myth05
IndoForum Junior E
- No. Urut
- 2461
- Sejak
- 22 Jun 2006
- Pesan
- 1.610
- Nilai reaksi
- 306
- Poin
- 83
Teka-teki mengenai kerangka tulang-belulang manusia kerdil (hobbit) yang
ditemukan di Pulau Flores masih terus diperdebatkan. Penelitian terbaru
menunjukkan hobbit mungkin benar dari spesies baru yang sering disebut Homo
floresiensis dan bukan manusia modern yang mengalami kelainan microcephaly.
Sebab, cetakan otak di kepala hobbit berbeda dengan cetakan kepala manusia yang
menderita microcephaly.
Sebelumnya Profesor Teuku Jacob dari Universitas Gadjah Mada (UGM),
memperkirakan bahwa hobbit bukanlah spesies baru tapi manusia modern yang
mengalami kemunduran otak sehingga pertumbuhan tubuhnya secara keseluruhan
terhambat. Hasil analisis sampel kerangka yang disebut LB1 ini dilaporkan dalam
jurnal Proceeding of National Academy of Sciences edisi September 2006. Namun,
penelitian terbaru yang dimuat dalam jurnal yang sama menunjukkan hasil
sebaliknya.
Dalam penelitian itu, Profesor Dean Falk dari Universitas negeri Florida
membandingkan cetakan otak (endocast) hobbit dengan 10 manusia normal, 9
penderita microchepaly, dan 1 orang normal tapi kerdil. Masing-masing dipindai
sehingga menghasilkan model tiga dimensi endocast. Menggunakan teknik
statistik, ke-21 virtual endocat dapat diklasifikasikan dalam dua kategori,
otak normal, dan otak yang mengalami kelainan meski ukuran keduanya mungkin
sama.
Setelah dianalisis, otak manusia normal tapi kerdil masuk ke dalam kategori
microcephaly, namun hobbit ternyata masuk ke dalam kategori normal. Hal
tersebut menunjukkan bahwa struktur otak hobbit konsisten layaknya manusia
normal meski hanya 400 centimeter kubik atau seukuran otak simpanse. Falk
semakin yakin dengan temuannya karena sebelumnya para arkeolog dilaporkan
menemukan alat-alat kerja dan bekas pembakaran di dekat fosilnya.
"Orang tidak percaya kalau dengan otak sekecil itu mereka bisa membuat alat,"
kata Falk. Tapi, menurutnya, dengan struktur yang normal hobbit mungkin
memiliki sistem sempurna yang mungkin berbeda dengan manusia modern sekarang.
Penelitian sebelumnya terhadap sampel fosil yang disebut LB1 itu juga
menunjukkan bahwa otak depannya relatif besar dan fitur anatomi lainnya
mendukung kemungkinannya menjalankan proses kognitif tingkat tinggi.
Teka-teki mengenai asal-usul dan karakteristik hobbit yang diperkirakan hidup
sekitar 12 ribu tahun lalu mungkin akan terkuak pada penggalian berikutnya.
Sebagaimana dikutip BBC, tim peneliti Australia yang dipimpin Mike Morwood
mengaku telah diijinkan kembali ke Liang Bua, lokasi ditemukannya fosil,
setelah sempat dilarang karena bermasalah dengan izin penelitian yang
dikeluarkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Sumber: BBC
sumber lain :
“Manusia Flores” yang ditemukan tengkoraknya di Pulau Flores, NTT, tahun 2003 lalu bukanlah spesies yang sama dengan manusia yang hidup sekarang atau homo sapiens. “Manusia Flores” adalah spesies baru yang dinamakan Homo Floresiensis.
Sebelumnya beberapa ilmuwan berteori bahwa 'Manusia Flores' adalah homo sapiens yang mengalami kekerdilan atau pun mikrosepalus. Sejak itu muncul perdebatan hangat mengenai jenis “Manusia Flores” yang kerangkanya berumur 18 ribu tahun itu.
"Kami punya jawaban untuk orang-orang yang menduga bahwa hobbit (“Manusia Flores”--red) itu mengidap hidrosepalus," kata Ketua Departemen Antropologi Florida State University yang juga seorang paleoneurologist Dean Falk seperti dilansir AFP, Selasa (30/1).
Komputer mereproduksi model permukaan otak termasuk bentuk, galur dan penampang, yang menurut Falk dideskripsikan sebagai sebuah "otak yang sangat berkembang".
Otak tersebut kemudian dibandingkan dengan 10 otak manusia normal dan 9 otak manusia yang mengalami mikrocepalus. "Otaknya tidak bertambah besar, dia bercabang-cabang dan tersusun dan itu sangat menarik," ujar Falk.
Otak tersebut sangat berkembang, sehingga tidak layak dikategorikan sebagai otak manusia yang mengalami mikrosepalus. Dari anatomi seperti itu, “Manusia Flores” memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dari yang selama ini diduga.
ditemukan di Pulau Flores masih terus diperdebatkan. Penelitian terbaru
menunjukkan hobbit mungkin benar dari spesies baru yang sering disebut Homo
floresiensis dan bukan manusia modern yang mengalami kelainan microcephaly.
Sebab, cetakan otak di kepala hobbit berbeda dengan cetakan kepala manusia yang
menderita microcephaly.
Sebelumnya Profesor Teuku Jacob dari Universitas Gadjah Mada (UGM),
memperkirakan bahwa hobbit bukanlah spesies baru tapi manusia modern yang
mengalami kemunduran otak sehingga pertumbuhan tubuhnya secara keseluruhan
terhambat. Hasil analisis sampel kerangka yang disebut LB1 ini dilaporkan dalam
jurnal Proceeding of National Academy of Sciences edisi September 2006. Namun,
penelitian terbaru yang dimuat dalam jurnal yang sama menunjukkan hasil
sebaliknya.
Dalam penelitian itu, Profesor Dean Falk dari Universitas negeri Florida
membandingkan cetakan otak (endocast) hobbit dengan 10 manusia normal, 9
penderita microchepaly, dan 1 orang normal tapi kerdil. Masing-masing dipindai
sehingga menghasilkan model tiga dimensi endocast. Menggunakan teknik
statistik, ke-21 virtual endocat dapat diklasifikasikan dalam dua kategori,
otak normal, dan otak yang mengalami kelainan meski ukuran keduanya mungkin
sama.
Setelah dianalisis, otak manusia normal tapi kerdil masuk ke dalam kategori
microcephaly, namun hobbit ternyata masuk ke dalam kategori normal. Hal
tersebut menunjukkan bahwa struktur otak hobbit konsisten layaknya manusia
normal meski hanya 400 centimeter kubik atau seukuran otak simpanse. Falk
semakin yakin dengan temuannya karena sebelumnya para arkeolog dilaporkan
menemukan alat-alat kerja dan bekas pembakaran di dekat fosilnya.
"Orang tidak percaya kalau dengan otak sekecil itu mereka bisa membuat alat,"
kata Falk. Tapi, menurutnya, dengan struktur yang normal hobbit mungkin
memiliki sistem sempurna yang mungkin berbeda dengan manusia modern sekarang.
Penelitian sebelumnya terhadap sampel fosil yang disebut LB1 itu juga
menunjukkan bahwa otak depannya relatif besar dan fitur anatomi lainnya
mendukung kemungkinannya menjalankan proses kognitif tingkat tinggi.
Teka-teki mengenai asal-usul dan karakteristik hobbit yang diperkirakan hidup
sekitar 12 ribu tahun lalu mungkin akan terkuak pada penggalian berikutnya.
Sebagaimana dikutip BBC, tim peneliti Australia yang dipimpin Mike Morwood
mengaku telah diijinkan kembali ke Liang Bua, lokasi ditemukannya fosil,
setelah sempat dilarang karena bermasalah dengan izin penelitian yang
dikeluarkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Sumber: BBC
sumber lain :
“Manusia Flores” yang ditemukan tengkoraknya di Pulau Flores, NTT, tahun 2003 lalu bukanlah spesies yang sama dengan manusia yang hidup sekarang atau homo sapiens. “Manusia Flores” adalah spesies baru yang dinamakan Homo Floresiensis.
Sebelumnya beberapa ilmuwan berteori bahwa 'Manusia Flores' adalah homo sapiens yang mengalami kekerdilan atau pun mikrosepalus. Sejak itu muncul perdebatan hangat mengenai jenis “Manusia Flores” yang kerangkanya berumur 18 ribu tahun itu.
"Kami punya jawaban untuk orang-orang yang menduga bahwa hobbit (“Manusia Flores”--red) itu mengidap hidrosepalus," kata Ketua Departemen Antropologi Florida State University yang juga seorang paleoneurologist Dean Falk seperti dilansir AFP, Selasa (30/1).
Komputer mereproduksi model permukaan otak termasuk bentuk, galur dan penampang, yang menurut Falk dideskripsikan sebagai sebuah "otak yang sangat berkembang".
Otak tersebut kemudian dibandingkan dengan 10 otak manusia normal dan 9 otak manusia yang mengalami mikrocepalus. "Otaknya tidak bertambah besar, dia bercabang-cabang dan tersusun dan itu sangat menarik," ujar Falk.
Otak tersebut sangat berkembang, sehingga tidak layak dikategorikan sebagai otak manusia yang mengalami mikrosepalus. Dari anatomi seperti itu, “Manusia Flores” memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dari yang selama ini diduga.