• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Dialog Khalifah Abdul Hamid II dengan Theodore Herzl

asoybanget

IndoForum Beginner A
No. Urut
52516
Sejak
12 Sep 2008
Pesan
1.375
Nilai reaksi
47
Poin
48
abdul_hamid_ii_p102.jpg
theodor_herzl.jpg

Pada Juni tahun 1896 M, datanglah pemimpin Yahudi Internasional Theodore Herzl ditemani Neolanski kepada Khalifah Abdul Hamid di Konstantinopel. Kedatangan mereka adalah meminta Khalifah memberikan tanah Palestina kepada Yahudi. Tidak tanggung-tanggung, mereka pun memberi iming-iming, “Jika kami berhasil menguasai Palestina, maka kami akan memberi uang kepada Turki (Khilafah Utsmaniah) dalam jumlah yang sangat besar. Kami pun akan memberi hadiah melimpah bagi orang yang menjadi perantara kami. Sebagai balasan juga, kami akan senantiasa bersiap sedia untuk membereskan masalah keuangan Turki”.


Namun, Khalifah Abdul Hamid menentang keras. Beliau menyatakan, "Aku tidak akan melepaskan walaupun segenggam tanah ini (palestina), Karena ia bukan miliku. Tanah itu adalah hak umat. Umat ini telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka..Yahudi silahkahkan menyimpan harta mereka. Jika Khilafah Islam dimusnahkan pada suatu hari, Maka mereka boleh mengambil tanpa membayar harganya. Akan tetapi, sementara Aku hidup, Aku lebih rela menusukan ke tubuhku daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islam. Perpisahan adalah sesuatu yang tidak akan terjadi. Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selama kami masih hidup!"

Kesungguhan sang Khalifah itu ditunjukkan pula dalam Maklumat yang dikeluarkannya pada tahun 1890 M: ”Wajib bagi semua menteri untuk melakukan studi beragam serta wajib mengambil keputusan yang serius dan tegas dalam masalah Yahudi tersebut”

Ketegasan Khalifah menjadikan Herzl tak berdaya menghadapinya. Dia pun menyampaikan, ”Sesungguhnya saya kehilangan harapan untuk bisa merealisasikan keinginan orang-orang Yahudi di Palestina. Sesungguhnya orang-orang Yahudi tidak akan pernah bisa masuk kedalam tanah yang dijanjikan selama Sultan Abdul Hamid II masih tetap berkuasa dan duduk di atas kursinya”


Tahun 1902, delegasi Herzl kembali mendatangi Sultan Hamid. Delegasi Herzl menyodorkan sejumlah tawaran seperti
(1) memberikan hadiah sebesar 150 juta Poundsterling untuk pribadi Sultan
(2) membayar semua utang pemerintah Turkis Utsmani yang mencapai 33 juta Pounsterling
(3) membangun kapal induk untuk menjaga pertahanan pemerintah Utsmani yang bernilai 120 juta Frank
(4) memberikan pinjaman tanpa bunga sebesar 35 juta Poundsterling dan
(5) membangun sebuah universitas Utsmani di Palestina.
Namun, semua tawaran itu, ditolak oleh Sultan Hamid II.

Beberapa catatan menyebutkan setidaknya ada 6 kali delegasi yahudi mendatangi istana khalifah untuk meloloskan proposal ini. Diantaranya dialog yg “menyarankan” agar orang2 yahudi ”membeli” palestina terjadi antara sir moses haim montefiore dengan Shah Nasr ad Dhin.

lalu Khalifah Abdul Hamid II menolaknya dan mengatakan kepada delegasi tersebut,
"Nasehatilah temanmu Hertzl agar tidak mengambil langkah-langkah baru dalam masalah ini. Sebab, saya tidak akan bisa mundur dari tanah suci (Palestina) ini, walau hanya sejengkal. Karena tanah ini bukanlah milikku. Tanah ini adalah milik bangsa dan rakyatku. Para pendahuluku telah berjuang demi mendapatkan tanah ini. Mereka telah menyiraminya dengan tetesan darah. Biarlah orang-orang Yahudi itu menggenggam jutaan uang mereka. Jika negeriku tercabik-cabik, maka sangat mungkin mendapatkan Palestina tanpa imbalan dan balasan apapun. Namun patut diingat, bahwa hendaknya pencabik-cabikan itu dimulai dari tubuh dan raga kami. Namun, tentu aku tidak menerima ragaku dicabik-cabik selama hayat masih di kandung badan."

Itulah sikap gemilang penguasa Muslim dan rakyatnya saat itu. Kini, rakyat Palestina sejak 1948 dijajah Israel. Mereka terus dibombardir bom, ditembaki senapan, dan setiap hari hidup dalam ketakutan. Bahkan, januari Desember 2009 hingga kini telah syahid lebih dari 1000 lebih orang laki-laki, perempuan, anak-anak dan orang tua renta. Setidaknya, 1700 orang luka-luka. Rumah sakit anak pun diporakporandakan. Protes dan demonstrasi terjadi di mana-mana. Pengumpulan dana, makanan, dan obat-obatan terus berjalan. Sungguh amal mulia, sekalipun ini hanya membantu mengobati yang luka tapi tidak dapat menghentikan kebiadaban Israel. Karenanya, sebagian kalangan berupaya mengirimkan relawan perang. Seruan jihad dimana-mana. Ini menunjukkan rakyat di berbagai negara merasa satu tubuh dengan saudara-saudaranya di Palestina.

Sikap rakyat ini berbeda dengan sikap penguasanya. Negeri-negeri Muslim punya kekayaan dan kekuatan untuk menghentikan kebiadaban Israel. Namun, para penguasa tidak menggunakannya. Paling hanya mengecam. Aneh, ratusan nyawa melayang dalam sekejap hanya dijawab dengan sekedar melakukan sidang. Padahal, menghentikan penjajahan tidak bisa dengan sekedar kutukan atau perundingan. Senjata harus dilawan senjata. Semestinya, para penguasa Muslim mengerahkan pasukan. Alih-alih mengenyahkan penjajah, sebagian penguasa Muslim justru malahan makan bersama pimpinan Israel, bersalaman dan berpelukan dengan mereka. Lebih mengherankan lagi, penguasa Saudi justru menangkap ulama yang menyerukan pengiriman pasukan membela Palestina. Kalau dulu, Khalifah Abdul Hamid mati-matian menjaga dan membela tanah Palestina, kini para penguasa membiarkan Israel menjajah tanah suci itu bahkan hanya diam menyaksikan pembantaian Muslim Palestina sambil memberikan bantuan makanan dan obat-obatan alakadarnya.

Dulu, Herzl merasa putus harapan untuk menguasai Palestina karena ketegasan penguasa Muslim kala itu, Khalifah Abdul Hamid. Beliau tidak kompromi. Sebaliknya, kini Israel tidak merasa gentar kepada dunia Islam padahal negerinya besar-besar dan penduduknya lebih dari 1,4 milyar. Mengapa? Sebab, kaum Muslim terpecah-pecah dan penguasanya tidak tegas seperti Khalifah Abdul Hamid.dan juga ketiadaan akan Khilafah
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.