• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Usadha (pengobatan) HINDU

goesdun

IndoForum Junior A
No. Urut
32661
Sejak
7 Feb 2008
Pesan
3.022
Nilai reaksi
66
Poin
48
Sejarah dan Falsafah

Walaupun Ayurveda secara terus menerus telah dipraktekkan selama paling sedikit lima ribu tahun.
Ayurweda sering diterjemahkan sebagai "pengetahuan tentang hidup", namun terjemahan yang lebih tepat adalah "pengetahuan tentang panjang umur". Tujuan yang dimuliakan sepanjang jaman adalah bagaimana untuk mengatasi kematian, sebagai hal yang mendasar dari sifat manusia dan hal ini menjadi penyebab dari ketakutan manusia akan kematian yang menyusup ke dalam hati setiap mahluk hidup, dan yang menjadi akar dari segal ketakutan yang lain.
Sebab segala sesuatu yang diciptakan harus dihancurkan, sebab semuanya berada pada kala (waktu). Tujuan ke arah keabadian tentulah berada diluar kala (waktu). Beberapa orang di Barat ingin menipu kematian dengan membekukan diri mereka, tetapi hal ini hanyalah ilusi belaka, sebab keabadian hanya terjadi bila raga, pikiran dan jiwa secara keseluruhan mengalami transforma. Tiada guna hidup kekal, seperti Tantalus atau Sisyphus atau tokoh dalam bukunya Jean Paul Stre, No Exit, sebab hidup seperti itu penuh dengan penderitaan dan keinginan yang tidak terpenuhi.

Jagat raya fiksik ini terdiri dari pola yang tidak terhingga dari permutasi dan gabungan lima unsur pokok: tanah, air, api, udara dan ether. Penambahan unsur di luar akan menambah hal yang sama di dalam dan pengurangan di luar akan mengurangi juga yang di dalam (makrokosmos dan mikrokosmos).

Udara (angin) dan unsur ether (akasa) sudah termasuk pada udara (angin), api dengan memasukkan baik unsur api maupun air dan unsur air untuk mewakili air dan tanah. Inilah kesucian atau keseluruhan ajaran Ayurweda, kesadaran akan saling berhubungannya semua azas-azas universal.
Angin, Api, dan Air diartikan berturut-turut vata, pitta, dan kapha sebagai pernyataan fisik dari tiga kecendrungan semesta atau Triguna dari kosmos: tamas (inertia), rajas (bergerak terus), dan keseimbangannya yaitu wattwa.
Bergerak terus dalam tingkatan fisik ada vata, keseimbangan adalah pitta dan inertia atau kapha.
Kecendrungan besar ini bertindak sebagai tiga aza yang mengendalikan kesehatan pikiran, analog dengan vata, pitta dan kapha dari badan. Pikiran disebut sehat apabila pikiran penuh dengan sattwa, atau keseimbangan mental, dan dikatakan sakit apabila dia dipenuhi oleh rajas, atau tamas, aktif baik terlalu maupun kurang aktif.

Tiga azas ii tidaklah tetap hanya demikian di dalam tubuh. Azas ini dinamis, berubah secara terus-menerus sesuai dengan perubahan lingkungan. Yang terbaik adalah menganggap vata, pitta dan kapha sebagai kecendrungan, atau arah dari metabolisme badan, kecendrungan berkurang atau bertambah, hal ini terjadi karena adanya gangguan terhadap keseimbangan, baik yang besifat di dalam maupun dari luar, selain itu disebabkan oleh Tridosa yang bergerak terus menerus.
Denyut nadi merupakan alat ukur yang baik atas gerakan ini. Ayurweda membedakan 108 pola denyut yang berbeda, yang dibentuk oleh permutasi pada irama dari Tridosa.

Seorang penyembuh seharusnyalah memasuki hati si sakit dengan sinar idep (pikiran) dan pengetahuan mengenai Ayurweda untuk mendiagnosa penyakitnya, sebagai satu-satunya jalan penyembuhan yang mungkin

Perubahan dari hari ke hari yang terjadi di lingkungan luar memang mempengaruhi keseimbangan vata, pitta dan kapha, tetapi ada juga pengaruh dari dalam yang kuat mempengaruhi keseimbangan ini prakerti atau keadaan badan manusia adalah pola alamiah dari pertamabahan atua pengurangan Tridosa yang memang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari orang itu, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan nisbi dari Tridosa pada tubuh masing-masing orang yang bersangkutan pada saat dia diciptakan.

Pengobatan ayurweda memiliki tiga segi: menghilangkan penyebabnya, pembersihan (sodana) dan paliosi (samana-palliation) dari Tridosa dan yang terakhir pemudaan-peremajaan atau rejuvenation (rasayana).
 
Usada, Pengobatan Alternatif Dalam Ajaran Hindu

Tumbuhan sebagai Obat

Ajasrngi-aja raksah sarvaan
gandhena naasaya.
(Atharvaveda.IV.37.2).
Atho Amivacatanah
Puutudrur naama bhesajam.

(Atharvaveda.VIII.2.28)

Artinya: Ajsringgi (odina pinnata) membasmi semua jenis kuman-kuman yang menular dengan baunya. Puuturu (pohon cemara, cedas) mengusir penyakit dan rasa sakit.

Mantram Veda yang saya kutip di atas hanya sebagian kecil dari mantram yang menyebutkan tumbuh-tumbuhan yang memiliki khasiat pengobatan. Sesungguhnya banyak lagi mantram Veda yang menguraikan jenis tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat untuk obat. Tumbuh-tumbuha itu tumbuh di berbagai wilayah negara dengan nama dan jenis yang berbeda-beda. Tumbuh-tumbuhan atau flora itu memiliki makna tersendiri untuk mengabdikan dirinya pada kehidupan di dunia ini, baik kepada manusia maupun hewan. Ada tumbuh-tumbuhan yang menjadi bahan makanan bagi manusia, ada juga menjadi bahan obat-obatan untuk menolong manusia mengobati penyakitnya.

Jadi demikian besar jasa pengabdian flora tersebut pada kehidupan umat manusia di kolong langit ini. Oleh karena itu sudah sangat patut umat Hindu di Bali merayakan Tumpek Bubuh untuk memuja Dewa Sengkara sebagai manifestasi Tuhan yang menciptakan serta memelihara tumbuh-tumbuhan.

Di Bali sendiri umat Hindu banyak juga mengenal tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat untuk mengobati berbagai penyakit dengan dampak samping yang sangat minim. Misalnya seperti disebutkan dalam Lontar Usada Taru Premana. Lontar ini salah satu satu sumber pustaka yang utama untuk mempelajari tumbuh-tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai bahan obat-obatan. Dalam Lontar Usada Taru Premana ini disebutkan tumbuh-tumbuhan itu dapat berbicara pada Mpu Kuturan.

Diceritakan Mpu Kuturan mengalami beberapa kali kegagalan dalam mengobati orang sakit. Kemudian Mpu Kuturan pergi ke Pura Dalem melakukan Dewasraya untuk memohon petunjuk Bhatari Durgha. Karena khusuk meditasinya Dewi Durgha memberikan kekuatan niskala kepada Mpu Kuturan. Kekuatan tersebut berupa kemampuan untuk memanggil dan berdialog dengan tumbuh-tumbuhan. Dari kekuatan niskala itu Mpu Kuturan memanggil tumbuh-tumbuhan. Mula-mula pohon beringin yang dimintai bantuan untuk memanggil tumbuh-tumbuhan yang lainnya. Selanjutnya datanglah pohon salagui memperkenalkan diri. Pohon salagui (sida rhombifolia) menyatakan kegunaan dirinya. Salagui menyatakan dagingnya berkhasiat sejuk, dapat digunakan untuk obat bayi yang baru berumur lima hari. Akarnya dapat dijadikan urap (boreh).

Kemudian datang pohon Dadap yang menyatakan dagingnya berkasiat tis, kulitnya dapat dipakai mengobati perut kembung bila dicampur dengan ketumbar dan sebelas biji babolong (melalcuka laukadendrom) diisi garam hitam. Mpu Kuturaan dengan kemampuan gaibnya dapat berdialog dengan tidak kurang dari 100 jenis tumbuh-tumbuhan yang menceritakan khasiatnya masing-masing.

Taru Premana sesungguhnya nama seorang dukun (balian) mengobati. Menurut balian Taru Premana tumbuh-tumbuhan obat-obatan memiliki tiga khasiat. Ada yang berkhasiat anget, tis dan dumalada. Artinya hangat, sejuk dan sedang-sedang saja. Tumbuhan yang bunganya berwarna putih, kuning dan hijau mempunyai khasiat anget, sedangkan yang berbunga merah dan biru termasuk golongan yang berhasiat tis. Yang bunganya beraneka warna tergolong yang dumelada. Kalau ditinjau dari rasanya tumbuhan yang rasanya manis dan asam tergolong berkhasiat panas. Yang rasanya pahit atau pedas dan sepat termasuk berkhasiat tis.

Ketika pohon kepuh menanyakan kenapa Mpu Kuturan dapat berbicara dengan pohon-pohonan, Mpu Kuturan menjelaskan bahwa Mpu Kuturan bersama punggung tiwas mendapatkan panugrahan dari Bhatara di Sad Kahyangan untuk dapat menolong orang sakit dengan mengenali tumbuh-tumbuhan tersebut. Namun menurut Usada Yeh airlah merupakan obat paling utama untuk menghilangkan penyait asalkan disertai puja mantram tertentu. Karena itu cara pengobatan dengan Usada Taru Premana dan Usada Yeh yang digabung muncullah obat loloh, boreh dengan urap, simbuh, kompres (usug) dengan air hangat dan lain-lain. *BP

Kitab yang relatif lebih lengkap adalah Ayurvedha, berasal dari India. Kitab ini ditulis sekitar lahun 1500 SM, menguraikan suatu sistem pengobatan dengan teori tridosha, yaitu vayu, pitta, dan kapha. Vayu atau angin mewakili susunan syaraf pusat, pitta atau empedu mewakili seluruh metabolisme di dalam tubuh, dan kapha atau lendir mewakili pengaturan suhu tubuh oleh cairan-cairan tubuh, Ayurvedha memuat tidak kurang 1.500 jenis bahan obat dari tumbuhan lengkap dengan pengolahan dan penggunaannya.
Kemudian perbaikan dilakukan berbagai ahli, di antaranya terrnuat dalam kitab Sushruta Samhita dari tahun 1000 SM dan Charaka Samhita dari tahun 350. Kedua kitab memuat kira-kira 2.000 jenis bahan obat beserta penanamannya, bagian-bagian yang dipakai, khasiatnya, dan cara membuat ramuan.

Pertamanan/lansekap tumbuhan itu sendiri secara keseluruhan sudah merupakan usada (obat), karena dapat menghilangkan stres, kelelahan, letih, lesu, kebingungan, marah dan sebagainya, akibat dari keindahan dan kesejukan yang dipancarkan dari taman itu sendiri. Adalah sudah menjadi pandangan umum kalau pertamanan dapat mengubah karakter atau prilaku orang yang menempati atau penikmatnya, ditambah lagi dengan aura yang dipancarkan, maka jiwa yang sedang marah atau pemarah dapat menjadi penuh kasih sayang, duka menjadi periang, pendiam menjadi humoris dan sebagainya.

Bukan saja secara kolektif tanaman dapat sebagai usada (obat), akan tetapi secara sendiri-sendiri juga sering dipakai sebagai obat atau usada.

Pertamanan mempunyai filosofi yang sangat tinggi sebagai unsur tanaman yang memberi kehidupan, keteduhan, kedamaian, keindahan, serta tempat meditasi.



Ketika perkembangan teknologi kedokteran sudah mencapai tahap yang sangat luar biasa, ternyata tidak semua penyakit yang dialami manusia dapat disembuhkan. Bahkan, pendekatan medis yang dilakukan dunia kedokteran sering pula mengalami jalan buntu, sehingga kesembuhan yang diharapkan menjadi makin menjauh. Tidak heran kemudian banyak masyarakat lari ke pengobatan tradisional atau yang lebih dikenal dengan pengobatan alternatif. Tidak heran kemudian Bali yang kental dengan napas Hindu dan memiliki kekayaan pengobatan yang dikenal dengan usada melalui Universitas Hindu Indonesia (Unhi) melirik peluang ini dengan membuka fakultas usada.

Tetapi, bagaimanakah sebenarnya keberadaan usada di Bali ini jika dikaitkan dengan keberadaan agama Hindu?

Bagaimana sistem pengobatan yang dikembangkannya?
Atau bisakah teknik usadah tersebut diuji secara ilmiah?

Pengetahuan tentang obat-obat dan pengobatan tradisional merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa yang perlu dipelihara, dilestarikan dan dikembangkan. Hal yang paling penting, bagaimana kekayaan budaya tersebut dapat dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan bangsa.

Menurut Prof. Dr. IGN Nala, pakar pengobatan tradisional, dalam tulisannya pernah menyampaikan bahwa kitab-kitab umat Hindu memuat berbagai macam jenis penyakit dan teknik pengobatan. Dicontohkan penyakit kencing Manis (diabetes mellitius). Penyakit ini, menurut Nala, sudah ditemukan sekitar 3.000 tahun yang lalu. Ini dibuktikan dengan disebutkannya penyakit ini dalam kitab Ayur Veda. Kitab Ini merupakan bagian dari kelompok kitab Upa Veda.

Sementara kitab Upa Veda ini sendiri termasuk dalam kitab suci umat Hindu, yakni kitab Veda Smerti. Kitab Ayur Veda, kata Nala, sering dikelirukan dengan kitab suci Yajur Veda, salah satu dari kitab suci Catur Veda Sruti. Padahal, lanjut Nala, isi dari kitab Ayur Veda hampir tidak ada hubungannya dengan kitab Yajur Veda yang mengupas masalah yadnya atau upacara serta upakara keagamaan.

Isi kitab Ayur Veda lebih banyak ulasannya bersumberkan dari ajaran yang terdapat dalam kitab Atharwa Veda yang juga merupakan bagian dari Catur Veda Sruti. Di dalam kitab suci Atharwa Weda isinya lebih banyak mengulas hal-hal yang bersifat keduniawiaan. Misalnya, tata cara pengobatan, menolak bala penyakit, menawarkan atau memunahkan racun dan sejenisnya.

Kitab Ayur Veda sebenarnya terdiri atas atas tiga buah jilid buku atau samhita, tetapi yang tinggal sebanyak lima buah samhita, yakni Sushruta, Charaka, Bhela, Kasyapa dan Harita. Judul buku tersebut disesuaikan dengan nama penulisnya. Kelima judul buku itu antara lain, Ayur Veda adalah yang dikembangkan dan diberikan ulasan yang lebih mendetail. Penyakit kencing manis, kata Nala, dalam kitab ini dikenal dengan madhumeha yang berarti air kencing yang mengandung madu. Dalam kitab Ayur Veda sendiri terapi pengobatan terhadap penyakit ini juga disebutkan misalnya melalui aahar (diet), vihar (gerak) dan aushadhi (obat).

Dari penjelasan Nala jelas terlihat bahwa penyakit-penyakit fisik yang terlacak secara medis sebenarnya sudah disebutkan dalam kitab-kitab suci Hindu. Tidak hanya itu, langkah-langkah pengobatannya pun sudah dikenal dan nampaknya tidak jauh dari apa yang dilakukan oleh dokter yang didasarkan atas penelitian ilmiah.

Tetapi, apa yang disampaikan Nala adalah sesuatu yang berasal dari tanah India dan bukan dari khazanah budaya Bali. Namun, tidak berarti bahwa di Bali pada zaman yang lampau tidak dikenal sistem pengobatan terhadap penyakit. Sama dengan apa yang ada di India, di Bali juga dikenal adanya pengobatan tradisional.

Keberadaan ajaran Kanda Empat bisa menunjukkan hal ini. Pan Putu Budiartini sendiri sebagai pinisepuh Perguruan Dharma Murti yang mendalami ajaran Kanda Empat sudah sangat sering menunjukkan cara-cara pengobatan. Bahkan, cara-cara dan teknik-teknik pengobatannya sudah ditulis ke dalam buku dan sudah disebarkan ke masyarakat. Ajaran Kanda Empat ini juga diyakini merupakan hasil dari pemikrian para leluhur yang hidup di Bali dan sudah ada sebelum agama Hindu masuk. Ada juga yang menyebutkan, ajaran Kanda Empat ini merupakan bagian dari keyakinan animise dan dinamisme kehidupan manusia Bali pada zaman lampau.

Menurut I Wayan Supartha dari Perguruan Dharma Murti, dasar pengobatan penyakit yang dikembangkan dalam ajaran Kanda Empat ini terletak pada keberadaan hari kelahiran seseorang. Diyakini, tiap penyakit yang diderita manusia, tidak bisa dilepaskan dari sejarah kelahiran manusia itu sendiri.

Dari berbagai realita yang ada, lanjutnya, sebenarnya dapat dilihat bahwa dalam tiap komunitas masyarakat sebelum dikenalnya pengobatan medis menggunakan konsep-konsep ilmiah sudah dikenal sistem pengobatan tradisional. Hanya memang apa yang dikenal dalam sistem pengobatan tradisional itu sendiri, tidak digunakan pendekatan ilmiah yang menggunakan bukti-bukti empiris.

Sementara itu, menurut Gede Suwindia, dosen STAHN Denpasar, dalam agama Hindu dikenal adanya konsep keseimbangan. Karena itulah, dalam Upanisad disebutkan bahwa keberadaan berbagai tanaman yang ada di dunia ini memiliki guna dan fungsi yang sangat vital bagi manusia. Ada banyak tanaman di muka bumi ini yang memiliki kegunaan bagi manusia, terutama dalam penyembuhan penyakit. ''Di sini diwajibkan bagi manusia untuk menghargai alam terutama tumbuh-tumbuhan,'' kata Suwindia.

Manfaatkan Teknologi

Kemajuan dalam bidang teknolgi pada sisi lain bisa diadopsi oleh para praktisi di bidang pengobatan tradisional. Artinya, kemajuan dalam teknologi saat ini telah dimanfaatkan demi kepentingan pembuktian secara ilmiah terhadap berbagai pengobatan tradisional yang dikembangkan.

Secara nyata hal ini dibuktikan dengan apa yang dikatakan Merta Ada, pakar Meditasi Usadha. Menurutnya, saat ini sudah dikembangkan berbagai alat yang mampu membaca aura seseorang. Tubuh manusia yang berada dalam berbagai kondisi emosional memiliki aura yang berbeda-beda. Demikian pula kalau manusia sedang menderita penyakit tertentu. Berdasarkan kenyataan inilah kemudian diciptakan alat yang bisa membedakan aura tubuh manusia.

Hal berbeda juga terjadi misalnya dalam penelitian-penelitian terhadap berbagai bahan-bahan yang digunakan untuk mengobati suatu penyakit dalam sistem pengobatan alternatif. Bahan yang bisa dicontohkan dalam hal ini adalah air. Berdasarkan penelitian, kata Merta Ada, air ketika didekatkan dengan suara-suara keras seperti musik rock memiliki struktur yang berbeda, dibandingkan dengan ketika air yang sama didekatkan dengan suara-suara japa mantra. ''Dari kondisi ini bisa terlihat bahwa air dalam kondisi tertentu bisa menjadi bahan obat bagi penyakit,'' kata Merta Ada.

Terlepas dari semua itu, tentunya sistem pengobatan tradisional juga tidak hanya mengenal teknik yang menggunakan pendekatan bahan obat-obatan. Dalam penyakit terkadang ada juga unsur-unsur roh atau jiwa yang dekat dengan unsur keyakinan. Artinya, tiap penyakit tidak bisa dibaca dengan wujud fisik dan diobati dengan bahan yang bersifat fisik. Lebih daripada itu penyakit juga sangat erat kaitannya dengan keyakinan yang hanya bisa diobati dengan mengadakan penguatan terhadap keyakinan itu sendiri. Tidak jarang kalau penyakit bisa disembuhkan hanya dengan mengadakan upacara ritual tertentu. (Winata *BP)
 
Ramuan Obat dalam Ayurweda

Oleh : Ida Bagus Putu, Suamba, Batubulan

Pendahuluan

Bahan ramuan obat yang dipergunakan untuk mengobati orang yang sakit diperoleh terutama dan makhluk hidup, eperti tumbuh-tumbuhan dan binatang, serta makhluk yang tidak hidup yang berasal dan bumi termasuk air. Bahan ramuan ini sebelurn diberikan kepada pasien ada yang mengalami pemrosesan terlebih dahulu, tetapi ada juga yang dapat dipergunakan langsung tanpa memerlukan pengolahan.

Ayurveda membagi makhluk hidup di dunia ini berdasarkan atas yoni atau sumber asalnya dalam 4 tipe, yaitu:
1) jarayuja, makhluk hidup yang dibungkus oleh selaput tipis amnion ketika berada dalam kandungan;
2) andaja, makhluk yang lahir atau hasil penetasan dan telur;
3) svedaja, makhluk hidup yang mengeluarkan keringat;
4) audbhidja, makhluk yang muncul keluar menembus tanah.

Tiga tipe pertama ini terdiri atas makhluk hidup yang berupa binatang sedangkan tipe yang keempat, yakni audbhidja berupa makhluk hidup berwujud tumbuh-tumbuhan. Pengobatan terhadap suatu vyadhi, abadha, roga atau penyakit pada umumnya mempergunakan ramuan obat yang terdiri dari bahan makhluk hidup, baik yang berasal dari binatang jarayuja, andaja, svedaja maupun yang berasal dari audbhidja atau tumbuh-tumbuhan.

Selain itu ada lagi bahan ramuan obat yang bahannya berasal dari makhluk tidak hidup yakni yang berasal dari prethivi atau tanah, termasuk logam dan mineral (dhatu dan upadhatu).

Ada pula yang membagi ramuan obat ini atas :
- Sthavara (benda yang tidak bergerak, termasuk tumbuh-tumbuhan) dan
- Jangama (makhluk yang bergerak, binatang).
Sthavara dibagi lagi atas :
1) kanda (rimpang),
2) mula (akar),
3) valkala (batang), dan
4) phala (buah, termasuk biji).

Sedangkan jangama atau binatang dibagi atas :
1) bandhya (binatang yang dikebiri),
2) abandhya (binatang yang beranak, tidak dikebiri),
3) gramya (binatang jinak, peliharaan) dan
4) aranya (binatang liar).

Di dunia ini ramuan obat dapat berfungsi bermacam-macam, antara lain sebagai : obat
- pencegahan (preventif),
- menghilangkan gejala penyakit saja (simptomatik),
- sebagai obat menyembuhkan penyakitnya (kuratif),
- meningkatkan derajat kesehatan (promotif) dan
- mengembalikan ke keadaan sehat seperti semula (rehabilitatif).

Bahan Ramuan Obat
Bahan ramuan obat yang berasal dari tanaman atau audbhidja, sering juga tidak dikatakan sebagai obat, tetapi sebagai sayuran (saka). Alasannya karena kebanyakan bahan ramuan obat mempergunakan bagian tumbuhan yang biasa dimakan setiap hari, dan yang terpenting tidak menimbulkan efek sampingan yang merugikan kesehatan. Mereka mengkonsumsi bahan tersebut sebagai sayur bersama derigan nasi dalam kehidupannya sehari-hari. Bahan dan saka ini merupakan produk yang paling banyak dipergunakan dalam pengobatan Ayurveda. Bahan ramuan yang berasal dari tanaman ini dapat diambil dari akar (mula), umbi rimpang (kandha mula), batang (valkala), duri (kikasa), daun (palasa), bunga (puspa), buah (phala), dan bagian lainnya. Ada pula bahan ramuan yang berasal dan bagian tubuh binatang (janggama) dan ada juga sedikit yang berasal dari prthivi (tanah, logam dan mineral). Bahan ramuan obat yang diambil dari tubuh binatang, dapat berasal dari kulit (charma), daging (mamsa), lemak (meda), lulang (asthi), sumsum (majja), tanduk (visana, srnga), kuku (nakha), empedu (rocana), darah (rakta), telur, (anda), sperma (sukra) dan susu (ksira, payas). Sedangkan bahan ramuan obat yang berasal dari prthivi, di antaranya yang paling sering dipergunakan adalah sejenis logam (dhatu) tertentu, seperti emas (svarna), perak (tara), tembaga (tamra), timah (vanga), kuningan (kamaya), besi (loha), air raksa (rasa, parada) dan bahan non-logam (upadhatu) seperti belerang (gandhaka), garam laut (samudra), garam batu karang (saindhava) dan sebagainya.

Prinsip pengobatan dalam Ayurveda adalah menyeimbangkan kembali unsur tri dosha yang terganggu di dalam tubuh manusia dengan cara memasukkan unsur dari luar. Unsur dari luar itu dapat diambil dari binatang, tumbuh-tumbuhan atau bahan yang berasal dari bumi. Sebab bahan pembentuk tubuh manusia sama dengan bahan pembentuk tubuh binatang, tumbuh-tumbuhan dan bumi. Bahan pembentuknya itu adalah sama, yakni terdiri dari kelima unsur panca mahabhuta.

Di dalam kitab Ayurveda ada ribuan banyaknya bahan ramuan obat yang ditulis di dalam kitab tersebut. Tentu tidak mungkin diulas semuanya secara detail. Yang akan dibicarakan hanyalah beberapa bahan ramuan yang mudah dicari dan ada di Indonesia. Selain itu mungkin dapat dimanfaatkan untuk mencegah timbulnya penyakit atau preventif maupun simptomatik. Sedangkan bahan ramuan obat yang menyangkut pengobatan atau kuratif, karena terlalu banyak, serta sulit dikenal dan dicari, maka akan dibahas sepintas yang dianggap perlu saja.

Dravya
Kata dravya bermakna materi atau benda. Dalam hal ramuan obat, pengertian dravya meliputi juga bahan atau materi dan obat. Menurut Ayurveda, obat atau dravya dibagi atas duá jenis, yakni :
1. Vyakta, yang tampak (obat skala?) dan
2. Avyakta, yang tidak tampak (obat niskala?). Materi atau dravya ini menjadi tampak atau vyakta setelah melalui proses yang disebut panci karana (kombinasi dan panca mahabhuta dan panca tanmatra, lima unsur kasar dan halus). Tampak adanya proses panci karana ini maka vyakta dravya ini kurang lengkap di dalam berbagai kepustakaan yang telah ditelusuri. Mungkin bahan obat yang mengandung unsur panca tanmatra dinamakan obat vyakta dravya, obat yang halus, tidak tampak.

Berdasarkan atas unsur panca mahabhuta (lima unsur kasar, yang tampak, vyakta) yang mendominasi materinya, vyakta dravya terbagi atas lima tipe. Kelima tipe tersebut adalah:
1) parthiva, 2) apya, 3) taijasa, 4) vayvya dan 5) akasiya vyaktadravya. Di samping itu tendapat pula berbagai variasinya.

Variasi ini muncul oleh karena bahan tersebut tercampur dengan unsur panca mahabhuta yang lain dan ada salah satu bhuta yang mendominasinya. Contohnya amat banyak, seperti ramuan audbhidja, jangama, vamana, virecana, samgrahi, brmhana, sammana, dipana, balya, pacang dravya.

Kelima tipe vyakta dravya yang materinya didominasi unsur panca mahabhuta (perthivi, apah, teja, vayu, akasa) adalah:

1) Parthiva Dravya
Obat yang termasuk tipe parthiva dravya (mungkin lebih tepat disebut parthiva vyakta dravya) bentuknya padat. oleh karena didominasi oleh unsur perthivi (bumi, tanah) dan panca mahabhuta. Pada umumnya ramuan jenis ini memiliki sifat guna gura (berat), sthira (stabil, mantap), sthula (kasar), dan mempunyai kelebihan dibandingkan ramuan obat lainnya dalam hal gandha atau bau. Obat tipe ini dapat berfungsi untuk menambah berat badan, memantapkan atau menstabilkan serta mengompakan (mamadatkan) dan memontokkan tubuh.

Ramuan obat yang tergolong dalam tipe parthiva dravya adalah : mrt (lumpur), sudha (kapur), sarkara (pasir), asman (batu), lavana (garam), kuta sarkjara (batu alkali yang diperoleh dari dalam gua), anjana (kolirium), gairika (oker merah), loha (logam besi), vimala (semacam pirite), kancana (emas), rasa (air raksa), Uparasa, kapala (pecahan periuk tanah), mukta (permata) dan batu mulia.

2) Apya Dravya
Ramuan obat apya dravya bentuknya cair, karena didominasi oleh apah atau jala (air) dan panca mahabhuta. Ramuan ini mempunyai sifat guna sita (dingin), guru (berat), snigdha (lembut, berminyak), lembam, pekat dan memiliki kelebihan dalam hal rasa atau kecap. Obat ini dapat mengakibatkan badan berminyak, abhisyandi (menyumbat saluran sirkulasi), kleda (bergetah, lengket), prahlada (bahagia) dan bandha (perlekatan penyatuan).

3) Taijasa Dravya
Ramuan obat taijasa dravya ini memiliki guna raksa (tak berminyak), tiksna (tajam), visada (tak licin), suksma (halus) dan mempunyai kelebihan dalam hal rupa atau varna. Obat ini didominasi oleh unsur teja (sinar, suhu) atau agni (api) dan panca mahabhuta. Obat jenis ini dapat menyebabkan rasa terbakar, bha (aura) dan memberikan corak tertentu pada tubuh.

4) Vayvya Dravya
Ramuan obat vayvya dravya didominasi oleh unsur vayu (angin, udara, gas) dan panca mahabhuta. Obat ini memiliki guna raksa (tak berminyak), visada (tak licin), laghu (ringan) dan memiliki kelebihan dalam sparsa atau raba. Obat ini berkhasiat untuk menimbulkan kekasaran atau kekasatan, mendinginkan, bergerak dan glani (merasa lelah tanpa kerja).

5) Akasiya Dravya
Ramuan obat jenis akasiya dravya didominasi oleh unsur akasa dan panca mahabhuta. Obat tipe ini memiliki guna suksma (halus), visada (tak licin), laghu (ringan). Dan memiliki kelebihan dibandingkan dengan ramuan tipe dalam hal sabda, bunyi atau suara. Obat ini berkhasiat dalam penyerapan atau perembesan (penyebaran) dan dapat meringankan tubuh.
WHD No. 503 Nopember 2008.

sumber : parisada.org
 
Kalo saya perhatikan pengobatan ala Jawa maupun Bali sedikit banyak dipengaruhi pengobatan Ayurvedic misalnya penggunaan pegagan, sambiloto, dll..

Oya jgn lupa juga bungkak nyuh gading adalah tanaman yg diberkati oleh Sesuhunan sbg penetralisir racun yg bersifat sekala dan niskala,
melukat dgn bungkak nyuh gading setiap hari purnama,tilem,kajeng kliwon dpt meningkatkan konsentrasi dan penghayatan kpd Tuhan.

Info yg berguna..bisa diterapkan di rumah nich..
 
^^ sependapat bahwa sumbernya adalah Ayurvedic, hingga kita dapatkan lontar2 yang memuat ramuan obat dan teknik pengobatan begitu banyak jumlahnya di Bali (ada ribuan lontar yang pernah terkirim ke Royal University Library di Leiden berkisar tahun 1972-1983), diantaranya yang memuat Usadha adalah: Lontar Budhakcapi, Lontar Usada Buduh, Lontar Usada ILA, Lontar Usada Kuda, Lontar Usada Kurantobolong, Lontar Usada Pamugpug, Lontar Usada Pamugpugan, Lontar Usada Rare, Lontar Usada Manak, Lontar Usada Tiwang, Lontar Usada Cukildaki, Lontar Usada Kacacar, Lontar Usada Dalem yang sudah diterjemahkan dan disajikan dalam bahasa Kawi, Indonesia dan English.

Tentu masih ada ribuan lontar yang belum di terjemahkan.
 
yup!.. semoga membantu meningkatkan apresiasi tehadap Pustaka Leluhur.

Saudara moderator, saya mohon ijin untuk ikutan nimbrung ngepost di sini ;)

Berkaitan dengan usadha khususnya di daerah Bali, tentunya tidak akan terlepas dari kata Balian. Dan balian itu sendiri terdiri dari beberapa jenis. Yaitu:
A. Jika ditinjau dari jenis ilmu yang dianut:
1. Balian Penengen
Balian ini bertujuan untuk mengobati seseorang yang sakit hingga sembuh. Balian seperti ini juga sering disebut dengan Balian Ngardi Ayu, atau duku yang berbuat kebaikan.
Balian ini pada umumnya bersikap ramah, suka menolong dan penuh wibawa. Balian ini menolong tidak memandang apakah orang yang sakit adalah orang kaya, miskin, baik, jahat, pokoknya semua ditolong sesuai dengan penyakit yang diderita.

2. Balian Pangiwa
Balian ini bertujuan untuk menyakiti seseorang bahkan sampai meninggal. Balian ini juga disebut dengan Balian Aji Wegig / Ugig. Balian ini mempunyai kemampuan untuk menjalankan kekuatan mencelakai untuk seseorang, menyakiti, dan berbuat usil. Balian jenis ini sulit sekali untuk dilacak. Sebab pekerjaannya tersebut bersifat rahasia, tertutup, dan sangat misterius. Balian ini juga sering menghalang2i balian penengen untuk menyembuhkan seseorang. Salah satu contoh perbuatan usil balian ini adalah dengan menahan atau menurunkan hujan di saat orang2 mempunyai hajatan tertentu.
Tetapi sisi lain balian ini adalah, balian ini dapat menyembuhkan penyakit2 akibat aji wegig /ugig baik olehnya sendiri atau berasal dari orang lain

B. Jika ditinjau dari asal / cara memperoleh keahlian:
1. Balian Ketakson
Balian jenis ini adalah balian yang mendapat keahliannya memalui taksu. Taksu adalah kekuatan gaib yang masuk ke dalam diri seseorang dan mempengaruhi orang tersebut, baik dari cara berpikir, berbicara, sampai ke tingkah lakunya. Karena kemasukan taksu inilah orang tersebut memiliki kemampuan untuk mengobati orang sakit. Oleh sebab itu, orang tersebut disebut dengan Balian Ketakson (ka + taksu + an), dukun yang ketaksuan.
Balian ini juga sering menjadi mediator atau penghubung dengan para leluhur atau roh2 yang sudah meninggal.

2. Balian Kapican
Balian Kapican adalah org yg mendapat benda bertuah yg dipergunakan utk menyembuhkan org sakit. Benda bertuah inilah yg disebut dgn pica. Pica ini dpt berupa keris, permata, pis bolong, batu makocok, tulang, gigi, kuku macan, besi, dan lain sebagainya. Bahkan ada pula yg berupa binatang. Pica tersebut biasanya diperoleh melalui wangsit atau bisikan gaib yg kemudian dijelaskan dimana hrs mencari beserta fungsi dari pica tersebut.
Tata cara penyembuhan balian ini bermacam2. Mulai dari meletakkan pica tesebut ke badan si sakit, menggosok, menekan, sampai meminum air rendaman pica tersebut.

3. Balian Usada
Balian usada adalah seseorang yg dgn sadar belajar tentang ilmu pengobatan, baik melalui aguru waktera, belajar pada seorang balian yg telah mahir dlm ilmu pengobatan maupun belajar scr otodidak melalui lontar usada.

Mengenai proses belajar balian usada ini terdapat dlm lontar Bodha Kacapi, Usada Kalimosada, dan Usada Sari. Adapun isi singkatnya yaitu, semua tingkah laku dan batin sang murid harus sesuai dgn isi lontar. Sang murid hrs bersumpah menjadi satu saudara dgn gurunya. Suka & duka harus dibagi bersama. Bila di kemudian hari mereka meninggal, sesuai dgn hukum punarbhawa, mereka akan bereinkarnasi / menitis ke dunia sbg saudara. Atau bahkan sbg saudara kembar.
Setelah upacara penerimaan murid selesai, dimulai dgn pelajaran lisan. Pengetahuan dasar yg benar2 harus dipahami oleh sang murid adalah tentang Katikelaning Genta Pinara Pitu, Sastra Sanga, Bodha Kecapi, dan Kalimosada. Setelah mempelajari & memahami semua itu, barulah sang murid dianggap telah siap utk diberi pelajaran membaca lontar usada.

4. Balian Campuran
Balian Campuran adalah perpaduan antara Balian Ketakson atau Balian Kapican yg mempelajari lontar usada. Jadi balian jenis ini tidak hanya mengandalkan pica atau taksunya saja, tetapi juga ditambahkan dgn ramuan obat2an yg dipelajari dlm lontar usada. Banyak juga jenis balian di Bali yg tidak hanya 1 varian. Maksudnya, selain memperoleh taksu, dia juga memperoleh pica, selain itu juga mempelajari usada.

Balian jenis ini juga dikenal dgn istilah Balian Ngiring Pekayunan (mengikuti perintah gaib), atau menjadi seorang Tapakan (tempat dewa, kekuatan gaib). Pada umumnya, orang yg menjadi balian jenis ini bukan atas kemauannya sendiri. Tetapi karena ditunjuk kekuatan gaib. Jika menolak, akan kena musibah, sakit, pikiran kalut, bahkan semua usaha yg dilakukan gagal total!! Hanya dgn cara mengikuti perintah gaib inilah yg bisa membuat kehidupannya normal kembali.

5. Balian Putus
Tata cara menjadi Balian Putus ini mirip dgn Balian Usada. Balian Usada mengasah ilmunya lewat lontar2 usada. Tetapi Balian Putus mengasah batinnya melalui tapa brata & yoga samadi. Jadi seorang Balian Putus adalah seorang balian yg telah menamatkan pelajarannya, baik secara jasmani maupun rohani.
Bila seseorang terkena penyakit akibat kiriman seorang Balian Pangiwa, maka usada biasa tidak bisa mengobatinya. Hanya seorang Balian Putus yg dpt membantunya.

Dalam mengobati seseorang, seorang Balian tentu tidak asing lagi dengan mantra. Ada suatu mantra yang diuncarkan dengan media air. Mantra ini lazim disebut dengan mantra penawar. Mantra penawar inipun ada beberapa jenis. Mulai dari Penawar Dasa Bayu, Penawar Balian Putus, dan ada pula yang tercantum dalam ilmu kanda pat sari atau leak sari.
Berikut adalah salah satu contoh mantra untuk penawar dari I Balian Putus:

Sebelum melakukan ritual, diawali dengan memohon restu dari Ida Sanghyang Widhi Wasa & Bethara Sesuhunan. Sarana yang diperlukan minimal adalah dupa atau kemenyan. Lebih bagus lagi kalo punya canang burat wangi atau pejati.

Pegang air yang di dalam gelas atau botol air mineral dengan menggunakan kedua tangan. Lalu ucapkan mantra:
Sane lara niki Sang Hyang Widhi
Sane nambani Sang Eyang Widhi
Om Hyang Widhi, tiang nunas mangda larane si .......(nama si sakit)
prasida waras, waras, waras.

ucapkan mantra tersebut dengan penuh keyakinan. Lalu tarik nafas sedalam2nya, tahan sekuatnya, lalu tiupkan secara perlahan ke arah air.

Lalu lanjutkan dengan mantra berikut ini:
Om awignam astu nama sidam
Titiang boyaja nambani larane si .......(nama si sakit)
Nambani langit kelawan bumi
Nambani lintang kelawan rembulan
Nambani geni kelawan banyu, ketiban ciptaku
Dadia waras, waras, waras. Larane si .......(nama si sakit)
Saking karsaning Hyang Widhi

lalu ulangi seperti di atas yaitu, tarik nafas sedalam2nya, tahan sekuatnya, lalu tiupkan secara perlahan ke arah air.

Selanjutnya air tersebut dipercikkan 3 kali dan diraup 3 kali kepada si sakit. Kemudian sisanya harus diminum habis oleh si sakit.

Mantra penawar ini biasanya digunakan untuk menempur penyakit non medis (leak).
Semoga bisa berguna bagi yang membaca atau yang memerlukan ;)
 
wahhh.....infonya membuat saya tertarik untuk lebih mempelajarinya.....bisa tolong di posting daftar nama tumbuhan dan kegunaannya menurut taru premana/ayur weda ????:)
 
dimana ya tempat jual buku lontar usada/buku lontar pengobatan

Saudara moderator, saya mohon ijin untuk ikutan nimbrung ngepost di sini ;)

Berkaitan dengan usadha khususnya di daerah Bali, tentunya tidak akan terlepas dari kata Balian. Dan balian itu sendiri terdiri dari beberapa jenis. Yaitu:
A. Jika ditinjau dari jenis ilmu yang dianut:
1. Balian Penengen
Balian ini bertujuan untuk mengobati seseorang yang sakit hingga sembuh. Balian seperti ini juga sering disebut dengan Balian Ngardi Ayu, atau duku yang berbuat kebaikan.
Balian ini pada umumnya bersikap ramah, suka menolong dan penuh wibawa. Balian ini menolong tidak memandang apakah orang yang sakit adalah orang kaya, miskin, baik, jahat, pokoknya semua ditolong sesuai dengan penyakit yang diderita.

2. Balian Pangiwa
Balian ini bertujuan untuk menyakiti seseorang bahkan sampai meninggal. Balian ini juga disebut dengan Balian Aji Wegig / Ugig. Balian ini mempunyai kemampuan untuk menjalankan kekuatan mencelakai untuk seseorang, menyakiti, dan berbuat usil. Balian jenis ini sulit sekali untuk dilacak. Sebab pekerjaannya tersebut bersifat rahasia, tertutup, dan sangat misterius. Balian ini juga sering menghalang2i balian penengen untuk menyembuhkan seseorang. Salah satu contoh perbuatan usil balian ini adalah dengan menahan atau menurunkan hujan di saat orang2 mempunyai hajatan tertentu.
Tetapi sisi lain balian ini adalah, balian ini dapat menyembuhkan penyakit2 akibat aji wegig /ugig baik olehnya sendiri atau berasal dari orang lain

B. Jika ditinjau dari asal / cara memperoleh keahlian:
1. Balian Ketakson
Balian jenis ini adalah balian yang mendapat keahliannya memalui taksu. Taksu adalah kekuatan gaib yang masuk ke dalam diri seseorang dan mempengaruhi orang tersebut, baik dari cara berpikir, berbicara, sampai ke tingkah lakunya. Karena kemasukan taksu inilah orang tersebut memiliki kemampuan untuk mengobati orang sakit. Oleh sebab itu, orang tersebut disebut dengan Balian Ketakson (ka + taksu + an), dukun yang ketaksuan.
Balian ini juga sering menjadi mediator atau penghubung dengan para leluhur atau roh2 yang sudah meninggal.

2. Balian Kapican
Balian Kapican adalah org yg mendapat benda bertuah yg dipergunakan utk menyembuhkan org sakit. Benda bertuah inilah yg disebut dgn pica. Pica ini dpt berupa keris, permata, pis bolong, batu makocok, tulang, gigi, kuku macan, besi, dan lain sebagainya. Bahkan ada pula yg berupa binatang. Pica tersebut biasanya diperoleh melalui wangsit atau bisikan gaib yg kemudian dijelaskan dimana hrs mencari beserta fungsi dari pica tersebut.
Tata cara penyembuhan balian ini bermacam2. Mulai dari meletakkan pica tesebut ke badan si sakit, menggosok, menekan, sampai meminum air rendaman pica tersebut.

3. Balian Usada
Balian usada adalah seseorang yg dgn sadar belajar tentang ilmu pengobatan, baik melalui aguru waktera, belajar pada seorang balian yg telah mahir dlm ilmu pengobatan maupun belajar scr otodidak melalui lontar usada.

Mengenai proses belajar balian usada ini terdapat dlm lontar Bodha Kacapi, Usada Kalimosada, dan Usada Sari. Adapun isi singkatnya yaitu, semua tingkah laku dan batin sang murid harus sesuai dgn isi lontar. Sang murid hrs bersumpah menjadi satu saudara dgn gurunya. Suka & duka harus dibagi bersama. Bila di kemudian hari mereka meninggal, sesuai dgn hukum punarbhawa, mereka akan bereinkarnasi / menitis ke dunia sbg saudara. Atau bahkan sbg saudara kembar.
Setelah upacara penerimaan murid selesai, dimulai dgn pelajaran lisan. Pengetahuan dasar yg benar2 harus dipahami oleh sang murid adalah tentang Katikelaning Genta Pinara Pitu, Sastra Sanga, Bodha Kecapi, dan Kalimosada. Setelah mempelajari & memahami semua itu, barulah sang murid dianggap telah siap utk diberi pelajaran membaca lontar usada.

4. Balian Campuran
Balian Campuran adalah perpaduan antara Balian Ketakson atau Balian Kapican yg mempelajari lontar usada. Jadi balian jenis ini tidak hanya mengandalkan pica atau taksunya saja, tetapi juga ditambahkan dgn ramuan obat2an yg dipelajari dlm lontar usada. Banyak juga jenis balian di Bali yg tidak hanya 1 varian. Maksudnya, selain memperoleh taksu, dia juga memperoleh pica, selain itu juga mempelajari usada.

Balian jenis ini juga dikenal dgn istilah Balian Ngiring Pekayunan (mengikuti perintah gaib), atau menjadi seorang Tapakan (tempat dewa, kekuatan gaib). Pada umumnya, orang yg menjadi balian jenis ini bukan atas kemauannya sendiri. Tetapi karena ditunjuk kekuatan gaib. Jika menolak, akan kena musibah, sakit, pikiran kalut, bahkan semua usaha yg dilakukan gagal total!! Hanya dgn cara mengikuti perintah gaib inilah yg bisa membuat kehidupannya normal kembali.

5. Balian Putus
Tata cara menjadi Balian Putus ini mirip dgn Balian Usada. Balian Usada mengasah ilmunya lewat lontar2 usada. Tetapi Balian Putus mengasah batinnya melalui tapa brata & yoga samadi. Jadi seorang Balian Putus adalah seorang balian yg telah menamatkan pelajarannya, baik secara jasmani maupun rohani.
Bila seseorang terkena penyakit akibat kiriman seorang Balian Pangiwa, maka usada biasa tidak bisa mengobatinya. Hanya seorang Balian Putus yg dpt membantunya.

Dalam mengobati seseorang, seorang Balian tentu tidak asing lagi dengan mantra. Ada suatu mantra yang diuncarkan dengan media air. Mantra ini lazim disebut dengan mantra penawar. Mantra penawar inipun ada beberapa jenis. Mulai dari Penawar Dasa Bayu, Penawar Balian Putus, dan ada pula yang tercantum dalam ilmu kanda pat sari atau leak sari.

Semoga bisa berguna bagi yang membaca atau yang memerlukan ;)

Dimana ya tempat jual buku lontar usada/buku lontar pengobatan??? kalau tau tempatnya PM atau email ya di awbigboz@gmaildotcom

thanks
 
Dimana ya tempat jual buku lontar usada/buku lontar pengobatan??? kalau tau tempatnya PM atau email ya di awbigboz@gmaildotcom

thanks

Untuk Lontar USADA bisa coba yang ini:

Lontar Archive :

»Lontar Volume 1 : Lontar Budhakcapi

»Lontar Volume 2 : Lontar Usada Buduh, Lontar Usada ILA, Lontar Usada Kuda , Lontar Usada Kurantobolong, Lontar Usada Pamugpug , dan Lontar Usada Pamugpugan

»
Lontar Volume 3 :
Lontar Usada Rare, Lontar Usada Manak, Lontar Usada Tiwang, Lontar Usada Cukildaki, Lontar Usada Kacacar, dan Lontar Usada Dalem


Terkait Lontar Usada & Kanuragan yang lain di antaranya adalah: Kawistren, Usada Sari, Kandapat, Aswasiksa, Rajah Pasupati & Mantra, Smaranustana, Aji Lewih, Dipa Mala dan berbagai mantra & rajahan.
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.