• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Kesurupan/kerasukkan menurut Buddhis !!!

singthung

IndoForum Junior E
No. Urut
7164
Sejak
21 Sep 2006
Pesan
1.634
Nilai reaksi
27
Poin
48
Kesurupan/kerasukkan menurut Buddhis !!!

August 16, 2008 by Upc. A. S. Yantasilo



Penjelasan di bawah ini merupakan penjelasan mengenai keberadaan makhluk hidup lain selain manusia, dimana di dalam Buddhisme juga dinyatakan bahwa kita tidak hidup sendiri.

Kesurupan adalah sebuah fenomena di mana seseorang berada di luar kendali dari pikirannya sendiri. Beberapa kalangan mengganggap kesurupan disebabkan oleh kekuatan gaib yang merasuk ke dalam jiwa seseorang.

–Wikipedia

Istilah roh tidak umum dipergunakan dalam Buddhisme. Dalam pandangan Buddhisme di dalam kehidupan terdapat banyak jenis makhluk hidup, ada yang nampak maupun tidak nampak dengan mata telanjang atau mata biasa. Makhluk tak nampak pun dibagi lagi menjadi berbagai jenis sesuai dengan tempat/alam kelahirannya yang ditinggalinya. Perlu digaris bawahi disini bahwa jahat atau baiknya suatu makhluk ditentukan oleh niat perbuatannya. Makhluk-makhluk ini pun dilahirkan dan juga bisa mati. Dan pada umumnya mereka dilahirkan dalam kondisi menderita akibat perbuatan buruk yang ia lakukan pada kehidupan sebelumnya.

Makhluk yang tidak nampak atau disebut makhluk halus juga ada yang tinggal di dunia manusia. Mereka ada yang jahat maupun baik , dan juga ada yang bisa menyalin rupa. Mereka inilah yang bersinggungan dengan kehidupan manusia, sama seperti manusia bersinggungan dengan dunia hewan.
Dalam pandangan Buddhisme, apa yang dimaksud dengan makhluk hanyalah perpaduan dari jasmani dan batin. Jasmani dan batin tidak bisa dipisahkan satu sama yang lain. Hanya ketika mati maka jasmani dan batin terpisahkan. Selain itu Buddhisme menyatakan tidak ada roh/inti dalam tubuh suatu makhluk termasuk manusia. Tidak ada bagian dari jasmani manusia yang ”kosong” dari batin/kesadaran manusia itu sendiri.Dengan demikian tidak ada yang namanya atau peristiwa roh manusia keluar dari jasmani kemudian digantikan dengan roh lain atau disisipkan seperti di film-film horor.

Lalu bagaimana dengan fenomena ”kerasukan” ? Dari pemahaman di atas, fenomena ini bukanlah peristiwa roh manusia keluar dari jasmani kemudian digantikan dengan roh lain atau disisipkan. Fenomena ini tidak lain adalah lemahnya pikiran/kesadaran manusia yang bersangkutan, yang kemudian mendapat pengaruh dari pikiran/kesadaran makhluk lain. Perlu dicatat bahwa pikiran/kesadaran manusia sendiri merupakan gelombang, bila menggunakan detektor kita bisa menemukan adanya gelombang alpha, beta, dsb pada saat-saat tertentu. Fenomena ”kerasukan” ini dapat diilustrasikan seperti channel radio. Ketika kita memutar channel radio ke channel A misalnya dan mendapatkan frekuensinya yang lemah, maka kita akan mendengar siaran radio dari channel B yang frekuensinya tinggi.

Mengapa terjadi ?
Karena pikiran/kesadaran manusia yang lemah dan adanya ”kenakalan” dari makhluk lain (makhluk halus). Selama pikiran/kesadaran manusia tinggi dan terkendali maka tidak akan terjadi fenomena ini. Perasan yang meluap-luap seperti kemarahan, kesedihan, keharuan, depresi merupakan salah satu faktor melemahnya kesadaran manusia. Oleh karena itu tidak heran jika kita juga menemukan fenomena ”kerasukan” ini dirumah-rumah ibadah, dan biasanya terjadi pada saat acara/kegiatan yang menciptakan kondisi sehingga perasaan yang meluap-luap tersebut timbul. Sampai saat ini belum terdengar dalam kebaktian di vihara ada umat Buddha yang ”kerasukan”. Hal ini karena kegiatan kebaktian di vihara tidak mengkondisikan perasaan umat menjadi meluap-luap dan melemahkan kesadaran. Tetapi justru meningkatkan kesadaran dengan adanya kegiatan meditasi.

Tujuannya fenomena ini ?
Tujuannya tergantung dari mana kita memandangnya. Ada 2 sisi. Pertama, dari sisi manusia. Ada manusia yang tidak bertujuan apapun tetapi ia tidak menjaga kesadarannya dengan baik sehingga terjadi fenomena tersebut. Adapula yang sengaja melemahkan kesadarannya (demi kepopulerannya) dengan memberikan kesempatan kesadaran makhluk lain mempengaruhi kesadarannya untuk berbagai tujuan seperti kekuatan supranatural, petunjuk-petunjuk dari masalah pengobatan sampai nomor togel. Tindakan berupa pelemahan kesadaran secara sengaja ini sangat bertentangan dengan ajaran Buddhisme yang selalu mengedepankan kesadaran untuk dapat mengendalikan diri.

Kedua, dari sisi makhluk lain. Walaupun mereka dilahirkan dalam kondisi yang menderita, sama seperti manusia mereka pun ada yang memiliki pikiran baik maupun buruk, memiliki rasa iri, keserakahan,dsb. Ada yang memiliki pikiran baik untuk menolong makhluk lain meskipun jumlahnya jarang karena mereka kebanyakan sibuk dengan penderitaan mereka sendiri, dan mereka tidak memiliki kesempatan untuk berbuat baik, satu-satunya cara mungkin adalah dengan mempengaruhi kesadaran manusia untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia, meskipun tidak jarang mereka memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi berupa meminta sesaji dan memberikan petunjuk yang tidak benar. Ada pula yang sengaja mengganggu kesadaran manusia, ada pula yang terpaksa sebagai protes karena tempat tinggalnya diganggu/digusur. Semua hal ini sama seperti kehidupan manusia, ada yang mengganggu makhluk lain seperti menebang hutan yang merupakan tempat tinggal hewan, mengadu hewan seperti jangkrik, ayam, domba, dan berburu demi kesenangan. Hal ini terjadi karena para makhluk masih memiliki dosa (kebencian), lobha (keserakahan), dan moha (kegelapan batin).

Apapun perbuatan yang didasari oleh NIAT yang dilandasi oleh 3 akar kejahatan yaitu dosa (kebencian), lobha (keserakahan), dan moha (kegelapan batin) merupakan perbuatan buruk (karma buruk) yang akan mengakibatkan penderitaan. Untuk itu, Buddha Dhamma mengajarkan untuk melatih diri mencegah timbulnya dan melenyapkan 3 akar kejahatan tersebut. Dan untuk melatih hal ini kita membutuhkan pengendalian diri yang tinggi dan kesadaran yang penuh.

Jika ada yang tidak tepat mohon di koreksi. thx


 
yap, spendapat jg..;)

tp mengenai keluarnya roh jasmani ato tersisipnya jasmani lain kedlm tubuh bagi kalangan tertentu msh dipercaya itu memang terjadi. saya jg separuh percaya.

Saya pernah melihat pemandangan mengerikan spt berikut:

Saya mempunyai seorang sepupu perempuan yg msh berusia 18 thn.(inisial zz) sejak kecil kelakuannya benar2 diluar normal. kelakuannya mirip spt orang yg tidak waras. byk sekali orang2 pintar yg didatangkan tp tak pernah ada yg bisa menyembuhkannya. pernah jg ia dibabtis oleh aliran maitreya. ia mengikuti kebaktian, tp didalam pikiran dan kelakuannya sudah tak bisa disentuh oleh ajaran manapun.

terkadang ia mencuci tangan setiap 5 menit, terkadang ia terus meludah, terkadang ia menatap orang dgn tatapan yg mengerikan. ia jg sering menyiksa ibunya, dll.

yg ingin saya ceritakan disini adalah, pernah suatu kali ia dan ibunya menginap dirumah saya. hari itu dia aneh sekali. seharian mengurung diri didlm kamar.
Pd saat menjelang pukul 5 sore, tiba2 dia keluar dari kamar dan menghampiri ibunya & berkata " lunasi hutang sixxx atau saya akan buat perhitungan terus!" Note: xxx=saudara ortunya.

saya akan persingkat ceritanya disini, pd saat itu bibi saya yg seorang nasrani memanggil seorang pastur, melihat pastur datang. si zzz lgs murka. ia membanting pintu mengurung dirinya didlm rmh sambil membawa pisau! yg lebih mengherankan lg seorang perempuan bertubuh kurus spt dia bs mematahkan gagang pintu dari dalam!

Dari kejadian tsb saya berpendapat, perihal roh jasmani luar menetap dijasmani org yg memiliki hubungan karma tsb adalah masuk akal.

hal tambahan:
-anak dari pendeta nasrani yg datang kerumah saya memiliki mata spiritual ia bs melihat bahwa kedua kaki dari si zzz adalah
berwarna ungu tua.ia berkata bahwa ada "sesuatu" yg menetap didalam tubuh si zzz.pd saat tenang, maka si roh tsb akan
berada dibelakang. tp pd saat bangun, si roh akan mengambil alih kedepan.
-pd saat kesurupan, diperlukan 4 orang laki2 untuk menenangkannya.ditambah puluhan orang yg membaca pujian2 nasrani.
Saya sendiri sempat melafalkan maha karuna dharani & kemudian meniup wajahnya dgn sangat keras.

jd pendapat saya mengenai roh yg menyusup masuk ke tubuh itu adalah benar.bila memang tidak,

mungkin ada yg bisa menjelaskan mengapa orang yg kerasukan terkadang memiliki tenaga yg besar, atau bahkan memiliki suara yg berbeda, atau jg bs menyampaikan pesan2 yg sebenarnya tertutup oleh kenyataan kpd orang lain. maka mohon sharenya ato pendapatnya...;)
 
yg ingin saya ceritakan disini adalah, pernah suatu kali ia dan ibunya menginap dirumah saya. hari itu dia aneh sekali. seharian mengurung diri didlm kamar.
Pd saat menjelang pukul 5 sore, tiba2 dia keluar dari kamar dan menghampiri ibunya & berkata " lunasi hutang sixxx atau saya akan buat perhitungan terus!" Note: xxx=saudara ortunya.

saya akan persingkat ceritanya disini, pd saat itu bibi saya yg seorang nasrani memanggil seorang pastur, melihat pastur datang. si zzz lgs murka. ia membanting pintu mengurung dirinya didlm rmh sambil membawa pisau! yg lebih mengherankan lg seorang perempuan bertubuh kurus spt dia bs mematahkan gagang pintu dari dalam!

Dari kejadian tsb saya berpendapat, perihal roh jasmani luar menetap dijasmani org yg memiliki hubungan karma tsb adalah masuk akal.

hal tambahan:
-anak dari pendeta nasrani yg datang kerumah saya memiliki mata spiritual ia bs melihat bahwa kedua kaki dari si zzz adalah
berwarna ungu tua.ia berkata bahwa ada "sesuatu" yg menetap didalam tubuh si zzz.pd saat tenang, maka si roh tsb akan
berada dibelakang. tp pd saat bangun, si roh akan mengambil alih kedepan.
-pd saat kesurupan, diperlukan 4 orang laki2 untuk menenangkannya.ditambah puluhan orang yg membaca pujian2 nasrani.
Saya sendiri sempat melafalkan maha karuna dharani & kemudian meniup wajahnya dgn sangat keras.

jd pendapat saya mengenai roh yg menyusup masuk ke tubuh itu adalah benar.bila memang tidak,mungkin ada yg bisa menjelaskan mengapa orang yg kerasukan terkadang memiliki tenaga yg besar, atau bahkan memiliki suara yg berbeda, atau jg bs menyampaikan pesan2 yg sebenarnya tertutup oleh kenyataan kpd orang lain. maka mohon sharenya ato pendapatnya...;)

Pendapat saya,bukan "roh" yang menyusup masuk ke tubuh melainkan mempengaruhi si korban kesurupan.

Mahluk halus memang kadang dapat "mempengaruhi" orang di sekitarnya, baik anggota keluarganya maupun yang bukan keluarga, sehingga orang tersebut akan bertindak dan berbicara menurut keinginan mahluk tersebut. Kondisi ini sering disebut sebagai "kesurupan". Sebenarnya, istilah "kesurupan" atau "kemasukan" itu adalah istilah yang kurang tepat, mengingat tubuh manusia bukanlah seperti sebuah gelas kosong yang dapat diisi dan dimasuki suatu cairan atau benda.

Istilah yang lebih sesuai dengan kenyataan ini adalah "dipengaruhi". Jadi, menghadapi orang yang sedang "dipengaruhi" mahluk halus, sebaiknya orang disekitarnya menanyakan kepada mahluk halus tersebut dengan baik-baik tentang maksud dan tujuannya. Biasanya mahluk itu akan menyampaikan sesuatu atau mengungkapkan kesulitan tertentu yang sedang dihadapinya. Kalau memang masalah yang dihadapi mahluk halus tersebut dapat dibantu, misalnya saja dengan memberitahukan keluarganya bahwa dirinya telah meninggal dunia, maka ada baiknya seorang umat Buddha dengan pikiran penuh kasih sayang berkenan membantu mereka. Dengan demikian, mereka dapat berbahagia di alam kelahiran yang sekarang dan tidak lagi berusaha "mempengaruhi" orang lagi karena masalahnya telah diselesaikan. Namun, kalau memang mahluk itu agak sulit diajak komunikasi, umat Buddha secara sendirian maupun berkelompok dapat membacakan Karaniyametta Sutta yaitu kotbah Sang Buddha tentang pemancaran cinta kasih. Sutta ini memang disampaikan oleh Sang Buddha dalam rangka memberikan pengertian kepada para mahluk halus agar tidak mengganggu manusia. Biasanya, setelah dibacakan sutta tersebut, orang yang "dipengaruhi" dapat tenang dan terbebas dari pengaruh mahluk halus.

B. Uttamo



 
nice thread bro.

btw kalo menurut gw sih tuh spirit ada 2 cara bikin kita kesurupan,
1. melalui media (seperti makanan, minuman, ada yang paku, silet dll) - > santet/guna2
2. tanpa media - > ini yang katanya ketempelan.

utk poin nomor 2 sih enteng2 saja, baca parita, sutra atau mantra tuh spirit pasti kabur, nah kasus yang kedua ini yang berat, kita mau baca mantra, sutra atau parita sih bisa aja dia kabur, tapi tar balik lagi, karena dia terikat sama media yang dimasukin ke dalam tubuh kita. Dan kalaupun itu spirit dah kapok gangguin, dia juga ga bisa pergi dari media itu, karena dia dikunci di media itu. Jadi jalan satu2nya adalah mengeluarkan media tersebut dari dalam tubuh.

itu semua saya taunya dari pengalaman saya, teman baek saya sendiri yg mengalami hal tersebut, dia makan makanan yang dicampur dengan minyak mayat tuh. Padahal orangnya Buddhist abis, suka meditasi dan kesadarannya bisa dibilang kuat. kalo dia kena yang point no.2 sih hampir ga pernah karena dia punya kesadaran kuat, tapi pas taon kemaren tuh kena yang poin no.1 wah efeknya parah, memang ga langsung sih, ngedropnya bertahap dan perlahan2 sampe hampir gila dia, dan sampe pindah agama tetangga yg pake roh kudus jg ga mempan dan ga bisa disembuhin, akhirnya berobat ke vihara di Thailand. akhirnya sembuh juga setelah diterapi selama sebulan.

Dari sini saya ambil kesimpulan, kalo spirit2 itu memang ga bisa masuk ke dalam tubuh kita kalo tanpa media perantara seperti makanan dan minuman, dll. Dan memang dia mempengaruhi kesadaran kita, kalo kita sering meditasi terus sih ga pa2 tapi masak sih kita meditasi terus seharian, kan kita mesti kerja dan ada aktivitas lainnya, dan sewaktu2 juga pasti kita cape,ngantuk dan pernah sakit, nah pas di titik inilah biasanya kesadaran kita melemah karena tubuh fisik kita melemah, dan tuh spirit ambil kesempatan.

oke gitu aja sharing dari saya.

@bro imhereyahum : sepupunya dah sembuh lum bro?
 
@singtung & infinitesky


trims ats pdpt nya ;)

tp sy mksd mengapa tenaga seorang perempuan bs sampai mematahkan gagang pintu yg keras? apakah hal tsb memang bs dilakukan HANYA dengan mempengaruhi kesadaran saja?

@infinitesky
si zzz ini tak bisa disembuhkan oleh siapapun jg. sudah tak terhitung orang yg berupaya untuk menyebuhkannya. bahkan sudah nyaris menghabiskan harta kekayaan kluarganya. Anehnya, pd saat si zzz dibawa ke psikiater kjiwaan, klakuannya lgs normal spt orang biasa. tp bgitu ia pulang kerumah semua keanehannya akan muncul kembali.
sizzz memiliki hutang karma lampau yg berat dengan ibunya. Dan hutang karma tsb tdk bisa dihapus oleh siapapun atau mantra apapun jg sampai masanya brakhir.

Mengapa saya berpendapat demikian? pd saat pertama kali mengadopsi anak itu (si zzz adalah anak adopsi), pernah suatu ktika ibunya bertanya kpd dewa atau seorang medium yg mengharuskan dia agar mengadopsi anak laki-laki JANGAN anak perempuan. Andai ia mendengarkan saran dr dewa untuk mengadopsi anak laki2 barangkali karma ini masih bisa tertunda hingga kehidupannya selanjutnya. Tp krn memang sudah karma tetap, jd semuanya tetap terjadi.
 
@singtung & infinitesky


trims ats pdpt nya ;)

tp sy mksd mengapa tenaga seorang perempuan bs sampai mematahkan gagang pintu yg keras? apakah hal tsb memang bs dilakukan HANYA dengan mempengaruhi kesadaran saja?

@infinitesky
si zzz ini tak bisa disembuhkan oleh siapapun jg. sudah tak terhitung orang yg berupaya untuk menyebuhkannya. bahkan sudah nyaris menghabiskan harta kekayaan kluarganya. Anehnya, pd saat si zzz dibawa ke psikiater kjiwaan, klakuannya lgs normal spt orang biasa. tp bgitu ia pulang kerumah semua keanehannya akan muncul kembali.
sizzz memiliki hutang karma lampau yg berat dengan ibunya. Dan hutang karma tsb tdk bisa dihapus oleh siapapun atau mantra apapun jg sampai masanya brakhir.

Mengapa saya berpendapat demikian? pd saat pertama kali mengadopsi anak itu (si zzz adalah anak adopsi), pernah suatu ktika ibunya bertanya kpd dewa atau seorang medium yg mengharuskan dia agar mengadopsi anak laki-laki JANGAN anak perempuan. Andai ia mendengarkan saran dr dewa untuk mengadopsi anak laki2 barangkali karma ini masih bisa tertunda hingga kehidupannya selanjutnya. Tp krn memang sudah karma tetap, jd semuanya tetap terjadi.

Hanya saran saja:
-kamma tidak pandangan bulu,kamma buruk kalau sudah berbuah akan menyebabkan penderitaan. Banyaklah melakukan kebajikan
-Lakukan perlimpahan jasa kepada alamrhum ibunya
-dianjurkan melakukan latihan meditasi
-Baca paritta Metta Sutta dan Ratana Sutta harus disertai perbuatan baik sesuai yang ada di Metta Sutta ,Manggala Sutta dan melaksanakan Pancasila.
- semuanya butuh waktu.
- Kalau bisa jadi anggota Sangha.
 
gw juga punya keluarga yang gila loh.....sekarang dah normal

katanya dulu di pelet....dia sembuh berkat kesabaran orang klenteng dekat rumah.
seperti suhu,dll....

=======
mungkin juga keluarga saya itu mempunyai kamma buruk,,ketika di pelet dan kondisi kamma yang sudah hampir matang.....jadi pelet nya tembus.

rajin-rajin samadhi,melakukan kamma baik,pelimpahan jasa,dan butuh waktu ^^

jadi anggota sangha?....sangha mau mana mau menerima orang tidak waras?
 
gw juga punya keluarga yang gila loh.....sekarang dah normal

katanya dulu di pelet....dia sembuh berkat kesabaran orang klenteng dekat rumah.
seperti suhu,dll....

=======
mungkin juga keluarga saya itu mempunyai kamma buruk,,ketika di pelet dan kondisi kamma yang sudah hampir matang.....jadi pelet nya tembus.

rajin-rajin samadhi,melakukan kamma baik,pelimpahan jasa,dan butuh waktu ^^

jadi anggota sangha?....sangha mau mana mau menerima orang tidak waras?

hehehe,kan cuma sering kesurupan terus setelah terlepas dari kesurupan baru jadi anggota Sangha,kalau orang tidak waras/gila,yah tidak bisa menjadi anggota Sangha.
 
@all

ne crita aku dgar dari umat di maitreya. slnya ak juga aliran maitreya. tpi ga tau juga, uda lama ne crita. klo ad yg slah CMIIW. kan ad yah muda mudi pergi ke vihara beribadah melakukan ritual. tengah ritual itu kerasukan. u pda byangin aja, dit4 suci gtu kok tngah beraktivtas di vihara kita bisa kerasukan. dari para guru2 ci ktanya itu roh2 dy masa lalu yg ingin menagih hutang atas karmanya, mkanya itu roh ikut dy smpai khdupan yg skrang. rohnya ga senang klo kita menyucikan diri, dlam arti dsini ingin mengacaukn konsentrasi kita akan ibadah kita. krna klo kita bsa dket dgan budhha, itu roh ga bsa berbt ap2. n hutang masa lalu bia lunas yah??? n ini ga dibudhis aja. di agama laen tngah sembhyang juga ad yg kerasukan. gw ga hbis pikir t4 suci beribadah roh aj msih datang mngunjungi.rpanya uda dit4 suci pun msih ad mhluk halus.ga menjamin mahluk halus ga bisa msuk.>:)>:)>:)
 
@all

ne crita aka dgar dari umat di maitreya. slnya ak juga aliran maitreya. tpi ga tau juga, uda lama ne crita. klo ad yg slah CMIIW. kan ad yah muda mudi pergi ke vihara beribadah melakukan ritual. tengah ritual itu kerasukan. u pda byangin aja, dit4 suci gtu kok tngah beraktivtas di vihara kita bisa kerasukan. dari para guru2 ci ktanya itu roh2 dy masa lalu yg ingin menagih hutang atas karmanya, mkanya itu roh ikut dy smpai khdupan yg skrang. rohnya ga senang klo kita menyucikan diri, dlam arti dsini ingin mengacaukn konsentrasi kita akan ibadah kita. krna klo kita bsa dket dgan budhha, itu roh ga bsa berbt ap2. n hutang masa lalu bia lunas yah??? n ini ga dibudhis aja. di agama laen kyak kristen tngah sembhyang juga ad yg kerasukan. gw ga hbis pikir t4 suci beribadah roh aj msih datang mngunjungi.rpanya uda dit4 suci pun msih ad mhluk halus.ga menjamin mahluk halus ga bisa msuk.>:)>:)>:)

Justru di "Vihara" tidak pernah dengar bahwa ada kesurupan karena di Vihara mengembangkan tingkat kesadaran(meditasi) dan metta(Karaniya Metta Sutta), tidak seperti tempat ibadah yang lain kadang-kadang justru melemahkan tingkat kesadaran.
 
@dingting
vihara semua memang namanya "sama" dalam konsep tempat ibadah para umat buddha.

masalah nya pada ajaran yang diterapkan^^
tentu vihara yang menganut aliran theravada ataupun mahayana,tantrayana,dll semua tidak sama.

tetapi walau berbeda aliran maka di tetapkan bahwa "apa yang menjadi bagian dari ajaran buddha"....bisa di lihat di persamuan sangha tentang beberapa rumusan yang di sepakati sebagai ajaran buddha.

===========

nah, maitreya agak berbeda dari aliran-aliran besar seperti theravada,mahayana,tantrayana....bahkan ajaran-nya pun BERBEDA
itulah sebabnya maitreya di tetapkan sebagai agama tersendiri.

dan lagi banyak umat buddha menganggap "maitreya" adalah bagian dari buddha dhamma.
jujur saja saya katakan....bahkan malah sebaliknya....

yaitu tidak sesuai dengan buddha dhamma. ^^ dimana Buddha Gotama sebagai pendiri ajaran buddha.

salam metta.
 
Surabha-Miga-Jataka (Cerita Jataka tentang Dewa Sakka merasuki tubuh pendeta)


--------------------------------------------------------------------------------


Berikut ini adalah cerita Jataka No.483
SURABHA-MIGA-JATAKA

(di-ambil dari SUTTA PITAKA - KHUDDAKA NIKAYA - JATAKA VOL IV, terbitan INDONESIA TRIPITAKA CENTER - MEDAN)

"Terus berusaha, O manusia," dan seterusnya - Sang Guru menceritakan kisah ini ketika berada di Jetavana, untuk menjelaskan secara lengkap sebuah pertanyaan singkat yang diajukan dirinya sendiri kepada Panglima Dharma (Sariputra).

Pada waktu itu, Sang Guru menanyakan sebuah pertanyaan singkat kepada sang Thera. Ini adalah cerita selengkapnya, yang disingkat, tentang keturunan dari alam Dewa.
Ketika Yang Mulia Pindola-Bharadvaja dengan kekuatan supranaturalnya memperoleh patta yang terbuat dari kayu cendana di hadapan saudagar besar Rajagaha, Sang Guru melarang para bhikkhu untuk menggunakan kekuatan gaib mereka. Kemudian penganut pandangan salah itu berpikir "Petapa Gotama ini telah mengeluarkan larangan dalam penggunaan kekuatan gaib; sekarang Beliau sendiri tidak akan menggunakan kekuatan gaibnya," Para siswa mereka menjadi terganggu dan berkata kepada para pesalah tersebut ,"Mengapa kalian tidak mengambil patta dengan kekuatan gaib ?" Mereka menjawab,"Ini bukanlah hal yang sulit bagi kami, teman. Tetapi kami berpikir, siapa yang mau menunjukkan kekuatannya yang bagus dan hebat hanya untuk sebuah patta kayu yang tidak begitu berharga? Jadi kami tidak mengambilnya. Para petapa dari kaum Sakya yang mengambilnya dan menunjukkan kekuatan gaib mereka dikarenakan keserakahan mereka belaka. Jangan pikir kami tidak bisa menggunakan kekuatan gaib. Katakanlah kami tidak mempertimbangkan murid petapa Gotama. Jika kami suka, kami akan menunjukkan kekuatan gaib kepada Gotama sendiri. Jika petapa Gotama menggunakan satu kekuatan gaib, kami akan menggunakan kekuatan gaib dua kali yang lebih bagus daripadanya."

Para bhikkhu yang mendengar ini, memberitahukan Sang Bhagava tentangnya, "Guru, para penganut pandangan salah itu mengatakan bahwa mereka akan membuat mukjizat." Sang Guru berkata, "Biarakan mereka melakukannya, para bhikkhu, saya juga akan melakukan hal yang sama." Raja Bimbisara mendengar hal ini dan pergi bertanya kepada Sang Bhagava, "Apakah Anda akan menggunakan kekuatan gaib, Bhante ?". "Ya, Paduka." "Bukankah ada perintah larangan yang dikeluarkan berkaitan dengan masalah ini, Bhante?" "Perintah itu, Paduka, dikeluarkan untuk para siswaku; tidak ada perintah larangan bagi para Buddha. Bunga dan buah di tamanmu tidak boleh diambil orang lain, tetapi peraturan ini tidak berlaku bagi dirimu sendiri." "Kalau begitu, dimana Anda akan menunjukkan kekuatan gaib, Bhante ?" "Di kota Savatthi, di bawah pohon mangga yang lebat." "Kalau begitu, apa yang harus saya lakukan, Bhante?" "Tidak ada, Paduka."

Keesokan harinya setelah sarapan pagi, Sang Guru berpindapata. "Kemana Sang Guru pergi?" tanya orang-orang. Para Bhikkhu menjawab, "Ke gerbang kota Savatthi, di bawah pohon mangga yang lebat. Beliau akan menggunakan kekuatan gaibnya sebanyak dua kali kepada para pesalah yang membingungkan tersebut." Orang-orang berkata, "Kekuatan gaib yang akan digunakan ini adalah yang disebut-sebut dengan karya agung. Kami akan pergi melihatnya." Mereka pergi bersama dengan Sang Guru. Beberapa dari pesalah tersebut juga mengikuti Sang Guru, dengan para siswanya: "Kami juga akan menunjukkan suatu kekuatan gaib di tempat dimana petapa Gotama menunjukkan kekuatan gaibnya."

Akhirnya Sang Guru tiba di Savatthi, Raja bertanya kepadanya, "Apakah benar, Bhante, Anda akan menunjukkan kekuatan gaib seperti yang dikatakan orang-orang?" "Ya, benar." "Kapan?" "Pada hari ketujuh, mulai dari hari ini, di saat bulan purnama di bulan Juni." "Bolehkah saya membuat sebuah paviliun, Bhante?" "Tenang, Paduka. Tempat di mana saya akan menggunakan kekuatan gaib ini, akan dibangun oleh Dewa Sakka sebuah paviliun yang luasnya dua belas yojana," "Boleh saya mengumumkannya diseluruh kota?" "Silahkan saja, Paduka." Raja memanggil Penggema Dharma (Dhammaghosaka), dengan berpakaian lengkap, untuk memberitahukan pengumuman berikut ini: "Pengumuman! Sang Guru akan menggunakan kekuatan gaib kepada para penganut pandangan salah yang membingungkan tersebut di gerbang kota Savatthi, di bawah pohon mangga yang lebat, tujuh hari lagi dimulai dari hari ini!" Setiap hari pengumuman ini diberitahukan. Ketika para pesalah tersebut mendengar berita ini, bahwasanya kekuatan gaib akan digunakan di bawah pohon mangga yang lebat, mereka membayar semua pemiliki pohon mangga untuk menebang pohon mangganya di Savatthi.

Di malam bulan purnama, Sang Penggema Dhamma membuat pengumuman, "Pagi hari ini akan ditunjukkan kekuatan gaib tersebut." Dengan kekuatan para dewa, kejadian ini terlihat seolah-seolah seperti semua penduduk India berada di depan pintu dan mendengarkan pengumuman ini; Siapa saja yang memiliki niat untuk pergi di dalam hatinya, mereka akan pergi dan dapat melihat sendiri di Savatthi karena kerumunan orang itu terbentang mencapai dua belas ribu yojana.

Pagi-pagi buta, Sang Guru berkeliling untuk berpindapata. Tukang kebun kerajaan yang bernama Ganda atau Lebat, baru saja membawa untuk raja sebuah mangga masak, benar-benar masak, sangat besar. Ketika melihat Sang Guru di gerbang kota. "Buah ini pantas untuk Sang Guru," katanya sambil memberikannya. Sang Guru mengambilnya kemudian memakannya setelah duduk di satu sisi. Setelah selesai makan, Beliau berkata, "Ananda, berikan batu ini kepada tukang kebun untuk di tanam di tempat ini; ini akan tumbuh menjadi pohon mangga yang lebat." Ananda melakukan perintah Sang Guru. Tukang kebun itu menggali lubang dan menanamnya. Pada waktu itu juga, batunya pecah, keluar akar-akar, muncul batang pohon seperti tiang bajak yang merah dan tinggi. Bahkan ketika orang-orang yang melihatnya ini, pohon itu tumbuh menjadi sebuah pohon mangga yang sebesar seratus hasta, lebarnya lima puluh hasta dan cabang pohon yang tingginya lima puluh hasta juga. Pada waktu yang sama, bunga-bunga bermekaran, buah menjadi masak, pohon berdiri mengarah tinggi ke langit, tertutupi oleh lebah, dengan buah yang berwarna keemasan. Ketika angin berhembus di pohon ini, buah-buah manis tersebut jatuh, kemudian para bhikkhu datang ke pohon tersebut dan memakannya serta beristirahat. Dimalam hari, raja para dewa yang sedang mengamati dunia ini mengetahui bahwa ada tugas baginya untuk membuat sebuah paviliun yang dibangun dengan tujuh benda berharga. Maka ia mengutus Vissakamma untuk membuat sebuah paviliun dengan tujuh benda berharga yang luasnya mencapai dua belas yojana dan ditutupi oleh bunga teratai berwarna biru. Demikian para dewa dari sepuluh ribu belahan bumi berkumpul bersama. Setelah menggunakan ekuatan gaibnya kepada para pesalah yang membingungkan tersebut, Sang Guru berjalan melewati para siswa-Nya, membangkitkan keyakinan di dalam diri mereka, kemudian bangkit dan duduk di tempat duduk Buddha membabarkan hukum. Dua puluh juta umat menikmati air kehidupan. Kemudian dengan bermeditasi untuk mencari tahu dimana para Buddha pergi setelah menggunakan kekuatan gaib, Beliau mengetahui bahwa tempat itu adalah alam Surga Tavatimsa. Beliau bangkit dari duduknya, meletakkan kaki kanan-Nya di puncak gunung Yugandhara dan yang sebelah kiri di puncak gunung Sineru, dan memulai masa vassa di bawah pohon koral yang besar, duduk di tahta batu berwarna kuning, selama tiga bulan memberikan khotbah tentang Abidhamma kepada para dewa.

Orang-orang tidak tahu kemana Sang Guru pergi. Mereka melihat dan berkata, "MAri kita pulang," dan tinggal didalamnya selama musim hujan. Ketika masa vassa hampir berakhir dan pestanya telah dipersiapkan, Maha Mogallana pergi memberitahu Sang Bhagava. Dimana Sang Guru bertanya kepadanya, "Dimanakah Sariputra berada sekarang?" "Bhante, setelah kekuatan gaib itu yang membuatnya gembira, ia menetap dengan lima ratus bhikkhu lainnya di kota Samkassa sampai sekarang." "Mogallana, pada hari ketujuh mulai dari sekarang, saya akan turun ke depan pintu gerbang kota Samkassa. Bagi siapa saja yang ingin melihat Sang Tathagata datang berkumpul di dalam kota Samkassa." Siswa itu menyetujuinya, kemudian pergi memberitahu penduduk. Ia membawa semuanya dari Savatthi menuju ke Samkassa dengan secepat kedipan mata, yang berjarak sejauh tiga puluh yojana. Setelah semua persiapannya selesai untuk perayaan, Sang Guru memberitahu Dewa Sakka bahwa sudah waktunya Beliau kembali ke alam manusia. Kemudian Sakka berkata kepada Vissakamma, "Buat tangga bagi jalan Sang Dasabala untuk turun ke alam manusia. Ia meletakkan kepada tangga di puncak gunung Sineru dan ujungnya di gerbang kota Samkassa. Di antara keduanya, ia membuat tiga tingkatan, yaitu satu tingkat dengan permata, satu dengan perak dan satunya lagi dengan emas. Bagian pegangan dari tiang tangga tersebut tersebut dari tujuh benda berharga. Setelah menggunakan kekuatan gaib-Nya untuk pembebasan dunia, Sang guru turun dengan menggunakan tangga di udara yang tersebut dari batu permata. Sakka yang membawakan jubah dan patta beliau, Suyama membawa sebuah kipas ekor sapi, Brahma yang merupakan pimpinan semua makhluk memberikan payung, dan para dewa dari sepuluh ribu belahan bumi memuja dengan kalung bunga dan minyak wangi. Sewaktu Sang Guru bediri di anak tangga yang terakhir, pertama sekali Yang Mulia Sariputra memberikan salam hormat yang kemudian diikuti oleh rombongannya.

Dengan berada di antara kumpulan orang banyak itu. Sang Guru berpikir, "Mogallana telah menunjukkan bahwa dirinya memiliki kekuatan gaib, Upali pandai dalam peraturan sila (Vinaya), sedangkan kemampuan Sariputra dalam hal kebijaksanaan yang tinggi belum pernah ditunjukkan. Selain diriku, tidak ada orang lain yang kebijaksanaan yang demikian penuh dan lengkap. Saya akan membuat orang lain mengetahui tentang kebijaksaannya." Pertama-tama beliau menanyakan sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada umat awam (upasaka) dan mereka dapat menjawabnya. Kemudian Beliau menanyakan sebuah pertanyaan yang ditujukan untuk mereka yang telah mencapai tingkat kesucian Sotapanna dan mereka dapat menjawabnya, tetapi umat awam tidak dapat menjawabnya. Dengan cara yang sama, Beliau menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara bergiliran kepada mereka yang telah mencapai tingkat kesucian Sakadagami, Anagami, Khinasava (Ia yang kotoran bathinnya telah lenyap, di beri contoh misalnya seorang arahat), Mahasavaka dan Aggasavaka (Savaka diartikan sebagai seorang pendengar, seorang siswa (tapi bukan seorang arahat); dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut, mereka yang berada di bawah tingkatan secara bergiliran tidak dapat menjawabnya, tetapi mereka yang berada di atas tingkatan dapat menjawabnya. Kemudian Beliau menanyakan sebuah pertanyaan yang ditujukan pada tingkatan Sariputra; dan ini hanya bisa dijawab oleh Sariputra. Yang lain bertanya, "Siapakah murid yang dapat menjawab pertanyaan Sang Guru?" Mereka diberitahu bahwa orang tersebut adalah Dhammasenapati, namanya Sariputra. "Betapa tinggi kebijaksanaannya!" kata mereka. Sejak saat itu, kebijaksanaan sang Thera yang tinggi itu pun diketahui oleh manusia dan para dewa. Kemudian Sang Guru berkata kepadanya,

"Sebagian orang masih harus melewati cobaan, dan sebagian lagi telah mencapai tujuannya: Katakan perbedaan tingkah laku mereka, karena Anda mengetahui segalanya."
 
Setelah menanyakan pertanyaan tersebut yang datang dari ruang lingkup seorang Buddha, Beliau menambahkan, "Di sini ada sebuah kesimpulan singkat, Sariputra. Apa maksud dari semua permasalahan dengan sikapnya?" Sang Murid memikirkan pertanyaan tersebut. Ia berpikir, "Guru menanyakan tentang sikap benar yang dimiliki seseorang seiring bertambahnya tingkat kesucian, baik mereka yang berada di tingkat yang lebih rendah maupun yang telah mencapai tingkat tinggi?" Ia tidak memiliki keraguan terhadap pertanyaan yang umum. Tetapi ia kemudian berpikir, "Cara yang tepat untuk bertingkah laku dapat dijelaskan dalam banyak cara, sesuai dengan elemen penting dari orang tersebut, dan seterusnya dimulai dari itu. Sekarang dengan cara yang mana baru dapat saya jawab maksud dari Giri?" Ia ragu akan maksud tersebut. Sang Guru berpikir, "Sariputra tidak memiliki keraguan terhadap pertanyaan yang umum, tetapi ia ragu ketika berhubungan dengan sudut pandang mana saya melihatnya. Jika saya tidak memberikan petunjuk, ia tidak akan bisa menjawabnya. Jadi saya akan memberinya satu petunjuk. "Beliau memberi petunjuk tersebut dengan berkata, "Lihat kemari, Sariputra, apakah menurutmu ini benar?" (sambil menyebutkan beberapa petunjuk). Sariputra membenarkan petunjuk tersebut.

Setelah petunjuk diberikan, Beliau mengetahui bahwa Sariputra telah mengetahui maksud-Nya dan akan mampu menjawabnya dengan lengkap, dimulai dari elemen manusia. Demikianlah pertanyaan tersebut diberikan kepada sang murid, kemudian dengan seratus petunjuk, bukan, seribu petunjuk yang diberikan oleh Sang Guru, ia dapat menjawab pertanyaan yang berada di ruang lingkup seorang Buddha.

Sang Buddha memaparkan Dhamma kepada kumpulan tersebut yang memenuhi tempat seluas dua belas yojana. Tiga puluh juta orang menikmati air kehidupan ini.

Setelah selesai, kumpulan orang tersebut membubarkan diri dan Sang Guru melanjutkan perjalanannya sambil berpindapata yang akhirnya sampai di kota Savatthi. Keesokan harinya setelah berpindapat di Savatthi, Beliau memberitahukan semua bhikkhu tentang kewajiban mereka dan kemudian masuk ke dalam gandhakuti. Di malam hari, para bhikkhu duduk di dhammasabha membicarakan tentang kebijaksanaan Sariputra. "Kebijaksanaan tinggi, Avuso, dimiliki Sariputra. Ia memiliki kebijaksanaan yang luas, cepat, tajam dan menarik." Sang Guru menanyakan sebuah pertanyaan singkat dan ia dapat menjawabnya secara panjang lebar dan benar." Sang guru yang berjalan masuk menanyakan mereka apa yang sedang dibicarakan, dan mereka memberitahu-Nya. Beliau berkata, "Ini bukan pertama kai, para bhikkhu, Sariputra dapat menjawab dengan panjang lebar dan benar sebuah pertanyaan yang singkat, tetapi di masa lampau ia juga sudah pernah melakukannya," dan Beliau menceritakan sebuah kisah masa lampau.

---------------------------------

Dahulu kala ketika Brahmadatta menjadi raja Benares, Bodhisatta terlahir sebagai seekor rusa jantan yang tinggal di dalam hutan. Waktu itu, raja sangat gemar berburu dan raja adalah orang yang kuat. Ia juga menganggap tidak ada yang lain yang pantas menyandang nama manusia selain manusia itu sendiri. Suatu hari ketika sedang pergi berburu, raja berkata kepada para pejabat istananya, "Barang siapa yang membiarkan seekor rusa lewat di depannya, ia akan mendapatkan hukuman tertentu." Mereka berpikir, "Seseorang mungkin saja berdiri di dalam rumah dan tidak dapat menemukan lumbung padi. Ketika melihat seekor rusa, dengan cara apapun kita harus mengarahkannya ke tempat dimana raja berada." Mereka membuat suatu kesepakatan untuk dapat melakukannya dan menempatkan raja di ujung jalan. Kemudian mereka mulai mengepung tempat semak belukar yang lebat dan memukul-mukul tanah dengan tongkat kayu dan sebagainya. Yang pertama kali muncul adalah rusa jantan tersebut. Ia mencoba berkeliling di dalam semak tersebut sebanyak tiga kali untuk mencari kesempatan menyelamatkan diri. Di semua sisi ia melihat orang-orang yang berdiri tanpa berhenti bergerak,lengan yang terus mengayun-ayun dan memukul-mukul; hanya ditempat raja ia melihat ada kesempatan. Dengan kedua mata yang terbuka lebar, ia berlari dengan cepat menuju ke arah raja, menyilaukannya seolah-olah seperti melempar pasir ke arah matanya. Dengan cepat raja menembakkan anak panah, tetapi tidak mengenainya. Anda harus mengetahui bahwa rusa jenis ini sangat pintar dalam mengelakkan anak panah. Ketika anak panah datang dari arah lurus menuju ke arah mereka, rusa-rusa ini akan diam di tempat dan biarkan anak panah itu melewatinya; Jika anak panah datang dari arah belakang mereka, mereka dapat lari melebihi kecepatan anak panah; Jika anak panah datang dari atas, mereka akan menekuk bagian belakang mereka; Jika anak panah diarahkan ke perut, mereka akan dengan cepat berbaring dan ketika anak panah itu telah lewat, rusa-rusa itu akan lari secepat awan yang dipancarkan oleh angin. Demikian halnya yang terjadi kepada raja ketika melihat rusa jantan ini berbaring, ia mengira bahwa rusa itu terkena panah dan menyerukan kemenangan. Rusa jantan itu kemudian melewati kepungan orang-orang tersebut. Para pengawal istana dari kedua arah yang melihat rusa jantan itu lolos berkumpul bersama dan bertanya, "Di tempat manakah rusa itu pergi tadi?" "Tempatnya raja!" "Tetapi tadi raja meneriakkan bahwa ia telah mengenainya! Apa yang telah dikenai-nya? Raja kita membuat rusa tersebut lolos, saya beritahu kalian! Anak panahnya mengenai tanah!" Demikian mereka mengolok-olok raja dan tidak henti-hentinya. "Orang-orang ini sedang menertawaiku. Mereka tidak tahu kemampuanku," pikir raja. Kemudian sambil membawa perlengkapannya, berjalan kaki dengan pedang di tangannya, ia pergi meneriakkan, "Saya akan menangkap rusa itu!" Raja tetap mengikuti jejaknya dan mengejarnya sampai sejauh tiga yojana. Rusa jantan tersebut masuk lagi ke dalam hutan dan raja mengikutinya. Saat itu, di depan jalan rusa tersebut ada sebuah lubang besar yang terjadi karena sebuah pohon yang telah mati, sedalam enam puluh hasta dan berisi air sedalam tiga puluh hasta, tetapi tertutup oleh dedaunan. Rusa yang dapat mencium bau air mengetahui bahwa itu adalah sebuah lubang, berbelok ke samping dari jalurnya. Sedangkan raja tetap lurus dan masuk ke dalamnya. Rusa yang tidak mendengar suara kaki di belakangnya lagi menoleh ke belakang dan melihat tidak ada siapa-siapa, mengetahui bahwa orang tersebut pasti telah jatuh ke dalam lubang itu. Maka ia pergi ke sana dan melihat raja di dalam lubang air yang mengerikan itu berusaha untuk menyelamatkan diri. Rusa tidak menaruh dendam kepada raja atas perbuatan jahat yang telah dilakukannya, dengan sedih ia berpikir, "Jangan biarkan raja mati di depan mataku sendiri. Saya akan menyelamatkannya dari kesulitan ini." Dengan berdiri di tepi lubang, ia berteriak, "Jangan takut, O raja, karena saya akan menyelamatkanmu dari kesulitanmu itu." Kemudian dengan usaha yang sungguh-sungguh seperti sedang menyelamatkan anaknya sendiri, ia menahan dirinya pada sebuah batu besar dan menarik raja yang tadi mengejarnya dengan tujuan membunuhnya keluar dari lubang sedalam enam puluh hasta itu. Kemudian menenangkannya dan meletakkannya di atas punggungnya, rusa membawanya keluar dari dalam hutan dan menempatkannya tidak jauh dari pasukan pengawalnya. Kemudian ia menasehati raja dan mengajarkan kepadanya Pancasila (Buddhis). Tetapi raja tidak dapat berpisah dengan Sang Mahasatva dan berkata kepadanya, "Raja para rusa, ikutlah bersamaku ke benares. Saya akan memberikanmu kekuasaan atas kota Benares, sebuah kota yang memiliki luas dua belas yojana. Anda boleh memilikinya," Tetapi rusa berkata, "Raja yang Agung, saya adalah hewan dan saya tidak menginginkan sebuah kerajaan. Jika anda benar-benar peduli denganku, lakukan saja hal kebajikan yang telah saya ajarkan kepadamu dan ajarkan rakyatmu untuk melakukannya juga." Setelah memberikan nasehat ini, rusa kembali masuk ke dalam hutan. Dan raja kembali ke tempat pasukan pengawalnya, raja masuk ke dalam kota dan membuat pengumuman dengan membunyikan drum: "Mulai hari ini, semua penduduk kota harus mematuhi Pancasila (Buddhis)."

Raja tidak memberitahu kepada siapapun tentang kebaikan yang dilakukan oleh rusa terhadap dirinya. Setelah selesai makan berbagai jenis pilihan daging, dimalam harinya raja berbaring di dipan yang sangat indah. Dan di saat hari menjelang fajar, raja teringat kembali akan sifat mulia dari Sang Mahasatva, kemudian bangkit dari tidurnya, duduk dengan menyilangkan kakinya, dan dengan hati yang penuh dengan kegembiraan melantunkan pujiannya dalam enam bait kalimat berikut :

"Terus berharap O manusia, jika Anda bijak, jangan biarkan semangatmu melemah:
Saya melihat diriku sendiri, yang telah mendapatkan tujuan dari keinginanku.

"Terus berharap O manusia, jika Anda bijak, jangan melemah meskipun rasa sakit menggangu: Saya melihat diriku sendiri, yang telah berjuang dalam ombak mencapai daratan."

"Terus berusaha O manusia, jika Anda bijak, jangan biarkan semangatmu melemah: SAya melihat diriku sendiri, yang telah mendapatkan tujuan dari keinginanku.

"Terus berusaha O manusia, jika Anda bijak, jangan melemah meskipun rasa sakit mengganggu: Saya melihat diriku sendiri, yang telah berjuang dalam ombak mencapai daratan.

"Ia yang bijak, walaupun dilanda rasa sakit, Tidak akan pernah berhenti untuk berharap mendapatkan kebahagiaan. Ada banyak perasaan dalam diri manusia, baik kebahagiaan maupun penderitaan: Mereka tidak memikirkannya, bagaimanapun juga mereka akan tetap mengalami kematian."

"Perasaan yang datang tanpa dipikirkan; dan yang dipikirkan, tidak ada gunanya: Karena kebahagiaan laki-laki dan wanita yang tidak dipikirkan adalah yang berguna."

Di saat raja menyanyikan pujian dalam bait kalimat di atas, matahari mulai terbit. Pendeta kerajaannya datang awal di pagi hari tersebut untuk menanyakan kesehatan raja dan ia mendengar pujian tersebut ketika berdiri di depan pintu, kemudian berpikir dalam dirinya sendiri, "Kemarin raja pergi berburu. Semua orang tahu kalau raja tidak dapat menangkap rusa jantan itu dan karena ditertawakan oleh pengawal istana, raja mengatakan bahwa ia sendiri akan menangkap dan membunuh hewan buruannya tersebut. Kemudian tanpa rasa rag raja mengejar rusa tersebut karena terluka harga dirinya sebagai seorang ksatria, dan terjatuh ke dalam lubang sedalam enam puluh hasta. Pastinya rusa yang welas asih itu telah menariknya keluar tanpa memikirkan tentang perbuatan jahat yang dilakukan raja terhadap dirinya. Menurutku, inilah sebabnya raja mengucapkan kalimat-kalimat tersebut." Demikianlah brahmana itu mendengar setiap kata dalam pujian raja; dan apa yang terjadi di antara raja dan rusa jantan menjadi jelas seperti wajah yang tercermin di dalam kaca yang mengkilap. Ia mengetuk pintu dengan ujung jarinya. "Siapa itu?" tanya raja. "Saya,Paduka, pendeta kerajaanmu." "Masuklah, guru." kata raja dan membuka pintunya. Brahmana tersebut masuk, mendoakan kejayaan kerajaan, dan berdiri di satu sisi. Kemudian ia berkata, "O raja yang agung! Saya tahu apa yang telah terjadi kepadamu di dalam hutan kemarin. Di saat mengejar rusa itu, Anda terjatuh ke dalam sebuah lubang dan rusa itu dengan bertahan pada batu yang ada di dekat lubang tersebut, menarikmu keluar. Jadi di saat mengingat kemurahan hatinya, Anda menyanyikan kalimat pujian." Kemudian ia mengucapkan dua bait kalimat berikut :
 
"Rusa jantan yang tadinya adalah buruanmu di atas gunung yang tinggi. Dengan beraninya ia menyelamatkanny, karena ia tidak memiliki keserakahan dan kebencian."

"Keluar dari lubang yang mengerikan, dari cengkeraman maut. Dengan bertahan pada satu batu karang (seorang teman sejati) Rusa agung itu menyelamatkanmu: demikian yang Anda ucapkan dengan alasannya. Pikirannya bebas dari kebencian dan keserakahan."

"Apa!" pikir raja ketika mendengar ini. "Orang ini tidak ikut pergi berburu denganku waktu itu, tetapi ia mengetahui semua kejadiannya! Bagaimana ia dapat mengetahuinya? Saya akan bertanya kepadanya." dan raja mengucapkan bait kesembilan berikut ini:

"O brahmana! Apakah Anda berada di sana hari itu? Atau apakah Anda mendengarnya dari orang yang melihat kejadiannya? Anda telah melenyapkan nafsu keinginan. Anda dapat melihat segalanya: kebijaksanaanmu membuatku takut."

Tetapi brahmana itu berkata, "Saya bukan seorang Buddha, yang Maha Tahu. Saya hanya kebetulan mendengar pujian yang Anda nyanyikan, dengan mengetahui artinya, kenyataan yang terjadi menjadi jelas bagiku." Untuk menjelaskannya, ia mengucapkan bait kesepuluh berikut ini:

"O Paduka! Saya tidak mendengar hal tersebut. Maupun berada di sana melihatnya hari itu: Tetapi dari syair yang Anda nyanyikan dengan merdu. Orang bijak dapat mengetahui kejadiannya saat itu."

Raja merasa gembira dan memberinya sebuah hadiah istimewa.
Sejak saat itu, raja selalu memberikan derma dan melakukan kebajikan. Demikian juga dengan rakyat-rakyatnya yang melalukan kebajikan, sehingga terlahir di alam Surga setelah meninggal dunia.

Terjadilah pada suatu hari, raja pergi ke taman bersama dengan pendeta kerajaannya untuk latihan memanah. Waktu itu, Dewa Sakka memikirkan tentang dari mana datangnya para putra dan putri dewa tersebut yang berjumlah sangat banyak, kemudian mengetahui semua ceritanya; bagaimana raja diselamatkan dari lubang oleh rusa jantan, bagaimana ia dapat mengabadikan dirinya dalam kebajikan, bagaimana dikarenakan kekuatan dari raja ini, rakyat-rakyatnya melakukan kebajikan sehingga alam Surga menjadi banyak penghuninya; dan ia juga mengetahui bahwa raja sedang berada di taman untuk memanah. Kemudian Sakka pergi ke taman raja, yang dengan suara singa memberitahukan kembali sifat mulai rusa jantan itu, memberitahukan bahwa ia adalah Dewa Sakka, dengan berdiri melayang di udara memberikan wejangan, memaparkan tentang kebaikan dari cinta kasih dari Pancasila (Buddhis), kemudian kembali ke kediamannya. Sewaktu raja bermaksud untuk memanah dengan menarik busur dan meletakkan anak panah di tali busurnya, Sakka dengan kekuatannya membuat rusa jantan tersebut muncul di antara raja dan sasaran panah. Dan raja yang melihat kejadian ini tidak jadi melepaskan anak panahnya. Kemudian dengan masuk ke dalam tubuh pendeta kerajaan itu, Sakka mengucapkan bait kalimat berikut ini yang ditujukan kepada raja.

"Anak panahmu adalah kematian bagi banyak benda: Mengapa Anda hanya menahannya di busur sekarang? Tembakkan anak panah itu dan bunuh rusa itu: Dagingnya dapat diberikan untuk Paduka, O raja yang sangat bijak!"

Untuk menjawabnya, raja mengucapkan bait berikut ini:

"Saya tahu akan hal itu, brahmana, tidak kurang darimu: Rusa jantan itu adalah makanan bagi para ksatria, Tetapi saya berhutang budi atas jasa yang diberikannya, Oleh sebab itu, tanganku tertahan untuk membunuh sekarang ini."

Kemudian Sakka mengucapkan dua bait kalimat berikut:

"Ini bukanlah rusa jantan biasa, O Paduka!Tetapi ini adalah titan, Anda adalah raja para manusia, tetapi Anda akan menjadi raja para dewa jika Anda membunuhnya."

"Jika Anda ragu, O raja yang gagah berani! Untuk membunuh rusa ini, karena ia adalah temanmi; Ke sungai kematian yang dingin dan raja kematian yang mengerikan Anda, istri dan anak-anakmu akan masuk ke sana."

Setelah mendengar ini, raja mengucapkan dua bait kalimat berikut ini:

"Biarlah begitu, ke sungai kematian yang dingin dan raja kematian. Bawa saja diriku ke sama beserta dengan istri dan anak-anakku, Semua temanku; Saya tidak akan melakukan hal ini. Rusa ini tidak boleh mati ditanganku."

"Suatu ketika di dalam hutan yang mengerikan yang penuh dengan maut. Rusa jantan ini yang menyelamatkanku dari penderitaan yang tiada harapan lagi. Bagaimana saya bisa membunuh penyelamatku. Setelah usaha penyelamatan yang dilakukannya?"

Kemudian Sakka keluar dari tubuh pendeta kerajaan itu dan muncul dalam rupanya sendiri, berdiri melayang di udara sambil mengucapkan dua bait kalimat berikut yang menunjukkan tentang sifat mulia raja:

"Semoga Anda panjang umur, O teman yang setia dan sejati! Kerajaan ini dipenuhi dengan kebenaran dan kebaikan; Kumpulan wanita akan mengelilingi Anda. Jika anda menjadi Dewa Indra, raja para dewa.

"Bebas dari nafsu keinginan, dengan hati yang selalu damai, Ketika orang datang memohon bantuan, Anda memberikan segala benda kebutuhan mereka; Sebagaimana kekuasaan yang diberikan kepadamu, berikan dan jalankan bagianmu. Tanpa melakukan dosa sampai akhirnya alam Surga menjadi hadiah terakhirmu."

Setelah berkata demikian, Sakka, raja para dewa melanjutkan perkataannya sebagai berikut :"Saya datang kemari untuk mengujimu, O raja, dan Anda tidak memberikan pegangan kepadaku. Hanya berwaspadalah (jangan lengah)." Dan dengan nasehat ini, Sakka kembali ke alam surga.

--------------------------------

Setelah menguraikan ini, Sang Guru berkata : "Ini bukan pertama kali, para bhikkhu, Sariputra mengetahui dengan terperinci apa yang dikatakan hanya pada bagian umumnya saja, tetapi di masa lampau hal yang sama terjadi." Kemudian Beliau mempertautkan kisah kelahiran ini: "Pada masa itu, Ananda adalah raja, Sariputra adalah pendeta kerajaan dan saya sendiri adalah rusa jantan."

Karena jarang disebutkan dalam sutta (Theravada)/sutra (mahayana) tentang dewa yang merasuki manusia. Golongan TRIDHARMA khususnya TANG KI / KI-TONG / medium dewa sering "dilecehkan" tentang kebenaran mediumisasi dewa. (memang banyak juga TANG KI / KI TONG / MEDIUM yang menipu dengan berpura pura dirasuki ataupun memang dirasuki tetapi bukan dewa).

Seperti halnya ada beberapa bhikkhu (theravada) dan bhiksu (mahayana), yang nyata nyata telah "berikrar" melepaskan kehidupan duniawi, ternyata tidak jarang kita temukan yang "menyimpang". Walaupun bhikkhu/bhiksu tersebut hanyalah "segelintir" yang menyimpang, tidaklah kita dapat menyatakan bahwa semua bhikkhu/bhiksu itu kelakuannya begitu.

Sama hal-nya dengan kasus mediumisasi/tang-ki/ki-tong, memang banyak yang "menipu" dan menyatakan tidak sesuai dengan kebenaran. Tetapi pada kenyataannya ada juga mediumisasi yang benar-benar seperti itu halnya (bahwa dewa, sekalipun dewa sakka masih bisa merasuki tubuh manusia, seperti dalam cerita jataka di atas).
 
Sampai saat ini belum terdengar dalam kebaktian di vihara ada umat Buddha yang ”kerasukan”. Hal ini karena kegiatan kebaktian di vihara tidak mengkondisikan perasaan umat menjadi meluap-luap dan melemahkan kesadaran. Tetapi justru meningkatkan kesadaran dengan adanya kegiatan meditasi.

Peristiwa "kesurupan" ketika kebaktian terjadi sewaktu peringatan waisak tahun lalu di salah satu vihara di BALI, saya sempat melihat dokumentasi berita dari METROTV, umat BUDDHA yang kesurupan adalah dari etnis BALI, tetapi ketika sudah dalam kondisi trans kesurupan, malah bisa berbahasa MANDARIN.

Kebetulan saya juga pernah menanyakan kepada Bhante Jinnadhammo Mahathera (pimpinan vihara borobudur MEDAN) apakah di Vihara borobudur pernah orang kesurupan, katanya sudah beberapa kali ada kasus umat yang kesurupan di vihara borobudur MEDAN. Dan hal ini menurut beliau adalah fenomena yang wajar wajar saja. Malahan biasanya kalau ada kasus orang kesurupan, bhante Jinnadhammo-lah yang biasanya menjadi "negosiator" dengan makhluk yang merasuki umat tersebut. Tetapi katanya biasanya yang ngerasuki badan umat adalah karena keterkaitan karma antara umat tersebut dengan makhluk tersebut, bukan karena adanya makhluk halus yang gentayangan ataupun yang meneror vihara. Bagaimanapun vihara tersebut merupakan salah satu tempat "suci" (artiannya biasanya buat kegiatan yang positif) jadi yah makhluk halus juga pada hormat donk kalau mau ngeganggu umat. Tetapi biasanya yang ngerasuk itu ada "permintaan"/"permohonan" yang ingin disampaikan.
 
wah,perlu dikaji lebih lanjut. Kok bisa beda-beda

Mahluk halus memang kadang dapat "mempengaruhi" orang di sekitarnya, baik anggota keluarganya maupun yang bukan keluarga, sehingga orang tersebut akan bertindak dan berbicara menurut keinginan mahluk tersebut. Kondisi ini sering disebut sebagai "kesurupan". Sebenarnya, istilah "kesurupan" atau "kemasukan" itu adalah istilah yang kurang tepat, mengingat tubuh manusia bukanlah seperti sebuah gelas kosong yang dapat diisi dan dimasuki suatu cairan atau benda.

Istilah yang lebih sesuai dengan kenyataan ini adalah "dipengaruhi". Jadi, menghadapi orang yang sedang "dipengaruhi" mahluk halus, sebaiknya orang disekitarnya menanyakan kepada mahluk halus tersebut dengan baik-baik tentang maksud dan tujuannya. Biasanya mahluk itu akan menyampaikan sesuatu atau mengungkapkan kesulitan tertentu yang sedang dihadapinya. Kalau memang masalah yang dihadapi mahluk halus tersebut dapat dibantu, misalnya saja dengan memberitahukan keluarganya bahwa dirinya telah meninggal dunia, maka ada baiknya seorang umat Buddha dengan pikiran penuh kasih sayang berkenan membantu mereka. Dengan demikian, mereka dapat berbahagia di alam kelahiran yang sekarang dan tidak lagi berusaha "mempengaruhi" orang lagi karena masalahnya telah diselesaikan. Namun, kalau memang mahluk itu agak sulit diajak komunikasi, umat Buddha secara sendirian maupun berkelompok dapat membacakan Karaniyametta Sutta yaitu kotbah Sang Buddha tentang pemancaran cinta kasih. Sutta ini memang disampaikan oleh Sang Buddha dalam rangka memberikan pengertian kepada para mahluk halus agar tidak mengganggu manusia. Biasanya, setelah dibacakan sutta tersebut, orang yang "dipengaruhi" dapat tenang dan terbebas dari pengaruh mahluk halus.

B. Uttamo

Beda lagi dengan yang ini

Kesurupan

Oleh: Pdt. Dharma Mitra (Peter Lim)


Sepulang dari tamasya, sekujur tubuh si Santi (bukan nama sebenarnya) kejang-kejang dan mulutnya berkomat-kamit mengeluarkan kata-kata yang maksudnya sulit untuk dimengerti. Kedua orang tua Santi telah berusaha kemana-mana mencari paranormal dan ahli kebathinan (istilah awamnya dikenal dengan sebutan dukun) untuk menyelamatkan nyawa Santi, tetapi semuanya sia-sia saja dan akhirnya Santi diberitakan meninggal dunia dengan kondisi yang menggenaskan. Setelah pemakaman Santi, terdengarlah isu-isu yang menyatakan bahwa semasa hidupnya, Santi sangat doyan berbicara sembarangan (cakap kotor, kasar dan adakalanya melecehkan siapapun juga). Ada lagi yang mengatakan bahwa Santi telah kesurupan "Mbah", karena dia terlalu sombong dan berbicara yang nggak-nggak sewaktu tamasya.

Disisi lain, ada juga yang bangga bisa kesurupan "mbah" ini dan itu. Banyak dijumpai terutama sekali di kalangan umat yang mengaku beragama Buddha tetapi tidak mengenal sama sekali ajaran Sang Buddha (alias Buddha KTP) menjadi korban oknum-oknum yang menyatakan bisa kesurupan "mbah" ini dan itu. Dan yang lebih kocaknya lagi adalah oknum tersebut mengaku bisa kesurupan apapun juga sesuai dengan "order" dari si korban.

Dari kedua jenis kesurupan ini, bisa disimpulkan bahwa kesurupan tipe yang pertama adalah bukan kehendak dari si pemilik tubuh, sedangkan kesurupan tipe kedua adalah keinginan dari si pemilik tubuh (mengundang makhluk alam halus "peta" memasuki/ mendiami tubuhnya untuk sementara waktu). Mengapa semua ini bisa terjadi ? Kalau diterjemahkan, makna "kesurupan" secara sederhana adalah menerima getaran-getaran atau gaya-gaya bathin dari luar dan secara utuh mempengaruhi/ mengalahkan bathin si pemilik tubuh. Untuk tipe kesurupan yang pertama bisa saja terjadi pada setiap makhluk, terutama sekali dikarenakan kekuatan "kusala karma-perbuatan baik" yang melekat di tubuhnya sudah mulai melemah, dalam arti "aura-cahaya tubuh" nya telah mulai redup. Makhluk di alam setan "peta bumi" boleh dikatakan sama usilnya dengan manusia. Manusia pada umumnya berani mengganggu atau menggoda temannya ataupun orang lain karena orang tersebut tidak memberikan perlawanan. Seandainya orang tersebut bertambah takut maka akan semakin menjadi-jadilah dia menggoda dan mengganggu serta jika memungkinkan sekalian menyakiti dan membunuhnya. Demikian pula halnya dengan orang yang dimana simpanan kusala karmanya mulai melemah dan auranya mulai redup dan merupakan sasaran yang empuk bagi makhluk yang berada di alam kegelapan untuk mencoba menyakiti dan menerobos masuk ke dalam tubuh orang tersebut. Bagi yang tidak sanggup mempertahankan "sati-kesadaran" nya akan menderita pada proses kesurupan ini dan adakalanya makhluk alam rendah yang berhasil menembus pertahanan ini akan merasa betah mendiami rumah yang baru ini bagaikan penjajah yang berhasil menjarah negara lain dan enggan melepaskan daerah jajahannya. Orang yang kesurupan yang tidak tertangani dengan baik, akan meninggal dunia lebih awal dari semestinya jika tidak ditolong sedini mungkin.

Untuk menghindari dari kesurupan yang tidak diinginkan maka hanya ada satu cara yang bisa ditempuh yaitu memperbanyak perbuatan baik "kusala kamma" agar aura tetap cemerlang seperti sediakala. Makhluk alam rendah berani menampakkan ataupun memasuki tubuh sesesorang dikarenakan aura mulai memudar. Sejauh yang diketahui, rasanya belum pernah kedengaran seorang Bhikkhu/ni sampai kesurupan "mbah" ini dan itu. Perihal kesurupan yang tidak mempan terhadap anggota Sangha (para Bhikkhu/Bhikkhuni) adalah dikarenakan banyaknya timbunan kusala karma yang melekat ditubuh mereka sehingga aura bercahaya demikian terangnya melindungi dan membentengi si pemilik tubuh.

Aura yang terang benderang akan menyilaukan makhluk alam rendah sehingga takut untuk mendekati apalagi memasuki (menyurupi) tubuh seseorang. Aura bisa diibaratkan bagai cahaya matahari yang menyilaukan dan menyakitkan jika ditatap langsung dengan mata polos.

Demikianlah kesurupan tipe yang pertama dimana tanpa kehendak dari si pemilik tubuh, makhluk dari alam lain masuk seenaknya tanpa izin. Lalu.... bagaimana dengan tipe kesurupan yang kedua ? Kesurupan tipe yang kedua ini adalah mengosongkan pikiran sehingga bathin menjadi pasif dan getaran dari luar dengan mudah menerobos/ memasuki sipemilik tubuh. Kesurupan tipe kedua inilah yang dalam prakteknya banyak dijumpai memperdaya umat Buddha yang hanya sebatas KTP. Dan tidak sedikit korbannya mengalami banyak hal yang fatal sebagai akibat dari ulahnya yang tidak bertanggung jawab. Banyak dijumpai umat Buddha KTP yang menyakini oknum yang mampu kesurupan ini dan itu, terperdaya akan akal bulus si oknum. Misalnya secara "medis" sikorban dinyatakan menderita penyakit "hipertensi-darah tinggi", tapi karena percaya pada si oknum yang mengaku mampu kesurupan "mbah" ini dan itu, enggan memakan obat-obatan yang telah diresepkan, malahan mengikuti nasehat si oknum yang mampu kesurupan ini dan itu. Memakan ramuan jampi-jampi sehingga akhirnya diberitakan si korban terpaksa "check out-pindah" dari alam manusia.... alias meninggal dunia. Didalam agama Buddha, praktek "kesurupan" tidak dibenarkan karena bisa menghambat/ menekan proses kemajuan bathin menuju ke arah kesucian. Agar terlepas dari praktek "kesurupan" baik yang tidak dikehendaki maupun yang diinginkan, marilah kita kembali mengembangkan "kesadaran" melalui praktek "meditasi" yang benar, agar yang namanya "dukkha-derita" jauh keberadaannya dari lingkaran "samsara : kematian dan kelahiran yang tanpa adanya awal dan akhir".

Oleh sang Buddha telah dibabarkan bahwa terdapat 4 dasar kesadaran "cattari Satti-patthana" yang sudah seharusnya dikembangkan agar kita terlepas dari "kesurupan" makhluk ini dan itu. Keempat dasar kesadaran tersebut terdiri dari :

1. Kayanupassana-perenungan terhadap tubuh jasmani. Kita hendaknya senantiasa melatih diri dalam meditasi dan mewaspadai :

Pernafasan. Setiap saat dan setiap detik, kita benar-benar menyadari keluar masuknya udara, dan semua aroma yang tersebar di sekitar kita, baik yang harum, busuk, maupun yang tidak berbau sama sekali. Kesemuanya itu harus diketahui keberadaannya dengan jelas, dengan kata lain kita benar-benar menyadari apapun yang ada di lingkungan kita.

Posisi Tubuh. Menyadari dengan baik posisi tubuh yang sedang terjadi, apakah pada waktu tersebut kita sedang duduk, berdiri maupun berbaring. Tidak akan pernah merasakan "Fly-melayang-layang" dikala masih duduk, berdiri maupun berbaring. Penguasaan diri sangat baik dan tidak tergoyahkan adalah hal yang mutlak harus dimiliki/ dikuasai.

Waktu Bergerak. Menyadari dengan baik apakah gerak langkahnya maju, mundur atau diam sama sekali. Dengan kata lain bahwa semua gerak-gerik anggota tubuh dikala bangun, mandi, makan, memakai pakaian, bekerja dan lain sebagainya, dikuasai dengan sebaik-baiknya. Semua gerak-gerik badan jasmani terkontrol dan terawasi dengan penuh perhatian disamping "kesadaran" dibina dengan sebaik-baiknya.

2. Vedananupassana-Perenungan terhadap perasaan Kita hendaknya senantiasa melatih diri dalam "meditasi" dan mewaspadai :

Perasaan Senang. Dikala menikmati sesuatu yang menyenangkan atau yang menggembirakan, hendaknya jangan sampai terlena (lupa daratan). Dikala ber "uang", hendaknya disadari bahwa suatu hari kelak mungkin saja mengalami kepailitan. Begitu juga dikala masih sehat "jasmani dan rohani" hendaknya selalu dimanfaatkan untuk penimbunan perbuatan-perbuatan baik. Dan yang terpenting adalah dikala masih bernafas janganlah disia-siakan kehidupan ini dengan perbuatan-perbuatan tercela.

Perasaan Sakit. Terlahirkan di alam manusia ini "sehat dan sakit" datangnya silih berganti. Dikala sakit mendera badan jasmani, hendaknya pikiran ini senantiasa terlatih dengan baik untuk tidak mencelakakan orang lain. Orang baru pantas dikatakan baik jika seandainya dia berada dalam kondisi yang menggenaskan dan memiliki kesempatan untuk berbuat "jahat" untuk melepaskan penderitaannya, namun dia tidak melakukannya. Orang beginilah yang pantas dikatakan orang baik !

Perasaan Netral. Bathinya benar-benar seimbang dan tidak tergoyahkan bagaikan batu karang yang bediri kokoh yang tidak tergoncangkan oleh gempuran ombak.

3. Cittanupassana-Perenungan terhadap kondisi bathin. Kita hendaknya senantiasa melatih diri dalam "meditasi" dan mewaspadai :

Keserakahan sebagai Keserakahan. Menuntut lebih dari yang dibutuhkan serta tidak dimilikinya sifat puas akan apa yang telah dimiliki adalah merupakan ciri khas orang yang serakah. Cara untuk menekan "keserakahan" ini adalah dengan rutinnya "dana" disalurkan kepada orang-orang yang membutuhkan. Tanpa pernah memberi dan melepaskan kemelekatan (sesuatu yang telah dimilikinya) maka keserakahan tidak akan pernah berhasil dibasmi habis sampai keakar-akarnya.

Kebencian sebagai Kebencian. Merasa diperlakukan dengan tidak sewajarnya ataupun iri atas keberhasilan orang lain adalah merupakan salah satu bibit awal tercetusnya "kebencian" didalam kehidupan ini. Hidup yang diliputi oleh kabut kebencian akan menghambarkan keceriaan hidup. Hanya dengan "Metta-Cinta kasih" yang universallah kebencian bisa diatasi atau dibabat keakarnya yang mendalam.

Kebodohan sebagai Kebodohan. Semua orang menyadari bahwa rokok dan minuman alkohol yang berkadar tinggi akan merusak kesehatan, tetapi kenyataannya kedua "racun" ini sangat laris dipasaran. Mengapakah hal ini terjadi ? Tidak lain dan tidak bukan adalah karena tebalnya kabut kebodohan yang telah menyelimuti mata bathin seseorang. Agar terlepas dari kebodohan, hanya ada satu cara yang harus ditempuh, yaitu dengan mempelajari, menyelami dan mengamalkan "Dharma-kebenaran" di dalam setiap derap langkah yang akan dilalui. Hanya dengan "Dharma-kebenaran" ajaran sang Buddha-lah, kebijaksanaan bisa diraih. Dengan dimilikinya kebijaksanaan maka kebodohan akan terkikis habis setahap demi setahap.

4. Dhammanupassana-Perenungan terhadap bentuk-bentuk pikiran. Kita hendaknya senantiasa melatih diri dalam "meditasi" dan mewaspadai bentuk-bentuk pikiran yang mungkin timbul. Didalam sabda-Nya, Sang Buddha menekankan bahwa pikiran sangat dominan sekali mempengaruhi "Kebahagiaan dan Kesusahan" yang dialami oleh setiap makhluk. Oleh karena itu, Sang Buddha bersabda:

Orang bijaksana hendaknya menjaga pikiran
yang sukar diawasi, sangat halus
dan cenderung mengarah pada objek yang digemari
Pikiran yang terjaga dengan baik
akan membawa kebahagiaan

Selanjutnya Sang Buddha pun menekankan bahwa pikiran yang terarah secara benar akan membuat seseorang menjadi mulia dan memperoleh pahala baik, melebihi apa yang dapat diberikan oleh Ibu, Ayah atau Sanak Keluarga.

Kesimpulan


Kesurupan bisa saja dialami oleh setiap manusia. Seseorang bisa mengalami kesurupan adalah dikarenakan lemahnya "sati-kesadaran" bersemayam ditubuhnya. Boleh disimpulkan bahwa kesurupan yang dialami oleh setiap manusia, apakah itu atas kehendak si pemilik tubuh maupun yang bukan adalah suatu hal yang sangat patut untuk dikasihani. Kesurupan bisa diibaratkan bagai tamu yang datang ke rumah kita dan langsung berkuasa, memerintah ini dan itu, bertindak semau gue dan adakalanya merusak apapun yang disekitarnya. Hanya orang-orang yang kurang berbuat kebajikanlah yang menjadi sasaran empuk bagi makhluk dari alam rendah "peta" untuk dikuasai dan dikontrol tubuhnya.


Agar terlepas dari kesurupan yang bertentangan dengan ajaran Sang Buddha, marilah kita bersama-sama melaksanakan pembinaan kesadaran "Cattari Satti-patthana" dengan melaksanakan
a. Kayanupassana (Perenungan terhadap tubuh jasmani)
b. Vedanupassana (Perenungan terhadap perasaan)
c. Cittanupassana (Perenungan terhadap kesadaran bathin)
d. Dhammanupassana (Perenungan terhadap bentuk-bentuk pikiran)

Semoga dengan adanya perenungan ini, kita hendaknya memiliki "kesadaran" yang mantap serta bermanfaat bagi semua makhluk pada umumnya dan bagi bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia yang tercinta pada khususnya.
 
Sejauh yang diketahui, rasanya belum pernah kedengaran seorang Bhikkhu/ni sampai kesurupan "mbah" ini dan itu. Perihal kesurupan yang tidak mempan terhadap anggota Sangha (para Bhikkhu/Bhikkhuni) adalah dikarenakan banyaknya timbunan kusala karma yang melekat ditubuh mereka sehingga aura bercahaya demikian terangnya melindungi dan membentengi si pemilik tubuh.

@om sinthung
memang saya juga blom prnah dger klo Bhikkhu/ni (klo di aliran saya pandita) kesurupan. tpi klo umat kerasukan udah byak om crita2nya,n ad bukti.bahkan umat yang aktif lagi dlam arti umat yg teladan la divihara. dirasuki. mngkin ga klo yg merasuk ke tubuh umat orang suci/dewa /budha krna dpatnya divihara:D tpi mgkin orng2 yg trplih saja:-O
 
wah,perlu dikaji lebih lanjut. Kok bisa beda-beda

Beda lagi dengan yang ini

Dalam hal ini, memang banyak pendapat yang menyatakan tentang mediumisasi/kerasukan/kesurupan.

1. Fenomena kesurupan/kerasukan/mediumisasi itu MEMANG ADA dan NYATA.
2. Hanya saja, apakah yang merasuki, memang agak sulit dibuktikan, apakah dewa, atau makhluk halus yang lebih rendah tingkatannya daripada manusia.
3. Tetapi dari cerita JATAKA no.483 yang saya quote itu, disebutkan bahkan dewa sakka saja bisa merasuki manusia.
4. DAlam hal kesurupan, apakah memang ada proses merasuki atau hanya sekedar kesadaran dari medium nya saja yang dipengaruhi, inipun masih menjadi perdebatan. Tetapi menurut saya, proses merasuki lebih kepada mempengaruhi kesadaran (seperti halnya hypnotheraphy).
 
Dalam hal ini, memang banyak pendapat yang menyatakan tentang mediumisasi/kerasukan/kesurupan.

1. Fenomena kesurupan/kerasukan/mediumisasi itu MEMANG ADA dan NYATA.
2. Hanya saja, apakah yang merasuki, memang agak sulit dibuktikan, apakah dewa, atau makhluk halus yang lebih rendah tingkatannya daripada manusia.
3. Tetapi dari cerita JATAKA no.483 yang saya quote itu, disebutkan bahkan dewa sakka saja bisa merasuki manusia.
4. DAlam hal kesurupan, apakah memang ada proses merasuki atau hanya sekedar kesadaran dari medium nya saja yang dipengaruhi, inipun masih menjadi perdebatan. Tetapi menurut saya, proses merasuki lebih kepada mempengaruhi kesadaran (seperti halnya hypnotheraphy).


ehem.. ada pertanyaan saya yg belum terjawab dr tadi..:P :D

seperti kisah sepupu saya yg diceritakan pertama2 td: apakah mungkin BILA MEMANG HANYA mempengaruhi kesadaran saja bisa membuat seorang perempuan kurus mematahkan gagang pintu yg keras? jd pendapat sementara saya berasumsi bahwa ada pengalihan fisik untuk sementara pd saat ia kerasukan. Bahkan pd saat sadar, sepupu saya berkeringat banyak sekali serta kehabisan tenaga.seperti baru saja berolah raga keras.

selain itu ia tak ingat apa2, yg ia ingat hanya sesaat sebelum kesadarannya hilang ia merasakan 2hal: 1. melihat pemandangan yg indah. 2. mencium bau harum..setelahnya ia tak ingat apa2 lg. ditambah lagi pengamatan non fisik yg dilakukan oleh anak sipendeta yg melihat sesuatu yg berwarna ungu tua dikedua kakinya masih ada pd saat ia sudah sadar.

saya sadar banyak pastur/pendeta nasrani yg mempercayai keberadaan setan2 atau roh2 bergentayangan. tp yg ini berkata lain alias percaya, krn ia sendiri memang memiliki mata spiritual.

waduh dobel post lg nih sori bro roughtorer, sy slalu merepotkan anda.. smoga anda bersedia menghapus post pertama saya diatas.. trims atas kebaikannya.. :D
 
@ atas
Gpp, saya mengamati kok.....
Mengeluarkan pendapat dengan bebas. Hati-hati dengan nafsu.... salah satu akibatnya bisa seperti yang baru terjadi, double post.... hehehehe...

Lanjut.... saya baca semua... ntar baru kasih komentar....

Saya senang ada lagi hot threat yang baru muncul di Forum Buddha....
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.