• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Jalan-jalan ke Korea Utara.

Amaterasu

IndoForum Junior A
No. Urut
83190
Sejak
28 Okt 2009
Pesan
2.702
Nilai reaksi
170
Poin
63
KOREA UTARA: Kehidupan di negara terasing

Korea Utara dianggap sebagai salah satu negara yang paling tertutup di dunia. Bukan hanya Cina, tetangga dan sekutu utamanya yang mengetahui persis apa yang sebenarnya terjadi di dalam ‘kerajaan terasing’ ini. Korea Utara hanya memiliki hubungan dengan sangat sedikit negara lain di dunia. Pengamat mengatakan politik isolasi ini merupakan cara penguasa Korea Utara memperoleh kekuasaan mutlak atas rakyatnya. Koresponden kami Siska Silitonga baru-baru ini mengunjungi Pyongyang, ibukota Korea Utara dan berkesempatan mengintip bagaimana kehidupan masyarakat di sana.

Di dalam pesawat yang membawa saya menuju Pyongyang, seorang awak kabin mengumumkan tentang minuman yang akan disajikan.

“Selain melindungi kita dari segala penjuru, pemimpin besar kami Kim Jong Il, bapa yang pemurah kepada rakyatnya menunjukkan kebaikannya dengan menyaring air minum. Demi menolong dan merawat kesehatan rakyatnya ia telah berupaya keras. Sekarang di Korea Utara, tanah penuh harapan, warga bisa minum air bersih berkat cinta abadi pemimpin besar Kamrad Kim Jong Il.”

Saya memandang ke sekeliling dan melihat penumpang asing lainnya juga tampak kaget dengan pengumuman yang tak biasa ini.

Di dalam pesawat tua buatan rusia ini para penumpang sebagian besar adalah pria Korea Utara. Kebanyakan mereka mengenakan jas dengan pin warna merah. Setelah mengamati lebih dekat saya baru menyadari bahwa pin itu bergambar wajah mendiang Kim Il Song, presiden pertama Korea Utara yang mendapat julukan ‘Bapak Korea’.

Pengumuman itu dan pin merah yang disematkan pada baju hanya contoh kecil bagaimana Kim Il Song dan putranya Kim Jong Il menguasai rakyat Korea Utara.

Setiba di Pyongyang, petugas bandara mengambil semua telepon seluler. Mereka memerika semua tas dan membawa buku-buku atau barang-barang yang dianggap tidak pantas dibawa masuk ke negeri itu.

Saya disalami oleh sepasang pria wanita yang berbicara bahasa Inggris sangat fasih. Mereka memperkenalkan diri sebagai pemandu saya. Tetapi saya tahu tugas mereka lebih dari sekedar pemandu. Mereka bertugas mengawasi saya dan melapor kepada pemerintah apa saja yang saya lihat dan katakan selama kunjungan ini.

Malam pertama di Pyongyang pemandu mengajak saya ke sebuah acara yang diikuti oleh 100 ribu peserta yang menari dan menyanyi untuk memuji kedua pemimpin mereka yang hebat; Kim Jong Il dan ayahnya. Ribuan anak kecil menyebarkan kartu-kartu raksasa berisi pesan-pesan propaganda. Di satu sisi sebuah layar manusia menggambarkan potret Pyongyang di malam hari, gemerlap dan modern.

Tapi itu bukanlah kenyataannya. Pyongyang kekurangan listrik dan bahan bakar, Hanya ada dua stasiun pembangkit listrik untuk seluruh kota.

Dalam perjalanan pulang ke hotel, saya memandang ke langit dari jendela bus. Bintang-bintang berkilauan di langit terlihat sangat jelas.

Sebabnya karena tak ada satupun lampu jalanan yang menyala. Orang-orang berjalan atau mengayuh sepeda dengan memegang lampu senter.

Tak ada lampu lalu lintas. Korea Utara mengerahkan polisinya untuk mengatur lalu lintas di setiap persimpangan jalan.

Namun tak banyak yang harus diatur. Jalanan sepi dan kosong. Selama kunjungan saya tak menemui satu taksipun melintas di jalan.

Pada hari kedua, saya bergabung dengan rombongan wisatawan Cina mengelilingi kota Pyongyang dan kota kecil tetangganya Kaesong. Dalam perjalanan pemandu wisata menjelaskan keadaan Korea Utara dengan penuh propaganda pemerintah.

“Kami adalah negara yang bebas, pemerintah kami mengijinkan semua orang memilih agama apapun. Tak ada kejahatan di Korea Utara, sangat aman di sini.”

Di Kaesong saya melihat para perempuan mencuci baju di sungai. Anak-anak berlarian di jalanan yang kosong dan kemanapun memandang saya melihat orang-orang berseragam tentara.

Di luar bus saya melihat orang-orang mengais-ngais tanah pertanian mencari rumput dan tanaman yang masih bisa dimakan.

Musim panen sudah usai dan semua hasil pertanian sudah diambil negara untuk dibagikan lagi kepada rakyat. Orang-orang itu berharap ada sesuatu yang tertinggal untuk dimakan dengan mengais-ngais tanah pertanian yang sudah dipanen.

Orang-orang yang sudah mengunjungi kota lain diluar Pyongyang mengatakan bahwa monumen-monumen megah dan apartemen-apartemen di kota itu hanya untuk menunjukkan bahwa siapa yang setia kepada pemerintah berhak hidup layak. Kato Hiroshi, pendiri Dana Kemanusiaan untuk Pengungsi Korea Utara di Tokyo menyatakan pendapatnya.

“Pyongyang hanyalah alat untuk menunjukkan bahwa apa yang disebut Republik Sosialis Korea Utara dibangun dengan sangat cantik dan diperuntukkan bagi warga yang terpilih. Namun jika anda keluar Pyongyang anda akan melihat sisi lain kehidupan rakyat Korea Utara.”

Pemandu wisata kami di Pyongyang, Nona Kim bercerita dia berusaha keras untuk bisa diterima sebagai anggota partai buruh yang berkuasa.

Saya lalu bertanya apa saja persyaratan untuk diterima menjadi anggota partai.

“Tak peduli anda tinggal di kota atau desa, pekerja atau petani, semuanya bisa menjadi anggota partai. Asalkan anda mau bekerja keras dan percaya pada ideologi partai, semua bisa diterima menjadi anggota.”

Kato Hiroshi mengatakan bergabung dengan partai buruh adalah satu-satunya cara untuk bisa hidup lebih baik di Korea Utara.

“Warga harus mematuhi slogan partai komunis. Jika tidak mereka tidak akan bisa hidup layak atau mendapat sedikit keuntungan sosial. Tak heran jika semua orang dengan sangat bangga berbicara tentang pemimpin mereka yang hebat Kim Jong Il.”

Kato telah banyak menolong pengungsi Korea Utara untuk memeproleh kehidupan yang lebih baik di luar negaranya. Kato mengatakan para pengungsi ini kelaparan seperti juga jutaan warga Korea Utara lainnya yang masih tinggal di dalam negaranya.

Para pengungsi ini melarikan diri dari rezim yang berkuasa tak hanya untuk mencari makan. Diperkirakan ada 300 ribu pengungsi Korea Utara bersembunyi di Cina dan ribuan lainnya tinggal di Korea Selatan. Banyak yang menceritakan betapa menakutkan hidup di Korea Utara.

Seorang wisatawan dari Irlandia menceritakan kesannya setelah mengunjungi Pyongyang.

“Sangat menarik untuk diamati meski dalam waktu yang sangat terbatas bagi seorang asing, bagaimana penekanan itu terjadi, aroma ketakutan dari rezim ini. Saya merasa lebih seperti suasana keagamaan ketimbang politik, bagaimana cara mereka memuja Kim Jong Il dan Kim Il Song.

Sangat menarik untuk diamati, sangat aneh. Lihat saja contohnya : anda tidak boleh membawa telpon seluler, dilarang meninggalkan hotel dalam situasi apapun tanpa pendamping. Rakyat Korea Utara harus hidup dalam situasi seperti ini. Mungkin dalam kenyataan kehidupan sehari-harinya lebih buruk lagi, sangat mengerikan betapa masyarakat sangat diawasi dengan cara yang sulit dibayangkan.”

Sebuah resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa baru-baru ini menunjukkan perhatian sangat serius akan adanya laporan pelanggaran hak asasi manusia yang terus menerus di Korea Utara, meliputi penyiksaan, hukuman mati dan kerja paksa. Para pengamat mengatakan begitulah cara yang digunakan diktator ala Stalin mengelola dan memelihara kekuasaannya di Korea Utara.

Klo mo liat gambarnya ,klik
Pyongyang_North_Korea_4.jpg


Pyongyang_North_Korea_1.jpg


Pyongyang_North_Korea_2.jpg


Pyongyang_North_Korea_3.jpg


Pyongyang_North_Korea_5.jpg


Pyongyang_North_Korea_6.jpg


Pyongyang_North_Korea_7.jpg


Pyongyang_North_Korea_8.jpg


Pyongyang_North_Korea_9.jpg


Pyongyang_North_Korea_10.jpg


Pyongyang_North_Korea_12.jpg


Pyongyang_North_Korea_13.jpg


Pyongyang_North_Korea_14.jpg


Pyongyang_North_Korea_15.jpg


Pyongyang_North_Korea_16.jpg


Pyongyang_North_Korea_18.jpg


Pyongyang_North_Korea_19.jpg


Pyongyang_North_Korea_21.jpg


Pyongyang_North_Korea_23.jpg


Pyongyang_North_Korea_25.jpg


Pyongyang_North_Korea_26.jpg


Rapih, bersih, teratur....sepi....
 
wah...
seru juga ke korea utara
tp masih mending ke korea selatan
hahahaah
/ok/ok/ok
 
D Pyongyang, kejahatan sangat minim sekali terjadi loh. Klo saja tidak tertutup, pastinya bakal banyak turis dateng kesana.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.