• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Dhammadinnatheri

singthung

IndoForum Junior E
No. Urut
7164
Sejak
21 Sep 2006
Pesan
1.634
Nilai reaksi
27
Poin
48
Dhammadinnatheri




Seseorang harus memiliki keinginan dan tekad yang kuat, Syair ini adalah syair dari Y.A. Dhammadinna Theri. Ia hidup bergantung kepada seseorang di kota Hamsavati di jaman Sang Buddha Padumuttara.

Pertama kali ia bersujud dan memberi hormat pada salah satu Aggasavaka ketika beliau baru bangun dari nirodha samapatti, kemudian berdana kepada-Nya. Karena dana ini ia terlahir di alam dewa. Setelah mati di alam dewa, ia terlahir berulang-ulang di alam dewa dan manusia. Di jaman Buddha Phussa ia membuat kusala kamma yang luar biasa banyaknya ketika ia tinggal di rumah pengawas yang bekerja pada saudara tiri Sang Buddha Phussa. Jika diberitahu oleh suaminya untuk memberikan satu ia akan memberikan dua.


Di jaman Buddha Kassapa, ia terlahir di keluarga Kiki, raja dari Kasi (Benares), sebagai salah satu di antara ketujuh putri raja. Ia melatih diri melaksanakan kehidupan suci selama dua puluh ribu tahun. Selama satu jaman di antara dua Buddha, ia terlahir berulang-ulang di alam dewa dan manusia.

Di jaman Buddha Gotama ini, ia terlahir di sebuah keluarga yang baik di Rajagaha. Ketika ia telah cukup umur, ia diperisteri oleh Visakha seorang pedagang kaya raya. Kemudian pada suatu hari Visakha pedagang kaya ini pergi menemui Sang Bhagava, dan setelah mendengarkan khotbah Dhamma dari Sang Bhagava ia mencapai tingkat kesucian Anagami. Beliau pulang kerumah dan pergi ke atap rumah di mana Dhammadinna berdiri di puncak tangga, tetapi Beliau tidak memegang tangan Dhammadinna yang terlentang. Terlebih lagi setelah pergi ke atap, ketika makan Beliau makan dengan berdiam diri.

Dhammadinna memperhatikan perubahan ini, Dhammadinna berkata kepadanya, "Suamiku sayang, mengapa engkau tidak merangkul tanganku hari ini? Bahkan ketika makan engkau tidak mengucapkan sepatah katapun. Apakah hal ini disebabkan karena saya telah melakukan kesalahan?"

Y.A. Visakha menjawab, "Kamu tidak tidak memiliki kesalahan Dhammadinna. Tetapi mulai hari ini, menyentuh tubuh wanita atau tamak terhadap makanan tidak berharga bagiku. Demikianlah Dhamma yang telah kuhayati. Tetapi jika kamu ingin, tinggallah di rumah ini. Jika kamu tidak menginginkannya, ambillah sebanyak mungkin harta yang kau inginkan dan pulanglah ke rumah orangtuamu."

"Suamiku tersayang," (Dhammadinna menjawab). "Saya tak akan menelan apa yang telah kau muntahkan. Ijinkanlah saya untuk menjadi bhikkhuni."

Y.A. Visakha menjawab,"Baik sekali Dhammadinna." Lalu ia mengirim Dhammadinna ke tempat tinggal para bhikkhuni dengan tandu emas.

Ia menjadi Bhikkhuni, melatih subjek meditasi, dan setelah tinggal di sana selama beberapa hari, ingin tinggal menyepi, ia menghadap pada Upajjhaya dan Acariyanya dan berkata, "Para Bhante yang mulia, saya tidak dapat cocok di tempat yang penuh orang. Saya akan tinggal menetap di sebuah desa."

Para bhikkhuni membawanya ke sebuah tempat tinggal di desa. Ketika ia tinggal disana, oleh karena di masa yang lampau telah menghancurkan bentuk-bentuk (formations), ia mencapai tingkat kesucian Arahat bersama dengan keempat patisambidha hanya dalam waktu yang sangat singkat. Seperti yang dikatakan di Apadana:

Padumuttara, Sang Penakluk yang telah mencapai pantai seberang dari semua fenomena, pemimpin, lahir seratus ribu kappa yang lalu. Pada waktu itu, saya tinggal di sebuah keluarga (yang baik) di Hamsavati. Saya pelayan yang bersemangat, menjaga sila melakukan kebajikan. Sujata, seorang Agga- savaka Sang Buddha Padumuttara, keluar dari pondoknya untuk berpindapata.

Saya mengambil sebuah kendi dan saat itu berjalan sebagai pembawa air. Saya melihat-Nya dan memberikan kue dengan kedua tanganku sendiri, dengan pikiran gembira terhadap perbuatan baik yang aku lakukan pada-Nya.

Setelah menerimanya, duduk di sana. Beliau memakannya. Kemudian saya me-ngajaknya ke rumah dan memberikan lagi tambahan makanan. Setelah itu majikan saya, karena merasa senang terhadap saya, mengangkat saya sebagai menantunya. Saya pergi bersama ibu mertua dan memberi hormat kepada Sang Tathagata.

Sang Bhagava memuji seorang bhikkhuni, yang ditetapkan-Nya sebagai siswi utama dalam hal berkhotbah Dhamma. Mendengarkan hal itu saya merasa kagum dan bahagia.

Saya mengundang Sang Bhagava, Sang Pemimpin Dunia, bersama Sangha, dan memberikan dana besar-besaran, sambil mengucapkan tekad untuk menjadi siswi utama dalam hal berkhotbah Dhamma.

Kemudian Sang Buddha, Sang Pemimpin Dunia berkata kepada saya dengan suaranya yang merdu dan bergema,

"O Anda yang dengan gembira melayani saya, anda yang menjadi pelayan bagi saya dan Sangha para siswa."

"Anda yang ingin mendengarkan Dhamma yang sesungguhnya,O Anda yang pikirannya sudah masak berkenaan dengan apa yang benar - yang berbahagia dan merasa berterima kasih, O wanita mulia. Anda akan menerima buah dari aspirasi anda."

"Seratus ribu kappa dari sekarang, akan lahir seorang Buddha yang nama keluarganya adalah Gotama, suku yang berasal dari keturunan raja Okaka."

"Pada saat itu akan ada seorang siswa yang bernama Dhammadinna yang menjadi pewaris Dhamma, putri keturunan resmi Dhamma."

Segera setelah mendengar hal ini, saya dipenuhi oleh perasaan bahagia dan berterima kasih dan selama hidup saya akan melayani Sang Pemimpin, Yang Maha Tahu, dengan kebutuhan disertai perasaan penuh cinta kasih.

Sebagai hasil dari perbuatan baik itu dan karena cita-cita juga tekad saya, setelah meninggal saya terlahir di alam Tavatimsa.

Di Bhadda kappa ini, seorang putra keluarga dari kasta Brahmana yang terkenal dan terpandang yang bernama Kassapa, Pengkhotbah terbaik, lahir.

Pada saat itu, pelayan Sang Tathagata adalah seorang raja penguasa yang bernama Kiki, yang menjadi raja Kasi di kotaraja Baranasi. Saya adalah putri keenamnya, bernama Sudhamma yang terkenal. Setelah mendengar Dhamma dari Sang Penakluk tiada tara, saya memiliki keinginan kuat untuk menjadi bhikkhuni.

Pada saat itu, ayah kami tidak mengijinkan kami masuk menjadi bhikkhuni, jadi kami bertujuh tumbuh dengan kenyamanan sebagai putri raja, tanpa mengenal lelah kami mengikuti kehidupan suci selama dua puluh ribu tahun di istana, berbahagia melayani Sang Buddha dengan perasaan senang dan berterima kasih.

Kami adalah Samani, Samanagutta, Bhikkhuni, Bhikkhudayika, Dhamma, Sudhamma dan yang ketujuh Sanghadayika.

Di kehidupan sekarang ini kami adalah Y.A.Khema, Y.A.Uppalavanna, Y.A.Patacara, Y.A.Kundala Kesi, Y.A. Kisa Gotami, Saya sendiri dan ketujuh adalah Y.A.Visakha.

Sebagai hasil perbuatan bajik itu juga karena cita-cita dan tekad saya, ketika saya meninggalkan tubuh manusia, saya terlahir kembali di surga Tavatimsa.

Dan sekarang, dalam kehidupanku yang terakhir kali, saya terlahir di kota megah Giribajja (Rajagaha) di keluarga pedagang kaya, sejahtera dan dipenuhi oleh semua kesenangan indera.

Selain itu, memiliki kecantikan, yang mengembang di masa mudaku, saya masuk di keluarga lain (dalam pernikahan) dan tinggal di sana penuh kebahagiaan.

Suamiku mendekati Sang pelindung dunia, mendengarkan khotbah Dhamma, dan sepenuhnya memiliki kebijaksanaan, mencapai Anagami Phala.

Kemudian saya mendapatkan ijin untuk memasuki kehidupan tanpa rumah sebagai bhikkhuni, dan dalam waktu yang sangat singkat, pada saat yang tepat, Saya mencapai tingkat kesucian Arahat.

Kemudian upasaka ini (Y.A. Upasaka Visakha) datang kepada saya dan mengajukan pertanyaan yang dalam dan halus. Saya menjawab semuanya.

Sang Penakluk merasa senang dengan kualitas ini dan mengangkat saya sebagai bhikkhuni utama dalam hal mengajarkan Dhamma. (Beliau berkata), "Saya tidak melihat orang lain yang setara dengan Dhammadinna berhubungan pengetahuan Dhamma; ingatlah akan hal ini para bhikkhu." Saya bijaksana disukai Sang Pemimpin.

Saya telah melayani Sang Bhagava (mempraktekkan Dhamma). Saya telah melaksanakan ajaran Sang Buddha. Saya telah melepaskan beban berat; segala sesuatu yang menyebabkan kelahiran kembali telah kucabut sampai ke akar-akarnya.

Tujuan mereka yang pergi meninggalkan kehidupan rumah tangga kekehidupan tanpa rumah, tujuan itu telah kucapai-semua belenggu telah kuhancurkan.

Saya menguasai kekuatan supra-natural. Dengan telinga dewa, saya mengetahui jalan pikiran orang lain. Saya hidup sesuai dengan ajaran Sang Bhagava;

Saya mengetahui kehidupanku masa lampau; mata dewaku telah dimurnikan. Setelah menghancurkan semua noda, Saya murni, bersih dari segala kekotoran.

Semua kekotoran batin telah kubakar musnah. Ajaran Sang Buddha telah kulaksanakan.

Dan setelah mencapai tingkat kesucian Arahat, Beliau berpikir, "Kekuatan batinku telah mencapai puncaknya. Sekarang apakah yang dapat kulakukan dengan tinggal di sini? Saya akan pergi ke Rajagaha dan memberi hormat kepada Beliau dan banyak di antara sanak saudaraku yang akan melakukan perbuatan berjasa oleh karena saya." Lalu beliau kembali ke Rajagaha diiringi oleh para bhikkhuni.

Y.A. Visakha mendengar bahwa beliau telah kembali. Untuk mengetahui tingkat pencapaian beliau, Ia mengajukan pertanyaan berhubungan dengan pancakkhandha dan seterusnya. Y.A. Dhammadinna menjawab pertanyaan apapun yang diajukan bagai memotong batang teratai dengan pisau tajam. Y.A. Visakha mengatakan kepada Sang Bhagava semua mengenai tanya jawab yang Beliau lakukan ini, dan Sang Bhagava memuji Y.A. Dhammadinna, dimulai dengan berkomentar "Visakha, Bhikkhuni Dhammadinna bijaksana." Dengan meng-gunakan kekuatan pengetahuan yang luar biasa, Ia memberitahukan jawaban-Nya, seperti dalam Culavedalla Sutta, dan Sang Buddha menempatkan posisi Beliau sebagai siswi utama dalam hal keahlian berkhotbah Dhamma.

Tetapi ketika Beliau masih tinggal di desa itu, setelah mencapai Sotapatti Magga, Beliau melatih pandangan terang untuk mencapai tingkat kesucian lebih tinggi. Pada saat itu Beliau mengucapkan syair ini.

Seseorang seharusnya memiliki keinginan dan tekad yang kuat dan dengan segenap pikiran. Seseorang yang pikirannya tidak melekat kepada kesenangan indera, dialah yang disebut orang yang mengikuti arus naik.

 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.