• Saat ini anda mengakses IndoForum sebagai tamu dimana anda tidak mempunyai akses penuh untuk melihat artikel dan diskusi yang hanya diperuntukkan bagi anggota IndoForum. Dengan bergabung maka anda akan memiliki akses penuh untuk melakukan tanya-jawab, mengirim pesan teks, mengikuti polling dan menggunakan feature-feature lainnya. Proses registrasi sangatlah cepat, mudah dan gratis.
    Silahkan daftar dan validasi email anda untuk dapat mengakses forum ini sepenuhnya sebagai anggota. Harap masukkan alamat email yang benar dan cek email anda setelah daftar untuk validasi.

Cheng Beng,Hari Penghormatan Leluhur

singthung

IndoForum Junior E
No. Urut
7164
Sejak
21 Sep 2006
Pesan
1.634
Nilai reaksi
27
Poin
48
Setiap tanggal 5 April, menurut tradisi Tionghoa, adalah hari Cheng Beng (Mandarin: Qingming). Di mana menurut tradisi Tionghoa, orang akan beramai-ramai pergi ke tempat pemakaman orang tua atau para leluhurnya untuk melakukan upacara penghormatan. Biasanya upacara penghormatan ini dilakukan dengan berbagai jenis, misalnya saja membersihkan kuburan, menebarkan kertas sampai dengan membakar kertas yang sering dikenal dengan Gincua (mandarin:Yinzhi=kertas perak).

Cheng beng adalah salah satu dari 24 Jieqi yang ditentukan berdasarkan posisi bumi terhadap matahari. Pada Kalender Gregorian AWAL (bukan akhir!) Cheng beng jatuh pada tanggal 5 April atau 4 April. Bila kita artikan kata Cheng beng, maka Cheng berarti cerah dan Beng artinya terang sehingga bila digabungkan maka Chengbeng berarti terang dan cerah. Saat Chengbeng ideal untuk berziarah dan membersihkan makam karena cuaca yang bagus (cuaca cerah, langit terang). Apalagi pada jaman dahulu lokasi pemakaman cukup jauh dari tempat pemukiman.

Bahkan bila ada orang yang tinggal jauh dari kampung halamannya,mereka akan berusaha untuk pulang ke kampung halamannya,khusus untuk melakukan upacara penghormatan para leluhur.

Sejarah Cheng Beng

Sejarah Cheng beng dimulai sejak dulu kala dan sulit dilacak kapan dimulainya. Pada dinasti Zhou, awalnya tradisi ini merupakan suatu upacara yang berhubungan dengan musim dan pertanian serta pertanda berakhirnya hawa dingin (bukan cuaca) dan dimulainya hawa panas.

Ada sebuah syair yang menggambarkan bagaimana cheng beng itu yaitu:
"Sehari sebelum cheng beng tidak ada api" atau yang sering disebut Hanshijie (han: dingin, shi:makanan, jie: perayaan/festival).Hanshijie adalah hari untuk memperingati Jie Zitui yang tewas terbakar di gunung Mianshan. Jin Wengong (raja muda negara Jin pada periode Chunqiu akhir dinasti Zhou) memerintahkan rakyat untuk tidak menyalakan api pada hari tewasnya Jie Zitui. Semua makanan dimakan dalam kondisi dingin, sehingga disebut perayaan makanan dingin.

Chengbeng lebih tepat jika dikatakan terjadi pada tengah musim semi. Pertengahan musim semi (Chunfen) sendiri jatuh pada tanggal 21 Maret, sedangkan awal musim panas (Lixia) jatuh pada tanggal 6 Mei. Sejak jaman dahulu hari cheng beng ini adalah hari untuk menghormati leluhur.

Pada dinasti Tang, hari cheng beng ditetapkan sebagai hari wajib untuk para pejabat untuk menghormati para leluhur yang telah meninggal, dengan mengimplementasikannya berupa membersihkan kuburan para leluhur, sembahyang dan lain-lain.

Di dinasti Tang ini, implementasi hari cheng beng hampir sama dengan kegiatan sekarang, misalnya seperti membakar uang-uangan, menggantung lembaran kertas pada pohon Liu, sembayang dan membersihkan kuburan.Yang hilang adalah menggantung lembaran kertas, yang sebagai gantinya lembaran kertas itu ditaruh di atas kuburan. Kebiasaan lainnya adalah bermain layang-layang, makan telur, melukis telur dan mengukir kulit telur. Permainan layang-layang dilakukan pada saat Chengbeng karena selain cuaca yang cerah dan langit yang terang,kondisi angin sangat ideal untuk bermain layang-layang. Sedangkan pohon Liu dihubungkan dengan Jie Zitui, karena Jie Zitui tewas terbakar di bawah pohon liu.

Pada dinasti Song (960-1279) dimulai kebiasaan menggantungkan gambar burung walet yang terbuat tepung dan buah pohon liu di depan pintu. Gambar ini disebut burung walet Zitui. Kebiasaan orang-orang Tionghoa yang menaruh untaian kertas panjang di kuburan dan menaruh kertas di atas batu nisan itu dimulai sejak dinasti Ming.

Menurut cerita rakyat yang beredar, kebiasaan seperti itu atas suruhan Zhu Yuanzhang, kaisar pendiri dinasti Ming,untuk mencari kuburan ayahnya. Dikarenakan tidak tahu letaknya, ia menyuruh seluruh rakyat untuk menaruh kertas di batu nisan leluhurnya. Rakyatpun mematuhi perintah tersebut, lalu ia mencari kuburan ayahnya yang batu nisannya tidak ada kertas dan ia menemukannya.

Kenapa pada hari cheng beng itu harus membersihkan kuburan?

Itu berkaitan dengan tumbuhnya semak belukar yang dikawatirkan akar-akarnya akan merusak tanah kuburan tersebut. Juga binatang-binatang akan bersarang di semak tersebut sehingga dapat merusak kuburan itu juga.Dikarenakan saat itu cuaca mulai menghangat, maka hari itu dianggap hari yang cocok untuk membersihkan kuburan. Selain cerita di atas, ada pula tradisi dimana jika orang yang merantau itu ketika pulang pada saat cheng beng, orang itu akan mengambil tanah tempat lahirnya dan menaruh di kantong merah. Ketika orang tersebut tiba lagi di tanah tempat ia merantau, ia akan menorehkan tanah tersebut ke alas kakinya sebagai perlambang bahwa ia tetap menginjak tanah leluhurnya.

Dhamma, antara tradisi dan ajaran Sejak lahirnya apa yang disebut ‘agama Buddha’ dari ribuan tahun yang lalu sampai sekarang, sudah berkembang dan bercampur dengan tradisi setempat,sehingga sulit dikatakan mana yang ‘benar-benar’ ajaran Sang Buddha dan mana yang bukan.

Banyak orang Tionghoa masih melakukan tradisi secara turun menurun seperti Cheng Beng. Dengan menyadari hal ini, kita dituntut kebijaksanaan kita agar dapat membedakan mana yang sebenarnya tradisi dan mana yang Ajaran Buddha. Tetapi juga tidak salah kita tetap menjalankan tradisi, yang penting kita harus tahu dan memilah-milah antara tradisi dan agama Buddha. Sang Buddha sendiri tidak menolak bila kita mempertahankan tradisi yang sudah ada sejak turun menurun, yang penting kita jalankan adalah untuk kebaikan satu dan banyak orang.

Di dalam Sigalovada Sutta juga, Buddha sudah menjelaskan tentang kewajiban orang tua. Namun disamping itu,dijelaskan pula tentang kewajiban dari anak.Salah satu cara menghormati leluhur adalah dengan cara menjaga nama baik keluarga bahkan kalau bisa semakin mengharumkan nama keluarga dan juga mengatur pelimpahan jasa kepada sanak keluarga yang telah meninggal.

Nah, itu semua kembali tergantung kepada diri kita sendiri bagaimana kita menjalankannya.
 
@SingThung,
Wah makasih ya ? Jadi tambah pengetahuan....:)
 
Nah, itu semua kembali tergantung kepada diri kita sendiri bagaimana kita menjalankannya

sy setuju sekali,,,kembali lagi ke DIRI SENDIRI.
 
walau ga tahu arti sebenarnya, masih ikutan chengbeng juga /heh
katanya kalo mau renov makam, sangat baik jika dilakukan di hari deket cheng beng ya ? ada yang tahu apa kaitannya ?
 
sebenarnya bukan berarti merenovasi ataupun bahkan mempercantik MAKAM maka ALMARHUM akan senang.
itu cuma logika manusia yang berpikir tempat TINGGAL nya di percantik maka,ALMARHUM senang...

tetapi merenovasi makam,itu juga sebagai pertanda...bahwa kita mengingat budi baik dari leluhur kita(jadi tidak bisa di sebut salah)...........kalau tidak ada leluhur,maka kita juga tidak ada....hehehe
 
gw ga bisa cheng beng ini... ada skola... ga bisa pulang ke binjai... /sob
 
wew....sejarah Qing Ming emang begitu mengesankan....nice bro singthung....
gw juga ga bisa ikut Qing Ming nih.....but gw bakal tetap mengenang budi luhur kakek nenek gw...n gw bakal jadi penerus mereka yang bisa mereka banggakan....<melaksanakan tugas kewajiban gw dengan baik>....^^
 
/thx baru tau sejarahnya begitu,om singthung emang T.O.P.B.G.T deh /heh
 
trim ' s

trim's suhu shintung,semoga anda menjadi bhante yang mafbul dan amal ibadah anda diterima oleh semua kalangan,penjelasan yang komplit saya baca bukan dongeng nehhhhhhhhhhh
salut buat suhu
 
bro sintung selalu memposting hal2 yang berguna buat kita semua.. arigato.. ^^
 
walau ga tahu arti sebenarnya, masih ikutan chengbeng juga /heh
katanya kalo mau renov makam, sangat baik jika dilakukan di hari deket cheng beng ya ? ada yang tahu apa kaitannya ?

Tidak ada kaitan,merenovasi makam leluhur atau orang tua kita adalah tujuan yang sangat mulia sebagai penghormatan/bakti kepada orang tua atau leluhur kita namun harus disertai tingkah laku atau perbuatan kita dalam kehidupan sehari-hari misalnya tidak mabuk-mabukan(SETAN BOTOL),berjudi, meyebar gosip dsbnya. Mau renovasi makam setiap hari,setiap minggu,setiap bulan,dstnya juga bisa asal mampu(kelebihan uang kali).^_^ Kalau ada yang berpendapat bahwa hari ini adalah hari baik atau besok adalah hari jelek/sial termasuk pandangan salah/keliru.
 
saya kupas lagi topik ini
menurut saudara sendiri makna cheng beng dalam sudut pandang buddhis itu bagaimana?
sedangkan cheng beng adalah tradisi warga tionghua yg sudah termasuk dalam konfusiusme penyembahan kepada si mati.
sedangkan dalam konsep taoist yg sebenarnya tidak mengenal sembahyang cheng beng.
taoist hanya mengenal adanya penyembahan kepada dewa-dewi.
orang yg sudah mati = kui (setan/hantu/roh)
hanyalah sekedar memberi penghormatan untuk mengenang si mati.
sedangkan manusia memiliki derajat yg lebih tinggi dari pada (kui).
menurut saya sendiri ini merupakan trilogi yg cukup rumit apalagi untuk di indonesia saat ini.
bagaimana pendapat saudara sendiri.

walau ga tahu arti sebenarnya, masih ikutan chengbeng juga /heh
katanya kalo mau renov makam, sangat baik jika dilakukan di hari deket cheng beng ya ? ada yang tahu apa kaitannya ?

jikalau mau merenovasi makam hendaklah di bicarakan terlebih dahulu dengan keluarga yg bersangkutan. dipilih hari yg baik untuk melaksanakan renovasi.
juga melakukan ritual permohonan izin kepada leluhur ato pemilik makam.
renovasi makam tidak dapat sembarang dilakukan karena dapat menimbulkan efek negatif kepada keluarga si makam.kalau mao merenovasi makam carilah ahli feng shui dan di bicarakan terlebih dahulu knapa mau di lakukan renovasi makam dan dicari solusinya. jika tidak penting atau tidak perlu lebih baik tidak perlu di lakukan. lebih baik perbanyaklah sembahyang kepada dewa dan tidak lupa untuk menghormati si mati./no1
 
 URL Pendek:

| JAKARTA | BANDUNG | PEKANBARU | SURABAYA | SEMARANG |

Back
Atas.