magnum
IndoForum Activist C
- No. Urut
- 1320
- Sejak
- 27 Mei 2006
- Pesan
- 14.143
- Nilai reaksi
- 417
- Poin
- 83
Nick Vujicic menyapa ramah setiap orang ketika bertemu wartawan di Jakarta, Jumat
Lahir tanpa tangan dan kaki, bukanlah kehendak siapa pun. Namun itulah yang terjadi Nick Vujicic. Pria kelahiran Melbourne, 4 Desember 1982 itu, harus menerima kenyataan hidup. Setelah nyaris bunuh diri karena frustrasi, Nick kini justru menjadi menjadi penginjil. Berkeliling dunia untuk memberi motivasi bagi "orang-orang berfisik sempurna".
"Saya belajar dari saudara Nick, kunci kebahagiaan itu adalah fokus pada apa yang kita punya, bukan fokus pada apa yang tidak kita punya. Tanpa tangan dan kaki, dia selalu tersenyum. Ada satu suka cita dan pengharapan. Kita punya tangan dan kaki, tetapi kalah sama dia," kata Agus Gunawan, seorang panitia memberi kesaksian.
Selama dua hari kunjungan di Medan, kata Agus, Nick telah menyita perhatian banyak orang. Gedung tempat Nick berkhotbah dipadati ribuan pengunjung. Dari sosok Nick, banyak orang itu belajar tentang pengharapan dan berkat Tuhan. Oleh karena itu, kedatangan Nick di Jakarta diharapkan dapat memberi semangat hidup dan pengharapan.
"Saya tidak punya tangan dan kaki. Tetapi saya punya kaki yang kecil ini. Saya sebut ini paha ayam, karena memang bentuknya mirip. Kadang-kadang anjing saya berpikir itu memang paha ayam. Jadi dia suka menjilat dan menggigitnya," canda Nick.
Meskipun demikian, kata Nick, dengan kaki itu, dia bisa melakukan banyak hal. Mulai dari berjalan. Meloncat, dan mengemudikan kursi elektrik. Bahkan dengan "paha ayam" itu pula, Nick dapat berenang, mencuci, menggosok gigi, dan menyisir rambut. Bahkan dia pun mampu mengetik 43 kata per menit.
"Saya ingin membuat semua orang di seluruh dunia agar tidak berputus asa. Banyak orang cacat dipandang rendah. Tetapi saya ini adalah kehidupan nyata dan tidak peduli keadaan apa pun. Setiap hari, kita harus memutuskan tidak mudah menyerah dan maju. Tuhan memberi suka cita dalam hidup saya. Saya punya keyakinan dan keselamatan. Saya memiliki kedamaian, harapan dan kehidupan," tuturnya.
Kini Nick adalah seorang pembicara motivator. Selain sebagai penginjil, dia juga investor properti. Nick memang memiliki gelar ganda sarjana strata satu dalam bidang perencanaan keuangan dan akuntansi. Pemuda berusia 23 tahun itu juga menimba pendidikan bidang motivational speaker dan telah mengelilingi Australia, Amerika, Afrika, Eropa, dan Asia.
Selama kunjungannya pada 11-17 Agustus, Nick akan menggelar seminar motivasi bertema "Harapan dalam Kemustahilan" di lima kota besar seperti Medan, Bandung, Surabaya, Semarang dan Jakarta. Pada Selasa (15/8) pukul 18.000 WIB, ia akan menjadi pembicara di pertemuan akbar yang berlangsung di Istora Senayan, Jakarta Pusat.
Masa Lalu
Seperti sifat manusia pada umumnya, kedua orangtua Nick sangat terkejut ketika melihatnya lahir ke dunia. Mereka sedih, marah, dan kecewa. Namun sebagai orang kristiani yang taat, mereka tetap memelihara dan membesarkan Nick. Kedua orangtua berusaha menghadapi kenyataan pahit itu, meskipun berat. Bahkan ketika, Nick diejek, ditolak dan dikucilkan anak-anak sebayanya.
"Saya punya banyak pertanyaan, mengapa ini terjadi? Tidak ada satu orang pun tahu. Orangtua saya mengatakan hanya Tuhan yang tahu dan saya menjadi marah kepada Tuhan. 'Kalau Engkau mengasihi aku, mengapa Engkau membiarkan ini terjadi?'. Tetapi Dia punya rencana untuk setiap orang. Allah adalah Tuhan yang baik. Tidak peduli siapa pun Anda dan di mana pun, Tuhan pasti akan menolong," katanya.
Pada usia delapan tahun, Nick mengaku sempat depresi menerima kenyataan hidup. Apalagi waktu itu, dia kerap dihina dan diejek. Nick menjadi pesimistis memandang masa depan. Dia merasa tidak akan pernah bisa mendapat pekerjaan dan karier.
Sebagai anak gembala gereja, Nick cukup sering membaca Alkitab. Dari sanalah, dia yakin dan percaya Tuhan bisa melakukan segala sesuatu. Nick memegang satu firman: "Mintalah, maka kau akan diberi". Dia pun sempat minta diberi tangan dan kaki, tetapi ternyata sia-sia. Nick marah kepada Tuhan.
"Saya baru bisa bersyukur pada usia 13 tahun. Saya teringat pada kasih dan karunia Tuhan yang sudah diberikan. Kita bisa memilih, fokus pada apa yang tidak kita punya atau fokus pada apa yang kita punya," tambahnya.
Pada umur 15 tahun, Nick menyerahkan hidup saya kepada Kristus Tuhan. Dia minta pengampunan atas dosa-dosanya. "Dia Juru Selamat, saya bisa berdoa setiap hari. Dia tahu hati saya. Dia tahu rasa sakit di dalam hati ini. Dia tidak pernah meninggalkan saya dan senantiasa memberikan saya kekuatan," pujinya.
Nick akhirnya menyadari justru dengan kondisi cacat, dia mampu membuat orang percaya dan mensyukuri berkat Tuhan.
"Saat ini saja, masih ada orang yang tidak percaya saya benar-benar ada dan hidup. Saya adalah demonstrasi, kasih karunia Tuhan. Orang bisa melihat dan percaya dengan keadaan saya ini," tambahnya.
Ingin Menikah
Menurut Nick, kecacatan adalah kondisi yang membuat orang tidak bisa melakukan sesuatu. Namun kecacatan yang terbesar adalah bukan tidak memiliki tangan dan kaki. Kecacatan adalah suatu pilihan. Sebab, bisa saja, sese- orang memiliki tangan dan kaki, tetapi dia tidak berani mencoba dalam kehidupan. Orang yang cacat adalah orang yang menyerah dan putus asa.
"Sekalipun dulu banyak orang mengejek dan menghina, tidak seorang pun tahu bagaimana kehidupan yang akan saya jalani ke depan. Saya bersyukur kepada Tuhan atas keadaan ini. Segala sesuatu itu mendatangkan kebaikan. Saya tahu Tuhan mengasihi saya. Kalau saya punya tangan dan kaki, saya mungkin tidak akan keliling dunia untuk memberikan pengharapan. Dia membuat segalanya pantas dan layak," tuturnya.
Nick merasa perlu memandang hidup lebih optimistis. Dia pun bersyukur karena Tuhan sudah memberikan orang-orang terdekat yang luar biasa. Mereka mengajarkan selalu untuk melihat dan mensyukuri apa yang telah dimiliki. Pikiran Tuhan jauh lebih tinggi daripada jangkauan pikiran manusia. Oleh karena itu, meskipun tidak punya tangan dan kaki, Nick ingin hidup normal.
"Saya ingin menikah dan punya anak. Tapi kini saya belum punya pacar. Bukan soal apakah dia mengasihi Tuhan atau mengasihi saya, namun bagaimana Tuhan mengarahkan seseorang untuk saya. Kadang ketika bangun pagi, saya berteriak 'Tuhan, berikan saya istri!'. Tetapi di pagi yang lain, saya melihat pasangan suami istri bertengkar hanya karena soal sajian kopi. Mungkin lebih baik saya membujang 10 tahun lagi," kelakarnya.
Untuk pasangan idaman, Nick mengaku tak terlalu mementingkan kriteria. Entah cantik, tidak cantik atau asal muasalnya. Dia menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak Tuhan. Apa pun yang Tuhan inginkan, Nick akan menerima dengan ikhlas. Termasuk soal bagaimana kehidupan baru bersama sang istri kelak.
"Anda tahu kekhawa-tiran saya, bagaimana nanti saya bisa memegang tangan istri? Tetapi saya yakin Tuhan sudah menjaga semua detailnya. Saya tentu tidak punya tangan dan kaki untuk memegang istri saya. Tetapi saya memang tidak butuh tangan untuk memegang hatinya. Tuhan tahu apa yang sedang Dia kerjakan," ujarnya sambil memuji kecantikan dan keramahan gadis Indonesia