggu,” katanya, Jumat (2/4).

Namun pada saat bersamaan, berdiam diri juga sama buruknya. Mereka dilanda kekhawatiran, ingin jawaban, kejujuran dan transparansi dari gereja. Enzler khawatir, berdiam diri akan membuat pertanyaan itu mengambang di udara dan membuka peluang makin banyaknya kritik serta pemberitaan negatif oleh media.

Selama beberapa pekan belakangan, gereja Katolik banyak bungkam ketika kasus yang melibatkan pelecehan seksual ribuan bocah di gereja Irlandia, Jerman dan beberapa lainnya di Eropa makin banyak. Timbul pertanyaan mengenai cara Paus Benediktus XVI mengatasi masalah ini. Terutama ketika ia masih menjabat sebagai kardinal terhormat.

Klaim skandal seks pun makin banyak, di tengah kecaman media dan investigasi. Pekan ini saja, pejabat tinggi, termasuk penerus Paus sebagai kepala Konggregasi Doctrine of the Faith serta beberapa pejabat gereja, terlibat dalam kasus pelecehan pastur dari Milwaukee, AS, yang melecehkan 200 anak tuna rungu. Pihak gereja menuding media berusaha menodai kesucian Holy See.

Selasa (30/3) lalu, Konferensi Uskup Katolik AS mengeluarkan surat yang menyatakan dukungan untuk Paus. Pernyataan tertulis Uskup Agung New York Tim Dolan itu menyatakan kecaman dan tudingan kepada Paus itu tak jauh beda dengan yang dialami Yesus Kristus. Ia juga mendukung para korban dan reformasi gereja agar kejadian serupa tak berulang, terutama di AS.

Namun tak semua penganut Katolik membela gereja. Pastur Thomas Reese dari Georgetown University mengatakan, metafora penderitaan Yesus lebih cocok untuk menggambarkan nasib para korban.

Sepekan terakhir, ia meneliti skandal-skandal ini dan berencana akan menyampaikannya sebagai pesan Jumat Agung darinya. “Siapa yang lebih merasa dikhianati, menderita, dan tersiksa seperti yang pernah dialami Yesus, jika bukan para korban?” tanyanya.

Untuk lebih menegaskan hal ini, advokasi para korban berencana mengadakan acara Jumat Agung di depan Katedral St. Matthew di Washington, hari ini waktu setempat. Ketua penyelenggara event tersebut, Jessica Lillie mengatakan, aksi ini bukan sebuah unjuk rasa. Melainkan bertujuan damai dan pada saat bersamaan, merayakan hari suci.

“Jumat Agung adalah hari yang menggambarkan penderitaan dan kami ingin gereja berhenti menyembunyikan penderitaan para korban,” ujarnya.

Mencuatnya masalah skandal seks di gereja ini makin heboh diberitakan usai dugaan keterlibatan Paus ketika masih menjadi Uskup Agung dengan nama aslinya, Joseph Ratzinger.

Kardinal Ratzinger dikatakan mengetahui seluk beluk kasus pastur dari AS yang melakukan pelecehan seksual. Setelah menganjurkan terapi, Kardinal Ratzinger bahkan menyetujui pemindahan si pastur ke gerejanya di Jerman. Padahal pastur itu baru mengikuti terapi selama beberapa hari. Ada dugaan, pastur Amerika itu mengulangi kembali perbuatannya ketika di Jerman.
kata2 gw yg old ini benar2 membuat sedih......................
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.