• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Renungan

GOLDWAY

IndoForum Senior E
No. Urut
108195
Sejak
4 Nov 2010
Pesan
3.835
Nilai reaksi
273
Poin
0
Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah SWT lewat kehidupan Rasul-Nya. >:D<>:D<

mohon dibacanya pelan-pelan
Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung gurun enggan mengepakkan sayap.

Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah;
"Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya.
Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian,
Al Qur'an dan As-Sunnah. Barang siapa mencintai sunnahku, berati
mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk surga
bersama-sama aku."


Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu.
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya.
Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba......"Rasulullah akan meninggalkan kita semua,"
desah hati semua sahabat kala itu.

Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat,
tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.
--------------------------------------------------------------------------

Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.
Matahari kian tinggi, tapi pintu (rumah) Rasulullah masih tertutup.

Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan
membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam;
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya.

Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk;
"Maafkanlah, ayahku sedang demam,"
kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

--------------------------------------------------------------------------

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah;
"Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya,

tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.
Satu-satu bagian wajah putrinya ditatap seolah hendak di kenang.
kata Rasulullah,
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara,
dialah yang memisahkan pertemuan di dunia.
Dialah malakul maut,"

Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

-------------------------------------------------------------------------

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai.
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit
dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril....jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?"
Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
Kata Jibril.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua
surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,"


Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar kabar ini?"
Tanya Jibril lagi.
bertanya Rasulluah
"Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
Jawab Jibril.
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah
berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat
Muhammad telah berada didalamnya,"


--------------------------------------------------------------------------

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik.
Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Lirih Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali RA yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajalnya,"
kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini
kepadaku, jangan pada umatku."


Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali RA segera mendekatkan telinganya;

"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku"
(peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu).


Di luar pintu.....
tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.

Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan
telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan;
"Ummatii, ummatii, ummatiii " (Umatku, umatku, umatku).

Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu.

Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kini, mampukah kita mencintai seperti beliau saw ? Allahumma sholli'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi.

Kirimkan kepada sahabat-2 muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencinta kita......
Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka. >:D<>:D<
 
Sering kali ane membaca cerita ini, dan sering pula tak terasa air mata menetes...

@TS : Nice...
 
cerita yg tak pernah berhenti mengingatkan kalau kita pada akhirnya mesti bersiap menghadapi maut sambil berharap bisa bertemu dgn beliau.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.