• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Tanda Salib dengan air suci ketika masuk Gereja

manukdadali

IndoForum Beginner E
No. Urut
39609
Sejak
9 Apr 2008
Pesan
496
Nilai reaksi
4
Poin
18
Menyambung pertanyaan dari Cc Effie mengenai membuat tanda salib dgn air suci sebelum masuk Gereja, saya pisahkan disini, karena saya kira cukup bagus untuk melengkapi Forum Katolik di Indoforum.

Mohon koreksi dari teman teman kalau ada salah dan mohon juga di lengkapi kalau kurang, saya menyadurnya dari website yesaya

effie berkata:
OOT dikit, pernah ikut teman ke gereja Katholik, buat apa ambil air sebelum masuk ruang gereja lalu buat tanda Atas Nama Bapa, Putera dan Roh Kudus, saya percaya itu bukan sekedar ritual tapi ada arti penting, he he nanya lagi ya
soalnya teman saya juga tidak tahu artinya

Makna dari membuat tanda salib dengan air suci diambil dari suatu tradisi yang sudah berjalan sangat lama, penggunaan air suci sesungguhnya berhubungan dengan praktek pentahiran (pembersihan diri) bangsa Yahudi Perjanjian Lama. Kitab Imamat menjelaskan berbagai macam ritual pentahiran mempergunakan air untuk menghapus “kenajisan” tertentu, misalnya akibat menyentuh jenazah, haid, melahirkan atau terjangkit kusta (bdk. Imamat 12-15). Orang juga membersihkan diri dengan air sebelum memasuki pelataran Bait Allah, memanjatkan doa dan mempersembahkan kurban, juga sebelum makan. Karena alasan inilah, dalam Balai Imam (area sebelum bangungan Bait Allah yang sesungguhnya) ditempatkan bejana perunggu yang sangat besar berisi air.

Di sini para imam membersihkan tangan serta kaki mereka sebelum mempersembahkan kurban di altar di dekatnya, menyucikan diri sebelum memasuki Bait Allah, dari sana juga diambil air untuk keperluan pentahiran lainnya seperti ditetapkan dalam ritual-ritual bangsa Yahudi. Yang menarik, komunitas Qumron, yang tinggal dekat Laut Mati dan yang membuat Gulungan Laut Mati (Dead Sea scrolls), juga memiliki kolam-kolam pentahiran untuk membersihkan diri bukan saja dari “kenajisan” luar, tetapi juga dari dosa.

Nah dari kebiasaan tradisi tersebut Gereja Katolik mengambil tradisi tersebut tapi dgn alasan yg berbeda dengan tiga alasan: sebagai tanda sesal atas dosa, sebagai perlindungan dari yang jahat dan sebagai tanda peringatan akan pembaptisan kita. Sesal atas dosa digambarkan dengan membersihkan diri dengan air seperti dinyatakan dalam Mazmur 51: “Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!” (3-4, 9). (Hisop adalah tumbuh-tumbuhan yang kecil, yang batang dan daunnya dipergunakan untuk memercikkan barang cair). Ingat juga bagaimana St. Yohanes Pembaptis memanggil semua orang untuk bertobat dengan menggunakan ritual membersihkan diri dengan air sebagai tanda sesal atas dosa dan penyucian diri.

Tindakan-tindakan ini dimasukkan dalam Misa kita. Dalam Ritus Tobat, salah satu cara menyatakan tobat adalah Asperges, yang terdiri dari Ritus Berkat dan Memerciki dengan Air Suci. Sementara imam berjalan melewati umat sambil memerciki mereka dengan air suci, umat biasanya memadahkan Asperges Me (= Percikilah Aku), yang disusun berdasarkan Mazmur 51. Bersama-sama, setiap jemaat menyatakan sesal dan tobat atas dosa.

Kedua, air suci melindungi kita dari yang jahat. Dalam doa pemberkatan air dalam ibadat, kita berdoa: “Tuhan, Allah yang Mahakuasa, pencipta segala yang hidup, baik tubuh maupun jiwa, kami mohon sudilah memberkati air ini, yang kami gunakan dalam iman untuk mengampuni dosa-dosa kami dan melindungi kami dari segala kelemahan dan kuasa jahat. Tuhan, karena belas kasihan-Mu berilah kami air hidup, yang senantiasa memancar sebagai mata air keselamatan; bebaskan kami, jiwa dan raga, dari segala mara bahaya, dan ijinkan kami menghadap hadirat-Mu dengan hati yang murni.”

Yang terakhir, air suci mengingatkan kita akan pembaptisan kita, ketika oleh karena seruan kepada Tritunggal Mahakudus dan penuangan air suci, kita dibebaskan dari dosa asal dan dari segala dosa, dicurahi rahmat pengudusan, dipersatukan dalam Gereja, dan diberi gelar putera-puteri Allah. Dengan membuat Tanda Salib dengan air suci, kita disadarkan bahwa kita dipanggil untuk memperbaharui janji-janji baptis kita, yakni menolak setan, menolak segala karya-karyanya, dan segala janji-janji kosongnya, serta mengaku syahadat iman kita. Sekali lagi, kita menyesali dosa-dosa kita, agar kita dapat memanjatkan doa-doa kita dan beribadat kepada Tuhan dengan hati murni dan penuh sesal. Seperti air dan darah yang mengalir dari Hati Yesus yang Mahakudus sementara Ia tergantung di atas kayu salib - yang melambangkan Sakramen Baptis dan Sakramen Ekaristi Kudus yang sungguh luar biasa, tindakan mengambil air suci dan membuat Tanda Salib mengingatkan kita akan Baptis kita dalam mempersiapkan diri menyambut Ekaristi Kudus.

by Fr. Saunders

Demikian semoga dapat bermanfaat.
 
saya baru tahu

nice info! /ok
 
saya juga baru tau :">

makasih infonya
 
jadi ingat juga,terkadang ada yang kelupaan juga loh pas pulang buat tanda salib dengan air suci itu

mgkn entah lupa entah mmg ga mau
 
jadi ingat juga,terkadang ada yang kelupaan juga loh pas pulang buat tanda salib dengan air suci itu

mgkn entah lupa entah mmg ga mau

Kalau pulangnya sih ngga begitu perlu, karena keperluannya lebih kepada persiapan perayaan Ekaristi.
 
saya juga baru tau :">

makasih infonya

jadi ingat juga,terkadang ada yang kelupaan juga loh pas pulang buat tanda salib dengan air suci itu

mgkn entah lupa entah mmg ga mau

@Tompel & v0LtaGe
hayoo kalian malah pada ga tahu dan kadang ,malah lupa ya,....
kalau cc malah ga pernah lupa, seneng aja walau ga tahu artinya :D
tapi sekarang jadi tahu artinya, wah jadi nambah pinter dah sering main kemari /no1
 
kalo saya sih sll ingat cc,uda terbiasa dari kecil

tp kalo org2 lain saya sering jumpai kyk gitu
 
@Tompel & v0LtaGe
hayoo kalian malah pada ga tahu dan kadang ,malah lupa ya,....
kalau cc malah ga pernah lupa, seneng aja walau ga tahu artinya :D
tapi sekarang jadi tahu artinya, wah jadi nambah pinter dah sering main kemari /no1


kalau sekarang jadi tau lebih jelas cc...kl dl tau nya hanya sebatas buat "menyucikan diri" (kl pinjem istilah dari muslim wudhu dulu sebelum solat :D )

kl sekarang kan jd tau lebih detailnya... :">
 
Pentahiran..t-pat sekali...Tapi ada yang ngerti gak kenapa kita membuat tanda salib dengan berkata Ats nama Bapa dan putera dan roh kudus...ada maknanya ga didalamnya kata kata itu....itu ada jabarabnya loh ...kata bokap seh..gak sekedar nyebut gituh secara fisik..tapi ....
 
Artikel Tanda Salib.....

Tanda Salib merupakan suatu gerakan yang indah, yang mengingatkan umat beriman pada salib keselamatan sembari menyerukan Tritunggal Mahakudus. Secara teknis, Tanda Salib merupakan sakramentali, suatu lambang sakral yang ditetapkan Gereja guna mempersiapkan orang untuk menerima rahmat, dan yang menguduskan suatu saat atau peristiwa. Seiring pemikiran tersebut, gerakan ini telah dilakukan sejak masa Gereja Perdana untuk memulai dan mengakhiri doa serta Misa.


Para Bapa Gereja awali menegaskan penggunaan Tanda Salib. Tertulianus (wafat 250) menggambarkan kebiasaan membuat Tanda salib: “Dalam segala kegiatan dan gerakan, setiap kali kami datang maupun pergi, saat mengenakan sepatu, saat mandi, saat makan, saat menyalakan lilin, saat berbaring, saat duduk, dalam segala apapun yang kami lakukan, kami menandai dahi kami dengan Tanda Salib” (De corona, 30).


St. Sirilus dari Yerusalem (wafat tahun 386) dalam Pengajaran Katekesenya menyatakan, “Jadi, marilah kita tanpa malu-malu mengakui Yang Tersalib. Jadikan Salib sebagai meterai kita, yang dibuat dengan mantap menggunakan jari-jari di dahi kita dan dalam segala kesempatan; atas roti yang kita makan dan cawan yang kita minum, saat kita datang dan saat kita pergi; sebelum kita tidur, saat kita berbaring dan saat kita terjaga; saat kita bepergian, dan saat kita beristirahat” (Katekese, 13). Lama-kelamaan, Tanda Salib dimasukkan dalam berbagai tindakan dalam Misa, misalnya menandai diri tiga kali di dahi, bibir dan hati saat Injil hendak dibacakan atau saat menyampaikan berkat dan saat menandai roti dan anggur persembahan yang dimulai sekitar abad kesembilan.


Cara resmi paling awal dalam membuat Tanda Salib muncul sekitar tahun 400-an, yaitu saat munculnya bidaah Monophysite yang menyangkal adanya dua kodrat dalam pribadi ilahi Kristus, dan dengan demikian menyangkal persekutuan Tritunggal Mahakudus. Tanda Salib dibuat dari dahi ke dada, dan kemudian dari bahu kanan ke bahu kiri. Ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah ditangkupkan sebagai lambang Tritunggal Mahakudus - Bapa, Putra dan Roh Kudus. Di samping itu, ketiga jari ditangkupkan sedemikian rupa hingga melambangkan singkatan Yunani I X C (Iesus Christus Soter, Yesus Kristus Juruselamat): jari telunjuk yang lurus melambangkan I; jari tengah saling bersilangan dengan ibu jari melambangkan X; dan jari tengah yang bengkok melambangkan C. Jari manis dan jari kelingking dilipat ke arah telapak tangan, melambangkan kesatuan kodrat manusia dan kodrat ilahi, kehendak manusia dan kehendak ilahi dalam pribadi Kristus. Cara membuat Tanda Salib seperti ini umum dilakukan di kalangan seluruh Gereja hingga sekitar abad keduabelas, tetapi hingga sekarang masih tetap dipraktekkan dalam Gereja-gereja Katolik Ritus Timur dan Gereja-gereja Orthodox.


Suatu instruksi dari Paus Inosensius III (1198 - 1216) membuktikan adanya tradisi praktek tersebut, sekaligus menunjukkan adanya perubahan dalam praktek Gereja Katolik Ritus Latin, “Tanda Salib dibuat dengan tiga jari, sebab penandaan diri tersebut dilakukan sembari menyerukan Tritunggal Mahakudus…. Beginilah cara melakukannya: dari atas ke bawah, dan dari kanan ke kiri, sebab Kristus turun dari surga ke bumi, dan dari Yahudi (kanan) Ia menyampaikannya kepada kaum kafir (kiri).” Sembari memperhatikan kebiasaan membuat Tanda Salib dari bahu kanan ke bahu kiri, yang dilakukan baik oleh gereja-gereja barat maupun timur, Paus Inosensius melanjutkan, “Namun demikian, yang lain, membuat Tanda Salib dari kiri ke kanan, sebab dari sengsara (kiri) kita harus beralih menuju kemuliaan (kanan), sama seperti Kristus beralih dari mati menuju hidup, dan dari Tempat Penantian menuju Firdaus. [Sebagian imam] melakukannya dengan cara ini, sehingga mereka dan umat menandai diri mereka dengan cara yang sama. Kalian dapat dengan mudah membuktikannya - bayangkan imam menghadap umat untuk menyampaikan berkat - ketika kami membuat Tanda Salib atas umat, kami melakukannya dari kiri ke kanan…” Karenanya, sejak saat itu umat beriman mulai meniru imam dalam menyampaikan berkat, dari bahu kiri ke bahu kanan dengan tangan terbuka. Lama-kelamaan, praktek ini menjadi cara yang biasa digunakan dalam Gereja Barat.


Dalam karya klasik, “Upacara-upacara Ritus Romawi” tulisan Adrian Fortescue dan J. B. O'Connell, Tanda Salib dibuat dengan cara berikut: “Letakkanlah tangan kiri dengan telapak terbuka di bawah dada. Tangan kanan terbuka juga. Pada saat menyerukan Patris [Bapa] angkatlah tangan kanan dan sentuhkan kening; saat menyerukan Filii [Putra], sentuhlah dada agak ke bawah, tetapi di atas tangan kiri; saat menyerukan Spiritus Sancti [Roh Kudus], sentuhlah bahu kiri dan kanan; saat menyerukan Amin, tangkupkan kedua tangan jika perlu.” Meskipun praktek ini telah berkembang dari bentuk asalnya dan kini masih dipraktekkan dalam Ritus Timur, tetapi telah menjadi praktek yang biasa dilakukan pula dalam Gereja Ritus Latin selama beberapa abad.


Tak peduli bagaimana orang secara teknis membuat Tanda Salib, gerakan haruslah dilakukan dengan khidmat dan saleh. Umat beriman haruslah menyadari kehadiran Tritunggal Mahakudus, dogma inti yang menjadikan orang-orang Kristen sebagai “Kristen”. Juga, umat beriman haruslah ingat bahwa Salib adalah tanda keselamatan kita: Yesus Kristus, sungguh Allah yang menjadi sungguh manusia, yang mempersembahkan kurban sempurna bagi penebusan dosa-dosa kita di atas altar salib. Tindakan sederhana namun mendalam ini membuat setiap orang beriman sadar akan betapa besar kasih Allah bagi kita, kasih yang lebih kuat daripada maut dan akan janji-janji kehidupan abadi. Demi alasan-alasan yang tepat, indulgensi sebagian diberikan kepada mereka yang menandari dirinya dengan Tanda Salib dengan khidmat, sambil menyerukan, “Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus” (Enchirdion of Indulgences, No. 55). Oleh sebab itu, marilah setiap kita membuat Tanda Salib dengan benar dan khidmad serta tidak dengan sembarangan ataupun ceroboh.

oleh: P. William P. Saunders

Diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.

Baca juga:
- Doa Tanda Salib by Victor Hoagland, C.P.
- Tanda Salib by Victor Hoagland, C.P.
- Gerakan-gerakan dalam Misa

Salam,
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.